Anda di halaman 1dari 3

Nama : Brigido Theofilus Tade Mau

NIM : 19101161
PKK/Semester: 5/4
Mata Kuliah : Seksualitas dan Moral Perkawinan
Dosen Pengajar: Drs. Stepanus Maryos, M.SI

1. Dalam kitab Ulangan 24, 1-4 menceritakan tentang sebuah pereraian yang merupakan dosa
yang dilakukan oleh umat manusia. Dalam Ulangan 24, 1-4 terdapat sebuah pedoman yang
diberikan oleh Allah untuk mengatur tentang perceraian pada zaman Israel kuno. Dalam kitab
ini seorang laki-laki yang menuliskan sebuah surat perceraian resmi yang ditujukan kepada
istrinya dengan tujuan memutuskan dan membebaskan mereka dari ikatan pernikahan dan dari
semua tanggung jawab mereka sebagai suami-istri. Setelah menerima surat itu wanita yang
sudah resmi berpisah tersebut diberi kebebasan untuk menikah kembali, akan tetapi dalam
bacaan ini ditegaskan bahwa wanita tersebut tidak tidak boleh kembali kepada suami nya
yang pertama jika pernikahan yang kedua juga berakhir dengan perceraian. Dengan kata lain,
laki-laki dan perempuan yang sudah bercerai tidak diperbolehkan untuk rujuk atau bersatu
kembali.
2. Penafsiran
a. Arti harafiah/natural
 Dalam kitab Ulangan 2, 1-4 ini mengisahkan tentang riwayat bangsa Israel yang
berjalan di padang gurun, yang merupakan umat Allah yang hanya dapat hidup melalui
kuasa Allah. Kekuatan dan akal budi merupakan jalan satu-satunya bagi mereka untuk
merasakan dan mengalami kuasa dan kasih Allah. Kekuatan dan akal budi berarti
hidup dengan menjauhi diri dari menyembah berhala dan keinginan diri sendiri. Kitab
ini mengajarkan kasih setia Allah kepada kita dalam hidup, baik dalam pengampunan
maupun keadilannya untuk kehidupan kita di masa mendatang.
 Dalam kitab Ulangan 24: 1-4 menceritakan sebuah perceraian. Secara harafiah
perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Perceraian merupakan terputusnya
hubungan antara suami istri, disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam
menjalankan peran obligasi masing-masing. Dalam kitab ini perceraian merupakan
dosa umat manusia. Dalam kitab ini terdapat sebuah pedoman yang diberikan Allah
untuk mengatur perceraian dalam Israel kuno.
 Dalam kitab Hak 19:2-10 secara harafiah menceritakan tentang perbuatan noda di
Gibea
 Dalam kitab Kel 21:11 secara harafiah menceritakan tentang hak perbudakan bangsa
Ibrani yang merupakan suatu penganiayaan terhadap manusia
b. Arti Rohani
 Dalam kitab Ulangan 2, 1-4 ini mengisahkan tentang riwayat bangsa Israel yang
berjalan di padang gurun, yang merupakan umat Allah yang hanya dapat hidup melalui
kuasa Allah. Kekuatan dan akal budi merupakan jalan satu-satunya bagi mereka untuk
merasakan dan mengalami kuasa dan kasih Allah. Kekuatan dan akal budi berarti
hidup dengan menjauhi diri dari menyembah berhala dan keinginan diri sendiri. Kitab
ini mengajarkan kasih setia Allah kepada kita dalam hidup, baik dalam pengampunan
maupun keadilannya untuk kehidupan kita di masa mendatang.
 Dalam ajaran Agama Katolik, pria dan wanita diciptakan oleh Allah untuk
berpasangan menjadi satu daging. Cinta suami dan istri merupakan lambang cinta
Allah dan Kristus yang bersifat kekal, maka dari itu Yesus Kristus menghendaki setiap
pernikahan merupakan sebuah komitmen seumur hidup. Hal ini tertulis dalam kitab
suci Perjanjian Baru: “Demikian mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu,
apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.” (Matius 19 : 6).
Dalam kutipan tersebut, kita dapat memahami bahwa Yesus tidak mengajarkan
perceraian dalam sebuah hubungan pernikahan. Pria dan wanita dalam suatu hubungan
yang serius hingga ke jenjang perkawinan dan telah memperoleh sakramen
perkawinan, secara langsung telah menjadi satu. Hubungan yang sudah diberkati
dengan sakramen perkawinan tidak dapat diceraikan oleh manusia. Kristus mengakui
hanya satu alasan sah untuk perceraian. Ada dalam Alkitab,Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia
menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang
diceraikan, ia berbuat zinah (Matius 5:32). Allah sangat tidak senang dengan orang-
orang yang menceraikan istri atau suaminya yang selalu telah berlaku setia. Ada dalam
Alkitab, Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi
saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia,
padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Dalam kitab Ulangan 24: 1–
4 menggambarkan sebuah situasi yang terjadi di Israel di mana para wanita
memperparah kekotoran mereka terhadap pernikahan kedua dengan perbuatan keji dari
pernikahan ketiga dengan suami pertama mereka.
 Di dalam bacaan kita, dikisahkan bahwa ada seorang Lewi yang pada awalnya tampak
sangat mengasihi gundiknya. Hal itu telihat ketika gundiknya berbuat serong dan pergi
kepada ayahnya, ia menyusul gundiknya dan berniat untuk membawanya kembali ke
rumahnya. Menurut Alkitab, janji pernikahan Katolik adalah ikatan yang terjalin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memiliki komitmen untuk hidup
bersama. Dalam Kejadian 2:24 dikatakan bahwa apabila pasangan telah disatukan
dalam hubungan pernikahan, itu artinya mereka telah menjadi satu daging dan tidak
dapat dipisahkan oleh apapun kecuali maut. Dari definisi ini, kita dapat menyimpulkan
bahwa tidak ada tempat bagi orang ketiga dalam dalam hubungan pernikahan.
Dikatakan dalam Alkitab bahwa zina adalah dosa yang dibenci Allah. Dan dosa
bersifat merusak, baik hubungan dalam keluarga maupun hubungan dengan Allah.
Sebagai umat Kristen, kita harus menjunjung tinggi prinsip dasar pernikahan.
Percayalah, bahwa Anda tidak akan mendapatkan kepuasan dengan berselingkuh.
Sebaliknya, Anda akan merasa was-was dan merasa buruk dengan diri Anda sendiri.
Selain itu, Anda juga tidak akan mendapat kedamaian dan Anda kemungkinan akan
kehilangan orang yang telah menerima diri Anda apa adanya. Yakinlah bahwa setiap
masalah ada jalan keluar dan tempatkan Kristus sebagai pemimpin dalam rumah
tangga.
 Pandangan Gereja tentang hak asasi, yakni hak yang melekat pada diri manusia
sebagai insan, ciptaan Allah. Hak ini tidak diberikan kepada seseorang karena
kedudukan, pangkat, atau situasi; hak ini dimiliki setiap orang sejak lahir, karena dia
seorang manusia. Hak ini bersifat asasi bagi manusia, karena kalau hak ini diambil, ia
tidak dapat hidup sebagai manusia lagi. Oleh karena itu, hak asasi manusia merupakan
tolok ukur dan pedoman yang tidak dapat diganggu-gugat dan harus ditempatkan di
atas segala aturan hukum. Gereja mendesak diatasinya dan dihapuskannya “setiap
bentuk diskriminasi, entah yang bersifat sosial atau kebudayaan, entah yang
didasarkan pada jenis kelamin, warna kulit, suku, keadaan sosial, bahasa ataupun
agama … karena berlawanan dengan maksud dan kehendak Allah” (GS 29).

c. Refleksi teologis
didalam Hukum Gereja, tidak ada namanya perceraian, artinya mereka yang telah
dipersatukan oleh Allah tidak dapat diceraikan oleh manusia. Pernikahan dalam Gereja
katolik artinya pernikahan yang sangat sakral, ini sudah jelas dikatakan dalam perjanjian
Lama Allah yang menetapkan Hukum ini.sampai sekarang belum ada orang katolik yang
telah menikah itu bercerai, kecuali bercerai mati, atau maut yang memisahkan kesaksian
cinta mereka berdua dalam menjadi satu insan dalam sebuah keluarga kristiani.
d. Pesan Moral
Di dalam gereja katolik tidak ada yang namanya perceraian karena Yesus sendiri tidak
mengajarkan adanya perceraian di dalam Injil. Dalam injil Matius dikatakan: “Demikian
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah
tidak boleh diceraikan manusia.” (Matius 19 : 6). Dalam kutipan tersebut, kita dapat
memahami bahwa Yesus tidak mengajarkan perceraian dalam sebuah hubungan
pernikahan. Pria dan wanita dalam suatu hubungan yang serius hingga ke jenjang
perkawinan dan telah memperoleh sakramen perkawinan, secara langsung telah menjadi
satu. Hubungan yang sudah diberkati dengan sakramen perkawinan tidak dapat diceraikan
oleh manusia. Kristus mengakui hanya satu alasan sah untuk perceraian. Setiap masalah
dalam rumah tangga hendaknya diselesaikan dengan baik-baik tanpa harus menimbulkan
perceraian.

Anda mungkin juga menyukai