Anda di halaman 1dari 3

Khobah hari Minggu Palma…

Bapak ibu, saudara saudari yang terkasih…… ahe kabar.. sehat..

Kita menyaksikan di Televisi atau di media sosial, bagaimana penampilan


dua calon pemimpin bangsa ini, calonpresiden kita, ketika bertemu dan
disambut oleh para pendukungnya. Ada yang mengelu-elukan, bersorak
histeris, penuh semangat dan sukacita. Para calon presiden itu, ada yang
dengan tenang, senyum simpatikdan menyapa para pendukungnya penuh
semangat, dengan lambaian tangan bahkan menyapa dengan menjabat
tangan orang-orang disekitarnya. Bahkan, kita juga menyaksikan, ada
calon presiden yang begitu antusias sampai membuka baju dan
melemparkan kepada para pendukung.

Hari ini ketika kita mengenang kembali Yesus masuk kota Yerusalem,
ternyata orang-orang yang menyambutnya membentangkan pakaian
mereka, melambaikan daun-daun palma disertai sorak sorai, menyambut
sang Raja dalamsuatu pawai kebesaran. Pawai kebesaran ini bukan suatu
kebetulan. Yesus memperlihatkan kepada semua orang, siapa Dia
sebenarnya, sebelum Ia masuk dalam penderitaan dan kematian-Nya di
salib.

Ia sang Raja damai bagi semua orang yang berkenan kepada Allah. Dia
adalah penebus dan Juruselamat dunia.Ia disoraki “Hosana Putera Daud,
terberkatilah yang datang atas nama Tuhan!” Dia yang telah berkeliling
sambil berbuat baik, mewartakan kerajaan damai dan kasih, kerajaan
pengampunan yang harus hidup dalam hati manusia kini masuk kota
Yerusalem. Ia masuk menawarkan damai, sukacita dam hidup abadi bagi
siapapun yang menerima-Nya dalam kerendahan hati.

Yesus menggunakan keledai pinjaman. Benar, bahwa dalam banyak


peristiwa dalam hidup-Nya, Ia selalu menunjukkan betapa Allah menjadi
manusia itu adalah yang tidak punya apa-apa dan termiskin, agar kita
menjadi karena kemiskinan-Nya. Dari ketika Ia lahir Ia pinjam palungan
tempat makan binatang untuk tempat Ia dibaringkan. Ketika Ia mengajar, 
Yesus juga meminjam perahu orang. Ia juga pinjam roti dan ikan dari bekal
seorang anak kecil untuk memberi makan orang banyak, bahkan ketika Ia
mati, Ia pinjam kubur orang. Agar manusia memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan. Yesus juga pinjam hati manusia. Kini Ia memasuki
Yerusalem, dengan menggunakan keledai pinjaman.

Yesus tidak mencari kemegahan, Ia tidak mencari nama dan pujian, Ia juga
tidak mencari muka dan popularitas diri, apalgi harus mengorbankan orang
lain. Karena Yesus tau bahwa semuanya itu percuma, sia-sia, tidak ada
arti, semu, tidak penting. Bagi Yesus adalah melaksanakan kehendak
Bapa-Nya, taat dan setia. Itu berarti, kini Yesus memerlukan hati, diri,
hidup dan keluarga kita untuk dipakai oleh-Nya untuk membawa damai,
kasih dan pengampunan. Tuhan memerlukan kita. Tuhan memerlukan
yang setia, taat, teguh, tidak takut, yang tidak lari dari Dia dan dari iman
kepercayaan kita kepada-Nya, tetapi membuka dan membiarkan hati kita
agar Ia boleh masuk dan tinggal, juga dalam sukacita kegembiraan tetapi
juga dalam duka derita yang sedang kita alami.

Yesaya melukiskan dalam bacaan pertama, nubuat tentang “Hamba yang


menderita” Kepasrahan kepada Allah dan cinta kepada manusia
memberanikan Yesus untuk menghadapi jalan yang terpahit sekalipun;
sebab Dia meyakini kepastian bahwa tugas perutusan-Nya tidak akan sia-
sia. Pesan yang mau disampaikan bagi kita bahwa di zaman ini, kita
mungkin sangat sulit menghargai sebuah pelaynanan. Ada banyak
pelayanan yang tidak dihargai, tidak diterima dan ditolak. Tapi Yesus sang
hamba yang setia dan menderita itu justru memilih jalan pelayanan yang
tidak dpilih dan diminati banyak orang ialah menjadi hamba yang
menderita.

Sementara itu, Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi mengutip sebuah


madah yang biasa digunakan dalam ibadah untuk memuji keagungan
Yesus Kristus dan pelayanan-Nya. Terungkap betapa besar pelayanan
Yesus Kristus bagi manusia, dengan menyerahkan hidup-Nya sendiri.  Di
sini Paulus mengajak, supaya kita memilki perasan hati seperti Kristus
dengan hidup dalam kerendahan hati, cinta dan kerukunan antara satu
sama lain. Penyerahan diri Yesus berkenan bagi Allah dan membuka suatu
mutu kehidupan secra istimewa. Kematian Yesus merupakan sebuah titik
balik bagi kehidupan. Dan Allah berkuasa atas kehidupan itu menerima
kematian Yesus sebagai sebuah persembahan yang berkenan. Karena itu
sebagai orang beriman diharapkan juga punya kerelaan dan keberanian
untuk melayani Allah dan sesame, sebagai sebuah persembahan indah
dan berkenan.

Kisah sengsara di awal pecan suci, mengajak kita untuk menyadari bahwa:

 Yesus memerlukan teman berjaga. Apakah kita pun siap


berjaga bersama Dia? Berjaga dalam menghadapi penderitaan,
salib dan kematian. Berjaga dengan sungguh dan dengan
sepenuh hati dan penuh iman sambil berusaha agar dijauhkan dari
pencobaan, diluputkan dari yang jahat, dibebaskan dari segala
ancaman yang membahayakan hidup iman.
 Yesus membutuhkan orang yang diajak kerjasama. Apakah
sebagai murid-Nya, kita siap bekerjasama dan membantu dalam
berbagai tantangan dan kesulitan yang dihadapi Yesus dan
sesama, atau lebih aman melarkan diri, cuci tangan, cari gampang
dan masa bodoh.
 Yesus membutuhkan suatu pengakuan yang jujur, benar dan
berani tentang Dia; dan tidak mudah menyangkal-Nya. Bahwa
dalam hidup ini, kita ternyata lebih mudah menyangkal janji-janji
kesetiaan kita sebagai suami-istri, orangtua, anak-anak, dala
tugas dan pelayanan kita bahkan sebagai orang beriman, kita
mudah ingkari janji-janji baptis kita, karena kita tidak setia.
 Ketika orang banyak menganggap dan menuduh Yesus sebagai
penjahat, apakah kita dengan berani menunjukkan keunggulan-
keunggulan Yesus dan berani memberi kesaksian tentang
Yesus, atau ternyata kita berbalik menuduh, memfitnah,
memutarbalikkan kebenaran, yang juga kita lakukan yang sama
kepada sesama kita.
 Ketika Yesus wafat di salib, para murid-Nya berdiri dari kejauhan
bahkan lari meninggalkan-Nya. Apakah kita jaman ini berani
mendekat, berani datang kepada-Nya, merasa senasib, sehati dan
seperasaan dengan sang Juruselamat, atau justru kita menjadi
penonton dari jauh, Cuma tau kritik dan persalahkan orang lain,
Cuma berani omong di belakang, main sembunyi dan lari.
Beranikah kita untuk menderita dengan rela demi Tuhan dan
sesama.
 Yesus menyatakan kesetiaan-Nya yang tuntas pada Salib sebagai
sebuah resiko dari suatu perjuangan, dari suatu kesetiaan dan
ketaatan, pengorbanan dan cinta yang total dan sempurna. Salib
adalah jalan untuk mencapai keselamatan, kesempurnaan dan
kebahagiaan. Karena itu, kita pun diajak untuk berjalan bersama
Yesus, agar pada akhirnya kita pun dimuliakan bersama-Nya.
Sebab yang bertahan sampai akhir, aan memperoleh mahkota
kemuliaan yang abai.
Kita berdoa: Tuhan Yesus, berkatilah kami semoga kami setia dan
bertahan bersama-Mu sampai akhir. Amin

Anda mungkin juga menyukai