Anda di halaman 1dari 5

Makalah Etika Kristen

“Pandangan Etika Kristen mengenai Pernikahan dan perceraian”

Nama Kelompok:

Cristian Herson (1222 511 062)

Christoper Calvin Matta (221 511 084)

Nirvana Pranata Putra (221 511 085)

Meti Tandek (221 511 079)

BAB I
Gagasan umum

Dalam tatanan kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari konsep pernikahan, Pernikahan
merupahkan konsep yang esensial dan memiliki peranan penting dalam masyarakat,tetapi
perkembangan zaman yang begitu pesat terjadinya berbagai konflik dalam keluarga, alhasil muncul
konsep perceraian. Menurut statistik angka perceraian di Amerika serikat terdapat 50% pasangan yang
menikah mengalami perceraian.Persoalan perceraian ini menjadi sorotan bagi seluruh negara,
dikarenakan grafik perceraian ini selalu meningkat. Maka dari itu Etika Kristen mengusung beberapa
gagasan pokok yang berpedoman dengan Alkitab untuk menjelaskan pernikahan dan menanggapi
persoalan perceraian.

BAB II

Analisis Konsep Pernikahan dan Perceraian

Menurut pandangan Etika Kristen

Pernikahan merupahkan komitmen yang dilakukan seorang laki-laki dan perempuan yang
bersifat seumur hidup yang melibatkan hak-hak seksual timbal balik. Konsep pernikahan
menurut Alkitabiah di bagi menjadi 5 unsur yaitu:

Pernikahan adalah Antara seorang laki-laki dan perempuan

Penyimpangan paham mengenai pernikahan terjadi dari masa ke masa. Beberapa orang
menyuarakan paham seperti yang lagi marak pernikahan sesama jenis,hal ini bertentangan
dengan konsep pernikahan menurut Alkitabiah. Dalam (kej 1:27-28) pada ayat ini Allah
menengaskan kepada kita mengenai kodrat sejati manusia dan Keikutsertaan Allah dalam
pernikahan manusia mula-mula. Pernikahan tersebut di langsungkan antara seorang laki-laki
biologis dan seseorang perempuan biologis, lalu Allah menambahkan juga dalam firmanNya
dalam (kej 2:24) “sebab itu seseorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya,sehinga keduanya menjadi satu daging” kata satu daging menjelaskan
penyatahuan Allah terhadap manusia melalui pernikahan, yang dimana mereka bukan lagi dua
individu melainkan mereka satu kesatuan dalam pasangan yang menikah. Jadi karakteristik dari
pernikahan dalam Alkitabiah yaitu bersatunya seseorang laki-laki dan seseorang perempuan.

Pernikahan melibatkan Penyatuan seksual

Pernikahan disebut sebagai penyatuan “satu daging”,hal ini bukan hanya mencangkup
emosional,dan material semata melainkan melibatkan penyatuan seksual,yang dimana hal ini
hanya dilakukan oleh pasangan yang telah terikat dalam pernikahan,seks dalam pernikahan di
khuduskan oleh Allah ketika laki-laki dan perempuan menikah. Namun seks tidak di benarkan
oleh Allah ketika perempuan dan laki-laki tidak menikah dan melakukan hubungan badan maka
itu di sebut “zina”, sehingga penulis ibrani menyatakan “ hendaklah kamu semua penuh hormat
terhadap perkawinan dan jaganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal
dan perzinahakan di hakimi Allah” (Ibr.13:4). Pernikahan bukan hanya melibatkan seksualitas
saja tertapi pernikahan sesunggunya hubungan persahabatan, suatau penyatuan” perjanjian “
yang melenihi seks ( mal. 2:14) selain itu pernikahan juga penyatuan sosial dan spiritualiats.
Paradigma orang awam mengenai pernikahan hanya bertujuan hanya berkembangbiak atau
menambah keturunan, menurut pandangan etika kristen tujuan pernikahan meliputi ketiga
relasi seksual yaitu; perkembang biakan( kej.1:28), penyatuan (kej. 2:24) dan rekreasi ( amsal
5:18-19).

Pernikahan melibatkan perjanjian di hadapan Allah

Pernikahan bukan hanya penyatuan laki-laki dan perempuan yang melibatkan hak-hak
seksualitas melainkan juga penyatuan yang lahir dari perjanjian timbal balik. Dalam maleakhi
2:14, nabi maleakhi menuliskan bahwa “Tuhan menjadi saksi antara engkau dan istri masa
mudamu yang kepadanya engkau tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan istri
seperjanjianmu” dari bagian ini terbukti bahwa pernikahan bukan hanya merupakan perjanjian
antara manusia dengan manusia lain, melainkan juga perjanjian dengan Allah yang dimana Allah
menjadi saksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah lembaga yang ditetapkan Allah
bagi semua orang, bukan hanya bagi manusia semata.

Pernikahan merupakan satu-satunya lembaga sosial yang ditetapkan Allah sebelum kejatuhan
umat manusia.

Durasi pernikahan

Di dalam Alkitab sangat jelas mengenai durasi pernikahan: ini adalah komitmen seumur hidup
hingga kematian memisahkan antara laki-laki dan perempuan yang telah jadi daging.

Jumlah pihak dalam pernikahan

Orang-orang Kristen mengsepakati bahwa pernikahan bersifat monogami yang dimana meliputi
satu suami dan satu istri. Dalam 1 Korintus 7:2 Paulus menegaskan bahwa setiap laki-laki
(bentuk tunggal) mempunyai istrinya sendiri (bentuk tunggal). Konsep monogami bukan hanya
ajaran PB, tetapi dalam PL pun mencakup hal tersebut. Seperti pada saat Allah menciptakan
seorang Pria yang memberikannya hanya kepada satu perempuan.

Kisah-kisah dalam Alkitab seperti Daud, Musa, Abraham dan Salomo, mereka mempunyai
banyak istri yang disebut sebagai Poligami. Jadi apakah Alkitab/Allah menyetujui Poligami
tersebut?. Alkitab sangat jelas tidak menyetujui dengan konsep poligami tersebut. Seperti di
dalam Ulangan 17:7 Allah berkata kepada musa “janganlah melipat gandakan istri bagi dirinya”.

Pandangan Etika Kristen tentang Perceraian

Pandangan Etika Kristen tentang perceraian dibagi 3 poin:

1. Perceraian bukanlah rencana Allah.

Allah sangat tidak merancangkan konsep perceraian seperti tercantum dalam Maleakhi 2:16,
Allah berfirman kepada Maleakhi bahwa Allah membenci perceraian. Yesus sang logos sangat
menegaskan dalam matius 6:6 bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak diperbolehkan
diceraikan oleh manusia. Jadi kesimpulannya bahwa konsep perceraian bukanlah semata
rancangan Allah, melainkan rancangan yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

2. Perceraian tidak diperbolehkan dengan alasan yang tidak logis


Orang kristen pada umumnya juga setuju bahwa perceraian tidak diperbolehkan untuk
sembarang alasan. Sesungguhnya ,Yesus ditanya tentang masalah ini: “Apakah
diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja? Jawab Yesus tidak
tegas dan dia menanggapi,” Aku berkata kepadamu:Barangsiapa menceraikan istrinya
kecuali karena amoralitas(percabulan),lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat
zinah”
3. Perceraian menimbulkan masalah
orang pada umumnya dan orang-orang percaya membenarkan perceraian dengan dalil
bahwa dengan cara perceraian dapat menyelesaikan permasalahan di dalam pernikahan
padahal dalam kenyataannya perceraian menimbulkan masalah lain. Jika telah
memutuskan untuk bercerai harus siap menanggung goresan bagi anak-anak maupun
keluarga besar dan hal itu sangat sulit di lupakan.

Tak ada alasan bagi perceraian

Konsep perceraian sangat di tentang dengan keras di karenakan tidak sesuai dengan dasar-
dasar alkitabiah. Ada 7 dalil untuk tidak membenarkan perceraian

1. Perceraian melanggar rancangan Allah bagi pernikahan


2. Perceraian melanggar janji yang di buat di hadapan Allah
3. Yesus mengutuk semua perceraian
4. Rasul paulus mengutuk perceraian
5. Perceraian mendiskualifikasi penilik jemaat
6. Pasangan pertama adalah pasangan yang setia
7. Perceraian melanggar tipologi yang sakral.

EVALUASI PANDANGAN KRISTEN TENTANG PERCERAIAN

Pernikahan ditujukan untuk seumur hidup


Maksud Allah tentang pernikahan ini ialah pernikahan ini harus memiliki monogami seumur
hidup. Ini adalah standar Allah bagi pernikahan Kristen dan tak ada yang boleh lebih singkat
dari seumur hidup yang telah Allah rancangan semula.

Yesus memang melarang perceraian dan bagian Alkitab lainnya menyetujui pandangan itu.

Apakah menikah lagi itu diperbolehkan?

Pernikahan seumur hidup itu memang kemauan-Nya, tapi kemauan-Nya itu tidak selalu
diraih oleh manusia. Kita tidak bisa hidup di dunia yang ideal tetapi dunia yang nyata,
bahkan dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa

Jikalau pernikahan tersebut dibubarkan, maka anak-anak akan hidup tanpa orang tua atau
mengambil anak-anak dari orang tua mereka adalah tindakan yang kejam. Namun jikalau
seseorang tidak menyetujui perceraian karena alasan yang logis, maka inilah tepatnya yang
harus dilakukan.

EVALUASI TENTANG PANDANGAN PERZINAAN

Ada kata yang berbeda untuk perzinaan digunakan dalam PB, yaitu kata Yunani, moicheia.
Jika Matius mengartikan perzinaan (seks terlarang yang melibatkan orang yang sudah
menikah), maka dia pasti menggunakan kata ini, bukan kata “percabulan” (porneia).

EVALUASI PANDANGAN TENTANG MEMPERBOLEHKAN PERCERAIAN KARENA SEBUAH


ALASAN

Seperti yang kita lihat, tidak ada justifikasi bagi perceraian, namun sikap yang mengizinkan
perceraian karena banyak alasan memiliki banyak manfaat. Nilainya bukan karena alasan
yang memperbolehkan putusnya pernikahan, melainkan pada pendapat yang mendukung
pernikahan kembali (remarriage). Pendapat itu tidak bisa di pakai untuk membenarkan
perceraian nilai yang di anggap ada dalam perceraian, hanya bisa dipakai untuk
membenarkan pernikahan kembali (ramarriage). Itu bukanlah pendapat yang mendukung
pecahnya pernikahan yang dulu, melainkan hanya alasan supaya bisa menikah lagi.

pernikahan adalah janji timbal balik. Karna pernikahan merupakan janji yang timbal balik,
tidak mungkin mereka berdua atau hanya satu pihak yang menepati janji sedangkan yang
lain terus menerus melanggarnya. orang kristen harus mengusahakan rekonsiliasi. Contoh
Hosea, kita harus mengampuni dan menerima kembali pasangan yang telah berzina (Hos. 3).
Di sisi lain jika pihak lain tersebut meninggal (dianggap meninggal) telah menikah lagi, maka
jelas kemungkinan melakukan rekonsilitasi. Kasus seperti itu tidak terikat pada janji
pernikahan.
KESIMPULAN

Allah memaksudkan pernikahan sebagai komitmen seumur hidup antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan. Sekalipun hubungan pernikahan tidak berlangsung sampai
kekekalan, pernikahan dimaksudkan berlangsung seumur hidup mereka di bumi. Perceraian
tidak pernah dibenarkan, bahkan dengan alasan perzinaan.

Namun, sekalipun perceraian tidak bisa dibenarkan, adakalanya diperbolehkan dan selalu
bisa dimaafkan. Oleh sebab itu, orang yang mengaku dosa perceraian, dan tanggung
jawabnya, seharusnya diperbolehkan menikah lagi. Tetapi pernikahan yang kedua ini
haruslah menjadi pernikahan seumur hidup.

Pernikahan adalah lembaga yang sakral dan tidak boleh dicemarkan oleh perceraian,
terutama perceraian yang terjadi berulang kali. Mewabahnya perceraian dalam masyarakat
kita merupakan peringatan yang bijaksana tentang betapa kesakralan pernikahan telah
dicemarkan.

Orang Kristen harus berusaha keras sekuat tenaga, mengerahkan segala daya upaya untuk
mengagungkan standar pernikahan monogami seumur hidup yang sudah Allah tetapkan.

Anda mungkin juga menyukai