Anda di halaman 1dari 5

Gereja Barat/Latin lebih menekankan aspek institusional.

 Tetapi dengan munculnya Reformasi


Protestan pada permulaan masa modern, keadaan "Gereja yang bersatu" itu berubah sama
sekali. Gereja terpecah-pecah dan di samping Gereja Katolik muncul Gereja-gereja lain. Dari
pemahaman tentang keselamatan yang demikian, karena justificatio itu hanya karya Allah yang
langsung dan semata-mata, segala struktur Gereja Roma yang tujuannya mengantar kepada
keselamatan tidak berguna lagi.

Namun, fungsi kedua sakramen ini tidak lagi sama dengan yang diajarkan oleh Gereja Roma. -
Karena model kerygmatis yang demikian, struktur Gereja hampir ditiadakan. Pandangan-
pandangan soteriologis dan eklesiologis dari Luther itu tidak hanya berhubungan dengan aspek-
aspek sekunder keselamatan dan Gereja, melainkan juga dengan hakekatnya sendiri. Dari
Gereja yang kelihatan , Martin Luther beralih ke "ecclessia invisibilis dan abscondita" .

-Dengan demikian, para teolog Katolik ketinggalan zaman, karena tidak sempat merumuskan


model Gereja yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan kultur dan masyarakat modern itu. Gereja
Katolik Roma bereaksi keras melawan inovasi radikal dalam bidang teologi dan eklesiologi dari
Martin Luther, Calvin dan para pengikutnya melalui Konsili Trente . Dalam sidang semesta yang
sulit tetapi penuh dengan hasil ekumenis itu, Gereja mengobservasi dengan seksama semua
point yang ditentang oleh "para reformator" dan berusaha memecahkan segala masalah di
bawah terang Kitab Suci dan Tradisi. Berdasarkan ajaran Kitab Suci, para Bapa Gereja, dan
para Pujangga Gereja, Konsili Trente meneguhkan kembali doktrin tradisional Gereja Katolik.

Namun perlu kita perhatikan bahwa, karena keadaan doktrinal pada waktu itu, Konsili Trente
sebenarnya tidak mau membahas suatu doktrin Gereja secara menyeluruh. Biarpun tidak
meninggalkan eklesiologi "in actu signato", artinya dalam bentuk eksplisit, tetapi Konsili Trente
mempunyai suatu pandangan yang jelas sekali tentang Gereja. Dalam dokumen-dokumen
Konsili ini dan terutama dalam "Catechismus Tridentinus", secara konstan eklesiologi «Trente»
tetap hadir, meski kebanyakan hanya secara implisit tetapi juga ada yang eksplisit, khususnya
berhubungan dengan model-model Gereja c.

dalam menjelaskan ciri-ciri khas Gereja, terutama tentang kekudusan dan kekatolikan. -Model


somatis hadir terus menerus ketika Konsili melukiskan hubungan antara Kristus dengan orang-
orang beriman , dan bila menerangkan arti sakramen ekaristi bagi hidup Gereja. Akan tetapi
Primat belum didefinisikan karena terasa belum cukup didiskusikan. Meskipun demikian secara
faktual Sri Paus diakui Primatnya dengan kenyataan bahwa segala keputusan Konsili dimintakan
persetujuan dari Paus.

Kelak "Katekismus Romawi", Buku Missale dan Brevir semua diterbitkan dengan pengesahan
Paus . Konsili Trente tidak hanya berusaha untuk memelihara harta kekayaan Gereja dan
eklesiologi Katolik, melainkan menerima juga tuntutan biblis dan tuntutan kristosentris. Sejak
permulaan Konsili menginstruksikan suatu pengajaran Kitab Suci di setiap keuskupan. -
Eksklusivisme soteriologis dari para reformator juga ditolak Konsili, namun dengan menegaskan
bahwa peran pengantara Perawan Maria, para kudus dan Gereja, semuanya disubordinasikan
kepada Kristus, satu-satunya Penyelamat dan Penebus umat manusia.

EKLESIOLOGI KONSILI VATIKAN I

Dari sejarah Konsili-konsili ekumenis, dapat dilihat bahwa sebelum Konsili Vatikan I, Gereja
belum pernah menjadi tema utama dalam sidang-sidang tersebut. Meskipun kadang-kadang
para Uskup memang sudah membicarakan pokok-pokok eklesiologis yang penting. Dengan
Konsili Vatikan I, Gereja mulai membahas terutama dirinya sendiri dengan tujuan hendak
melukiskan secara jelas kodrat, fungsi-fungsi, struktur-struktur dan tugas-tugasnya. Tentu skema
"De Ecclesia Christi" bukan doktrin atau dokumen resmi Gereja.

Meskipun demikian skema – konsep "De Ecclesia Christi" sangat penting dari segi sejarah
eklesiologi dan untuk memahami perkembangannya. Skema ini tuntas sekali dan terdiri atas
sepuluh bab yang pendek. -Untuk menjelaskan kodrat Gereja, skema itu menggunakan model
somatis . Untuk melawan panteisme, materialisme dan rasionalisme, Konstitusi dogmatik "Dei
Filius" menegaskan secara padat dan jelas doktrin Katolik tentang Allah, Wahyu dan Iman.

Konstitusi dogmatik "Pastor Aeternus" tentang Gereja Kristus disahkan tanggal 18 Juli 1870.

"Pastor Aeternus" adalah konstitusi dogmatik yang terkenal karena mendefinisikan primat dan
″infallibilitas″ Paus, pengganti Petrus di Takhta Roma.

Primat Petrus di atas "collegium apostolicum" dan Gereja universal. Bahwa primat tersebut
diteruskan kepada pengganti-pengganti Petrus di Takhta Roma. Dengan istilah-istilah yang tepat
kodrat dan luasnya "potestas" Petrus. -Konstitusi "Pastor Aeternus" mendefinisikan ″infallibilitas″
Paus dengan kata-kata sbb.

Tampak jelas bahwa Sri Paus tidak dapat dinilai tersendiri, seolah-olah terpisah dari
Gereja, demikian juga harus dikatakan tentang ″infallibilitas″ . Memang ″infallibilitas″ Paus adalah
″infallibilitas″ Gereja sendiri. Penafsiran benar tentang rumus ″infallibilitas″ adalah sbb. ""Kristus
memberi karunia ″infallibilitas″ kepada GerejaNya dalam pribadi Petrus serta pengganti-
penggantinya dan juga kepada para Uskup yang bersatu dengan Paus.

Ketidakdapatsesatan ‘Ecclesia docens’ memancar pada ‘Ecclesia discens’ . Gereja sebagai


societas perfecta . Primat Paus. Konsili Vatikan I menegaskan "infallibilitas" Paus dan juga dari
Gereja serta fungsi mengajar dalam persatuan dengan seluruh tubuh episkopat .

Konsili Vatikan I masih memberi tempat utama pada eklesiologi apologetis.kardinal Louis Billot
adalah teolog yang paling menonjol pada masa ini. Dalam eklesiologinya, tendensi "sosio-
yuridis" tampak jelas, terutama dalam karyanya yang berjudul "De Ecclesia". Menurut
Billot, Gereja itu berbeda dari masyarakat-masyarakat biasa lain karena asal dan tujuannya
adikodrati, bukan karena strukturnya "batiniah". Aspek "batiniah" berkenaan dengan orang
beriman masing-masing .

Kurang lebih pada waktu yang sama , eklesiologi Protestan juga mulai bangkit kembali, terutama
berkat karya Karl Barth dan Dietrich Bonhoeffer. "Sola fides" menuntut "sola scriptura", otoritas
yang satu-satunya, dan otoritas inilah yang mendirikan "communio sanctorum" dengan
menghasilkan iman. Persekutuan para kudus ini mengasingkan segala otoritas manusiawi dalam
susunan Gereja maupun segala struktur yang menuntut kestabilan dan keautentikan bagi
dirinya. Pendek kata, Gereja itu bukan suatu institusi, melainkan suatu kejadian.

Tugas utama Gereja adalah mewartakan Sabda Allah . -Salah satu karya Dietrich Bonhoeffer
yang paling penting berkenaan dengan eklesiologi adalah "Sanctorum Communio" . Di antara
beraneka ragam gagasan guna mendefinisikan Gereja, menurut Bonhoeffer yang paling tepat
adalah "communio". Akan tetapi gagasan ini juga belum cukup untuk mendefinisikan misteri
Gereja sebagai "communio Spiritus".

EKLESIOLOGI KONSILI VATIKAN II


Sudah barang tentu dorongan yang terkuat dan paling menentukan untuk memperbaharui
eklesiologi datangnya dari Konsili Vatikan II, karena ciri khasnya adalah eklesiologinya. Satu-
satunya tujuan Konsili ini adalah menyelami misteri Gereja baik dari segi kodratnya yang
hakiki, maupun dari segi hubungannya dengan dunia. Konsili Vatikan II melukiskan misteri
Gereja yang besar itu terutama dalam Konstitusi dogmatik "Lumen Gentium". Eklesiologi "Lumen
Gentium" a.

Konsili Vatikan II mulai membicarakan tema eklesiologi pada minggu pertama bulan Desember
tahun 1962, dengan menggunakan skema "Aeterni Unigeniti Patris", yang sudah disiapkan
sebelumnya oleh komisi khusus. Ada satu skema lain yang mulai beredar sejak Oktober
1962, dan skema tersebut rupanya dikarang oleh seorang teolog dari Louvain , yaitu Gérard
Philips. Skema inilah yang diterima oleh sub-komisi "De Eklesia" dan yang diperbaharui menjadi
teks untuk pembahasan para Bapa Konsili tentang misteri Gereja. Perkembangan selanjutnya
dan definitifnya skema tersebut dapat dilihat dari susunan Konstitusi dogmatik "Lumen Gentium"
yang disahkan oleh Konsili pada tanggal 21 November 1964.

Sebagai umat Allah, Gereja itu menerima struktur-struktur yang esensial dari


Pendirinya. "Walaupun semua yang dikatakan tentang umat Allah, dialamatkan sama, baik
kepada awam maupun kepada biarawan-biarawati dan klerus, namun ada beberapa hal yang
secara khusus menyangkut para awam, pria dan wanita, berdasarkan situasi dan perutusan
mereka" , yaitu tugas di dunia dan hubungan dengan hierarki. Semua umat beriman berdasarkan
martabat dan rahmat pada hakekatnya sama, namun kaum awam mempunyai fungsi
khusus, yang juga berdasarkan tri tugas mesianis . Keduanya perlu memiliki pemahaman yang
baik tentang ketaatan dan penghargaan, tetapi lebih-lebih cinta kasih.

Suami isteri dapat saling menguduskan dengan hidup perkawinan dalam terang misteri Kristus
yang bersatu dengan Mempelai-Nya, yakni Gereja. Para selibater dapat menghidupi
keperawanan integral dan dalam cinta kasih yang universal. Semua kaum beriman yang tinggal
dalam Tubuh Mistik menuju kepada kesempurnaan. Para religius memilih jalan yang biasa
disebut nasihat-nasihat injili , yang wajib dipraktekkan dengan kaul-kaul.

Gereja musafir berbeda dari Kerajaan Allah dan dari Gereja surgawi, walaupun yang satu tidak
terpisah dari yang lain. Di satu pihak, Gereja itu adalah Kerajaan Allah yang sedang berkembang
dan kepenuhan Kerajaan Allah akan terealisasi di akhir zaman. Gereja musafir dan Gereja
surgawi merupakan dua tahap , dua peristiwa dari realitas yang sama. Gereja musafir
melanjutkan hidup dan penderitaan Kristus Penebus, Gereja surgawi jaya dengan Kristus yang
mulia.

Konsili melukiskan tempat dan fungsi Maria dalam ekonomi keselamatan bagi umat Allah yang
baru. Lantas menegaskan konsekuensi hubungan Maria dengan Gereja, di mana Maria
merupakan figur mengagumkan, karena sebagaimana Maria bekerjasama dengan
kemahakuasaan yang Ilahi dengan mengandung dan melahirkan Kristus, demikian pula Gereja
bekerjasama dengan Kristus dalam "melahirkan" kaum beriman yang membangun Tubuh
MistikNya. Maria juga merupakan model Gereja karena telah merealisasikan
kesempurnaan, yang merupakan tujuan semua orang beriman. Pada akhirnya, Konsili
menegaskan legitimitas dan utilitas devosi atau kultus kepada Maria, yang tentu tidak sama
dengan dengan pemuliaan kita kepada Allah.

Terbuka terhadap yang lain . "Personalisme", baik dalam memahami Gereja , maupun dalam


memperhatikan semua anggota Gereja, termasuk yang hina dina. Allah yang hidup ikut campur
tangan dalam sejarah hidup umat manusia. Sintesis yang dipusatkan pada misteri keselamatan
yang dilaksanakan oleh Kristus dan yang ditujukan oleh Allah kepada semua orang percaya.
Teks ini dapat dikatakan sebagai perkembangan dari Surat ensiklik "Mystici Corporis" yang
memiliki beberapa hal yang sejajar tetapi juga berbeda. Surat ensiklik "Mystici Corporis"
mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh menjadi anggota Tubuh Mistik Kristus hanyalah
mereka yang telah menerima Baptis, mengakui iman yang benar, tidak memisahkan diri dari
heresis atau skisma atau karena dikucilkan . Ensiklik menyebut orang Kristen "non-Katolik"
sebagai yang "mempunyai hubungan dengan Tubuh Mistik Kristus sejauh secara tidak sadar
merindukannya". " Gereja ini berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus
dan para Uskup dalam persekutuan dengannya, walaupun di luar persekutuan itu pun terdapat
banyak unsur pengudusan dan kebenaran".

Konsili Vatikan II menghendaki suatu pertumbuhan dalam eklesiologi, yang harus secara jelas
menyadari tidak hanya perlunya mengerti konsep Tubuh Mistik, tetapi juga menghindari
interpretasi metaforik, yang kiranya cenderung melihat Gereja hanya sebagai suatu realitas
dalam waktu dan terdiri dari manusia. Salah satu aspek esensial yang harus dimengerti secara
jelas, tanpa melepaskan atau meninggalkan inisiatif ilahi – adalah fakta yang secara teologis
digarisbawahi bahwa Gereja tidak akan ada tanpa manusia-manusia, Gereja sebagai "sarana"
penting bagi keselamatan manusia. Konsili membicarakan umat spiritual dari Perjanjian Baru
yang menyempurnakan Israel lama menurut daging dan yang merupakan pewarta keselamatan
bagi semua bangsa. .
Di sini Konsili, seperti telah dikatakan Henri De Lubac, dengan membawa teologi Gereja menuju
eklesiologi ekaristik dan dengan melihat lebih efektif aspek kelihatan Gereja tanpa membuang
ide "Tubuh Kristus", mampu menggunakan gambaran Umat Allah untuk menjembatani aspek
teologis dengan kategori sosiologis yuridis, tanpa mengabaikan aspek teologis yang benar.
Konsili menyatakan Gereja sebagai umat Allah yang berziarah atau Gereja musafir mau
menunjukkan "universalitas" sebagai karakter atau ciri Gereja, yang juga merupakan umat
Allah. Sesuatu yang tidak berasal "dari luar", melainkan sesuatu "dari dalam", intrinsik, artinya
secara ontologis berkaitan dengan identitas umat Allah yang merupakan "pemberian
Tuhan", karena "Gereja yang katolik secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum
segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam
kesatuan Roh-Nya". .
Kita coba membuat sintesis unsur-unsur yang relevan dari konsep Gereja sebagai Umat Allah.
Gambaran mempelai berguna untuk menampakkan inisiatif ilahi, yang secara dinamis hadir dan
berkarya dalam sejarah untuk mempersatukan "umat yang telah
dipanggil". Gereja, sebagaimana telah kita lihat adalah umat Allah dan Tubuh Mistik Kristus;
dengan demikian hendak ditekankan karakter misteri dan umat yang dipanggil atau dihimpun. Ini
untuk mengingatkan dimensi teandrik Gereja di dunia, di mana insiatif Allah dan penerimaan
manusia memampukan secara historis kehendak penyelamatan Kristus sebagai rencana Bapa
untuk menyelamatkan semua manusia.
Konsili menghadirkan paradoks Gereja yang karena dimensinya yang ganda, yaitu dalam waktu
yang sama Gereja itu "kudus dan pendosa" dan lantas secara terus menerus memerlukan
"pertobatan"; tetapi bukan dalam keputusasaan, melainkan dalam pengharapan, karena Kristus
adalah "Mempelai-Penyelamat".
Perlu ditekankan juga ide suatu Gereja yang memilih berada dalam kesadaran diri sebagai yang
"miskin" dan yang dengan keterbatasan manusiawinya, memperkenalkan diri kepada dunia
dalam suatu sikap peziarah, tetapi yang membawa sarana-sarana tepat guna, yaitu yang
diperlukan umat manusia: mengenal dan menerima Kristus.
Jiwa misioner Gereja juga harus dibaca dalam dimensi "mempelai" ini. Inisiatif atau prakarsa ilahi
dan penerimaan oleh umat beriman ini membangun dalam keutamaan Roh, Gereja, yang di
dunia sebagai mempelai Kristus tetapi juga Bunda, yang harus menampakkan suatu
"keprihatinan Bunda Gereja terhadap semua orang". Dari sini mengalirlah tugas bukan hanya
karya evangelisasi, tetapi juga untuk membela dan mendukung pribadi manusia, sebagai misi
yang harus dilaksanakan.
Di satu pihak, Gereja terdiri arong-orang yang dibaptis, yang bebas dan berdiri sendiri dan ingin
mengembangkan diri serta dihargai. di lain pihak, mereka sebagai Gereja membentuk suatu
kesatuan yang harmonis, bukan bersifat individualistis dan bukan pula kolektivisme. Dengan
demikian dalam gereja ada unsur-unsur yangharus berada secara sintetis-harmonis: ada
persekutuan dan lembaga, otoritas dan kebebasan, kasih dan hukum, kebebasan dan
pengaturan yuridis, struktur jabatan dan kharisma-kharisma umat beriman. Dan yang satu tidak
boleh lepas atau terpisah dengan yang lain.
Telah dikatakan bahwa Gereja adalah suatu persekutuan orang-orang beriman yang percaya
kepada Yesus Kristus sebagai Penyelamat. Atas dasar kepercayaan ini, orang dibaptis dan
berkat baptis itulah ia diberi kesempatan oleh Tuhan dalam Gereja, baik secara perorangan
maupun bersama orang-orang lain, untuk diselamatkan.
Menjadi anggota Gereja membawa serta kesadaran akan kebersamaan dalam ikut bertanggung
jawab atas keadaan dan perkembangan Gereja.

Anda mungkin juga menyukai