DI SUSUN OLEH :
YUNIKA SARI PURBA (20160005)
TAMI R SITANGGANG (20160010)
NUNUUT MARDAHAI (20160001)
Latar Belakang
Manusia tidak akan berkembang tanpa adanya perkawinan. Karena perkawinan
menyebabkan adanya keturunan dan keturunan yang menimbulkan keluarga yang
berkembang menjadi masyarakat, di mana masyarakat adalah suatu wadah dari bentuk
kehidupan bersama yang di dalamnya individu atau kelompok sebagai anggotanya saling
mengadakan interaksi untuk kelangsungan hidupnya, oleh karena itu manusia disebut sebagai
makhluk sosial, yaitu sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu mempunyai keinginan
untuk berkumpul dengan manusia yang lainnya, sehingga manusia dikatakan di samping
sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk social dan untuk melangsungkan
kehidupannya itu manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan baik yang bersifat lahiriah
maupun kebutuhan yang bersifat batiniah.
Perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan menarik untuk dibicarakan,
karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia saja, tetapi juga
menyentuh suatu lembaga yang luhur yaitu rumah tangga, karena lembaga ini merupakan
benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai kehidupan yang luhur.
Pernikahan adalah penyatuan dua pribadi yang melibatkan bukan hanya dua pribadi
yang berbeda tetapi juga keluarga masing-masing. Bukan pula hanya mendapatkan izin dari
kedua orangtua, diberkati oleh pendeta, diakui oleh negara, tetapi juga direstui oleh Tuhan.
Setiap orang percaya, terlebih para pemimpin gereja, harus bisa memberikan jawaban dan
solusi yang baik dan tepat, bukan sekedar dari buku-buku yang mereka pelajari, pendapat
para ahli, atau pengalaman dan pelayanan mereka yang panjang, tetapi bagaimana Alkitab
memberikan jawaban atas hal itu semua
Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Pernikahan bukan sakramen, baik undang-undang
negara maupun dari terang firman Tuhan, pernikahan bukan sekedar pertemuan dan
kesepakatan antar manusia, tetapi berdasarkan KeTuhanan. Pernikahan sering kali tidak
mudah dan kadang membuat nyali ciut. ini semua karena setiap dari kita adalah pribadi yang
tidak sempurna. Dan ketidak sempurnaan kita cenderung terus tumbuh kecuali kita benar-
benar mau mengenalinya, memahaminya dan mengoreksinya. Itulah satu dari banyak alasan
mengapa tidak baik bagi laki-laki hidup seorang diri (Kejadian 2:18).Pernikahan yang sehat
akan memberi banyak manfaat. Salah satunya adalah menjadi cermin untuk masing-masing
pribadi pasangan. Sejak semula sebelum manusia jatuh kedalam dosa, Allah sudah
merencanakan dan menghendaki adanya perkawinan suatu rumah tangga bagi setiap kita
manusia. Firman Tuhan berkata dalam Kitab Kejadian 2 : 18 – 25 : “ Tuhan Allah berfirman :
“ tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong
baginya yang sepadan dengan dia” Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak,
ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya , lalu menutup tempat
itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu di
bangunNyalah seorang perempuan lalu dibawaNya kepada manusia itu. Lalu berkatalah
manusia itu “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku, Ia akan dinamai
perempuan, sebab ia di ambil dari laki laki .Sebab itu seorang laki – laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Bahkan dapat kita melihat dimana Yesus juga ikut menghadiri pesta perjamuan kawin yang
ada di Kana (Yohanes 2:1-11). Perkawinan Kristen seharusnya bersifat monogamy dan
heteroseksual, penulis menolak adanya pernikahan poligami maupun pernikahan poliandri
ataupun pernikahan sesame jenis. Apa yang sudah di satukan oleh Allah tidak boleh ada yang
ingin mencoba menceraikan manusia itu karena Allah membenci akan perceraian (Malaikhi
2:16). Kita dapat melihat prinsip pernikahan merupakan lambang hubungan antara Allah dan
UmatNya atau Kristus dengan jemaatNya yang terungkap dalam Kitab terutama kitab Kidung
Agung, kitab Hosea dan kitab Wahyu.
Pasangan suami istri terkadang kurang bahkan tidak memikirkan
danmemperhitungkan segala akibat dan konsekwensi yang terjadi saat mereka
memutuskanmelakukan perceraian. ‘Yang penting bercerai dulu, urusan lainnya dipikirkan
belakangansambil jalan’, kata-kata itu mungkin yang ada dalam pikiran pasangan yang
hendak bercerai.Mereka menganggap segala permasalahan baru yang akan terjadi pasca
perceraian akan dapatdiselesaikan, padahal kenyataan yang ada tidak sesederhana itu.
Perceraian bukan saja akanmerugikan beberapa pihak namun perceraian yang ada didalam
lingkungan keluarga kristenjuga sudah jelas dilarang oleh agama, tetapi pada
kenyataannya perceraian dikalanganmasyarakat terus saja terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Perkawinan
1. Pernikahan Kristen
Secara harafiah pernikahan Kristen selain melibatkan Tuhan sebagai
dasar pernikahan, pernikahan Kristen adalah suatu keputusan dua pribadi
menjadi satu,menyatukan dua emosi jadi satu dan saling berfungsi meski kedua
pribadi memegang teguh jati diri masing-masing, tidak melihat dan menjadikan
perbedaan sebagai suatu yang harus dipermasalahkan (Kej 2 : 24). Pernikahan
merupakan suatu lembaga yangsudah diatur dan diciptakan oleh Allah sendiri
untuk dapat memelihara, dan dapat memenuhi rencana atau maksud Allah
dalam penciptaan-Nya, supaya dapat berlanjur seumur hidup dengan kudus dan
penuh sukacita Tuhan adakan dengan tujuan danjuga sebagai gambaran bahwa
Allah yang penuh kasih.
Sebuah Keluarga merupakan suatu unit kecil yang lengkap dari masyarakat.
kalau sebuah keluarga berfungsi dengan baik, maka Gereja, Negara dan
Bangsa bahkan dunia pun akan berfungsi dengan baik pula. Mengingat bahwa
unit keluarga itu sangat penting, maka penting pula untuk kita ketahui apa
yang Alkitab katakan tentang keluarga.Keluarga atau rumah tangga
merupakan lembaga pertama yang Allah adakan untuk kepentingan manusia.
Oleh karena itu didirikan langsung oleh Allah, maka padanya terlihat sifat
kudus tersendiri. Kalau kita mengakui hal ini, maka barulah kita menjadi
lebih siap untuk mengerti apa yang Alkitab yakni Firman Allah katakan
tentang rumah tangga. Pernikahan adalah sebuah lembaga Allah, dan penting
bagi kita untuk mengerti bagaimana Ia telah merencanakannya dan untuk
tujuan apa Ia mendirikannya. Barulah kita tidak akan mengalami kesukaran
untuk mengerti apa yang Alkitab ajarkan secara keseluruhan tentang pokok
ini. Allah bersifat tidak berubah, Ia tidak dapat mengubah jalan atau
perinsipNya untuk kemudian mencocokkannya dengan kemauan orang.
Hanya terdapat suatu perubahan rupanya hanya suatu perubahan yang oleh
orang meloloskan diri dan membenarkan perceraian. Sejak pernikahan itu
diberikan oleh Allah dan sejak ia didirikan dosa masuk ke dalam dunia, maka
ia berdasarkan kepada peraturan Allah yang paling suci. Perceraian yang
sudah menjadi suatu peristiwa yang biasa pada masa kini, akan merusakkan
kesucian yang telah didirikan dan dinyatakan oleh Allah. Ketika Allah
menciptakan Adam dan Hawa, Ia telah menciptakan baik laki-laki maupun
perempuan menurut rupaNya sendiri (kejadian 1: 27). Hubungan antara laki-
laki dan istrinya dalam kondisi tampa dosa dan sempurna ini sama sucinya
seperti hubungan antara ketiga Oknum dari Allah Tritunggal – Bapa, Anak
dan Roh Kudus. KetigaNya itu satu adanya. Demikian pula dalam pernikahan,
Allah berkata bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan akan menjadi
satu (Kejadian 2:24). Pernikahan merupakan suatu hubungan yang paling
halus dan kudus dalam kehidupan manusia. Keduanya menjadi satu daging,
demikian Allah berkata dalam Kejadian 2:24. Hal ini menyatakan bahwa satu
pihak akan menjadi pelengkap dan teman yang seimbang dengan pihak
lainnya. Itulah perinsip dan fondasi Allah untuk rumah tangga keduanya
menjadi satu daging. Allah telah menerangkan bahwa pernikahan itu adalah
sesuatu yang terhormat : “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap
perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur,sebab orang-
orang sundal dan pezinah akan di hakimi Allah (Ibrani 13:4). Alkitab berkata
bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan istrinya (Kejadian 2:24). Allah mengadakan nikah untuk menekan
percobaan tentang effek yang tidak baik dan untuk menyokong ketertiban
social sehingga melalui keluarga-keluarga yang tertib maka kebenaran dan
kekudusan dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Bahkan
damai dan sejatera suatu bangsa bergantung kepada kekudusan dalam rumah
tangga. Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam
taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan
Allah memberi perintah ini kepada manusia : “Semua pohon dalam taman ini
boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2: 15-17). Tuhan
Allah memberikan perintah dan mandat kepada Adam untuk mengusahakan
dan memelihara Taman itu, situasai yang di gambarkan dalam Firman Allah
di atas menolong kita untuk memahami tujuan Allah atas pernikahan.
Penetapan Allah atas pernikahan terkait erat dengan tanggung jawab yang
Allah berika kepada Adam untuk mengusahakan dan mengelola Taman itu.
Allah menjadikan penolong yang sepadan dengan Adam Allah membangun
instusi pernikahan, agar Adam semakin efektif mengerjakan tanggung
jawabnya untuk mengusahakan dan memelihara Taman Eden. Di sini kita
melihat dengan jelas, bahwa pernikahan bukanlah sebuah tujuan, tetapi sarana
untuk mencapai tujuan ilahi.
B. Defenisi Perceraian
1. Perceraian Menurut Undang-Undang di Indonesia
Kata "cerai" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: (kata kerja),
1.pisah; 2.putus hubungan sebagai suami istri; talak. Kemudian, kata
"perceraian" mengandung arti: (kata benda), 1.perpisahan; 2.perihal bercerai
(antara suami istri); perpecahan. Adapun kata "bercerai" berarti: (kata kerja),
1.tidak bercampur (berhubungan, bersatu) lagi; 2.berhenti berlaki-bini (suami
istri). Istilah "perceraian" terdapat dalam Pasal 38 UU No. 1 Tahun 1974 yang
memuat ketentuan fakultatif bahwa "Perkawinan dapat putus karena kemati-
an, perceraian, dan atas putusan Pengadilan". Jadi, istilah "perceraian" secara
yuridis berarti putusnya perkawinan, yang putusnya hubungan sebagai suami
istri atau berhenti berlaki-bini (suami istri) sebagaimana diartikan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas.
Istilah perceraian menurut UU No. 1 Tahun 1974 sebagai aturan hukum Positif
tentang perceraian menunjukkan adanya: a. tindakan hukum yang dapat
dilakukan oleh suami atau istri untuk memutus hubungan perkawinan di antara
mereka; b. peristiwa hukum yang memutuskan hubungan suami dan istri, yaitu
kematian suami atau istri yang bersangkutan, yang merupakan ketentuan yang
pasti dan langsung ditetapkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa; c. putusan
hukum yang dinyatakan oleh pengadilan yang berakibat hukum putusnya
hubungan perkawinan antara suami dan istri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan menarik untuk dibicarakan,
karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia saja, tetapi juga
menyentuh suatu lembaga yang luhur yaitu rumah tangga, karena lembaga ini merupakan
benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai kehidupan yang luhur.
Setiap orang percaya, terlebih para pemimpin gereja, harus bisa memberikan jawaban
dan solusi yang baik dan tepat, bukan sekedar dari buku-buku yang mereka pelajari, pendapat
para ahli, atau pengalaman dan pelayanan mereka yang panjang, tetapi bagaimana Alkitab
memberikan jawaban atas hal itu semua Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Tujuan pernikahan tersebut hanya mungkin dicapai jika di antara suami dan
istri saling membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan
kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
Pernikahan Kristen Secara harafiah pernikahan Kristen selain melibatkan
Tuhan sebagai dasar pernikahan, pernikahan Kristen adalah suatu keputusan dua
pribadi menjadi satu,menyatukan dua emosi jadi satu dan saling berfungsi meski kedua
pribadi memegang teguh jati diri masing-masing, tidak melihat dan menjadikan perbedaan
sebagai suatu yang harus dipermasalahkan (Kej 2 : 24).
Pernikahan merupakan suatu lembaga yang sudah diatur dan diciptakan oleh Allah
sendiri untuk dapat memelihara, dan dapat memenuhi rencana atau maksud Allah dalam
penciptaan-Nya, supaya dapat berlanjur seumur hidup dengan kudus dan penuh sukacita
Tuhan adakan dengan tujuan danjuga sebagai gambaran bahwa Allah yang penuh kasih.
Perceraian dalam Pandangan Kristen Pandangan Kristen mengenai perceraian
merupakan akhir dari sebuah ikatan pada sebuah pernikahan yang awalnya diharuskan
berjalan seumur hidup, ini bisa saja terlaksana apabila pasangan sudah tidak ingin
meneruskan kehidupan bersama sebagai sepasang suami istri.
Perceraian sendiri tidak hanya akhir dari sebuah hubungan antara dua insan, namun
dalam artian luas yang meiputi anak, harta benda serta lembaga gereja, pemerintah dan Allah
sendiri, semua yang sudah terlibat ini juga akan menanggung resiko dari perceraian tersebut
yang umumnya menciptakan sebuah konflik berkepanjangan menuju kehancuran secara
langsung atau tidak.
Apabila sebuah perceraian sudah dilakukan maka ini sudah melukai pemberian dan
juga penyatuan yang sudah diberikan oleh Allah dan ini melanggar sebagai tujuan hidup
orang Kristen merupakan kesalahan serta dosa di mata Allah.
Penegasan larangan perceraian sebuah pernikahan harus selalu dipegang dan Tuhan
Yesus berkata dengan sangat jelas pada Matius 19:4-6, “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang
menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan dan
firmanNya: sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging, Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu.
Dalam Firman Tuhan juga menjelaskan dan menafsirkan bahwa perceraian sangat
dibenci sama Tuhann Yesus, karena itu lebih mendekatkan dirilah kepada Tuhan dan rajin
beribadah serta sharing kepada para hamba Tuhan agar memberikan nasihat dan saran untuk
menjadi pernikahan yang sejati.
Yang berarti hidup harus bersama hingga tua dan menjadikan keluarga yang diayomi
akan firman Tuhan Perceraian sama sekali tidak dilegalkan dalam pernikahan kristen.
DAFTAR PUSTAKA
https://sugiantomanurung.blogspot.com/2015/03/pernikahan-dan-perceraian
menurut.html
http://www.sarapanpagi.org/perceraian-dalam-firman-tuhan-vt9717.html
https://berkatrohani14.blogspot.com/2022/03/pandangan-etika-kristen-terhadap.html
Geisler, Norman. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Malang: Saat, 2010.