Anda di halaman 1dari 3

Kelahiran Yesus Kristus mendorong para Suster SFD untuk berani berbagi dengan tulus

dan sukacita

Luk 2:8-22, Sukacita para gembala

Para saudari yang dikasihi Tuhan, ketika perayaan Natal itu tiba, yang terlintas adalah
perjumpaan keluarga, liburan panjang, sajian kue-kue dan menu makanan, yang berubah dari
biasanya. Itu yang sekiranya jadi warna dalam perayaan natal. Peristiwa ini lalu menjadi
kebiasaan atau telah membudaya di kalangan umat Kristen pada umumnya. Tapi apakah isi dari
perayaan natal itu ada dalam hati setiap umat. Apa yang mereka atau kita tahu tentang natal itu.
Ini yang menjadi pertanyaan. Ada yang melandasinya dengan baik namun ada, hanya karena itu
adalah perayaan tahunan.

Mari kita bertolak ke dalam kisah para gembala. Kisah pertama natal itu terjadi. Para saudari, di
dalam kitab suci, merekalah orang pertama yang menerima kabar sukacita tentang kelahiran
Yesus Kristus, yaitu para gembala. Peristiwa itu terjadi saat malaikat dari surga menampakan diri
dan memberitakan kabar sukacita "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang
bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Satu hal yang menarik dalam bacaan Injil Lukas yaitu Para gembala mendapatkan kabar sukacita
dari Malaikat Tuhan. Mengapa itu menjadi menarik ?. jawabanya karena mereka adalah orang
pertama yang menerima kabar sukacita. Mengapa bukan orang lain, seperti raja, atau ahli-ahli
taurat yang tau banyak tentang kitab suci. Satu hal yang perlu diketahui, bahwa dijaman Israel
waktu itu, para gembala dipandang sebagai golongan masyarakat yang rendah, bahkan mereka
itu dipandang hina oleh umat setempat. Mereka sering disalahkan karena banyak dari mereka
yang tidak menjaga domba dengan baik, bahkan ada sebagian domba yang hilang dan karena itu
mereka dipandang tidak jujur dan hina di kalangan masyarakat Yahudi waktu itu.

Namun dalam pewartaan injil Lukas ini, sejatinya kita bisa menangkap keinginan Allah dalam
misi perutusan-Nya di dunia. Pertama bahwa belajar dari para gembala, ketika menerima kabar
sukacita dari malaikat Tuhan, mereka lalu beranjak untuk menemui Tuhan yang telah lahir itu.
Ini adalah tanggapan iman manusia yang rindu dan mau menemui Tuhan. Demikian di dalam
perayaan natal bukan pertama-tama karena acara tahunan, liburan panjang atau bertemu sahabat
atau keluarga, tetapi pertama-tama adalah kerinduan kita selama adven ini yang sungguh-
sungguh menantikan datangnya Tuhan dalam hidup manusia, yang tengah gelisah baik sakit,
kehilangan orang yang dicintai, mendapat musibah dll. Maka dengan peristiwa kedatangan
Tuhan iman kita lebih dikuatkan karena kehadiranya. Ia ingin hadir di tengah mereka yang
lemah, diasingkan dan dianggap rendah, sehingga mengapa para gembala lah yang menjadi
orang pertama dalam kabar sukacita itu.

Kedua, yang bisa kita tarik makna pewartaan kabar sukacita para gembala yaitu, di mata Allah
kita ini berharga dan karenanya secara pribadi kita merasa diri disapa, orang lain di samping
kitapun merasa disapa secara pribadi dan teman-teman yang lainpun disapa secara pribadi. Ini
berarti bahwa Allah peduli kepada semua orang tanpa membeda-bedakan dari mana ia berasal.
Demikianpun dalam hidup berkomunitas kita harus bisa menyapa semua orang tanpa membeda-
bedakan, sehingga dalam perayaan natal ini kita menjadi lebih terbuka dan menerima semua
orang dengan sukacita. Peristiwa ini bukan sekedar kita bisa menerima semua orang, tetapi
bagaimana kita mau sungguh-sungguh menerima setiap sikap mereka yang acuh, menerima
setiap perbuatan mereka yang melukai dan menerima setiap kata mereka yang pernah mendustai.
Semua itu memang tidak mudah tetapi karena kita punya Imanuel Sang juru selamat, kita
mendapat jaminan kebahagiaan dibalik keiklasan dan ketulusan dalam menerima semua orang.

Yang ketiga Tuhan ingin hadir di tengah mereka yang lemah, diasingkan dan dianggap rendah,
sehingga mengapa para gembala lah yang menjadi orang pertama dalam kabar sukacita itu.

Para saudari, jika kita bertolak ke jaman ini, siapakah orang termarjinalkan itu ?. mereka adalah
orang-orang yang dianggap hina dalam status social. Mereka itu adalah para tunawisma, kaum
trans jender, para imigran dan kaum buruh. Itulah mereka dalam wajah dunia saat ini dan Inilah
yang menjadi tugas perutusan kita dalam mengambil bagian dalam pewartaan Kristus. Bukan
sekedar kita mau mengambil bagian dalam tugas Kristus tetapi apakah kita punya hati untuk
mereka. Sebab dalam agama lainpun tanpa mengenal kristus mereka juga sudah lama terjun dan
memperjuangkan hak-hak asasi dari kaum lemah yang selalu saja tersisi. Paus Fransisikus sendiri
ketika menjawab permasalahan kaum trans-jender, beliau katakana siapakah aku sampai bisa
mengadili mereka yang adalah bagian dari sesamaku.
Sebagai kaum biarawan-biarawati, kita mempunyai akses yang mudah untuk ke sana dan hadir di
tengah mereka yang tersisih, lebi-lebi lewat pilihan sadar kita dalam karya kategorial Tarekat.

Pertanyaan untuk direnungkan, selain dengan menjadi seorang suster, karya nyata apa yang ingin
kita perjuangkan dalam realita hidup sehari-hari, misalnya baik di komunitas atau dalam lingkup
yang luas yaitu di tengah masyarakat sehingga damai sukacita natal itu bisa kita maknai dalam
pesan-pesan yang sungguh berarti ?.

Anda mungkin juga menyukai