46 - 50 ISSN : 2337-8204
aProdi Fisika, bProdi Ilmu Kelautan, cProdi Geofisika, FMIPA Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia
* Email : apriansyahhakim@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh persamaan model pendugaan evaporasi berdasarkan data
suhu udara dan kelembaban udara di Kota Pontianak tahun 2006 – 2017. Analisa korelasi dan
pembentukan model evaporasi dengan metode regresi linier berganda menenggunakan data suhu udara
dan kelembaban udara dari stasiun klimatologi Siantan dan data evaporasi yang diperoleh dari situs
resmi ECMWF. Kemudian model ini diuji kesesuaiannya dengan menghitung nilai R 2, r dan error
absolutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi antara suhu udara dan kelembaban udara
dengan evaporasi di Kota Pontianak sangat erat yang berarti evaporasi dapat diprediksi dengan data
suhu udara dan kelembaban udara. Persamaan model evaporasi yang dihasilkan adalah adalah 𝐸𝑣 =
151,2982 + 15,19076𝑇 − 4,65079𝑅𝐻. Model ini dapat memprediksi evaporasi yang terjadi di Kota
Pontianak dengan error absolut 1,9%.
46
PRISMA FISIKA, Vol. 7, No. 1 (2019), Hal. 46 - 50 ISSN : 2337-8204
FEB
APR
MAR
AGU
JUL
OKT
SEP
JAN
JUN
MEI
NOV
DES
Untuk nilai konstanta b menggunakan
persamaan sebagai berikut:
[(∑𝑇 2 𝑋 ∑𝑇 × 𝐸𝑉)− (∑𝑅𝐻× 𝐸𝑉 𝑋 ∑𝑇×𝑅𝐻)] BULAN
𝑏1 = [(∑𝑇 2 𝑋 ∑𝑅𝐻 2 )−(∑𝑇 𝑋 𝑅𝐻)2]
(3)
[(∑𝑇 2 𝑋 ∑𝑅𝐻×𝐸𝑉)− (∑𝑇×𝐸𝑉 𝑋 ∑𝑇×𝑅𝐻)]
𝑏2 = [(∑𝑇 2 𝑋 ∑𝑅𝐻 2 )−(∑𝑇 𝑋 𝑅𝐻)2]
(4) Suhu Udara (oC) Kelembaban Udara (%)
Untuk nilai persamaan a menggunakan Gambar 1. Grafik rata-rata suhu udara (merah)
rumus persamaan sebagai berikut: dan kelembaban udara (biru) selama tahun
(∑ 𝐸𝑉)−(𝑏 𝑋 ∑ 𝑇)−(𝑏 𝑋 ∑ 𝑅𝐻) 2006-2017 di Kota Pontianak
a= 1 2
(5)
𝑛 Rata-rata suhu bulanan tertinggi di Kota
2.3 Analisis Data Pontianak terjadi pada bulan Mei yaitu 27,54oC
Dalam subbab analisis data digunakan dan rataa-rata suhu bulanan terendah terjadi
analisis korelasi untuk mendapatkan hubungan pada bulan Desember yaitu 26,45oC dengan
antara Suhu Udara dan vaporasi; Kelembaban rata-rata sebesar 26,97oC (Gambar 1). Suhu
udara dan evaporasi. Tingkat korelasi yang udara diartikan sebagai ukuran panas/
dihitung dengan persamaan (6) di bawah ini: dinginnya udara di suatu tempat pada waktu
tertentu. Suhu udara lebih banyak dipengaruhi
𝑛(∑ 𝑇)−∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟𝑥𝑦 = (6) oleh banyak atau sedikitnya panas matahari
√𝑛(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)2 √𝑛(∑ 𝑌 2 )−(∑ 𝑌)2
yang diterima oleh bumi. Secara umum,
tingginya suhu udara di Kota Pontianak
Hasil perhitungan selanjutnya
disebabkan oleh letak Kota Pontianak yang
diinterpretasikan menggunakan Tabel 1 untuk
berada di sekitar garis katulistiwa (lintang 0)
mengetahui korelasi antara parameter suhu dan
sehingga mempengaruhi terhadap lama
kelembaban udara terhadap evaporasi.
penyinaran (radiasi) matahari. Intensitas
radiasi matahari maksimum terjadi di bulan Juli
Tabel 1. Hubungan Koefisien Korelasi dan
dan Agustus, hal ini disebabkan karena pada
Interpretasi
bulan Juli dan Agustus merupakan periode
puncak musim kemarau sehingga pemanasan
Koefisien Interpretasi
matahari ke permukaan bumi paling optimal.
Korelasi (r) Korelasi
Intensitas radiasi matahari minimum terjadi di
0 Tidak ada bulan Desember dan Januari karena bulan ini
0 – 0,25 Sangat lemah merupakan puncak musim hujan dimana
0,25 – 0.50 cukup pertumbuhan awan-awan konvektif sangat
0,50 – 0,75 kuat banyak sehingga menghalangi radiasi matahari
0,75 – 0,99 sangat kuat
ke permukaan bumi. Jika dilihat pada Gambar 1
1 Sempurna diketahui bahwa suhu udara memiliki nilai di
Sumber: Tjasyono [4] atas nilai rata-rata bulannyanya pada bulan-
Selanjutnya juga dilakukan perbandingan bulan kering yakni Maret, April, Juni, Juli,
antara hasil perhitungan Evaporasi dengan Agutus, September. Suhu udara lebih rendah
metode regresi linier berganda dan hasil dari nilai rata-rata bulanannya terjadi pada
kalkulasi model dari situs ECMWF. Proses bulan-bulan basah yakni Oktober, November,
perbandingan antara kedua hasil model ini Desember, Januari dan Februari. [5]
dilakukan dengan melihat error absolut (ea)
yang dihitung dengan persamaan (7) berikut : Sementara Kelembaban udara bulanan
𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖𝐸𝐶𝑀𝑊𝐹 −𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖
𝑒𝑎 = | | 𝑥100 (7) tertinggi di Kota Pontianak terjadi pada Bulan
𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖𝐸𝐶𝑀𝑊𝐹
Desember yaitu 87,88%. dan rata-rata bulanan
kelembaban udara terendah yang terjadi pada
3. Hasil dan Pembahasan
bulan Agustus sebesar 82,52% dengan rata-rata
3.1 Pola Suhu Udara dan Kelembaban
sebesar 85,04%. Kelembaban udara adalah
Udara Bulanan
jumlah kandungan uap air yang ada di udara.
Berdasarkan data suhu udara bulanan
Penyinaran yang dilakukan oleh matahari juga
dan kelembaban udara yang telah didapat ,
47
PRISMA FISIKA, Vol. 7, No. 1 (2019), Hal. 46 - 50 ISSN : 2337-8204
Evaporasi (mm)
akan menurunkan kelembaban yang tinggi. Hal 170R² = 0,7422
ini tidak lepas dari kandungan uap air pada 160
suatu udara. Penyinaran matahari akan 150
menghilangkan kandungan uap air sehingga 140
akan berdampak pada menurunnya tingkat 130
kelembaban udara. Untuk kota Pontianak, 120
kelembaban udara sangat erat kaitannya dengan 26,00 26,50 27,00 27,50 28,00
periode puncak musim kemarau dan hujan. Pada
bulan Juli dan Agustus adalah puncak musim Suhu Udara (oC)
kemarau sementara bulan Desember dan
Januari adalah puncak musim hujan. Semakin Gambar 3. Plot hubungan suhu udara dan
banyak curah hujannya semakin tinggi evaporasi
kelembaban udaranta. Hal ini yang Dari Gambar (3) dapat diketahui bahwa nili
menyebabkan kelembaban udara tertinggi dan koefisien determinansi (R2) pada grafik plot
terendah terjadi pada bulan Desember dan sebesar 0,7422. Angka ini mengandung arti
bulan Agustus. bahwa 74,22% variasi dari evaporasi di Kota
Pontanak dapat dijelaskan dengan variasi suhu
Dari Gambar 1 juga dapat ditarik beberapa udara rata-ratanya dan sisanya dapat
analisa yakni suhu pada bulan Januari hingga diterangkan dari parameter lainnya. Sementara
Mei yang meningkat mengakibatkan nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan angka
kelembaban udara di periode tersebut menurun. 0,86 berarti suhu udara rata-rata bulanan dan
Hal sebaliknya terjadi pada suhu udara bulan proses evaporasi di Kota Pontianak memiliki
Agustus hingga Desember yang menurun dan hubungan yang sangat kuat.
dikuti dengan peningkatan kelembaban udara di
bulan-bulan tersebut. Hal ini mengindikasikan 3.3 Hubungan antara kelembaban udara dan
bahwa terdapat keterkaitan antara suhu udara evaporasi
dan kelembaban udara di Kota Pontianak. Dalam Gambar (4), dapat dilihat variasi
kelembaban udara rata-rata bulanan dari
3.2 Hubungan antara suhu udara dan
tahun 2006-2017 terhadap evaporasi bulanan
evaporasi
dalam intwrval waktu yang sama di Kota
Pontianak. Secara umum, grafik pola
Variasi suhu udara rata-rata bulanan selama
kelembaban udara memiliki hubungan yang
10 tahun terhadap evaporasi bulanan di Kota
berbanding terbalik dengan grafik evaporasi.
Pontianak dapat dilihat pada Gambar 1. Secara
Jika kelembaban udara rendah maka evaporasi
umum, grafik pola variasi evaporasi bulanan
tinggi. Begitu juga sebaliknya jika kelembaban
dan suhu rata-rata bulanan hampir sama. Saat
udara menurun maka evaporasinya meningkat.
suhu udara tinggi diikuti dengan meningkatnya
Ini terlihat jelas dalam data kelembaban udara
evaporasi, Ketika suhu udara relatif rendah,
bulan Januari hingga Agustus yang turun
evaporasi pun relative rendah. Dengan
sementara evaporasinya meningkat. Begitu
demikian, laju evaporasi di Kota Pontianak
juga di bulan Agustus hingga Desember,
akan sebanding dengan perbedaan suhu udara.
kelembaban udara naik dan laju evaporasinya
turun. Dengan demikian laju evaporasi di Kota
220 28,00 Pontianak berbanding terbalik dengan
Evaporasi (mm)
Suhu (oC)
120 25,00
170 85,00
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Bulan 120 80,00
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Evaporasi Suhu Udara Bulan
48
PRISMA FISIKA, Vol. 7, No. 1 (2019), Hal. 46 - 50 ISSN : 2337-8204
Mar
Apr
Agu
Sep
Nov
Jul
Jun
Des
Mei
49
PRISMA FISIKA, Vol. 7, No. 1 (2019), Hal. 46 - 50 ISSN : 2337-8204
4. Kesimpulan
Korelasi suhu udara dengan evaporasi dan
korelasi kelembaban udara dengan evaporasi
berdasarkan data hasil pengukuran suhu udara
rata-rata bulanan dan kelembaban udara rata-
rata bulanan dan evaporasi dari ECMWF di Kota
Pontianak dinyatakan sangat erat dengan nilai
koefisien korelasi (r) masing-masing sebesar
0,86 dan -0,92.
Dengan demikian, evaporasi dapat dihitung
dengan menggunakan data suhu udara dan
kelembaban udara di Kota Pontianak.
Persamaan model pendugaan evaporasi
memanfaatkan metode regresi linier berganda
yang sesuai dengan kondisi iklim di Kota
Pontianak adalah 𝐸𝑣 = 151,2982 +
15,19076𝑇 − 4,65079𝑅𝐻 . Persamaan model ini
dapat diterapkan di Kota Pontianak dengan
koefisien korelasi 0,95% dan error absolut
1,9%.
Daftar Pustaka
[1] Aldrian, E. 2008. Meteorologi Laut: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Badan
Metereologi Dan Geofisika. Jakarta.
[2] Kirono, D.G.C., 2001, Modul Matakuliah
Hidrometeorologi, Yogjakarta, Fakultas
Geografi UGM]
[3] Singh, R.V., 1989, Hydrologic System, Vol II,
New Jersey: Prentice-Hall Inc
[4] Tjasyono, B.H.K. 2004. Klimatologi.
Bandung: ITB.
[5] Kurniawan, N. 2012. Profil Kota Pontianak,
Pontianak: Inspirita.
[6] Lakitan, B. 1994. Dasar-dasar klimatologi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
[7] Soemarto. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta:
Erlangga.
[8]Tjasyono, B.H.K. 2004. Klimatologi. Bandung:
ITB.
[9] Young Seung Chung, H. S., 2010. The Solar
Eclipse and Associated Atmospheric
Variations Observed In South Korea on 22
July2009.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/20700380, (2 November 2017).
[10] Grandis, H., Pengantar Pemodelan Inversi
Geofisika, Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia (HAGI), CV. Bhumi Printing.
50