Anda di halaman 1dari 4

P A AMA HKBP KISARAN KOTA

SENIN 14 JUNI 2021


HKBP KISARAN KOTA

1. Marende 449: 1- 2 “Sai solhot tu silangMi”


1. Sai solhot tu silangMi, Jesus ingananku
Mual na mabaor disi, i ma inumonku
SilangMi Tuhanki i ma pujionku
Paima sogot sahat au, i endehononku
2. Lao ma au tu silangMi, i haporusanku
Sai asi ma rohaMi unang tulak ahu
SilangMi Tuhanki i ma pujionku
Paima sogot sahat au, i endehononku
2. Doa Pembuka
3. Membaca Ayat : Galatia 6:11-18
4. Marende No : 466:1 “ Nunga ro au O Tuhanku”
Nunga ro au o Tuhanku tu hau pinorsilangMi
Hupelehon ma diringku upa halojaonMi
Hatuaon i, Las ni rohangki
Ai hibul do hupelehon nasa diringki
5. Renungan Yohannes 19:19-29

Peristiwa kematian Yesus merupakan suatu peristiwa yang menunjukkan dua hal,
yaitu puncak kejahatan manusia yang paling besar melawan Allah dan kekuasaan
Allah yang melampaui kemampuan manusia. Dalam peristiwa itu, Tuhan Yesus
diseret ke Bukit Kalvari. Tubuh-Nya dipaku secara keji pada kayu salib dan
dipertontonkan sambil dihina. Ini merupakan suatu gambaran nyata tentang sikap dan
tindakan kita yang cenderung egoistik, tanpa memikirkan orang lain. Kita menjadi
apatis atau tidak peduli lagi dengan orang lain, dan yang terpenting hanyalah
keinginan kita tercapai. Akibat keegoisan manusia, Yesus menderita dan wafat di
kayu salib karena kita tidak punya perasaan malu.

Dengan mencuci tangan di hadapan orang banyak (Matius 27:24), Pilatus


menyerahkan Tuhan Yesus untuk diperlakukan seperti teriakan mereka, “salibkan
Dia!”, dan mereka menerima Yesus Kristus untuk disalibkan. Akhirnya, (balok
horisontal pada salib) yang berat dan kasar itu ditumpangkan ke punggung-Nya yang
bersimbah darah dan bercampur tetesan keringat yang pasti menambah parah derita
1
Yesus Kristus hari itu. Yesus Kristus harus memikulnya sampai ke Golgota yang
terletak agak di luar kota. Ia harus melewati jalan yang tidak rata, lorong sempit yang
saat itu dipadati oleh orang yang bukan hanya datang ke Yerusalem untuk beribadah,
tetapi juga orang yang ingin menyaksikan secara langsung apa yang dialami Tuhan
Yesus. Bahkan, Tuhan Yesus harus terjerembab, jatuh tertimpa SALIB-Nya, dan
wajah-Nya pun langsung menghantam batu. Penyaliban merupakan penyiksaan
terburuk yang paling ekstrem yang diberikan kepada seorang budak, dan itulah yang
dialami oleh Yesus Kristus. Disalibkan adalah keadaan di antara bumi dan langit,
seakan-akan bumi tidak sudi menerima tubuh orang yang tergantung di kayu salib. Di
Golgota, Yesus Kristus dipaku tangan dan kakinya pada kayu salib, bermahkota duri,
dan pada kayu salib itu terpasang tulisan, “Yesus, orang Nazaret, Raja orang
Yahudi”. Salib adalah hukuman yang begitu mengerikan yang Dia terima hanya
karena Dia mengasihi manusia.

Yesus mengasihi kita, bukan karena kepintaran dan kepandaian kita, rupa kita, harta
kekayaan yang kita miliki, atau karena ada sesuatu dari kita yang membuat kita
dikasihi Allah. Bahkan, jika di dunia ini hanya kita sendiri yang berbuat dosa, Yesus
tetap turun ke dalam dunia dan menjalani hukuman salib karena kasih-Nya yang
begitu besar. Terimalah kasih-Nya dan percayalah kepada-Nya, Allah dan satu-
satunya Juruselamat manusia

Namun, melalui peristiwa tersebut, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada kita.


Allah mencurahkan kasih-Nya secara total dengan merelakan putra-Nya menderita
dan wafat di kayu salib untuk mnyelamatkan kita. Dengan cara itu, Allah terus
mencari uasaha agar kita dapat diselamatkan. Ini merupakan cinta yang melampaui
kemanusiawian kita, Yesus dengan tenang, sabar dan rela menerima semuannya itu.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita akan merenungkan bagaimana Yesus
menunjukkan kesetiaan-Nya menanggung penderitaan itu dengan berpasrah
sepenuhnya kepada kehendak Allah. Marilah kita merenungkan tiga sabda Yesus di
atas kayu salib sebagai bentuk penyerahan diri-Nya kepada Allah Bapa di Surga .

“Ibu, inilah anakmu” dan “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Ini merupakan ungkapan Yesus yang menggambarkan penyerahan diri Yesus bagi
orang yang mau menerima-Nya. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang
dikasihi-Nya yang dengan setia menemani Dia sampai di puncak Golgota. Dia
meneguhkan mereka supaya saling memperhatikan dan saling menguatkan. Maria

2
yang telah mengandung dan melahirkan Yesus, akhirnya juga menemani Yesus yang
tergantung di kayu salib. Tanggapan Maria atas sapaan malaikat Tuhan, “Jadilah
padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk 1:38) menjadi nyata dalam partisipasi pada
penyerahan Diri Yesus dengan wafat di kayu salib. Dia menerima kematian Yesus
dengan sepenuh hati, meskipun hatinya tertikam derita yang paling tajam dan
mematikan. Kepasrahan Bunda Maria adalah teladan umat beriman. Bunda Maria
menghayati hidup yang setia kepada Allah melalui “via dolorosa.” Dia taat kepada
Allah dengan menemani putra-Nya sampai di puncak golgota. Melalui teladan Maria,
kita dipanggi untuk setia kepada panggilan kita masing-masing, sejak kita berjanji
setia untuk menelusuri jalan hidup yang telah kita pilih sampai saat ini, misalnya janji
perkawinan suami-isteri untuk setia sampai mati.

Dalam rangka menelusuri jalan hidup atau menghayati panggilan kiranya kita harus
menghadapi aneka tantangan, hambatan, masalah, godaan dalam membangun bahtra
kehidupan keluarga kita masing-masing. Pilihan kita untuk hidup berkeluarga
merupakan konsekuensi dari ketaatan dan kesetiaan kita terhadap panggilan. Mungkin
saat ini juga kita sedang menghadapi masalah, tantangan, hambatan atau godaan berat.
Jika memang demikian marilah kita memandang Dia yang tergantung di kayu salib,
yang tidak mengeluh, menggerutu atau balas dendam terhadap mereka yang membuat-
Nya menderita. Ingatlah dan hayati bahwa penderitaan yang kita alami karena
masalah, tantangan, hambatan dan godaan tersebut rasanya tidak sebanding dengan
penderitaan Yesus. Saya yakin dan percaya jika kita sungguh-sungguh memandang
Yang Tersalib dengan sepenuh jiwa dan raga kita, kita pasti akan dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan kemudian mampu menghadapi aneka tantangan,
hambatan, masalah atau godaan tersebut dengan penuh sukacita.

“Aku haus!” (Yoh 19:28)

Orang yang mengeluh ‘haus’ berarti minta diberi minuman; dengan memberi
minuman berarti mengurangi penderitaan yang bersangkutan. Kita dipanggil untuk
‘memberi minum kepada Yesus yang kehausan di kayu salib’, artinya meringankan
beban penderitaan-Nya dengan berpartisipasi dalam penderitaanNya. Berpartisipasi
dalam penderitaan-Nya dapat kita wujudkan dengan mempersembahkan diri kita
seutuhnya kepada saudara-saudari kita, lebih-lebih yang setiap hari bersama dengan
kita, serta tugas pekerjaan kita masing-masing.

3
Pertama-tama di ingatkan kepada kita semua, yang kiranya telah memiliki pengalaman
untuk saling mempersembahkan atau memberikan diri seutuhnya, misalnya suami-
istri, yang dengan penuh cinta saling melayani sehingga menghasilkan seorang anak,
sebagai buah kasih yang menggembirakan. Melalui pengalaman-pengalaman
mencintai dan dicintai hendaknya menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dalam
kehidupan sehari-hari, entah di dalam keluarga, tempat kerja maupun dalam
masyarakat, yaitu dengan mempersembahkan diri pada anak-anak, tugas pekerjaan,
dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, dengan gembira dan bergairah.
Keteladanan kita akan mempengaruhi lingkungan hidup kita di mana pun kita berada.
Kita semua dipanggil untuk saling menghibur dalam hidup kita sehari-hari dimanapun
dan kapanpun, maka baiklah secara khusus kita perhatikan mereka yang sungguh
membutuhkan penghiburan, entah yang sedang sakit, menderita, atau yang mengalami
kesepian. Amin

6. Marende No 719:1 “ Hubege soaraM O Jesus ”

Hubege soaraM O Jesus Hubege soaraM O Jesus


Hubege soaraM O Jesus Na manjouhon "ihuthon ma au"
Togu au Jesus Tuhanku Iringiring ma langkangku
Patuduhon ma dalanMu Asa unang unang lilu au\
7. Tangiang Sian Sahalak Anggota
8. Marende No 730 : 1-2 “ Sai Patau ma “ ( Papungu Pelean )
1. Sai patau ma diringku ale Tuhan
Papatarhon hinauliMi Tuhan
Suru ma tondiMi saor tu rohangki
Lao papatar HolongMu tu donganki

2. Sai patau ma diringku ale Tuhan


Papatarhon hinauliMi Tuhan
Suru ma TondiMi saor tu rohangki
Patariparhon basaM tu donganki
9. Tangiang Ale Amanami/Pasupasu Amen 3x

Anda mungkin juga menyukai