Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH ETIKA PELAYANAN

TINJAUAN KRITIS TENTANG TRANSGENDER

Sebelum membahas tinjauan tengtang transgender, kita hrus tahu bahwa manusia
dalam kehidupan yang normal membutuhkan kasih, perlu didiakui oleh lingkungan, butuh
berinteraksi dengan sesama, begitu juga dengan kebutuhan jasmani dan rohani. Jika hal diatas
tidak terpenuhi, maka manusia tersebut akan berusaha untuk mencarinya dengan segala upaya
walau dengan cara yang tidak wajar. Untuk masuk lebih lanjut tentang pambahasan
transgender, kita harus berpikir secara rasional untuk mengetahui mengapa seseorang
memutuskan menjadi transgender, faktor apa yang menyebabkan hal itu terjadi, sehingga
dalam menyikapinya kita tidak serta merta menghakimi saja.
Beberapa faktor penyebab seseorang memutuskan menjadi seorang transgender antara
lain ;
 Karena kelainan fisik sejak lahir
 Ketidaksesuaian hormon dengan gender
 Pengaruh lingkungan
 Kecewa berkepanjangan dan merasa tertolak dilingkungan
 Pengaruh profesi
 Salah asuhan orangtua
Dari situ kita tahu dan mengerti faktor apa yang menyebabkan seseorang menjadi
transgender. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan laki-
laki dan perempuan seperti yang tercantum dalam Kejadian 1 ; 27 yang berbunyi “ Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar Allah diciptakanNya dia ; laki-laki dan
perempuan diciptakanNya mereka.” Sedangkan di dalam Kejadian 2 ; 18 Tuhan Allah
berfirman : “ Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya yang sepadan dengan dia” dan dalam Kejadian 2 : 22 “ Dan dari rusuk yang diambil
Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawanya kepada
manusia itu.”
Jadi jelas dari beberapa ayat diatas bahwa dalam penciptaan manusia, Allah hanya
menciptakan laki-laki dan perempuan saja agar mereka yaitu Adam dan Hawa menjadi
pasangan yang sepadan. Allah memberkati mereka serta diperintahkan untuk beranak cucu
dan bertambah banyak serta menguasai bumi. Alkitab dengan jelas juga mengatakan bahwa
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya
sehingga keduanya menjadi satu daging. Allah tidak pernah memerintahkan laki-laki untuk
bersatu menjadi satu daging dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Jadi ketika
terjadi laki-laki bersatu menjadi satu daging dengan laki-laki atau perempuan dengan
perempuan maka jelas itu adalah sebuah pemberontakan terhadap firman Allah yang hidup
dan penyimpangan atas rencana penciptaan manusia. Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu
dengan tujuan yang salah. Dosalah yang membawa manusia hidup dalam ketidaktaatan.
Dalam Roma 3 : 23 dikatakan bahwa “ Karena semua manusia telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah”. Karena manusia dikandung dan diperanakkan dalam dosa
sehingga dosa itulah yang membawa manusia hidup menuruti hawa nafsu dan keinginan
dagingnya. Bukan karena manusia berbuat dosa maka manusia menjadi orang berdosa tetapi
karena manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah maka manusia berbuat dosa.
Mereka meninggalkan persetubuhan yang wajar dan mengubah kodratnya dengan cara
mengganti jenis kelamin (transgender).
Dalam Roma 1 : 25 – 27 dikatakan (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah
dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan
Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya , amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan
mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab istri-istri mereka menggantikan
persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar. (27) Demikian juga suami-suami
meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam berahi
mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki
dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal
untuk kesesatan mereka. Ayat-ayat tersebut merupakan pernyataan yang jelas dan tegas bahwa
penyimpangan seksual itu salah dan merupakan kekejian di mata Allah. Ini berarti kalau kita
membenarkan atau mendukungnya berarti kita menyetujui dosa.
Gereja sebagai tubuh Kristus dan juga sebuah lembaga atau organisasi yang hidup di
tengah-tengah masyarakat yang majemuk tidak bisa menutup mata dan acuh tak acuh dengan
rusaknya tatanan masyarakat atau moral manusia. Gereja yaitu para umat Allah dipanggi
untuk menjadi terang dan garam dunia. Kita tidak bisa hidup steril dari penyakit-penyakit
masyarakat yang begitu kompleks tetapi harus berani menjadi kitab yang terbuka bahwa
Yesus Kristus adalah Tuhan yang Maha Kasih dan penuh pengampunan. Gereja sebagai alat
yang Tuhan pakai untuk menyatakan kebenaran dan bukan sebagai alat menghakimi manusia
yang jatuh dalam dosanya. Tidak saja dosa penyelewengan seksual tetapi juga dosa
perjinahan, pembunuhan, kemarahan, iri hati dan lain sebagainya. Gereja harus berani
menyampaikan isi hati Yesus yaitu “ Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14 ; 6). Pernyataan
Yesus inilah yang harus kita sampaikan kepada mereka bahwa pintu pertobatan dan pintu
keselamatan itu terbuka bagi semua orang yang mau datang dan percaya kepadaNya,
menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Dan menyampaikan janji Tuhan dalam
Yesaya 1 : 18 “ Marilah, baiklah kita beperkara! – Firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah
seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain
kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”
Tidak ada dosa atau pelanggaran yang terlalu besar yang tidak bisa diampuni kecuali
menghujat Roh Kudus. Karena itulah Tuhan Yesus mati disalibkan karena setiap jiwa
berharga dimata Tuhan dan kerinduan Tuhan yang paling dalam adalah setiap jiwa
diselamatkan. Sebagai gereja Tuhan kita harus berani menebarkan kasih sebagai kepanjangan
tangan Tuhan yang rindu mengangkat setiap manusia yang sudah jatuh dalam dosa sekalipun.
Kita tidak kompromi dengan dosa tetapi kita mengasihi orang yang berdosa agar mau
menerima anugerah keselamatan yang Tuhan Yesus sediakan bagi mereka yang mau dengan
rendah hati mengaku dosa dihadapan-Nya. Gereja tidak seharusnya menghakimi dan
mengucilkan mereka tetapi justru harus mengasihi dengan tulus karena mereka sedang berada
dalam sebuah keterikatan dan kelemahan dan membutuhkan tangan kita untuk membantu
melepaskan diri dari keterikatannya untuk kita pertemukan dengan Tuhan Yesus sebagai satu-
satunya pribadi yang sanggup mengangkat, menyembuhkan dan memulihkan kehidupan
manusia seburuk apapun kehidupan masa lalunya. Terpujilah Tuhan Yesus.

Oleh :
Krisdianto Seco
KBM Gresik

Anda mungkin juga menyukai