Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 : MEMBUAT RENUNGAN

Wahyu 20 : 11- 21 : 1

Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari
hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi
yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.

Mazmur 130 : 1 – 8

Nyanyian ziarah. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!

Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara


permohonanku.

Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang


dapat tahan?

Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.

Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.

Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada
pengawal mengharapkan pagi.

Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak
kali mengadakan pembebasan.

Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.

Yohanes 19 : 17 – 39

Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak,
dalam bahasa Ibrani: Golgota.

Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang
lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.

Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang
Nazaret, Raja orang Yahudi."
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan
letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa
Yunani.

Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja
orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."

Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu


membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga
mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.

Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi
beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang
mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas
jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria
Magdalena.

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia
kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"

Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu
menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya
genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"

Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang
telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut
Yesus.

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai."Lalu Ia


menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal
tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang besar--maka datanglah orang-
orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu
dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang
yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;

tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak
mematahkan kaki-Nya,

tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera
mengalir keluar darah dan air.

Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya
benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.

Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya
yang akan dipatahkan."

Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah
mereka tikam."

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea--ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut
kepada orang-orang Yahudi--meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan
mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan
mayat itu.

Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus.
Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati
beratnya.

Renungan :

Salib adalah simbol bagi orang Katolik dan bagi orang Kristiani pada umumnya. Dengan
salibNya, Yesus menebus dosa umat manusia dan menanggung semua penderitaan atas
pembangkangan umat manusia terhadap Tuhan setelah nenek moyang manusia Adam dan
Hawa melakukan dosa pertama dan diusir dari taman Eden. Hari penyaliban merupakan hari
sengsara, hati pengharapan, hari ketika Yesus merasa ditinggalkan, hari kemenangan, hari
ratapan, hari kegembiraan, akhir suatu perjalanan, dan awal peziarahan yang baru.

Menjalin persahabatan dengan Yesus tidak berarti kita harus mengalami penderitaan
sebanyak mungkin, melainkan kerelaan kita untuk setia selalu dalam mendengarkan suara
kasih Allah tanpa takut, bersama Dia. Kita seringkali tergoda untuk menjelaskan penderitaan
sebagai kehendak Allah. Tetapi perlu direfleksikan kembali bahwa, kehendak Allah
bukanlah cap yang dapat diberikan pada keadaan-keadaan yang tidak membahagiakan. Allah
adalah maha baik dan maha mura ingin memberikan kegembiraan bukan kemalangan, damai
bukan perang, kesembuhan bukan penderitaan. Karena itu kita harus mau bertanya kepada
diri kita sendiri, apakah di tengah-tengah kemalangan dan penderitaan kita dapat melihat
kehadiran Allah yang kita cintai.

Sebagai orang yang beriman Katolik, kita yakin bahwa Kristus tidak mati untuk diri-nya
sendiri. Dia memikul Salib itu bagi kita. Lantas ketika kita memikul salib kita, apakah
sebenarnya yang sedang kita lakukan? Kita seringkali dengan bodohnya membayangkan
bahwa salib itu kita pikul bagi diri kita sendiri. Jika kita memikul salib itu bagi diri kita
sendiri, maka itu berarti salib Kristus tidak cukup bagi kita dan kematian-nya tidak cukup
bagi kita; kita harus mati bagi diri kita sendiri juga? Tidak ! Kita telah gagal memahami
aspek fundamental dari ajaran Yesus.

Ketika Yesus menyuruh kita untuk memikul salib kita setiap hari, hal itu bukanlah bagi
kepentingan kita sendiri. Dia memanggil kita untuk bergabung denganNya di dalam
pelayanan keselamatan. Artinya adalah: Yesus mati bagi kita, supaya setelah menerima hidup
itu kita bisa menyalurkannya kepada orang lain, entah lewat kehidupan atau lewat kematian.

Itulah yang dimaksudkan sebagai hikmat Allah. Bahwa di dalam hasrat untuk memperoleh
keselamatan sikap mementingkan diri kita sendiri kita dihancurkan. Bagaimana caranya?
Dengan mempersyaratkan bahwa jika kita ingin diselamatkan, maka kita harus menyalurkan
keselamatan itu kepada sesama kita yang lain. Jika kita tidak menyalurkannya kepada orang
lain, maka kita sendiri tidak akan diselamatkan juga.

Di dalam proses menjadi saluran keselamatan itu, kita memberikan diri kita kepada orang
lain, sama seperti Yesus telah memberikan diriNya kepada kita. Keselamatan bukanlah
barang yang bisa kita beli di toko dan dibagikan kepada orang lain. Keselamatan adalah
anugerah istimewa yang kita peroleh yang pada hakekatnya harus kita salurkan melalui hidup
dengan sesama kita.

Menemukan kehidupan baru melalui penderitaan dan kematian merupakan inti kabar gembira
keselamatan. Yesus sudah meniti jalan pembebasan itu sebelum kita menjadikannya sebagai
tanda agung. Manusia dewasa ini selalu ingin melihat tanda seperti peristiwa-peristiwa yang
hebat, istimewa, sensasional, dan penuh dengan sandiwara kepalsuan yang dapat membuat
kita lupa atau merasa tidak penting akan karunia keselamatan yang Yesus sediakan.
Terkadang kita lebih tergiur oleh hal-hal duniawi dan mengabaikan karunia yang diberikan
Yesus kepada kita. Padahal jika kita menanggapi mazmur yang didaraskan ada kesimpulan
bahwa kita merupkan ciptaan yang bergantung sepenuhnya kepada Allah sebagai Pencipta
dan Pemelihara. Fakta ini seharusnya sudah memadai sebagai alasan untuk memuji Dia di
segala waktu dan keadaan. Dalam kenyataan, dosa membuat kita enggan memuji Tuhan.
Kemelut hidup merampas hasrat kita untuk memuliakan Dia. Kesibukan menjauhkan kita dari
kenikmatan bersama dengan Tuhan dalam hadirat-Nya. Kita cenderung mengeluhkan hal-hal
yang belum ada di tangan kita daripada mensyukuri apa yang sudah ada dalam genggaman.
Sebuah penderitaan seringkali kita anggap sudah cukup untuk menyalahkan Tuhan, tetapi
ribuan kebaikan-Nya seolah-olah tak pernah memadai untuk memuji dan mengagungkan Dia.
Maka dari itu kita sepatutnya bertobat dan memohon belas kasih Tuhan dengan mengakui
kesalahan kita dan seutuhnya mau mengikuti jalanNya untuk memperolah keselamatan. Rasa
bersalah mengingatkan kita bahwa kompas kehidupan kita perlu diperbaiki supaya kompas
tersebut dapat dengan benar dan tepat menunjukan arag yang benar, yang menuju pada
keselamatan melaui Kristus yang tersalib, dan bukan kemalangan atau penderitaan. Rasa
berrsalah atau menyesali perbuatan dosa merupakan kekuatan yang perlu dipertimbangkan
dan dapat menjadi alat yang sangat berguna bagi perjalanan spiritual kita.

Kita patut bersyukur bahwa dosa kita telah ditebusNya melalui peristiwa penyaliban. Oleh
kematianNya kita diselamatkan. Dunia kegelapan dosa telah dirobohkan dan dibaharui
dengan cinta kasihNya yang tidak berkesudahan. Bukti bahwa Yesus mengasihi kita, ialah
Dia yang menciptakan kita dalam cinta dan berkenan menciptakan kita kembali dalam
kerahiman. AMIN !

Anda mungkin juga menyukai