Ahli Taurat itu tidak puas dengan kedudukan dan pekerjaan orang Farisi. Ia
telah mempelajari Kitab Suci dengan kerinduan untuk memanami makna
yang sebenarnya. Ia mempunyai minat yang besar dalam hal itu. dan ia
bertanya dengan sungguh-sungguh Diakuinya bahwa hal-hal ini tidak ada
artinya, tetapi menunjukkan dua prinsip besar yang bergantung segala
hukum dan kitab nabi-nabi.
Yesus menunjukkan hukum sebagai keutuhan Ilahi dan dalam pelajaran ini
meng-ajarkan bahwa mustahil memeliharakan satu ajaran, dan melanggar
yang lain; karena prinsip yang sama meliputi semuanya. .Nasib manusia di-
tentukan oleh penurutannya akan segenap hukum.
Ahli Taurat itu mendapati dirinya dalam keadaan melanggar hukum. Ia
diyakinkan oleh perkataan Kristus yang tajam itu. Kebenaran hukum, yang
dipahaminya menurut anggapannya, Ia tidak menunjukkan kasih terhadap
sesamanya manusia. Pertobatan dituntut, tetapi gantinya bertobat, ia
mencoba membenarkan dirinya. ia berharap untuk menghindarkan
keyakinan serta mempertahankan dirinya di hadapan orang banyak.
Kedua orang ini menduduki jabatan yang suci, dan terkenal ahli dalam
menguraikan Kitab Suci. Mereka berasal dari golongan yang dipilih khusus
untuk menjadi wakil Allah kepada manusia. Mereka “dapat mengerti orang
yang jahil dan orang yang sesat” (Ibr. 5:2), agar mereka dapat menuntun
manusia untuk mengerti kasih Allah yang besar kepada manusia.
Imam dan orang Lewi tahu benar akan segala pelajaran ini, tetapi mereka
tidak membawanya ke dalam kehidupan yang praktis. Karena dilatih di
sekolah kefanatikan nasional, mereka sudah bersifat mementingkan diri,
picik, dan menyendiri.
Ahli Taurat itu tidak melihat sesuatu yang bertentangan dengan yang telah
diajarkan mengenai tuntutan hukum Tetapi sekarang pemandangan yang
lain ditunjukkan.
Yesus menatap mata ahli Taurat itu, dalam pandangan yang tampaknya
membaca jiwanya, dan berkata, “Siapakah di antara ketiga orang ini
menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke
tangan penyamun itu?” Luk. 10:36.
Ahli Taurat itu tidak mau menyebutkan kata orang Samaria, dan ia
menjawab, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Dalam cerita tentang orang Samaria yang murah hatinya, Yesus mem-
berikan suatu gambaran tentang diri-Nya Sendiri dan tugas-Nya. Manusia
telah tertipu, tertindih, dirampoki, dan dibinasakan oleh Setan, dan
ditinggalkan untuk binasa; tetapi Juruselamat mempunyai belas kasihan
atas keadaan kita yang tidak berdaya. Ia meninggalkan kemuliaan-Nya, agar
datang menyelamatkan kita.
Dosa adalah yang terbesar dari segala kejahatan, dan kitalah yang harus
mengasihani dan menolong orang berdosa. Banyak orang yang berbuat
salah, dan yang merasa malu dan bodoh. Mereka lapar akan perkataan
yang memberi keberanian. Jika kita orang Kristen, kita tidak akan
melewatinya saja, seraya berusaha sedapat-dapatnya untuk menjauhi
orang-orang yang paling memerlukan pertolongan kita. Bila kita melihat
orang-orang yang dirundung malang, baik oleh malapetaka maupun oleh
dosa, maka kita tidak pernah akan mengatakan. Ini bukan urusan saya.
Dengan iman dan doa lawanlah kuasa musuh. Ucapkanlah perkataan iman
dan keberanian yang akan menjadi obat penawar bagi orang yang hancur
dan luka. Jangan sekali-kali kita melewati jiwa yang sedang menderita tanpa
berusaha memberikan penghiburan kepadanya, yang dengan itu kita
dihiburkan oleh Allah.
prinsip yang dilukiskan dalam cerita orang Samaria yang baik hati, dan
dijelaskan dalam kehidupan Yesus. Tabiat-Nya menyatakan makna hukum
yang sebenarnya, serta menunjukkan apa yang dimaksudkan oleh
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dan bila anak-anak Allah
menyatakan kemurahan, keramahtamahan, dan kasih terhadap segala
manusia, mereka juga sedang menyaksikan tabiat dan undang-undang
surga. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya
sempurna di dalam kita.
4. - Handuk Tangan
- Hang mandi kecil
- Sabun batang
- Sampo (&kondisienor)
- Deodoran – aroma netral
- Sikat gigi
- Pasta gigi
5.