Pada saat Yesus hidup di dunia ini, dunia sementara dikuasai oleh imperium Romawi. Itu
jelas suatu negara yang tidak bersifat teokrasi. Dan karena itu Yesus pun tidak melakukan Civil
Law sebagaimana yang diperintahkan hukum Taurat. Misalnya : Yesus tidak menghukum ahli
Taurat yang mengajarkan ajaran sesat, Yesus tidak menghukum mati orang-orang kafir yang Ia
temui, Ia juga tidak memerintahkan hukuman mati bagi perempuan yang kedapatan berzinah
(Yohanes 8:5), padahal jelas Taurat memerintahkan itu (Imamat 20:10). Kalau Ia melakukan
semua itu jelas Ia menyalahi hukum Romawi saat itu yang tidak bersifat teokrasi. Karena itu juga
adalah salah jika hidup dalam negara yang bersifat demokrasi tapi menerapkan hukum non
toleransi beragama seperti negara teokrasi Israel.
Dalam Ulangan 10:18-19 tertulis (17) “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah
dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang
bulu ataupun menerima suap; (18) yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan
kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian. (19)
Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun
dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”
Terdapat kisah orang Samaria yang murah hati (Luk 10:29-37) dimana seorang Samaria yang
menolong orang yang dirampok para penjahat yang sangat besar kemungkinan adalah orang
Yahudi, seorang yang adalah musuh bangsanya maupun agamanya. Maka di sini jelas Tuhan
Yesus mengajarkan bahwa di dalam hal menolong atau berbuat baik kepada orang lain,
perbedaan agama / kepercayaan tidak boleh menjadi halangan.
Karena itu, selama masih ada kesempatan, marilah berbuat baik kepada semua orang,
tetapi terutama kepada kawan-kawan seiman. Dalam Galatia 6:10 mengatakan bahwa
haruslah berbuat baik kepada semua orang dan adanya kata-kata “terutama kepada kawan-kawan
seiman” menunjukkan bahwa kata-kata “semua orang” itu termasuk di dalamnya adalah orang-
orang yang tidak seiman. Jadi orang yang tidak seiman pun layak untuk mendapatkan perbuatan
baik kita sekalipun mereka bukanlah yang terutama.
Dalam ayat ini jelas bahwa Tuhan menerbitkan matahari bagi orang jahat. Tapi apakah
itu berarti Tuhan menyetujui kejahatannya? Jelas tidak! Orang jahatnya dikasihi tapi
kejahatannya tidak disetujui atau bahkan kejahatannya dibenci. Ia menurunkan hujan bagi orang
tidak benar. Tapi apakah itu berarti Tuhan menyetujui ketidakbenarannya? Jelas tidak! Orang
yang tidak benar itu dikasihi dengan pemberian hujan kepadanya tapi ketidakbenarannya sama
sekali tidak disetujui oleh Tuhan. Jadi terlihat bahwa Tuhan bertoleransi kepada orangnya tapi
tidak kepada pandangan / pikiran / perbuatannya.
Umat Kristiani diajarkan untuk saling menghargai, mengasihi sesama dan berbuat baik
pada mereka serta menolong mereka ketika dalam kesusahan, tapi menyetujui apa yang mereka
pahami, menerima apa yang mereka katakan sebagai kebenaran, apalagi menyesuaikan ajaran
agama Kristen dengan ajaran agama mereka sama sekali tidak dapat dilakukan. Kalau melakukan
hal itu, itu bukanlah lagi toleransi namanya melainkan kompromi.
Alkitab menjadi sumber dasar bagi kehidupan umat Kristiani yang bertoleransi dengan
orang-orang beragama lain. Dengan demikian seorang Kristen haruslah orang yang bisa hidup
bertoleransi dan rukun dengan kelompok-kelompok lain yang berbeda keyakinan / agama
dengannya bahkan harus berbuat baik kepada mereka.