Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makala tentang
Hubungan Perkawinan, Keluarga, dan Panggilan Hidup. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Agama Katolik.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dan juga kami berterima
kasih pada Dosen mata kuliah Agama Katolik yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan tentang Hubungan Perkawinan, Keluarga dan
Panggilan Hidup.
. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik di masa yang akan datang. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
BAB II
ISI
A. Perkawinan menurut islam dan katolik
I. Hakikat Perkawinan :
1. Pandangan islam
a. Al-quran :
Untuk menunjukkan makna perkawinan, al-quran antara lain
memakai istilah mitsaqon gholidon, artimya perjanjian yang
teguh. Istilah tersebut pertama-tama menunjuk pada perjanjian antara
allah dan para nabi atau para rasul-Nya. Dalam surat Al Ahzab ayat 7,
misalnyya, tertulis sebagai berikut : Dan (ingatlah) ketika kami
mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh,
Ibrahim, Musa dan Isa putra maryam, dan kami telah mengambil dari
perjanjian yang teguh. Istilah itu juga menunjuk pada perjanjian
antara Allah dan umat israel.
Al Quran juga melihat perkawinan sebagai perjanjian timbal
balik, yang menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada
suami istri. Menurut surat An Nisa ayat 34, Kaum laki-laki adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena allah telah melebihkan
sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu wanita yang saleh ialah yang taat kepada allah dan
memelihara diri dibalik pembelakang suaminya... Ayat 4 dari surat
yang sama menunjukkan bahwa istri mempunyai hak untuk menerima
mas kawin pada waktu ia dinikah: Berikanlah mas kawin (mahar)
kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan.
b. Hadits nabi Muhammad :
Nabi Muhammad menggarisbawahi pandangan Al Quran tentang
perkawinan sperti disebut diatas. Ath Thabrani mencatat bahwa nabi
Muhammad menyebut perkawinan sebagai setengah ibadat.
Perkawinan bukanlah suatu perkara duniawi semata-mata, melainkan
suatu kenyataan yang juga menyangkut tuhan. Karena itu, seperti
dicaatat oleh Ahmad, beliau juga berdoa pada perayaan nikah seorang
muslim, memohon agar Allah berkenan memberkati dan menyatukan
kedua mempelai. Beliau berharap bahwa suami-istri muslim bersedia
menurunkan anak-anak dan mendidik mereka menjadi orang yang
saleh, sehingga pada akhir zaman umat muslim menjadi umat yang
besar jumlahnya.
c. Hukum Islam
Hukum islam menegaskan ajaran Al Quran dan hadits nabi
Muhammad di atas. Selain itu, secara jelas perkawinan juga dilihat
sebagai suatu persekutuan hidup demi pengesahan hubungan seksual
dan anak atau keturunan. Perkawinan diakui sebagai suatu lembaga
hukum, kenyataan yang dilindungi dan diatur oleh hukum. Lembaga
tersebut mendukung kearah hubungan seksual dan pengadaan
keturunan secara sah dan halal.
Hukum pun memberikan hak-hak dan wewenang yang jelas kepada
pria dan wanita yang menikahi secara sah. Dengan wewenang itu,
suami-istri mendapat status sosial yang baru, yang dipandang lebih
tinggi daripada sebelum menikah, terutama pihak wanita. Sebab
dengan pernikahan itu, ia punya hak atas harta benda, nafkah, dan
perlindungan hukum.ia juga punya hak untukk mendidik anakanaknya sendiri.
2. Pandangan Katolik
a. Kitab Perjanjian Lama :
Kitab kejadian bab 1 menggambarkan seolah-olah pria dan wanita
pertama diciptakan oleh Allah dengan sabda semata-mata. Keduanya
kemudian diberkati-Nya dan diberi tugas untuk beranak cucu dan
memelihara dunia. Gmabaran itu mengungkapkan pandangan
penulisnya tentang martabat perkawinan. Perkawinan merupakan suatu
kenyataan luhur karena diberkati oleh Allah sendiri. Setelah Allah
menikahkan pria dan wanita pertama itu, penulis memberikan
kesimpulan sebagai berikut: Maka Allah melihat segala yang
dijadikan-Nya itu sungguh amat baik.
Kitab kejadian bab 2 menyuguhkan gambaran yang lain wanita
pertama dikisahkan seolah-olah dibuat dari tulang rusuk pria pertama.
Lalu, Allah menghadiahkan wanita tersebut menjadi wanita penolong
yang sepadan, bahkan menjadi istri bagi pria itu. Penciptaanya, lalu
bersatu dengan istrinya. Persatuan erat antara suami dan istri pertama
itu dilukiskan dengan ungkapan yang indah: Keduanya menjadi satu
daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi
mereka tidak merasa malu.
Menurut kitab nabi Maleakhi bab 2, perkawinan merupakan suatu
perjanjian dengan allah sebagai saksinya. Karena itu penulis kitab
tersebut menolak perceraian dan kawin berbeda agama. Kedua
tindakan tersebut tidak sesuai dengan martabat luhur perkawinan
sebagai perjanjian suci. Perkawinan bahkan dapat menjadi lambang
dari suatu kenyataan yang lebih luhur dari perkawinan itu sendiri.
Menurut penuliis kitab hosea Bab 1-3, hubungan cintakasih antara
Allah dan umatnya. Allah selau setia kepada umat-Nya, walupun umat
itu berulangkali meninggalkan Dia.
Kami memberikan dengan cuma-Cuma apa yang telah kami terima dengan cuma
Cuma.
Ibu Teresa senang berkata , Karya karya cinta kasih adalah karya-karya
kedamaian. Dalam tindak-tindak cinta kasih kami yang bersahaja dan kecil-kecil,
saudara dan saudari kami yang miskin, sakit, dan menderita mengalami kasih
sayang Allah dan kepeduliaan-Nya atas mereka, dan mereka berpaling kepada
Allah dengan penuh puji syukur dan cinta kasihdan menerima damai sejahtera-nya