Universitas Mataram
Abstrak. Teorema Sisa China (Chinese Remainder Theorem) atau TSC banyak ditemukan
dalam pengkajian permasalahan matematika maupun diluar matematika. TSC melibatkan
sistem perkongruenan linier yang membutuhkan solusi simultan yang memenuhi semua
perkongruenan yang ada. TSC hadir sebagai solusi yang lebih efisien dibandingkan dengan
solusi eliminasi ataupun solusi substitusi. Penerapan TSC juga digunakan dalam masalah-
masalah keseharian yang melibatkan sistem perkongruenan linier bahkan diperluas dalam
ilmu teknologi komputer modern.
I. PENDAHULUAN
Teori bilangan merupakan salah satu dasar dalam matematika dengan
himpunan semesta pembicaraan adalah semua himpunan bilangan bulat.
Teori bilangan telah menarik perhatian ilmuan selama ribuan tahun, paling
sedikit sejak 2500 tahun yang lalu. Awal kebangkitan Teori Bilangan modern
di pelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonardo Euler (1707-1783).
J.L. Lagrange (1735-1813), A.M Legendre (1752-1833), Carl Fredrich Gauss
(1777-1853), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann(1826-
1866), Giuseppe Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadmard
(1865-1963). Gauss sebagai salah satu pelopor Teori Bilangan begitu
terpesoa terhadap keindahan dan kecantikan Teori Bilangan dan untuk
melukiskannya Gaus menyebutkan Teori bilangan sebagai the queen of
Mathematics.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sebetulnya
mempunyai kaitan erat dengan perkembangan sistem numerisasi, yaitu
dalam hal menyatakan, menghubungkan dan mengoperasikan bilangan.
Bilangan itu sendiri mewakili kuantitas yang merupakan hasil pengukuran,
jumlah benda atau barang, nilai imbal atau tukar dari suatu transaksi, dan
bentuk bentuk kegiatan lain yang memerlukan bilangan sebagai alat
komunikasi. Bahkan akhir-akhir ini Teori Bilangan diperluas penggunaannya
dalam kriptografi dan Ilmu komputer.
Penguasaan topik dalam Teori Bilangan akan sangat membantu dalam
pembelajaran aljabar khsusnya yang berkaita dengan aritmatika. Di samping
itu, akan membantu juga dalam bahasan konsep matematika yang lain seperti
Struktur Aljabar (Teori Grup dan Ring) dan Aljabar Linier. Topik-topik yang
dibahas dalam Teori Bilangan meliputi Keterbagian, Faktorisasi bilangan
bulat, Kekongruenan, dan Teorema Fermat dan Wilson.
Permasalahan yang melibatkan Teori Bilangan sebenarnya telah
dimulai jauh sebelum penemuan oleh Pierre de Fermat. Oystein Ore
menyebutkan terdapat teka-teki dari Brahma-Sphuta-Siddhanta (Sistem
Benar Brahma) oleh Brahmagupta yang berbunyi : Seorang wanita tua pergi
ke pasar dengan kereta kuda dan lankah-langkah kuda memecahkan telur di
keranjang. Pengendara menawarkan untuk membayar kerugian dan meminta
berapa banyak telur yang dibawanya. Wanita tersebut tidak mengingat angka
persis jumlah telur, tetapi ketika ia membawa telur-telur itu keluar dua
sekaligus, ada satu telur tersisa. Hal yang sama terjadi ketika ia mengangkat
telur-telur tersebut keluar sebanyak tiga, empat, lima, dan enam pada suatu
waktu, tetapi ketika ia mengeluarkan tujuh butir telur tidak ada sisanya.
Berapakah jumlah terkecil telur yang mungkin dimiliki oleh wanita
tersebut?. Teka-teki lain yang serupa juga ditemukan oleh Sun Tzu seorang
matematikawan Cina yang menemukan teka-teki Cina: Ada sebuah bilangan
yang tidak diketahui nilainya, berulang kali dibagi dengan 3 sisanya 2, dibagi
oleh 5 sisanya adalah 3, dan oleh 7 sisanya adalah 2. Bilangan berapakah
itu?.
Kedua teka-teki ini dapat dimodelkan menjadi beberapa
perkongruenan linier (sistem perkongruenan linier).Kemudian
penyelesaiannya serupa dengan penyelesaian sistem persamaan linier di
dalam aljabar linier. Penyelesaian sistem perkongruenan linier dapat
menggunakan cara substitusi, eliminasi, dan Teorema Sisa China (Chinese
Remainder Theorem) atau TSC. Penyelesaian dengan cara eliminasi dan
substitusi cenderung panjang dan tidak operasional jika terdapat lebih dari
dua perkongruenan linier. TSC menerapkan metode yang lebih ampuh dalam
penyelesaian sistem perkongruenan linier dengan lebih dari dua
perkongruenan linier.
TSC pertama kali dipublikasikan pada abad ke-3 sampai abad ke-5
oleh Sun Tzu. TSC merupakan hasil dalam sistem perkongruenan di dalam
Teori Bilangan dan lebih lanjut digeneralisasi dalam Aljabar Abstrak. Secara
umum TSCmerupakan suatu teorema untuk menyelesaikan sistem
perkongruenan linier dimana pasangan dari setiap dua modulo dari
kongruensi adalah relatif prima.
1 ( 1 )
2 ( 3 )
( )
= 1 1 1 + 2 2 2 + 3 3 3
= 2 2 35 + 3 1 21 + 2 1 15
= 140 + 63 + 30 = 233
III. PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
Teorema Sisa Cina (TSC) didasari pada pencarian solusi teka-teki Cina yang
ada sejak abad ke-IV sebelum masehi diperkenalkan oleh Sun Tzu, kemudian
lebih diperumum menjadi teorema yang dikenal hingga saat ini. Penerapan
TSC banyak ditemukan pada pengkajian di dalam matematika sendiri, yaitu
pada Teori Bilangan dan Aljabar Abstrak, bahkan ditemukan pada masalah-
masalah diluar matematika yang melibatkan masalah-masalah yang muncul
dalam keseharian. Lebih lanjut, penerapan TSC diperluas juga dalam ilmu
teknologi komputer dimana melibatkan persandian atau kriptografi yang
penggunaannya hampir disemua bidang.
V. REFERENSI
[1] https://ariaturns.com/2014/01/03/teorema-sisa-cina/.
[2] Muhsetyo Gatot .2002. Teori Bilangan. Surabaya : Sinar wijaya.
[3] Sukirman. 2006. Pengantar teori bilangan. Yogyakarta : Hanggar creator.