Anda di halaman 1dari 20

Islam & Toleransi

Kelompok 1
Muhammad Janjani
Fitriana Hisnainy Latifah
Amar
Septia Putri Pangestu
Moch. Aqsal
Toleransi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris:
tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan
emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu
bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan atau yang bertentangan
dengan pendiriannya.
Jadi, toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut
agama-agama lain.
Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam
perbedaan. . Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam
QS. Al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”
Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting
yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan
keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat,dsb.
Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya
agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-
masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut
agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya.
Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka
kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah
diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
Manusia Dan Realita Kemajemukan Sosial
(SARA)

Realitas kemajemukan sosial merujuk pada keberadaan berbagai kelompok sosial yang
berbeda dalam suatu masyarakat. Ini mencakup keberagaman dalam hal suku, agama, ras,
budaya, gender, dan faktor-faktor lain yang membedakan individu atau kelompok satu sama lain.
Realitas ini mencerminkan kenyataan bahwa masyarakat tidak homogen, tetapi terdiri dari
sejumlah besar kelompok yang memiliki karakteristik dan identitas unik. Kemajemukan sosial
dapat dilihat sebagai suatu kekayaan dan sumber daya, karena membawa berbagai pandangan,
pengalaman, dan kontribusi yang berbeda-beda ke dalam masyarakat. Namun, pada saat yang
sama, kemajemukan sosial juga dapat menjadi sumber konflik jika tidak dikelola dengan baik.
SARA adalah sebuah pandangan atau tindakan yang berhubungan dengan sentimen identitas
diri yang menyangkut agama, keturunan, suku, kebangsaan, dan golongan.
Contoh Konflik Sara di Lingkungan Sekolah.
1. Diskriminasi terhadap murid berdasarkan suku
Biasanya siswa yang berasal dari suku berbeda dan minoritas akan sering mendapatkan perlakuan
tidak adil dari murid lain dan guru. Misalnya, bullying, ejekan, perbedaan nilai, dan masih banyak lagi.
2. Diskriminasi karena berbeda agama
Setiap sekolah di Indonesia memiliki sifat sekolah yang mayoritas. Ketika masuk ke sekolah dengan
agama mayoritas pastinya hanya ada dua hingga lima orang yang memiliki agama berbeda dan
terkadang mendapatkan perlakuan tidak adil.
3. Konflik berdasarkan warna kulit
Terkadang bentuk konflik di sekolah terdengar aneh karena warna kulit juga dapat menjadi media
bullying. Misalnya, terdapat murid yang memiliki kulit lebih gelap maka teman-temannya akan
mengejeknya dengan sebutan “hitam jelek”.
4. Konflik antar kelas ekonomi
Konflik dapat terjadi berdasarkan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga murid sekolah.
Hal ini biasa terjadi ketika murid yang memiliki ekonomi rendah mendapatkan perlakuan tidak adil dari
teman-temannya dan pihak sekolah.
Contoh Konflik SARA di Lingkungan Masyarakat

1. Konflik antar etnis yang terjadi pada tahun 1998, khususnya pada etnis pribumi dan etnis
Tionghoa.
2. Konflik antar organisasi keagamaan masyarakat yang berada di Jakarta.
3. Konflik karena perbedaan warna kulit dalam bidang pekerjaan, layanan publik, atau
pendidikan. Misalnya, banyak pekerjaan yang selalu memilih calon pekerja dengan warna
kulit cerah atau putih.
4. Konflik Pengusiran Mahasiswa Papua di Yogyakarta yang terjadi akibat beberapa oknum
mengepung asrama mahasiswa dari Papua dan melontarkan ujaran kebencian dan
mengusir mereka.
5. Konflik sosial di Situbondo yang terjadi pada tahun 1996 karena ada perbedaan
keyakinan gerakan anti Kristen dan Tionghoa.
Cara Mengatasi Konflik (SARA)
1. Mulai untuk Mendekatkan Diri pada Tuhan.
Ketika seseorang mendekatkan diri dengan Tuhan, seseorang dapat mengetahui bahwa Tuhan
menciptakan keberagaman untuk menciptakan kedamaian. Sehingga, seseorang dapat belajar untuk saling
menerima, menghargai, dan membantu.
2. Memahami ada Perlindungan bagi Hak Warga Negara.
Setiap warga negara Indonesia, Indonesia memiliki hukum yang dapat memberikan perlindungan hak
warga negaranya. Hal tersebut dicatat dalam UUD Negara Tahun 1945, pasal 28 E dan UUD 1945 Pasal 28
I Ayat 2 agar terbebas dari diskriminatif.
3. Saling Menghargai dan Menghormati Keberagaman
Setiap warga negara harus bisa menghargai dan menghormati keberagaman agar memberikan
kedamaian antar masyarakat.
4. Tidak Menyimpan Prasangka Buruk terhadap Orang Lain
Setiap masyarakat dapat mencoba untuk mengurangi berburuk sangka terhadap orang lain yang
memiliki perbedaan dalam agama, suku, dan etnis.
Kemajemukan Atau Keragaman
Adalah Sunnatullah
Konsep Kemajemukan atau keseragaman adalah sunnatullah. Istilah "Sunnatullah" mengacu
pada ketetapan atau sunnat (aturan atau hukum) yang ditetapkan oleh Allah SWT. Dalam konteks
yang lebih luas, Sunnatullah mencakup hukum-hukum atau ketetapan yang berlaku dalam alam
semesta dan dalam tatanan hidup manusia.
Pernyataan bahwa konsep kemajemukan atau keseragaman
adalah Sunnatullah mencerminkan pandangan bahwa Allah
menciptakan keberagaman atau keseragaman sebagai bagian dari
rencana-Nya dalam menciptakan alam semesta dan kehidupan
manusia. Dalam konteks ini, kemajemukan dan keseragaman dapat
dilihat sebagai bagian dari rancangan ilahi yang mencerminkan
hikmah dan kebijaksanaan Allah.
Prinsip Toleransi Dalam Islam
1. Kesadaran Keragaman dan Saling Dialog
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguh nya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti. (QS : Al Hujurat 13).
Dalam prinsip toleransi dalam Islam, Allah mengajarkan kepada umat Islam untuk menyadari bahwa
perbedaan adalah sunnatullah. Islam mengajarkan untuk saling mengenal. Saling mengenal tidak akan tercipta
tanpa saling berkomunikasi dan berdialog. Umat Islam bukan agama ekslusif yang menutup diri untuk tidak
berteman, bertetangga dan bernegara dengan umat yang berbeda agama. Islam mengajarkan untuk saling
berdialog agar saling mengenal.

2. Kesadaran Keragaman dan Saling Berkontribusi dalam Kebajikan


Tidak memandang apapun agamanya, tetapi memberikan kebaikan dan kemanfaatan kepada seluruh umat
manusia adalah misi Islam. Islam mendorong umatnya untuk saling berlomba dan memberikan yang terbaik
untuk kemanfaatan seluruh umat manusia. Bukankah itu visi rahmatan lil alamin?
3. Kesadaran Keragaman untuk Tidak Saling Membenci dan Mencaci
Bukan sikap islami yang mencaci sesembahan agama orang lain. Islam diajarkan sekalipun dalam konteks
berdakwah bukan untuk mendiskreditkan kepercayaan orang lain. Al-Quran menegaskan dengan tegas : “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(al Nahl; 125).

4. Kesadaran keragaman untuk tidak berkompromi dalam akidah


Toleransi bukan menggadaikan keimanan, tetapi upaya sadar untuk menjaga kerukunan antara sesama
manusia. Keragaman bukan untuk diperselisihkan. Menolak perbedaan adalah menolak sunnatullah yang
menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam dan keyakinan yang plural. Hal penting yang harus dilakukan
oleh umat Islam adalah memperkuat keyakinan. Toleransi bukan berarti menggadaikan keimanan dan
mencampuradukkan keyakinan. Dalam masalah keyakinan tidak ada tawar menawar. Keyakinan ini harus
tertanam kuat dalam setiap pribadi muslim. Sehingga tidak tergoyahkan oleh kondisi apapun.
Dalam Surat Al Kafirun ayat 6 yang berbunyi lakum dinukum waliyadin artinya “bagimu agamamu dan bagiku
agamaku.” Dalam hal akidah tidak ada yang patut dikerjasamakan. Kepercayaan adalah wilayah hati dan prinsip.
Tidak ada istilah toleransi dengan berarti berkompromi keimanan. Toleransi adalah wilayah sosial untuk kerjasama
dan saling membantu untuk kebaikan.
Ayat Al-Qur’an Tentang Prinsip Toleransi Dalam Islam

QS. Al-Kafirun : 1 – 6

Artinya :
1. Katakanlah (Muhammad) “Wahai orang-orang kafir!”
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku
sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
QS. Al-Hajj 39-41

Ayat 39

Yang Artinya :
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.
Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
Ayat 40

Yang Artinya :
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:
"Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,
tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,
QS. Al-Hajj 39-41
Ayat 41

Yang Artinya :
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.
QS. Al-Mumtahanah : 7 – 9
Ayat 7

Yang Artinya :
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara
mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Al-Mumtahanah : 7 – 9
Ayat 8

Yang Artinya :
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.
Ayat 9

Yang Artinya :
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Teladan Rasulullah Dan Para Sahabat
Dalam Toleransi
1. Peristiwa Hudaibiyah:
Hudaibiyah adalah perjanjian damai antara Rasulullah dan pihak Quraisy di Mekkah. Meskipun pada
awalnya perjanjian itu tampak tidak menguntungkan bagi umat Islam, Rasulullah menerima ketentuannya
dengan sabar. Ini adalah contoh toleransi dan ketenangan dalam menghadapi situasi sulit.
2. Perlakuan Terhadap Kaum Yahudi:
Meskipun mengalami konflik dengan beberapa suku Yahudi di Madinah, Rasulullah menunjukkan toleransi
terhadap mereka yang hidup damai. Dia menjalin perjanjian dengan beberapa suku Yahudi dan menghormati
hak-hak mereka.
3. Perlakuan Terhadap Non-Muslim di Madinah:
Rasulullah menetapkan konstitusi Madinah yang memberikan hak-hak kepada non-Muslim (termasuk
Yahudi dan suku-suku lainnya) dan menjamin kebebasan beragama. Ini menunjukkan komitmen pada nilai-
nilai toleransi dan pluralisme.
4. Kisah Abdullah bin Salam:
Abdullah bin Salam adalah seorang rabbi Yahudi yang berpindah agama menjadi Islam. Ketika dia
mendatangi Rasulullah untuk memberitahu tentang keislamannya, Rasulullah menyambutnya dengan tulus
tanpa menunjukkan kebencian atau prasangka terhadap latar belakang agamanya sebelumnya.
5. Kisah Bilal bin Rabah:
Bilal adalah seorang budak Afrika yang menderita penyiksaan karena memeluk Islam. Meskipun demikian,
ketika tawanan itu ditawarkan kesempatan untuk melepaskan diri dari penyiksaan dengan menolak Islam, Bilal
tetap teguh pada keyakinannya. Rasulullah dan para sahabatnya menerima Bilal sebagai saudara seiman,
menunjukkan sikap toleransi terhadap perbedaan ras dan status sosial.
6. Pengampunan Terhadap Musuh-Musuh:
Rasulullah memberikan pengampunan kepada orang-orang Quraisy yang sebelumnya telah menyakiti dan
memerangi umat Islam setelah penaklukan Mekkah. Tindakan ini menunjukkan sikap toleransi dan
kemampuan untuk memaafkan bahkan di tengah kekuasaan.

Contoh-contoh tersebut menggambarkan bahwa Rasulullah dan para sahabatnya


menunjukkan toleransi dalam berbagai situasi dan hubungan dengan berbagai
kelompok, tidak hanya dalam lingkungan Muslim, tetapi juga dalam konteks interaksi
dengan non-Muslim.
Ayat Al-Qur’an Tentang Prinsip Toleransi Dalam Islam

QS. Al-Kafirun : 1 – 6

Artinya :
1. Katakanlah (Muhammad) “Wahai orang-orang kafir!”
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku
sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Kesimpulan
1. Bahwa toleransi dalam Islam adalah toleransi sebatas menghargai dan menghormat pemeluk agama lain, tidak
sampai pada sinkretisme.
2. Islam memiliki prinsip-prinsip dasar dalam toleransi ini, yakni menyatakan bahwa satu-satunya agama yang
benar adalah Islam, Islam adalah agama yang sempurna, dan Islam dengan tegas menyatakn bahwa selain dari
Islam tidak benar, atau salah. Dan sebagainya.
3. Toleransi Islam dalam hal beragama adalah tidak adanya paksaan untuk memeluk
agama Islam.
4. Kemudian toleransi Islam terhadap hidup bermasyarakat dan bernegara, yakni
islam membolekan hidup berdampingan dalam hal bermasyakat bernegara selama
mereka tidak memusuhi dan tidak memerangi umat Islam. Dalam hal ini umat Islam
diperintahkan berbuat baik dan menjaga hak-hak mereka dan sebagainya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai