Anda di halaman 1dari 14

BERDIALOG DENGAN UMAT KRISTEN PROTESTAN

1. Perpecahan Gereja.

 Gereja Lutheran.

Gereja terlibat dalam banyak urusan duniawi. Paus menjadi sangat


berkuasa dan memegang supermasi, baik dalam urusan Gereja
maupun kenegaraan. Sering terjadi kasus korupsi dan komersialisasi
jabatan Gereja. Banyak pejabat Gereja menjadi pengeran duniawi
dan melalaikan tugas rohani mereka, sehingga imam-imam paroki
tidak terdidik, hidup dengan istri gelap, sering kali bodoh, tidak bisa
berkhotba, dan tidak mampu mengajar umat.
Teologi skolastik menjadi mandul dan masalah dogmatis
dianggap sebagai perdebatan hal sepele antara aneka aliran
teologis. Iman bercampur takhayul, kesalehan berbaur dengan
kepentingan duniawi. Agama sering merupakan rutin sosial
sehari-hari yang profane dan yang suci bercampur aduk.
Kemudian Ia membela beberapa pandangan baru, khusunya
ajaran tentang ”Pembenaran hanya karena iman”. Luther
menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran
teologi sebelumya hanya bertumpu pada Alkitab sesuai dengan
tafsiran sendiri.
Indulgensi, stipendia untuk misa arwah, sumbangan untuk membangun
gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya, pajak untuk
Roma, ziarah dan puasa, relikui dan kaul-kaul, semua tidak ditemukan
dalam kitab suci maka ditolak oleh Luther. Luther menegaskan semuanya
itu tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan. Yang perlu hanya
satu, beriman (sola fide) Orang yang percaya diibenarkan Allah tampa
mengindahkan perbuatan baik manusia (sola gratia). Sola fide – fides ex
audito – ”Hanya iman, dan iman karena mendengar” itu sudah cukup
menjamin keselamatan. Maka, tujuh sakramen tidak penting lagi, selibat
tidak berguna, hidup membiara tidak berarti. Maka, ekskomunikasi
Luther oleh paus (1520) dan pengucilan oleh kaisar (1523).
Persatuan Gereja tidak dicari lagi, bahkan
diboikot. Para bangsawan yang mendukungnya tidak
tertarik pada persatuaan kembali, karena antara lain
milik gerejani yang mereka rampas tidak mau
mereka kembalikan. Unsur keagaman, politis dan
priibadi di kedua belah pihak menyulitkan
persatuaan kembali. Reformasi selesai, umat
terpecah belah dalam kelompok Katolik, Luteran,
Kalvinis, Anglikan, dan sebagainya.
 Gereja Kalvinis.
Tokoh reformasi lain adalah Yohanes Calvin (1509 – 1564).

Tokoh ini tidak jauh berbeda dengan Luther. Ia ingin

memperbaharuhi Gereja dalam terang injil. Calvin dalam bukunya

berjudul ”Institutio Christianae Religionis” mengambarkan Gereja

dalam dua dimensi, yakni Gereja sebagai persekutuan orang-orang

terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh Allah dan Gereja

sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di dunia

mengaku diri sebagai penganut Kristus dengan cirri-ciri pewartaan

injil dan pelayanan sakramen-sakramen. Pengaturan Gereja

ditentukan oleh struktur empat jabatan, yakni pastor, pengajar,

diakon, dan penatua.


 Gereja Anglikan.

Anglikantisme bermula pada


pemerintahan Henry VII 1509 – 1547. Di Inggris
raja Henry VII menobatkan dirinya sebagai kepala
Gereja karena Paus di Roma menolak
pencariannya. Anglikantisme menyerap pengaruh
reformasi, namun mempertahankan beberapa
corak Gereja (Uskup – Imam – Diakon), sehingga
berkembang dengan warna yang khas.
 Gereja Katolik.
Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan reformasi ini

adalah ”Kontra – Reformasi” atau ”Gerakan Pembaharuhan

Katolik”. Gerakan pembaharuhan ini dimulai dengan

menyelenggarakan Konsili Trente. Melalui Konsili Trente

(1545 – 1563), Gereja Katolik berusaha untuk ”Menyingkirkan

kesesatan-kesesatan dalam Gereja dan menjaga kemurniaan

Injil”. Konsili juga menegaskan posisi Katolik dalam hal-hal

yang disangkal oleh pihak reformasi. (Soal Kitab Suci dan

Tradisi, Penafsiran Kitab Suci, Pembenaran jumlah sakramen-

sakramen, kurban misa, imamat dan tahbisan, pembedaan

imam dan awam serta lain-lain).


Konsili Trente dan sesudahnya menegaskan Gereja sebagai
penjaga iman yang benar dan utuh, ditandai dengan sakramen-
sakramen. Khususnya ekaristi yang dimengerti serta dirayakan
sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hirarkis yang dilengkapi
dengan jabatan-jabatan gerejani dan imamat yang berwenang
khusus dalam hal merayakan ekaristi, melayani pengakuan dosa;
Gereja adalah kelihatan ini menjadi jelas dalam lembaga
kepausan sebagai punyaknya; Gereja mewujudkan diri sebagai
persekutuan para kudus lewat penghormatan pada mereka (para
kudus); Gereja menghormati tradisi.
2. Ciri-Ciri Protestantisme Dan Perbedaannya Dengan Gereja
Katolik.
 Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, Sakramen,
dan anugerah iman.

 Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja.

 Pembenaran orang dari semula sampai selesai semata-mata rahmat


ilahi (sola gratia).

 Sabda ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat


berbentuk Alkitab, khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.

 Imamat umum semua orang saja yang diakui, sehingga pendeta dan
orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tampa perbedaan
rohani secara eksistensial.
3. Persamaan Dan Perbedaan Antara
Katolisisme Dan Protestantisme.

KATOLIK PROTESTAN
Tekanan ada pada sakramen Tekanan pada
dan pada segi sakramen sabda/pewartaan dan pada
(tanda kelihatan) dari karya segi misteri karya Allah.
keselamatan Allah.
Kultis, yang mementingkan Profetis, yang terpusat pada
kurban (Ekaristi) Hubungan sabda (pewartaan).
dengan Gereja menentukan Hubungan dengan Kristus
hubungan dengan Kristus. menentukan hubungan
dengan gereja.
KATOLIK PROTESTAN
Gereja secara hakiki bersifat Segala pelayanan gerejawi
hirarkis. adalah ciptaan Tuhan.
Kitab suci dibaca dan dipahami Setiap orang membaca dan
di bawah pimpinan hirarki. mengartikan Kitab Suci.
Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Jumlah Kitab Suci 66, tidak
Deuterokanonika yaitu : 1, 2 termasuk Deuterokanonika.
Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan,
Tobit, Yudith dan Barukh,
Ada 7 sakramen. Ada 2 sakramen, yaitu
sakramen Baptis dan
Ekaristis/Perjamuaan.
Ada devosi kepada para kudus. Tidak menerima devosi kepada
para kudus.
4. Usaha Untuk Mengadakan Dialog dan Kerja Sama antar-Sesama
Gereja Kristus.
 Upaya untuk menghindar kata-kata, penilaian, dan tindakan-
tindakan yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran
tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah,
karena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka.
 Pertemuan-pertemuan umat Kristen dari berbagai Gereja atau
Jemaat diselenggarakan dalam suasana religius, ”dialog”
antara para pakar yang kaya informasi, yang memberi ruang
kepada setiap peserta untuk secara lebih mendalam
menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan jelas
menyajikan corak cirinya.
 Persekutuan-persekutuan menggalang kerja sama
yang lingkupnya lebih luas dalam aneka usaha
demi kesejahteraan umum menurut tuntutan
setiap suara hati Kristen; bila mungkin, mereka
bertemua dalam doa sehati sejiwa.

5. Gerakan Ekumenis.

Gerakan ekumenis adalah kegiatan-kegiatan dan usaha-


usaha yang diadakan dan ditujukan untuk mendukung
kesatuan umat Kristen. Maka, untuk mendukung
kesatuan umat Kristen dapat kita lakukan antara lain :
 Menghindari kata-kata, penilaian, dan perbuatan yang dapat
menimbulkan hubungan yang kurang baik antar-umat Kristen.

 Melaksanakan dialog, terutama dialog kehidupan (hidup rukun


dengan sesama umat Kristen), dan dialog karya (berkaya bersama
demi membantu kesejahteraan bersama).

 Di beberapa tempat, Gereja-gereja tertentu pasti dapat dilaksanakan


dialog di bidang doktrin.

 Menyelenggarakan kerja sama demi kesejahteraan umum : aksi


bersama untuk membantu bencana alam dan sebagannya.

 Doa bersama atau ibadat bersama sejauh memungkinkan (perayaan


Natal dan Paskah bersama) dapat dilaksanakan sebagai punyak dari
suatu kegiatan yang bersifat ekumenis.

Anda mungkin juga menyukai