Anda di halaman 1dari 25

Perkataan 1

Ya, Bapa, ampunilah mereka,


sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat (Luk 23:26-34)
Pada waktu Yesus Kristen diadili, Dia tidak berfirman, tidak berkata-kata. Firman menjadi tenang. Firman yang
mengajar di atas kapal, Firman yang berkata-kata di persimpangan jalan untuk memanggil orang bertobat kepada
Dia, sekarang tenang dan diam. Ini karena Allah mempunyai satu sifat: Jika manusia berusaha melampaui Dia, maka
Allah tinggal diam dan tidak menjawab apa-apa! Jikalau Tuhan masih mau berkata-kata, biarlah kita menyediakan
hati yang lunak, rela dan taat untuk menerima perkataan-Nya, meskipun perkataan-Nya tidak selalu menyenangkan
kita. Karena firman itu menghidupkan kita! Manusia hidup bukan hanya dari roti melainkan dari Firman yang
diucapkan dari mulut Allah (Mat 4:4)

Pada waktu Kristus diadili, Dia diam, tenang dan tidak berkata apa-apa. Tuhan tidak berkata apa-apa ketika dipukul,
dicambuk, diadili dan ditimpakan dengan salib, kayu yang berat dan kasar, kejam dan ganas. Yesus tidak berkata
apapun hingga ketika tangan serta kaki-Nya terpaku, Dia tetap tidak berkata apa-apa. Darah seteses demi setetes
keluar dari tubuh-Nya. Darahnya yang mahal, darah yang suci dan yang tidak bercacat cela mulai mengalir. Sebelum
Yesus dipaku, secara tradisi orang-orang yang akan disalibkan diberikan semacam minuman untuk membius Dia.
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak minum. Apa sebabnya? Karena Dia tahu bahwa kedatangan-Nya ke atas kayu
salib bukanlah untuk melarikan diri, melainkan untuk menjalankan kehendak Allah yaitu rencana penebusan Allah
yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Hanya Kristus saja, Allah yang menjadi manusia yang menjadi satu-satunya
Oknum yang menanggung tugas yang begitu berat. Dia rela sadar dan menerima siksaan dan penderitaan.

Setelah Yesus merasakan kesakitan yang begitu dahsyat ketika Yesus dipaku di atas kayu salib, saat itu Alkitab
mengatakan bahwa Dia membuka mulut-Nya. Sepanjang diadili, Yesus tidak berkata-kata. Tetapi sekarang Dia
membuka mulut-Nya. Orang-orang dibawah yang mendengarkan perkataan-Nya, maka terdengarlah perkataan yang
pertama: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

Kalimat Tuhan Yesus yang pertama di atas kayu salib dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Saat Paling Lelah Secara Fisik


Sepanjang malam itu Yesus tidak memejamkan mata-Nya. Dia dibawa kesana-sini dari Getsemani ke
Makhamah agama orang Yahudi, lalu ke Pilatus, ke tempat Herodes. Sepanjang malam itu Yesus dibawa
berjalan di tengah-tengah jalan Yerusalem. Di malam yan tidak adil, Ia mengalami enam kali pengadilan.

2. Saat Paling Sengsara


Paku sudah menembus kulit dan daging tangan serta kaki-Nya. Kedua tangan dan kaki dipaku, darah menetes
keluar dari tubuh-Nya. Dengan berkurangnya darah berarti tekanan darah semakin rendah, oksigen dalam
tubuh semakin berkurang, getaran urat nadi semakin cepat dan pernafasan terpacu lebih cepat dan dalam.
Di dalam keadaan paling lelah, Ia mengingat manusia yang lelah. Di dalam keadaan paling sakit, Ia mengingat
bahwa orang lain memerlukan Tuhan dan pengampunan-Nya. Di dalam keadaan paling sengsara, Ia
menghentikan kemarahan Allah terhadap kita.
3. Saat Paling Tersendiri
Saat itu adalah saat paling tersendiri, kejam, tidak adil, saat dimana awan gelap harus menutup matahari.
Moral, agama, politik menjadi gelap. Sejak dahulu banyak kegelapan yang sudah terjadi.
Justru di dalam keadaan demikian Yesus Kristus berfirman. Perkataan yang keluar pada waktu orang yang
mengalami kepicikan, kesulitan, kesengsaraan dan kesedihan, barulah menyatakan sampai dimana nilai
watak orang itu.

Beritakanlah kasih Allah melalui keadilan Allah. Dan berkhotbahlah akan keadilan Allah melalui kasih-Nya. Banyak
orang yang salah mengerti akan kasih Allah, lalu mempermainkan anugerah Allah. Sebaliknya, orang yang salah
mengerti akan keadilan Allah menjadi takut dan gentar, sehingga tidak ada damai sejahtera di dalam hatinya. Marilah
kita mengenal Allah yang kasih dan adil; Allah yang rahmani dan rahimi. Allah yang suci dan keras, Allah yang tidak
berkompromi dengan dosa.

Maka sekarang Yesus tergantung di atas kayu salib, tergantung di antara manusia dan Allah. Perkataan-Nya: Bapa
ampunilah mereka, seolah-olah mengatakan satu kalimat yang tersembunyi Hukumlah Aku saja. Allah menyatakan
hukuman-Nya kepada Kristus, menyatakan kemarahan-Nya atas dosa kepada Kristus, bukan kepada mereka. Manusia
perlu diselamatkan. Kasih yang bisa memulihkan keadaan manusia dan menghentikan murka Allah adalah kasih dari
kayu salib. Kasih dari kayu salib adalah kasih yang bisa menggabungkan langit dan bumi. Semenjak Adam jatuh dalam
dosa, maka penghulu-penghulu malaikat dengan pedang mewakili Allah, telah memutuskan hubungan antara Tuhan
Allah dengan manusia. Dan kasih di atas kayu salib telah menggabungkan manusia kembali kepada Tuhan Allah.
Dengan kasih ini juga, manusia digerakkan untuk kembali kepada Tuhan.

Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Betulkah orang yang menyalibkan
Dia tidak tahu apa yang mereka perbuat? Apakah orang yang membawa Yesus ke Pilatus tidak tahu apa yang mereka
perbuat ? Apakah Pilatus yang menghakimi Yesus tidak tahu apa yang mereka perbuat? Mereka pasti tahu apa yang
mereka perbuat. Tidak ada dosa yang sama sekali tidak disadari oleh orang yang melakukannya.

Yesus bukan memohonkan pengampunan yang tanpa pengorbanan, bukan pengampunan yang sifatnya otomatis,
juga bukan pengampunan yang sifatnya universal. Pengampunan hanya melalui Dia, yang mengalirkan darah,
berkorban mati bagi kita semua.

Maukah Anda merendahkan diri dan berkata: Tuhan ampuni saya yang berdosa ini ?

Perkataan Kedua
Amin! Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus (Luk 23:35-43)
Manusia yang berdosa, bukan berbuat salah kepada dirinya sendiri atau pada orang lain, tetapi manusia berdosa
justru berbuat salah kepada Tuhan. Dosa terbesar yang bisa dilakukan manusia adalah penghinaan terhadap utusan
Allah yaitu Yesus Kristus. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada menghina salib dan segala sengsara yang
ditanggung oleh Yesus. Meskipun demikian, anugerah pengampunan Allah mencapai klimaks yang lebih tinggi dan
berkata: Ya Bapa, ampunilah mereka.. Biarlah hati kita terharu dan tergerak oleh kasih Allah di atas kayu salib.
Puncak kesengsaraan yang diterima-Nya berasal dari ejekan perampok-perampok yang turut disalibkan bersama
dengan Yesus. Siapakah perampok ini? Mereka adalah orang yang berdosa, merampok, membakar, dan melakukan
segala macam kejahatan. Dalam Mat 27:44 dan Mrk 15:32, terdapat dua perampok yang disalibkan di kanan dan kiri
Tuhan, yang mengejek Dia. Yesus disalibkan di tengah, artinya Ia dianggap Orang yang paling berdosa di antara orang
berdosa yag disalibkan.

Jika kita diejek oleh orang yang lebih pandai dari kita, maka kadang-kadang kita masih bisa menerima hal itu. Tetapi
jika kita diejek oleh orang yang tidak bermoral, tidak berpengetahuan, tidak mempunyai kebajikan, dan tidak
mempunyai apapun seperti kedua orang perampok yang ikut mengejek Yesus Kristus, bisakah kita bertahan?
Sebagaimana manusia kita tidak bisa tahan akan ejekan orang yang sama-sama dipaku seperti itu. Tetapi Yesus
Kristus tetap tenang karena Dia tahu bahwa doa-Nya di atas kayu salib (Luk 24:34) adalah juga bagi kedua perampok
itu.

Di dalam teriakan dan ejekan massa, kita dapat pula mendengarkan teriakan dari seorang perampok yang tidak
bertobat: Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu! Ia berteriak agar Yesus turun dari salib dan
menyelamatkan diri. Ini merupakan satu seruan dari iblis. Teriakan dari ini, bukan dimulai dari Golgota melainkan dari
padang belantara dimana Kristus menerima pencobaan dari iblis sebelum memulai pelayanan Mesias (Mat 4:8-10).
Iblis mengatakan pada Yesus agar menyembah dia dan berjanji akan memberikan segala kerajaan dunia dan
kemegahannya. Perkataan ibis itu menyembunyikan satu kalimat lain, yaitu: Jangan naik ke Golgota, sebab jika
Enhkau naik maka Engkau akan disiksa, diludahi, dan akan dipermalukan. Tetapi Yesus mengetahui maksud
perkataan iblis yang indah yang menjanjikan segala kuasa dan kemuliaan dunia itu. Yesus menjawab: Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.

Sebelum Yesus bangkit, Ia harus mengalami kematian. Sebelum Dia memperoleh kemuliaan, Ia harus dipermalukan.
Ini merupakan proses untuk menguji ketaatan Dia di hadapan Tuhan Allah.

Betapa banyaknya orang yang tidak sadar akan dosa tetapi hanya sadar akan hukuman. Waktu berbuat dosa, manusia
akan merasa bebas, enak dan tidak merasa apa-apa sampai akhirnya hukuman dan siksaan datang mereka baru sadar
bahwa hukuman itu terlalu berat. Celakalah mereka yang mempunyai kesadaran akan hukuman dosa lebih daripada
kesadaran akan arti dosa. Dan berbahagialah orang yang sadar akan arti dosa lebih dari hukuman dosa.

Perampok ini mengambil konsep yang salah dan tidak mengetahui kesengsaraan Kristus sebagai pusat wahyu Allah
dalam Alkitab. Perampok ini tidak takut akan Allah dan tidak bersedia untuk berjumpa dengan Allah. Dalam
keadaaan seperti ini, kita melihat satu perubahan hidup yang besar pada perampok lain. Orang yang mempunyai
pengalaman yang sama, tidak tentu mempunyai kesimpulan dan reaksi yang sama. Respon dari perampok yang satu,
berlainan dari respons perampok yang ini. Ada satu pertobatan yang terjadi padanya.

Sengsara Kristus secara badaniah di kayu salib tidak berbeda dengan sengsara perampok yang disalibkan bersama-
sama dengan Yesus. Mungkin ada ribuan bahkan jutaan orang yang pernah dihukum mati di atas kayu salib dan
mengalami kesengsaraan yang sama seperti Yesus, tetapi Kristus dan status-Nya yang berbeda secara kualitatif
dengan semua orang, menjadi pusat perhatian kita. Kristus rela menderita. Setiap detik-detik yang kejam dan ganas
sama-sama dilewati oleh Tuhan dan dua orang perampok. Darah mengalir, tergantung disalib, disiksa, dan terpaku,
membuat para perampok menggeliat dan berteriak karena sakit yang tidak tertahankan. Jika mereka membuat satu
gerakan, maka sakit makin bertambah. Dan perampok yang bertobat ini mengalami perubahan yang hebat.

Pada waktu itu didengarnya satu perkataan dari Orang yang disalibkan di sebelahnya: Ya, Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mungkin air-mata bercucuran dari perampok ini yang dari hati
nurani yang paling dalam membutuhkan penghiburan. Perkataan Yesus yang pertama telah mengubah konsepnya
yang semula.

Beberapa hal yang terjadi pada perampok yang bertobat:


1. Mengubah Arah
2. Mengenal Arti Dosa dan Bertobat
3. Menerima Karya Yesus
4. Iman Yang Tertuju Pada Yesus

Yesus, ingatlah akan aku apablia Engkau datang sebagai Raja, demikianlah doa perampok yang bertobat kepada
Yesus Kristus. Doanya merupakan satu perkataan terputus-putus ataupun rintihan. Ia memiliki iman yang begitu
agung, berfokus tepat pada sasaran dan berbobot. Ia tetap yakin, meskipun tidak mengetahui kapan Kristus akan
menerima Kerajaan Sorga. Meski si perampok mempunyai pengenalan yang amat dangkal terhadap Kristus, tetapi ia
tahu bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Ia tahu bahwa ia akan segera berjumpa dengan Allah. Ia
memikirkan bagaimana berjumpa dengan Allah padahal seumur hidupnya penuh dengan dosa. Maka perampok itu
menyerukan doanya kepada Yesus. Ia tahu bahwa dirinya patut mati, ia menyesal akan dosanya dan tahu bahwa
Yesus mengampuni dosanya. Matahari yang tenggelam akan terbit kembali tetapi manusia mati tidak akan ada
kesempatan untuk hidup lagi. Semuannya sudah terlambat namun ia hanya meminta satu hal, yaitu agar Yesus
mengingat dia.

Jawaban Yesus kepada perampok yang bertobat yaitu kalimat kedua di atas kayu salib: Amin! Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Salib Kristus
yang bersinar sekarang mengeluarkan cahaya yang kedua. Cahaya yang pertama adalah cahaya mengampuni dosa
dan cahaya yang kedua adalah penerimaan orang yang berdosa untuk kembali ke dalam Kerajaan Allah.

Sudahkah anda berdoa kepada Tuhan dan mengenal Kristus yang harus sengsara? Janji dan anugerah-Nya tidak
kosong belaka, barangsiapa yang datang kepada Kristus akan dijawab-Nya: Amin! Hari ini engkau bersama Aku di
dalam Firdaus.

Perkataan Ketiga
Wanita, inilah anakmu..inilah ibumu (Yoh
19:23-27)
Jika kalimat pertama ditujukan Kristus kepada Allah yang Mahasuci maka kalimat yang kedua ditujukan-Nya kepada
orang yang maha jahat. Demikianlah Kristus menjadi Pengantara antara Allah dan manusia. Kristus sebagai satu-
satunya Juruselamat yang memberikan pengharapan kepada manusia anak-anak Adam, anak-anak pemberontak, dan
anak-anak murtad. Bagi anak-anak yang sudah melupakan janji Allah, Kristus menyediakan jalan untuk boleh kembali.

Sesudah menyatakan pekerjaan sebagai Pengantara yang menyatukan manusia dengan Allah, maka Kristus melihat
kembali kepada mereka yang memaku Dia dan orang-orang di bawah salib yang menonton-Nya. Tontonan ini terlalu
hebat karena yang di atas kayu salib bukan saja dua orang perampok tetapi juga Orang yang terkenal. Pada waktu
hidup-Nya Kristus adalah orang yang paling terkenal di zaman-Nya. Gubernur Pilatus, Herodes, Politikus Romawi,
hakim-hakim, ahli-ahli Taurat, dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang tertinggi sampai kepada rakyat jelata
bahkan pengemis-pengemis pernah melihat Dia. Begitu banyak orang mengenal namanya. Nama-Nya sudah disiarkan
di sana-sini. Dia pernah membangkitkan orang mati lebih banyak dari nabi siapapun dalam sejarah. Menyembuhkan
orang yang timpang, orang yang buta, meluruskan orang yang bengkok, dan menghentikan air mata dari seorang ibu
yang harus mengantarkan anak tunggalnya pergi ke kuburan. Yesus Kristus dengan pekerjaan-Nya yang ajaib dan
kuasa-Nya yang besar telah menggeparkan zaman itu, maka nama-Nya disiarkan di sana-sini. Bahkan orang dari
Yunani datang mencari Dia.

Nama Yesus bukan saja termashur di Galilea, tanah Yudea dan Samaria melainkan telah termashur ke daerah Yunani.
Orang Yunani yang telah banyak dipengaruhi oleh Sokrates, Plato, dan Aristoteles dan menjadi bangsa yang penuh
dengan filsafat mengirim orang kepada Yesus untuk menawarkan kemungkinan bagi Dia mengajar orang Yunani. Dan
menurut orang banyak, tidak mungkin Orang yang begitu termashur sekarang disalibkan.

Beribu-ribu mungkin puluhan ribu orang yang pergi ke Golgota menonton Orang terkenal yang disalibkan. Tuhan
yesus melihat kepada orang-orang yang ada di bawah salib. Dia yang ada di atas salib melihat kepada massa yang
terbentuk dari bermacam-macam orang. Ada orang yang tidak tahu apa-apa, ada orang yang terheran-heran, ada
orang yang ikut-ikutan. Itulah orang-orang yang pada beberapa waktu sebelumnya ikut-ikutan berteriak: Hosana!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!. Pada saat Yesus masuk ke kota Yerusalem, beribu-ribu
orang bebaris di tengah jalan dengan pakaian mereka diletakkan di jalan bagaikan menyambut raja yang agung.
Tetapi orang-orang yang berteriak-teriak Hosana! Hosana! adalah juga orang-orang yang berteriak: Salibkan Dia!
Salibkan Dia! Itulah perubahan massa. Dari atas salib Yesus melihat manusia yang suka berubah.

Selain massa yang berteriak, Yesus juga mendengar suara tangisan dari beberapa perempuan. Perempuan-
perempuan yang berjalan kaki mengikuti sampai dibawah salib, yang mempunyai satu keberanian dan ketabahan
yang terlalu besar dibandingkan dengan pria-pria. Dimana Petrus, Thomas, Andreas, Filipus, dan Natanael?
Dimanakah rasul-rasul yang mengatakan tidak akan meninggalkan Yesus meskipun sampai mati? Mereka semua
pergi.

Alkitab mengatakan bahwa ada perempuan-perempuan di dekat kaki salib Tuhan Yesus. Perempuan mempunyai
peranan yang penting dalam melayani Tuhan. Perempuan-perempuan itu adalah ibu Yesus Kristus, ibu Yohanes istri
Zebedeus, dan ada juga Maria Magdalena. Mereka adalah orang-orang yang pernah menerima anugerah-Nya, orang-
orang yang mencintai-Nya. Mereka memiliki kekuatan cinta kepada Tuhan. Perempuan-perempuan ini naik ke bukit
Golgota dengan hati yang hancur karena Orang yang paling mereka cintai, hormati, dan disembah sujud oleh mereka
adalah Orang yang sekarang dipaku di atas kayu salib. Mereka menjejakan kaki di bukit Golgota, duduk dan berlutut
di bawah salib Kristus. Tak ada yang bisa mengatakan apapun, hanya menangis dan merasa simpatik.

Kristus melihat seorang yang paling menyedihkan diri-Nya sebagai manusia yaitu Ibu-Nya sendiri. Siapakah ibu yang
suka melihat jika anaknya dipaku di atas kayu salib. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa pada waktu Yesus di atas
kayu salib, Maria sudah hadir di situ. Maria adalah orang yang paling sedih. Ia melihat Yesus, anak yang dicinta,
dirawat, dipeliharanya, sekarang tubuh-Nya penuh dengan cacat dan darah yang mengalir.

Setelah menanti-nanti, sekarang tibalah waktunya Yesus melihat kepada bunda Maria. Ia melihat pula kepada
Yohanes murid-Nya yang muda dan berani, lalu keluarlah kalimat ketiga dari atas kayu salib. Ia berkata kepada ibu-
Nya: Wanita, inilah anakmu. Lalu Yesus berkata kepada Yohanes: Inilah ibumu.

Kristus memilih istilah yang tepat. Dalam hubungan ilahi, Yesus adalah Pencipta semesta, termasuk Maria dan
Yohanes. Tetapi dalam hubungan manusiawi, Yesus pernah meminjam rahim Maria. Sebagai Allah, Raja, Pencipta,
sekarang Yesus memberikan perintah kepada ciptaan-Nya. Disini Yesus sebagai Pencipta, bukan sebagai anak.
Yohanes adalah orang yang Maria perlukan untuk memelihara dirinya pada masa tuanya.

Mengapa Yohanes yang diberikan kepercayaan untuk memelihara Maria?

1. Yohanes adalah murid Yesus yang paling muda.


2. Yohanes juga mempunyai keyakinan lebih dari murid yang lain sehingga ia sanggup untuk merawat Maria
lebih baik daripada yang lain.
3. Yohanes adalah murid yang paling bertanggung-jawab, yang mengikuti Dia sampai mati.
4. Yohanes sendiri menyadari dirinya sebagai murid yang dikasihi Kristus.

Rasul yang paling muda, tetapi yang satu-satunya bediri di sisi kayu salib adalah Yohanes. Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini sehingga Dia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Yohanes yang menuliskan ayat tersebut.
Apakah arti perkataan Yesus kepada Yohanes? Perkataan itu berarti bahwa Tuhan mau supaya setiap orang yang
sudah menyadari cinta Tuhan atas dirinya, juga menanggung satu beban tanggung-jawab Tuhan. Hanya dalam
beberapa hari, hidup rohani Yohanes berubah jauh dari semula. Yohanes yang dulu hanya menginginkan supaya kelak
duduk di sebelah kanan atau kiri Yesus, ia menginginkan kedudukan yang tinggi. Namun sekarang dia tahu bahwa itu
bukan hidup rohani yang benar.

Adakah wanita-wanita yang mau meneladani hidup Maria?


Adakah orang-orang muda yang mau meneladani hidup Yohanes?
Jika Anda dipanggil Tuhan untuk melayani Dia, maukah Anda mencintai Dia dengan bersedia hati dan bertanggung-
jawab sungguh-sungguh mengkuti-Nya dan bukan gila hormat manusia?

Perkataan Empat
Eli, Eli, lama sabakhtani?
Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?
(Mat 27:45-50)
Firman Allah yang menjadi daging, berfirman pada waktu Ia menderita di atas kayu salib. Jam sembilan pagi, Kristus
dipaku di atas kayu salib, dan pada tiga jam berikutnya Ia terpanggang oleh teriknya sinar matahari. Keringat mengalir
masuk ke dalam lubang-lubang paku dan luka-luka Yesus. Keringatn-Nya bercampur dengan darah. Kesakitan yang
diderita-Nya tidak bisa ditahan oleh orang biasa, tetapi Kristus tetap tenang. Setelah tiga jam berada di bawah
teriknya matahari maka terjadilah satu hal yang ajaib, satu tanda yang besar yang dinyatakan dari langit. Satu
kegelapan yang besar menudungi seluruh daerah sehingga orang tidak bisa menerobos ataupun mengusir kegelapan
itu dari atas kepala mereka.

Matahari menjadi malu dan tidak berani melihat ini, seluruh angkas menyatakan keajaiban. Alam semesta yang
diciptakan oleh Allah, mendadak memberikan satu penyataan bahwa mereka tidak setuju akan hal yang amat tidak
berperikemanusiaan yang terjadi di tanah yang menjadi pusat agama pada waktu itu.

Kegelapan yang terjadi pada waktu penyaliban bukanlah kegelapan biasa, bukan pula awan tebal, juga bukan gerhana
matahari karena tidak mungkin mengakibatkan kegelapan sampai tiga jam lamanya, lagipula Paskah orang Yahudi
adalah persis bulan purnama, dan gerhana matahari tidak terjadi pada waktu bulan purnama. Jadi kegelapan
tersebut adalah kegelapan yang luar biasa. Waktu dimana matahari bersinar paling terang, waktu itu juga terjadi
kegelapan paling gelap.

Dalam kegelapan ini, Yesus tidak mengucapkan satu kalimat pun. Sesudah tiga jam kegelapan itu terjadi, barulah
orang-orang menyadari bahwa matahari tidak bersinar (Luk 23:44-45). Orang-orang yang memaku dan menjatuhkan
hukuman dengan semena-mena menjadi takut dan gentar. Pilatus tidak bisa menjelaskan mengapa matahari tidak
bersinar. Pemimpin-pemimpin agama dan orang-orang Yahudi menjadi takut dan terdiam. Tidak ada suara di Golgota.

Setelah tiga jam lewat, Kristus mengucapkan kalimat keempat di atas salib. Suara yang timbul dari satu kekuatan yang
bukan ditimbulkan oleh manusia biasa yang hendak mati, tetapi kekuatan yang membuktikan bahwa Kristus tidak
lemah. Kristus berteriak: Eli, Eli, lama sabakhtani! artinya Allah-Ku, Allah-Ku, apakah Engkau meninggalkan Aku?.
Suara tersebut bukan saja menggentarkan hati manusia yang ada di bukit Golgota, tetapi menggema di awan-awan
seluruh alam semesta. Perkataan Kristus ini adalah yang paling sulit untuk dimengerti.
Malaikat-malaikat menyaksikan kelahiran Kristus, melayani Dia sesudah dicobai di padang gurun, menjaga kubur
Yesus, bersaksi atas kebangkitan-Nya, memberitahukan tentang kedatangan Kristus pada saat kenaikan-Nya dan kelak
akan ikut datang ke dunia pada waktu kedatangan Kristus kedua kali. Iblis adalah malaikat jahat yang sudah jatuh.
Dalam setiap langkah Kristus, baik sejak kelahiran sampai kenaikan Kristus ke Golgota, iblis berminat untuk
menjatuhkan, membunuh, dan meremukan Kristus. Tetapi malaikat yang baik, selalu memperhatikan setiap langkah
dan peristiwa teragung dalam sejarah dalam diri Yesus Kristus. Tetapi pada saat itu, Yesus mempertahankan bibir
mulut-Nya, Ia tidak mau memanggil malaikat.

Di Golgota, malaikat-malaikat tidak kelihatan, suara Allah tidak terdengar, kegelapan meraja-lela. Di dalam kehidupan
kita mengikut Kristus, kadang-kadang Allah mengizinkan satu kegelapan yang besar dimana saat itu seolah-olah kita
tidak bisa tahan. Kita mungkin berteriak: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? dan kita dapat
sedikit mengerti akan perkataan Yesus.

Pada saat kelahiran-Nya, ada terang yang besar di tengah kegelapan, tapi pada saat kematian-Nya, ada kegelapan
yang besar di tengah matahari yang bersinar terang. Waktu lahir-Nya, kristus membawa terang kepada dunia yang
gelap, tetapi waktu kematian-Nya Kristus yang adalah terang dunia, ditimpa oleh gelapnya dosa dunia. Dunia
menimpakan dosa kepada diri-Nya dan Dia dikucilkan oleh Allah, tapi Yesus Kristus rela menerimanya. Semua ini
adalah karena ketaatan dan kerelaan-Nya. Dia taat sampai mati di kayu salib.

Untuk mencari kita domba yang tersesat, maka Kristus datang ke dunia menjadi Gembala kita. Untuk mencari kita
yang jauh dari Tuhan, akhirnya Kristus harus menjauhkan diri dari Tuhan. Untuk mencari kita yang berdosa, maka
Kristus dijadikan berdosa karena kita. Untuk menjadikan kita anak-anak Allah, maka Anak Allah harus turun dan
menjadi Anak Manusia. Supaya kita boleh mendapat hidup di Sorga, maka Dia harus turun ke dunia. Supaya kita
boleh mendapatkan hidup yang kekal, Dia harus mati bagi kita. Pada waktu Dia berteriak: Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?, Kristus telah memberitahukan kepada kita bahwa perjalanan-Nya dari Sorga
mencari orang berdosa, telah mencapai pada satu titik kebahayaan dan kesulitan serta kedalaman yang tidak akan
bisa dicapai oleh manusia.

Kita mengetahui bahwa Kristus mencintai kita sampai akhir. Di dalam kalimat keempat di kayu salib kita mengetahui
cinta Kristus pada kita itu tuntas, sebab Dia sudah mengalami satu pengadilan Ilahi dan satu kekejaman hukuman
nekara yang seharusnya kita terima. Di sini buktinya cinta Tuhan Yesus pada kita. Keadilan dan kemarahan Allah
berlaku tanpa kompromi. Siapakah kita? Kita tidak mungkin bisa melarikan diri dari hukuman Allah. Hanya ada satu
jalan, yaitu dengan datang dan menggabungkan diri dengan murka yang sudah diterima oleh Kristus di atas kayu
salib. Maka barangsiapa yang berada di dalam Kristus, tidak ada lagi hukuman neraka.

Barangsiapa yang pernah mengerti perkataan Kristus ini dan mematuhi Kristus, tidak akan dibuang oleh Bapa sampai
selama-lamanya. Semua ini mungkin terjadi karena Kristus pernah menderita bagi kita. Roh-roh, jiwa-jiwa yang
ditebus oleh Tuhan kiranya kita bersyukur dan berkata kepada-Nya: Ya Tuhan, aku mengerti kalimat ini. Aku
mengerti Golgota. Di dalam keadaan yang paling sulit, Kristus sudah menjalani dengan taat. Dan melalui Dia aku bisa
memperbaharui hubungan dengan Tuhan Allah. Aku bersyukur.

Perkataan Lima
Aku haus! (Yoh 19:28-29,
Mzm 22:14-16, Mzm 69:21-22)
Perkataan Enam
Sudah genap! (Yoh 19:29-30)

Perkataan Tujuh
Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan
nyawa-Ku (Mat 27:50-61, Luk 23:44)

Anda mungkin juga menyukai