Anda di halaman 1dari 9

TEOREMA SISA CINA (Chinese Remainder Theorem) DAN PENERAPANNYA

Lalu Irfan Abdul Manaf (E1R015025), Ni Nyoman Dewi Yuniarti (E1R015044), Ni


Putu Wiwik Pratiwi (E1R015045), Nining Fitria Ramadani (E1R015046)

Universitas Mataram

Abstrak. Teorema Sisa China (Chinese Remainder Theorem) atau TSC banyak ditemukan
dalam pengkajian permasalahan matematika maupun diluar matematika. TSC melibatkan
sistem perkongruenan linier yang membutuhkan solusi simultan yang memenuhi semua
perkongruenan yang ada. TSC hadir sebagai solusi yang lebih efisien dibandingkan dengan
solusi eliminasi ataupun solusi substitusi. Penerapan TSC juga digunakan dalam masalah-
masalah keseharian yang melibatkan sistem perkongruenan linier bahkan diperluas dalam
ilmu teknologi komputer modern.

Kata Kunci : Sistem Perkongruenan Linier, Teorema Sisa Cina (TSC).

I. PENDAHULUAN
Teori bilangan merupakan salah satu dasar dalam matematika dengan
himpunan semesta pembicaraan adalah semua himpunan bilangan bulat.
Teori bilangan telah menarik perhatian ilmuan selama ribuan tahun, paling
sedikit sejak 2500 tahun yang lalu. Awal kebangkitan Teori Bilangan modern
di pelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonardo Euler (1707-1783).
J.L. Lagrange (1735-1813), A.M Legendre (1752-1833), Carl Fredrich Gauss
(1777-1853), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann(1826-
1866), Giuseppe Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadmard
(1865-1963). Gauss sebagai salah satu pelopor Teori Bilangan begitu
terpesoa terhadap keindahan dan kecantikan Teori Bilangan dan untuk
melukiskannya Gaus menyebutkan Teori bilangan sebagai the queen of
Mathematics.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sebetulnya
mempunyai kaitan erat dengan perkembangan sistem numerisasi, yaitu
dalam hal menyatakan, menghubungkan dan mengoperasikan bilangan.
Bilangan itu sendiri mewakili kuantitas yang merupakan hasil pengukuran,
jumlah benda atau barang, nilai imbal atau tukar dari suatu transaksi, dan
bentuk bentuk kegiatan lain yang memerlukan bilangan sebagai alat
komunikasi. Bahkan akhir-akhir ini Teori Bilangan diperluas penggunaannya
dalam kriptografi dan Ilmu komputer.
Penguasaan topik dalam Teori Bilangan akan sangat membantu dalam
pembelajaran aljabar khsusnya yang berkaita dengan aritmatika. Di samping
itu, akan membantu juga dalam bahasan konsep matematika yang lain seperti
Struktur Aljabar (Teori Grup dan Ring) dan Aljabar Linier. Topik-topik yang
dibahas dalam Teori Bilangan meliputi Keterbagian, Faktorisasi bilangan
bulat, Kekongruenan, dan Teorema Fermat dan Wilson.
Permasalahan yang melibatkan Teori Bilangan sebenarnya telah
dimulai jauh sebelum penemuan oleh Pierre de Fermat. Oystein Ore
menyebutkan terdapat teka-teki dari Brahma-Sphuta-Siddhanta (Sistem
Benar Brahma) oleh Brahmagupta yang berbunyi : Seorang wanita tua pergi
ke pasar dengan kereta kuda dan lankah-langkah kuda memecahkan telur di
keranjang. Pengendara menawarkan untuk membayar kerugian dan meminta
berapa banyak telur yang dibawanya. Wanita tersebut tidak mengingat angka
persis jumlah telur, tetapi ketika ia membawa telur-telur itu keluar dua
sekaligus, ada satu telur tersisa. Hal yang sama terjadi ketika ia mengangkat
telur-telur tersebut keluar sebanyak tiga, empat, lima, dan enam pada suatu
waktu, tetapi ketika ia mengeluarkan tujuh butir telur tidak ada sisanya.
Berapakah jumlah terkecil telur yang mungkin dimiliki oleh wanita
tersebut?. Teka-teki lain yang serupa juga ditemukan oleh Sun Tzu seorang
matematikawan Cina yang menemukan teka-teki Cina: Ada sebuah bilangan
yang tidak diketahui nilainya, berulang kali dibagi dengan 3 sisanya 2, dibagi
oleh 5 sisanya adalah 3, dan oleh 7 sisanya adalah 2. Bilangan berapakah
itu?.
Kedua teka-teki ini dapat dimodelkan menjadi beberapa
perkongruenan linier (sistem perkongruenan linier).Kemudian
penyelesaiannya serupa dengan penyelesaian sistem persamaan linier di
dalam aljabar linier. Penyelesaian sistem perkongruenan linier dapat
menggunakan cara substitusi, eliminasi, dan Teorema Sisa China (Chinese
Remainder Theorem) atau TSC. Penyelesaian dengan cara eliminasi dan
substitusi cenderung panjang dan tidak operasional jika terdapat lebih dari
dua perkongruenan linier. TSC menerapkan metode yang lebih ampuh dalam
penyelesaian sistem perkongruenan linier dengan lebih dari dua
perkongruenan linier.

TSC pertama kali dipublikasikan pada abad ke-3 sampai abad ke-5
oleh Sun Tzu. TSC merupakan hasil dalam sistem perkongruenan di dalam
Teori Bilangan dan lebih lanjut digeneralisasi dalam Aljabar Abstrak. Secara
umum TSCmerupakan suatu teorema untuk menyelesaikan sistem
perkongruenan linier dimana pasangan dari setiap dua modulo dari
kongruensi adalah relatif prima.

Didalam tulisan ini akan dikaji beberapa masalah yang melibatkan


sistem perkongruenan linier dengan memanfaatkan TSC. Materi sistem
perkongruenan linier dirujuk pada [3], sedangkan TSC dirujuk pada [1], dan
penerapan TSC dirujuk pada [2]

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Teorema Sisa Cina (Chinese Remainder Theorem)
Sebelum pembahasan mengeni TSC, dibahas terlebih dahulu mengenai
kekongruenan dan perkongruenan linier serta karakteristiknya sebagai
berikut.

Definisi 1. Jika m suatu bilangan positif, maka a kongruen dengan b modulo m


(ditulis a ( ))bila m membagi (a-b). Jika m tidak membagi (a-b)
maka dikatakan bahwa a tidak kongruen dengan b modlo m (ditulis a
( ).

Contohnya 25 ( 4) karena (25-1) =24 terbagi oleh 4, sedangkan


31 3 ( 6) sebab (31-5) =26 tidak terbagi oleh 6.

Kalimat terbuka yang menggunakn relasi kekongruenan disebut


perkongruena. Jika suatu perkongruenan, variabelnya berpangkat paling
tinggi satu disebut perkongruenan linier. Bentuk umum perkongruenan linier
adalah;
( ), dengan 0 ( )

Solusi dari perkongruenan ( ) merupakan residu terkecil


yang memenuhi perkongruenan tersebut.

Karakteristik dan sifat sifat perkongruenan linier disajikan dalam


teorema-teorema berikut.

Teorema 1. Jika a,b,c,m dengan m> 0 sedemikian hingga ( ),


maka :
(i) + + ( )
(ii) ( )
(iii) ( )
Bukti. Diberikan , , , dengan > 0 sedemikian hingga
b (mod m).

(i) Dari ( ), maka | . Perhatikan bahwa:


= +
= ( + ) ( + )

Karena | , maka | [( + ) ( + )] atau diperoleh +


+ ( ).

(ii) Selanjutnya, dari = + = ( ) ( ). Karena


| , maka | [( + ) ( + )] atau diperoleh
( ).
(iii) Kemudian karena | , maka | ( ) atau dapat dinyatakan
( ) = . Sehingga | , yaitu bc (mod m).

Misalnya dari perkongruenan linier 19 3 (mod 8) diperoleh 19 + 7


3 + 7 (mod 8) , dan 19 4 3 4 (mod 8 , serta 19 2 3 2 (mod 8) .
Tetapi 1 4 8 (mod 6) sebab 2 7 2 4 (mod 8) mengakibatkan 7
4 (mod 8).

Teorema 2. Dimisalkan , , , dengan m> 0 sedemikian hingga =



(, ), jika ( ), maka ( )

Bukti. Diberikan ( ), artinya | = ( ). Sehingga
sedemikian hingga ( ) = . Dengan membagi kedua ruas

dengan diperoleh ( ) = . Karena (, ) = , maka diperoleh


( , ) = 1. Sehingga dari ( ) = dan ( , ) = 1 mengakibatkan


| atau ( ).

Khususnya pada Teorema * ini jika (, ) = 1 diperoleh akibat


berikut.
Akibat. Misalkan a,b,c,m dengan m > 0 . Jika (, ) = 1 dan
( ) maka ( ).

Misalkan pada 42 7 ( 5), karena (7,5) = 1, maka 6 1 ( 5).


Perumuman dari Teorema * disajikan berikut.
Teorema 3. Misalkan a, b, c ,d, m dengan m> 0. Jika ( ) dan
( ), maka
(i) + + ( )
(ii) ( )
(iii) ( )

Bukti . Diberikan a, b, c, d, m dengan m> 0 . Misalkan ( )


dan ( ), Artinya | dan | , sehingga |[1( ) +
1( )] atau |( + ) ( + ) yang artinya + + ( ) .
Lebih lanjut, |[1( ) + (1)( )] atau |[( ) ( )].

Contohnya pada perkongruenan 13 8 ( 5) dengan mengurangkan


kedua ruas dengan 6 diperoleh 7 2 ( 5) . Sifat-sifat lanjut dari
perkongruenan linier disajikan dalam teorema-teorema berikut.

Teorema 4. Dimisalkan a,b,,k,m dengan > 0 , > 0 , jika


( ), maka ( ).
Teorema 5. Jika ( 1 ) , ( 2 ) , ( 3 ) ,
( ) dimana , , 1 , 2 , , , , 1 , 2 , 0
maka ( [1 , 2 , ])
Teorema Sisa Cina (Chinese Remainder Theorem) atau TSC dinyatakan
dalam teorema berikut:
Teorema 6 (Teorema Sisa Cina). Misalkan 1 , 2 , , bilangan bulat
positif sedemikian sehingga fpb ( , ) = 1 untuk . Maka sistem
kongruen linier

1 ( 1 )

2 ( 3 )

( )

mempunyai solusi simultan, yang tunggal modulo bilangan bulat 1 2 3

Salah satu contoh penyelesaian dengan menggunakan metode TSC adalah


menyelesaikan teka-teki Cina : Ada sebuah bilangan yang tidak diketahui
nilainya, berulang kali dibagi dengan 3 sisanya 2, dibagi oleh 5 sisanya adalah 3,
dan oleh 7 sisanya adalah 2. Bilangan berapakah itu?. Teka-teki ini dapat
dimodelkan menjadi 2 ( 3), 3 ( 5), 2 ( 7). Sehingga
didapatkan a1=2, a2=3, a3=2 dan m1 = 3, m2 = 5 m3=7. Selanjutnya diperoleh
M1=35, M2=21, dan M3 =15. Sehingga diperoleh persamaan 35 1 ( 3) ,
35 35 ( 3), dan 1 70 ( 3) . Dengan menerapkan sifat-sifat
perkongruenan linier diperoleh 2 ( 3) , 1 (mod 5),
1 ( 7) sehingga didapatkan s1 = 2, s2 = 1, dan s3= 1. Selanjutnya diperoleh

= 1 1 1 + 2 2 2 + 3 3 3

= 2 2 35 + 3 1 21 + 2 1 15

= 140 + 63 + 30 = 233

Lebih lanjut, diperoleh 233 (105) atau 23 ( 105). Sehingga


solusi dari teka-teki Cina adalah 23.

III. PEMBAHASAN

Masalah yang melibatkan Teorema Sisa China (TSC) tidak hanya


terdapat pada permasalahan matematika tetapi juga terdapat dalam bidang
kajian diluar matemtika. Selain itu, TSC juga muncul dalam masalah-masalah
kesaharian yang melibatkan sifat-sifat perkongruenan linier sebagai berikut.

Contoh 1. Sekelompok 13 orang perompak akan membagikan sekantung


butir berlian. Dalam usaha pembagian pertama, ternyata tersisa 5 butir
berlian, dan karena dirasa tidak bisa adil, terjadi perkelaihan dan 4 perompak
terbunuh. Dalam usaha pembagian kedua, ternyata tersisa 6 butir berlian,
dank arena dirasa masih belum adil, terjadi perkelaihan dan 2 perompak
terbunuh. Dalam usaha pembagian ketiga, ternyata tersisa 3 butir berlian,
dan perkelaihan kembali terjadi dengan seorang lagi terbunuh. Dalam usaha
pembagian keempat, ternyata tidak ada butir berlian yang tersisa, semua
perompak yang masih hidup menerima bagian yang banyaknya sama. Berapa
banyaknya butir berlian minimal dalam kantung ?

Penyelesaian. Permasalahan di atas dapat dimodelkan sebagai


5( 13), 6 ( 9), 3 ( 7), dan 0 (mod 6). Dari 0
(mod 6) diperoleh = 6 dengan menyatakan banyaknya berlian. Syarat
pertam dimana ( , ) = 1 terpenuhi sebab (13,9) = 1, (13,7)=1, dan (7,9)
=1. Sehingga TSC dapat digunakan dalam mengerjakan masalah ini. Dari
perolehan = 6 disubstitusikan ke persamaan tersebut sehingga
didapatkan 6 = 5 ( 13) , 6 = 6 ( 9) , 6 = 3 ( 7) . Dengan
memanfaatkan sifat perkongruenan linier berturut turut didapatkan =
3 ( 13) , = 1 ( 3), = 1 ( 3). Selanjutnya dengan menggunakan
TSC didapatkan 1 = 3, 2 = 1, 3 = 1 dan 1 = 13, 2 = 9 3 = 7 serta
didapatkan 1 = 21, 2 = 91, 3 = 39. Langkah selanjunya mencari 1 , 2 ,
3 dari perkongruenan 1 1 ( 13) , 2 1( 3 ), dan 3
1 ( 7). Karena 1 = 21, 2 = 91, 3 = 39 maka akan dicari solusi
21 1 (13 ), 91 1( 3) dan 39 1 ( 7) . Dengan
memanfaatkkan lagi sifat-sifat perkongruenan linier diperoleh 1 = 5, 2 =
1, 3 = 2 sehingga = 1 1 1 + 2 2 2 + 3 3 3 didapatkan = 3 5
21 + 1 1 91 + 2 4 39 = 315 + 91 + 312 = 718. Nilai k ditentukan
dengan ( 1 2 ) , yaitu 718 ( [13 3 7 ]) atau
718 ( 273) . Solusi persamaan 718 ( 273) adalah = 172 .
Karena 6 = , maka didapatkan = 6(172) = 1032 . Sehingga jumlah
berlian yang diperebutkan oleh tiga belas perampok tersebut adalah 1032.

Contoh lain dari penerapan TSC adalah sebagai berikut.

Contoh 2. Seorang gadis membawa sekeranjang butir telur. Jika telur-telur


itu dihitung dua-dua, maka akan tertinggal satu telur. Jika telur itu dihitung
tiga-tiga, lima-lima, dan tujuh tujuh, maka secar berturut-turut akan
tertinggal 2 butir, 4 butir dan 6 buti telur. Jika telur itu dihitung sebelas-
sebelas, maka tidak ada butir telur yang tertinggal. Sebutkan tiga bilanga
yang menyatakan banyaknya butir telur dalam keranjang.

Penyelesaian . Kita ketahui 2, 3, 5, 7, dan 11, merupakan bilangan prima. Jadi


antara satu dengan yang lainnya memilik sifat relative prime. Sehingga pada
soal ini TSC dapat digunakan. Permasalahan di atas dapat dinotasikan
sebagai berikut : 1 ( 2) , 2 ( 3) , 4 ( 5) ,
6 ( 7), 0 ( 11) , diman menyatakan banyaknya butir telur. dari
persamaan ini didapatkan nilai 1 = 1, 2 = 2, 3 = 4, 4 = 6 5 = 0 1 =
2, 2 = 3 3 = 5, 4 = 7, 5 = 11. Sehingga didapat 1 = 1155, 2 =
770, 3 = 462 , 4 = 330, 5 = 210 . Langkah selanjutnya mencari
1 , 2 , 3 dari perkongruenan 1 1 ( 2) , 2 1( 3 ), 3
1 ( 5), 4 1 ( 7), dan 5 1 ( 11). Diketahui bahwa 1 =
1155, 2 = 770, 3 = 462 , 4 = 330, 5 = 210 . Maka akan dicari
solusi dari 1155 1 ( 2) , 770 1 ( 3) ,
462 1 ( 5) , 330 1 ( 7) dan 210 1 ( 11) . Dengan
memanfaatkan sifat-sifat perkongruenan linier diperoleh 1 = 1, 2 =
2, 3 = 3, 4 = 1, dan 5 = 1 . Sehingga = 1 1 1 + 2 2 2 + 3 3 3 +
4 4 4 = 1 1 1155 + 2 2 770 + 4 3 462 + 6 1 330 + 0 1 210 =
1155 + 3080 + 5544 + 1980 = 1175 . Selanjutnya dicari nilai
( [1 2 3 4 5 ]) , sehingga diperoleh 11759 ( 2.3.5.7.11) =
11759 ( 2310) dengan memanfaatkan sifat-sifat perkongruenan
linier, diperoleh 209 ( 2310) , dimana 209 merupakan residu
terkecil yang merupakan solusi dari perkongruenan linier tersebut, yaitu 209
banyaknya butir telur minimal yang dibawa oleh gadis tersebut. Dari
209 ( 2310) atau = 2310 + 209 , untuk = 0 diperoleh = 209 ,
untuk = 1 diperoleh = 2519 , dan untuk = 2 diperoleh = 4829 .
Sehingga 209, 2519, dan 4829 merupakan bilangan yang menyatakan
banyaknya butir telur dalam keranjang.

Lebih lanjut, Teorema Sisa Cina (TSC) juga muncul dalam


permasalahan ilmu persandian atau kriptografi, dimana didalam kriptografi
terdapat banyak permasalahan yang didasari pada aplikasi computer dan
teori-teori matematis terutama yang melibatkan sistem perkongruenan linier
yang membutuhkan solusi melalui pemanfaatan TSC.

IV. KESIMPULAN
Teorema Sisa Cina (TSC) didasari pada pencarian solusi teka-teki Cina yang
ada sejak abad ke-IV sebelum masehi diperkenalkan oleh Sun Tzu, kemudian
lebih diperumum menjadi teorema yang dikenal hingga saat ini. Penerapan
TSC banyak ditemukan pada pengkajian di dalam matematika sendiri, yaitu
pada Teori Bilangan dan Aljabar Abstrak, bahkan ditemukan pada masalah-
masalah diluar matematika yang melibatkan masalah-masalah yang muncul
dalam keseharian. Lebih lanjut, penerapan TSC diperluas juga dalam ilmu
teknologi komputer dimana melibatkan persandian atau kriptografi yang
penggunaannya hampir disemua bidang.

V. REFERENSI
[1] https://ariaturns.com/2014/01/03/teorema-sisa-cina/.
[2] Muhsetyo Gatot .2002. Teori Bilangan. Surabaya : Sinar wijaya.
[3] Sukirman. 2006. Pengantar teori bilangan. Yogyakarta : Hanggar creator.

Anda mungkin juga menyukai