DOSEN PEMBIMBING:
Pdt. B. Rumahorbo, M.Th
DISUSUN OLEH :
Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang
ilmu teologi yang membahas masalah tentang apa yang baik dari sudut pandang
Kekristenan. Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil, maka
etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah yang
baik. Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu tindakan yang bila
diukur secara moral baik.
B. Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "Agama" berasal dari bahasa Sanskerta,
yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja religare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Dalam konteks agama Kristen, pengertian suatu agama dapat kita lihat
melalui Allah yang telah berfirman mulai dari Perjanjian Lama melalui
perantaraan para nabi, dan digenapi dengan kedatangan Kristus, yang datang ke
dunia untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa serta memberikan
contoh bagaimana seharusnya menjadi umat Allah. Alkitab menasihati kita
untuk ”tidak mengabaikan pertemuan kita”. Itu berarti bahwa Allah ingin agar
orang-orang beribadat dalam suatu kelompok yang terorganisasi. Alkitab
berkata bahwa semua orang yang menyembah Allah dengan cara yang Ia
perkenan hendaknya ”selaras dalam hal berbicara” dan ”bersatu dengan
sepatutnya dalam pikiran yang sama dan dalam jalan pikiran yang sama”.
C. Hubungan etika Kristen terhadap suatu agama.
Sebagai orang Kristen yang beretika, Menempatkan agama sebagai
sebuah sistem kepercayaan pada dasarnya menentukan pijakan hidup seorang
manusia pada sebuah keyakinan akan kebutuhan rohani manusia itu sendiri atas
kepercayaan yang dianutnya. Dari penjelasan tersebut, dapat kita katakan bahwa
agama dengan perangkat ajarannya memiliki ikatan bagi penganutnya, sehingga
subtansi kebenaran dalam hal ini harus dilihat dari segi universalnya. Secara
garis besar, semua agama menganjurkan penganutnya untuk saling
menghormati, berlaku adil dalam hal apapun dan pantang akan penindasan.
Melihat keragaman agama yang ada di Indonesia, jelas kiranya potensi konflik
juga akan semakin besar. Sehingga untuk melakukan filtrasi atas fenomena ini
diperlukan perbuatan menyeluruh terhadap faham keagamaan terwacanakan
dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Bab 3
A. Penyebab terjadi konflik agama
Konflik merupakan ekspresi pertentangan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan-perbedaan. Karena itu dalam kadar yang ringan, konflik bisa berupa
perbedaan pendapat atau kehendak antara satu orang atau kelompok dengan
orang atau kelompok lainnya. Perbedaan tersebut diatas merupakan ekspresi
dari kepercayaan yang dianut oleh individu maupun kelompok tertentu.
Sehingga penyikapan perbedaan harus diarahkan pada sesuatu yang bersifat
produktif, dari sini kemudian terbangun sebuah narasi besar terhadap perbedaan
yang harus disikapi sebagai rahmat dari Tuhan dan tidak dengan konflik atau
pertentangan yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Masalah defisiensi moral
juga sering menimbulkan kecemasan sosial karena eksesnya dapat
menimbulkan gap generation sebab para generasi muda yang diharapkan
sebagai kader-kader penerus menjadi calon-calon pemimpin bangsa (revitalising
agent) banyak tergelincir dalam lumpur kehinaan.
Demikian pula dewasa ini, ada banyak sekali agama yang ”mengajarkan
perintah manusia sebagai doktrin”. Markus 7:7 (Percuma mereka
beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia).
oleh karena tidak mengetahui keadilbenaran Allah tetapi berupaya
menetapkan keadilbenaran mereka sendiri, mereka tidak menundukkan
diri kepada keadilbenaran Allah.” Roma 10:2, 3 ((2) Sebab aku dapat
memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat
untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena
mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka
berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak
takluk kepada kebenaran Allah).
Allah juga mengatakan kepada kita semua untuk saling mengasihi
Yohanes 13:34 (Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu
supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
demikian pula kamu harus saling mengasihi).
Jika mau menyenangkan Allah, kita perlu beribadat secara terpadu dan
terorganisasi, 1 Petrus 2:17 (Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-
saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja).
Bab 5
Kesimpulan