1.PENDAHULUAN
Salah satu komponen siklus hidrologi adalah evapotranspirasi. Evapotranspirasi
merupakan gabungan dua proses biofisik yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah
perpindahan uap air dari permukaan tanah ke atmosfer, sedangkan transpirasi adalah
perpindahan uap air melalui tumbuhan menuju atmosfer. Evapotranspirasi merupakan proses
yang sangat penting bagi tanaman karena berpengaruh langsung terhadap transport nutrien dan
hasil metabolisme tanaman. Selain itu, evapotranspirasi mendapat banyak perhatian karena
kehilangan air dari tanaman maupun permukaan tanah dapat berakibat langsung terhadap
ketersediaan air.
2.TEORI
2.1.Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan proses
fisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi dari permukaan tanah dan
transpirasi melalui tumbuhan (Usman 2004). Menurut Labedzki et al. (2011)
evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi acuan (ET0), potensial dan aktual.
Brutseart W (1982) menjelaskan bahwa evapotranspirasi potensial (ETp) merupakan
jumlah maksimum dari evapotranspirasi permukaan luas yang ditumbuhi tanaman
seragam dengan jumlah air tanah yang tidak terbatas dan kondisi meteorologi aktual.
Evapotranspirasi acuan merupakan evapotranspirasi di bawah kondisi meteorologi
dengan permukaan standar khususnya permukaan rumput yang luas dengan karakteristik
spesifik (Buttafuoco et al. 2010). Menurut Allen et al. (1998) permukaan standar yang
dimaksud adalah rumput seragam (alfalfa) yang ditutupi tanah, rumput tetap dalam
keadaan pendek yang seragam, pengairan yang baik, dan tumbuh di bawah kondisi
optimal. ET0 sangat penting bagi bidang agrometeorologi dan hidrologi, contohnya untuk
perencanaan dan manajemen irigasi.
Evapotranspirasi acuan menjelaskan kebutuhan evaporasi dari atmosfer tanpa
dipengaruhi oleh jenis tanaman, perkembangan dan manajemen tanaman. Jika air dalam
kondisi cukup maka kondisi tanah tidak akan mempengaruhi ET0.
2.2.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Evapotranspirasi
Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi besarnya evapotranspirasi yaitu keadaan
iklim, karakteristik tanaman dan kondisi lingkungan (ketersediaan dan distribusi air).
Keadaan iklim yang mempengaruhi nilai evapotranspirasi adalah radiasi matahari, suhu,
kelembaban udara dan kecepatan angin (Allen et al. 1998). Radiasi surya yang diserap
oleh daun sebesar 1 sampai 5% digunakan untuk fotosintesis dan 75 sampai 85%
digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi (Gardner C 1991). Pemanasan
dan pendinginan daun akibat radiasi surya akan mempengaruhi transpirasi. Saat daun
menerima radiasi, suhu akan naik dan stomata daun akan terbuka. Ketika stomata
terbuka, kehilangan air dari daun berlangsung terus menerus yang menurunkan potensial
daun sehingga lebih rendah daripada potensial tangkai daun, karena air bergerak dari
potensial tinggi ke potensial rendah, air akan mengalir dari tangkai daun ke batang.
Suhu mempengaruhi evapotranspirasi melalui beberapa cara (Rosenberg et al,
1983). Jumlah uap air yang dapat dikandung udara meningkat secara eksponensial
dengan naiknya suhu udara. Peningkatan suhu menyebabkan naiknya tekanan uap dari
permukaan yang terevaporasi sehingga bertambahnya defisit tekanan uap antara
permukaan dengan udara sekitar. Udara yang panas dan kering dapat mensuplai energi
ke permukaan.
Kelembaban relatif berbanding terbalik dengan suhu. Jika kelembaban relatif
tinggi maka suhu menurun. Jika suhu turun maka kapasitas udara untuk menyimpan uap
air akan rendah yang berarti kebutuhan atmosfer untuk evapotranspirasi semakin kecil.
Angin berpengaruh dalam evaporasi karena dapat memindahkan udara basah yang
kontak secara langsung dengan permukaan air dan memindahkannya ke tempat yang
udaranya kering. Semakin tinggi kecepatan angin maka jumlah udara basah yang
dipindahkan semakin banyak dan evaporasi yang terjadi meningkat. Angin berfungsi
menggerakan udara yang dapat menyebabkan uap air jenuh. Udara yang telah jenuh akan
digantikan oleh udara lain yang belum jenuh.
2.3.Metode Pendugaan Evapotranspirasi ( Penman Monteith)
Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi terbaik yang
direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode pendugaan lain baik
digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007; Smith 1992). Metode ini merupakan
metode yang diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan tahanan aerodinamik
dan permukaan tajuk. Metode Penman mengalami berbagai perkembangan sehingga dapat
digunakan untuk menduga evapotranspirasi pada permukaan yang ditanami dengan
menambahkan faktor tahanan permukaan (rs) dan tahanan aerodinamik (ra). Persamaan ini
terdapat parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan dengan fluks bidang tanaman
(Allen et al. 1998).
Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi luas dan memiliki data yang
lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan mimimum untuk tanaman
acuan. Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu
dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter lain, selain itu metode
ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998).
Kelemahan utama dalam metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak
seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa
stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al. 2003).
Dengan pengertian :
U2 adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah, (m/s).
adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/o C).
adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
n
R s ( 0 ,25 0 ,5 ) Ra ........................................................................................ (4)
N
Dengan pengertian :
n adalah lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
besarnya Ra adalah :
adalah letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada
lintang selatan nilainya negatif.
dengan pengertian :
δ adalah deklinasi matahari, (rad).
dan d r dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980) :
2π
dr 1 0,033 cos ( J) 1 0,033 cos ( 0,0172 J) .....................
365
(7)
2π
δ 0 ,409 sin ( J 1,39 ) 0 ,409 sin ( 0 ,0172 J 1,39 ) .......................................
365
(8)
Dengan pengertian :
J adalah nomor urut hari dalam setahun (hari julian)
Nilai ( 0,0172 J ) pada persamaan (7) dan ( 0,0172 J 1,39 ) pada persamaan (8) dalam
satuan radian.
Dengan pengertian :
M adalah bulan (1-12)
D adalah hari dalam bulan (1 - 31)
Jika tahun normal dan M < 3, nilai J ditambah nilai 2
Jika tahun kabisat dan M > 2, J ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang habis
dibagi dengan angka 4.
Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai J diperoleh dari
persamaan (8b) dengan D sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.
Besarnya N dihitung dengan rumus:
24
N ωs ................................................................................................................ (9)
π
Dengan pengertian :
Rlu adalah radiasitermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer,
(MJ/m2/hari).
Rld adalah radiasi gelombang panjang termal yang dipancarkan dari atmosfer dan
awan masuk ke permukaan bumi, (MJ/m2/hari).
f adalah faktor penutupan awan, tanpa dimensi.
ε vs adalah nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah 0,98 (Jensen dkk., 1990).
Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):
n
f 0 ,9 0 ,1 .......................................................................................................... (11)
N
4,87
U 2 U z ..................................................................................... (13)
ln ( 67 ,8 z 5,42 )
Dengan pengertian :
17 ,27 T
e s 0,611 exp ......................................................................................... (14)
T 237 ,3
ea e s x RH ...........................................................................................................(15)
Dengan pengertian :
RH adalah kelembaban relatif rata-rata, (%).
Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan (Murray, 1967):
4098 e s
...................................................................................................... (16)
(T 237 ,3 ) 2
Dengan pengertian :
adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/ o C).
cpP
10 3 0 ,00163
P
γ ............................................................................... (17)
ελ λ
dengan pengertian :
adalah nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.
g
T τ (z z o ) R
τ
P Po ko ............................................................................ (18)
Tko
Dengan pengertian :
P adalah tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).
Po adalah tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).
z adalah elevasi, (m).
zo adalah elevasi acuan, (m).
g adalah gravitasi = 9,8 m/s2.
R adalah konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.
Tko adalah suhu pada elevasi zo, (K).
Panas laten untuk penguapan () dihitung dengan rumus (Harrison, 1963):
dengan pengertian :
Intensitas Radiasi
Bulan
(MJ m-2 day-1)
1 113,19
Januari 2 88,15
3 119,48
1 79,45
Februari 2 104,17
3 84,92
1 133,23
Maret 2 141,47
3 140,28
1 115,22
April 2 114,47
3 119,65
1 107,52
Mei 2 92,77
3 124,57
1 99,22
Juni 2 111,45
3 107,14
1 113,53
Juli 2 119,57
3 126,16
1 128,10
Agustus 2 123,64
3 144,92
1 144,39
September 2 138,96
3 152,37
1 122,73
Oktober 2 145,52
3 153,24
1 141,39
November 2 111,66
3 106,49
1 125,98
Desember 2 133,26
3 105,86
Lampiran 5 Data jumlah curah hujan wilayah Situgede, Darmaga, Bogor Januari –
Desember 2009
Januari 29 200 38
Februari 204 8 88
Maret 44 81 137
April 143 92 25
Juni 121 90 27
Juli 46 1 84
Agustus 1 23 7
September 31 106 20
Desember 114 62 83
Lampiran 6 Hasil evapotranspirasi wilayah Situgede, Darmaga, Bogor Januari –
Desember 2009
(a) Metode panci kelas A dengan nilai Kp=0.7, metode penman monteith dengan nilai ra
dan rs menggunakan asumsi FAO penman monteith
(b) Metode panci kelas A dengan nilai Kp berdasarkan FAO, metode penman monteith
dengan nilai ra dan rs menggunakan ketinggian 1.5 m, LAI periode kering=5 dan LAI
periode basah = 6.
Lampiran 8 Contoh perhitungan menggunakan metode Penman Monteith
Tanggal Julian RH U2 U2 Tmax Tmin Trata e Tmax e Tmin es e(mb) e Tdew ea es-ea Δ P γ
date (%) (km/jam) (m/s) (°C) (°C) (°C) (kPa) (kPa) (kPa) (kPa) (°C) (kPa) (kPa) (kPa°C-1) (kPa) (kPa°C-1)
1 155 85 1,6 0,4 32,2 23,4 26,3 4,809 2,878 3,84 33,528 3,353 26,001 3,362 0,48 0,202 99,074 0,066
0,278 0,151 0,97 -0,1134 0,391 15,238 31,09 11,65 7,1 0,6 17,25 23,43 0,74 13,28
42,63 37,92 40,28 0,64 0,08 2,16 11,12 1,11 10,01 0,83 3,51
Keterangan :
1 : Δ + γ (1 + 0,34 u2)
2 : γ + (900 / T + 273u2) (es-ea)
3 : 1,35 (R/Rso) - 0,35
4 : 0,34 - 0,14 (ea)-1
5 : 0,408Δ (Rn-G)
DAFTAR PUSTAKA
Ahrens D. Meteorology Today : An Introduction to Weather, Climate and the Environment. USA: Thomson
Hogher Education. Ed ke-8.
Allen R, Pereira L, Smith M. 1998. Crop Evapotranspirastion Guidelines Computing Crop Water
Requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper 56.
Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sumner DM, Jacobs JM. 2005. Utility of Penman-Monteith, Priestley-Taylor, Reference Evapotranspirastion,
and Pan Evaporation Methods to Estimate Pasture Evapotranspirastion. J Hydrology 308:81-104.
[BMKG] Badan Klimatologi dan Geofisika. 2008. Panduan Praktis Mengenal Alat-alat Klimatologi. Bogor:
Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.
[BMKG] Badan Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan Musim Hujan 2012/2013 di Indonesia. Jakarta :
BMKG Pusat.