Anda di halaman 1dari 11

TEOLOGI PAULUS DALAM KONSEP PERNKAHAN KRISTEN BERDASARKAN

EFESUS 5:22-33 DAN IMPLIKASI TEOLOGIS BAGI IMAN KELUARGA KRISTEN

Hibur wanti
Institut Agama Kristen Negeri(IAKN) Toraja
Email:

hiburwanti736@gmail.com

Abstract

Marriage and family are institutions that have been ordained by God. God Himself has
given each person a task and responsibility for the household. The purpose of Christian
marriage is to achieve God's Mission in this world. But that goal will not be achieved if the basis
in the family is not in accordance with God's will. the reason is, many Christian families are no
longer walking on the foundation of Christ. The path taken by husband and wife to create a
harmonious household is often wrong. As a result, not a few have to stop because the foundation
is not built based on God's will. What is the basis for building a Christian family? what should
be the role of husband and wife according to God's will? Therefore, the problem that arises in
this writing is how "Paul's theology in the concept of Christian marriage is based on Ephesians
5:22-33 and the theological implications for Christian family faith". The writing method used is
qualitative writing using a literature approach, namely a grammatical/historical study. The
result of this discussion is that the foundation of the Christian family is the foundation of love
between husband and wife in building the relationship that God wants. The wife submits to her
husband and the husband loves his wife
Abstrak

Pernikahan dan keluarga merupakan lembaga yang sudah ditetapkan oleh Allah. Allah
sendiri telah memberikan masing-masing tugas dan tanggung jawab bagi pribadi dalam rumah
tangga itu. Tujuan pernikahan Kristen untuk mencapai Misi Allah dalam dunia ini. Namun
tujuan itu tidak akan tercapai apabila dasar dalam keluarga tidak sesuai dengan kehendak Allah.
pasalnya, banyak keluarga kristen yang saat ini tidak lagi berjalan di atas dasar Kristus. Jalan
yang ditempuh suami istri untuk menjadikan rumah tangga harmonis sering kali keliru.
Akibatnya tidak sedikit yang harus berhenti karena dasar yang tidak di bangun berdasarkan
kehendak Allah. apa yang menjadi dasar dalam membangun keluarga Kristen ? bagaimana
seharusnya peran suami dan istri menurut kehendak Allah ? oleh karena itu, permasalahan yang
muncul dalam penulisan ini adalah bagaimana ‘‘Teologi Paulus dalam konsep pernikahan
Kristen berdasarkan Efesus 5:22-33 dan implikasi teologis bagi iman keluarga Kristen’’. Metode
penulisan yang digunakan adalah penulisan kualitatif dengan memakai pendekatan literatur yakni
kajian gramatikal/historikal. Hasil dari pembahasan ini adalah bahwa dasar dari keluarga Kristen
adalah Landasan Kasih antara suami dan istri dalam membagun hubungan yang dikehendaki
Tuhan. Istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri.

Kata Kunci : suami, istri, Kristus, kasih

Pendahuluan

Pernikahan dalam Perjanjian Lama menjadi lembaga pertamam yang dibentuk Allah
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. sehingga dapat dikatakan bahwa pernikahan adalah baik
dimata Tuhan. Pernikahan merupakan salah satu bagian terpenting dalam pelayanan Gereja.
pernikahan sendiri adalah rancangan Allah ketia Ia menciptakan manusia menurut gambar dan
rupa-Nya. Allah menghendaki supaya laki-laki dan perempuan hidup sepadan. Sehingga
keharmonisan dalam rumah tangga sangatlah penting dalam praktik kehidupan suami istri.
Keharmonisan itu akan tercipta ketika istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri sama
seperti yang disampaikan Paulus dalam Efesus 5:22-33. Paulus dalam tulisannya menegaskan
kepada suami istri di jemaat Efesus untuk tetap menjaga keharmonisan dalam keluarga.1

Pernikahan pada awalnya memang diwarnai dengan suasana yang indah serta harmonis.
Namun dengan berjalannya waktu, banyak hambatan dan tantangan dalam rumah tangga yang
menjadi penghalan keharmonisan rumah tangga. Pernikahan merupakan suatu persahabatan
tertinggi dalam suatu hubungan yang dijalani untuk selamanya. Namun kenyatanya saat ini
bahwa banyak pasangan yang memasuki pernikahan dalam keadaan yang kurang dewasa.
Keberhasilan suatu pernikahan tergantung kepada usaha setiap pasangan membangun dasar di
atas pimpinan dan penyertaan Tuhan.

Myles Munroe dalam bukunya ‘‘The Purpose amd power of love & marriage’’
mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu ide yang bagus karena hal itu adakah ide Allah yang
menciptakan dan merancangNya. Sehingga Myles mengatakan bahwa pernikahan bukanlah
konsep manusia tetapi konsep Allah sendiri. pernikahan bukanlah sesuatu yang baru ada sebelum
masa penciptaan. Sebaliknya, ketika Allah menciptakan manusia, perempuan di ciptakan dari
tulang rusuk laki-laki menjadi penolong yang sepadan untuk laki-laki (Kej. 2:20). Dengan
demikian mengesahkan lembaga pernikahan. 2 Pernikahan menjadi lembaga yang disahkan Allah
dan tidak dapat diceraikan oleh manusia. Oleh karena itu, hubungan suami istri harus didasari
oleh dasar yang benar dalam membangun keluarga Kristen.

Di masa sekarang ini, tampaknya pernikahan yang merupakan ide Allah sudah
terabaikan. Konsep seperti kepercayaan, kesetiaan, kasih, dan komitmen tampaknya tidak sesuai
lagi dengan kehidupann masyarakat modern. Kekerasan dalam rumah tangga sampai pada
perceraian sudah menjadi suatu hal yang biasa saat ini. Seorang menempatkan pasangannya

1
Widodo,Agus. Pengaruh pemahaman dan praktik makna frasa ‘‘istri tunduk kepada suami’’ berdasarkan
Efesus 5:22-33 terhadap keharmonisan rumah tangga kristen di gereja bethel indonesia jemaat ‘‘Kristus Gembala’’
Juwana-Pati Jawa-Tengah. Vol. 3 (Juni: 2021), 2
2
Munroe, Myles. ‘‘The Purpose and Power Of Love & Marriage’’. (Jakarta: Jummanuel, 2002), 12
seperti pakaian yang digantung dilemari. Apabila pakaian itu sudah ketinggalan zaman maka ia
akan membuangnya dan mencari model terbaru. Hidup dalam keadaan seperti ini telah
kehilangan pengertian yang sebenarnya tentang keabadian.

Bagaimana seharusnya pasangan suami istri membangun dasar dalam hubungan


pernikahan ? pergumulan ini telah menjadi pertanyaan dari berbagai zaman. Dua dasar dalam
membangun hubungan di zaman ini adalah atas dasar cinta romantis dan daya tarik seksual.
Namun sebuah pernikahan tidak akan dapat dibangun hanya dari dua dasar ini saja. Olehnya itu,
untuk menjaga kesatuan dalam pernikahan, Firman Tuhan memberikan nasehat praktis kepada
suami dan istri dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Bagaimana pandangan seorang
tokoh yaitu Paulus mengenai dasar pernikahan ?

Berdasarkan pemahamanan di atas, maka penulis akan mengkaji suatu judul penulisan
yakni ‘‘Teologi Paulus dalam membangun keluarga kristen berdasarkan Efesus 5:22-33 dan
implikasi teologis bagi iman keluarga kristen’’.

Metode Penulisan

Karena tulisan karya ilmiah ini bersifat kajian eksegese mengenai Teologi Paulus dalam
konsep pernikahan kristen berdasarkan Efesus 5:22-33 dan implikasi teologis bagi iman keluarga
kristen maka penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan literatur
yakni kajian eksegese yaitu penafsiran Alkiab sebagai sumber utama penulisan ini. Adapun yang
penulis gunakan guna mendukung karya tulisan ini ialah Alkitab, buku-buku dan internet.
Pembahasan

Pernikahan Dalam Kitab Lain

Dalam 1 Korintus 7:1-16 menjelaskan mengenai perkawinan. Paulus menjelaskan bahwa


laki-laki hanya mempunyai satu istri dan sebaliknya. Dalam hal ini Paulus mennunjukkan kepada
jemaat di Korintus bahwa perkawinan menjadi obat penawar melawan percabulan. Setiap orang
yang sudah menikah harus hidup bersama. Rasul Paulus menjelaskan bahwa perkawinan
ditetapkan oleh kebijakan Ilahi untuk mencegah percabulan. Sehingga hubungan dalam rumah
tangga harus tetap dijaga sehingga baik suami dan istri tetap percaya kepada pasanggannya.
Kesetiaan menjadi hal utama dalam nasehat Paulus.

Kolose 3:18-25 menjelaskan mengenai tanggung jawab dalam keluarga. Seorang istri
harus tunduk kepada suami. Penundukan diri kepada suami merupakan suatu kewajiban bagi
seorang istri. Seperti yang seharusnya di dalam Tuhan menjadi perjanjian yang mengikat mereka
sebagai teladan dalam ketaatan dan kekuasaan hukum Kristus. Seorang suami harus mengasihi
istrinya dan tidak boleh berlaku kasar kepadanya. Kasih menjadi dasar yang lemah lembut dan
setia sebagaiman kasih Kristus kepada jemaat. suami tidak boleh berlaku kasar kepada istri tetapi
sebaliknya memberikan kasih sama seperti dirinya sendiri. perempuan diciptakan karena laki-
laki dan sebaliknya, tidak ada laki-laki tanpa perempuan karena laki-laki dilahirkan oleh
perempuan.
Hidup bersama suami istri juga disinggung dalam 1 Petrus 3:1-7. Rasul Petrus
menjelaskan kewajiban hidup sebagai suami dan istri. Seorang istri tidak boleh berpikiran bahwa
pertobatan mereka di dalam Yesus Kristus dan semua hak istimewa yang diperoleh sehingga
membebaskan jewajiban mereka untuk tunduk kepada suami. Namun istri harus tunduk kepada
suami sekalipun suami tidak taat kepada Tuhan. Suami harus mengasihi istri dan memberi
penghormatan selayaknya seorang pasangan dan memberi perlindungan kepadanya. Suami harus
menghormati istri sebagai kaum yang lebih lemah.

Konsep Pernikahan di Zaman Klasik

Pernikahan dalam konsep Romawi merupakan suatu kewajiban etis, religius dan patriotis
tetapi tidak diatur berkontrak dalam hukum. Suatu pernikahan akan dianggap apabila laki-laki
telah tinggal dengan perempuan dalam satu rumah. Kuasa atas istri diserahkan sepenuhnya
kepada suami atau diperoleh karena tinggal serumah sebagai miliknya lebih lama dari setahun.
Pada abad pertama Masehi, dalam hal-hal tertentu istri masih di bawah kuasa ayahnya sehingga
apabila istri mendapat perlakuan yang tidak semestinya dari suami maka ia berhak kembali ke
keluarganya sebagai tempat pelarian.3 Menurut hukum Romawi, hanya orang yang
berkewarganegaraan Romawi yang dapat mengadakan pernikahan yang legal. Diluar dari itu,
tidak mempunyai hak untuk pernikahan yang legal.

Dalam konsep Yahudi, pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang ideal dan merupakan
suatu kewajiban. Baik perempuan yang dianggap mandul maupun institusi perkawinan ipar
menyatakan pentingnya keturunan suami yang menjadi pewaris milik. Konsep Yahudi mengenai
harta milik dan sebutuhan seksual istri berbeda dengan budak perempuan. Seksualitas dianggap
melepaskan diri dari kepemilikan ayahnya sehingga istri menjadi milik suami melalui mahar
yang diberikan kepada keluarga dari istri. Perempuan dalam hubungan keluarga dianggap
memiliki kedudukan lebih rendah dari pada laki-laki yang digambarkan lemah, pasif dan berada
di bawah kuasa orang lain.4

Hubungan Suami Istri

Perkataan Allah dalam Kejadian 2:18 ‘‘Tidak baik kalau manusia hidup seorang diri
saja’’ menjadi alasan beberapa orang untuk memutuskan hidup dalam ikatan pernikahan.
Berdasarkan ayat ini, Allah menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
untuk saling mengisi dan melengkapi sehingga keduanya tidak dapat terpisahkan. Dalam
menjalani hubungan suami istri tentunya perlu menerima dan membuat komitmen dengan
pasangan hidup. Satu tujuan pernikahan adalah untuk menghindari percabulan (1 Kor. 7:2).
Pernikahan merupakan lembaga yang tetap dan tidak berubah-ubah sehingga hubungan antara
3
Schafer, Ruth dan Ross, Freshia Aprilyn. ‘‘Bercerai: boleh atau tidak?: tafsiran terhadap teks-teks
Perjanjian Baru’ (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2013), 23
4
Ibid. 37
suami dan istri dianggap lebih penting dari diri sendiri. Komitmen pada hubungan suami istri
menjadi kunci kesuksesan dalam suatu hubungan rumah tangga. 5

‘‘Menolong’’ menjadi salah satu karunia rohani yang dituliskan dalam Alkitab.
Walaupun kata ini sangat lazim di dengar namun ungkapan ini merupakan bahasa cinta yang
dapat pahami oleh banyak orang. Menjadi penolong yang sepadan, tentunya akan mengarah pada
hubungan suami istri. Namun fakta sesungguhnya bahwa hanya sepuluh persen orang
menggunakan waktu untuk menjadi penolong bagi pasangannya dan sembilan puluh persen,
dihabiskan hanya sekedar pasangan saja. Olehnya itu, setiap orang perlu mengetahui kebutuhan
pasangannya masing-masing. Dengan demikian, akan memudahkan dalam memberikan
pertolongan kepada pasangan hidup. 6 kata saling menolong akan menjadih lebih dimaknai bila
kebutuhannya lebih besar. Sehingga untuk menggunakan bahasa ini dalam hubungan pernikahan,
maka baik suami maupun istri harus melupakan kebutuhan dirinya sendiri dan mengamati
pasangan lebih dekat untuk mengetahui dan mengerti apa yang dikerjakan dan kebutuhan apa
yang perlu dikerjakan.

Konsep Pernikahan dalam Efesus 5:22-33

Surat Efesus adalah salah satu Kitab Perjanjian Baru yang dituliskan oleh Paulus saat ia
berada di Tarsus yang akan dikirimkan kepada jemaat Kristen di Efesus. Paulus menulis surat ini
di sekitar tahun 58M yang diterimah oleh orang-orang kudus di Efesus. 7 Paulus menuliska surat
ini saat ia berada dalam penjara. Di masa itu, orang Kristen di Efesus masih melakukan
penyembahan kepada Dewi Artemis sebagai dewi Yunani. Sehingga Pualus menulilskan surat ini
sebagai perintah, himbauan dan nasehat kepada jemaat untuk tetap hidup di dalam Kristus Surat
Paulus dalam pasal 5 membahas menganai Kristus sebagai dasar kehidupan suami istri dan
menggunakan kiasan tertentu untuk menggambarkan hubungan suami istri dalam keluarga.

Konsep pernikahan dalam surat Efesus diawali dengan nasehat Rasul Paulus kepada
suami dan istri. Istri harus tunduk kepada suami karena suami adalah kepala istri sama seperti
Kristus adalah kepala jemaat. sehingga sama seperti jemaat tunduk kepada Kristus maka
demikian pula dengan istri tunduk kepada suami. Suami harus mengasihi istri sama seperti
Kristus mengasihi jemaatNya. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih kepada dirinya
sendiri. Teks dalam tulisan ini menganalogikan bahwa suami sama seperti Kristus sebagai
pemimpin dalam jemaat, sedangkan anggota keluarga adalah sebagai jemaat atau tubuh Kristus.8
Rasul Paulus mengerti bahwa keluarga adalah kesatuan yang dibentuk Allah sejak dunia
dijaikan. Dalam hal ini Paulus ingin menekankan mengenai keutuhan dan kekudusan dalam
jemaat. karena mereka adalah orang-orang yang telah dipilih dan ditebus di dalam Kristus maka
5
Ibid. 39
6
Swihart, Judson J. ‘‘Mengekspresikan Cinta Kepada Pasangan Anda’’. ( Jakarta: Perkantasl, 2003), 25
7
William Barclay, Pemahaman Alkitab sehari-hari (surat-surat Galatia dan Efesus) (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003), 19.
8
Triastanti, Deni. Implikasi Faktor Pertumbuhan Rohani Keluarga Kristen Berdasarkan Efesus 5:22-6:4 Bagi
Pembinaan Keluarga di Gereja.
selayaknya mereka menjaga kekudusan Yesus. Sama seperti penjelasan Efesus 5:8 yang
menekankan setiap orang yang berada di dalam Kristus adalah terang. Ia memancarkan buah-
buah kebaikan, keadilan dan kebenaran.

Tunduk

Untuk melihat peran dan tanggung jawab istri dalam rumah tangga menurut Rasul
Paulus, maka terlebih dahulu memperhatikan perkataan Paulus dalam ayat 22 demikian : ‘Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama
seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Dalam beberapa
terjemahan versi dapat dilihat sebagai berikut :

NIV : Wives, submit to your husbands as to the Lord. For the husband is the head of the
wife as Christ is the head of the church, his body, of which he is the savior.
ASV : Wives submit to your own husbands as to the Lord. For the husband is the head of
the wife even as Christ is the head of the church; his body, and is himself its savior.
KJV : Wives, submit tourselves unto your own husbands, as unto the Lord. For the
husband is the head of the wife, even as Christ is the head of the church; and he is
the saviour of the body.
WBTC Draft : Hai istri, relalah melayani suamimu sama seperti Tuhan. Suami adalah
kepala dari istri, sama seperti Kristus kepala gereja. Gereja adalah tubuh Kristus, dan
kristus penyelamat tubuh.
BIS : Istri, tunduklah kepada suamimu, seperti kepada Tuhan. Sebab suami adalah
kepala atas istrinya, sama seperti Kristus pun menjadi kepala atas jemaat dan Ia
sendirilah juga Raja penyemangat bagi jemaat yang menjadi tubuhNya.
TL :Hai segala istri orang, hendaklah kamu tunduk kepada suamimu seperti kepada
Tuhan, karena suami itu menjadi kepala kepada isteri, seperti Kristus juga menjadi
kepala kepada sidang jemaat, maka itulah yang menyelamatkan tubuh kita.
TB : Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. Karena suami adalah
kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan
tubuh.
Bahasa asli
Terjemahan harafiah
1. Indonesia
22 : Hai isteri tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan
Dari beberapa terjemahan di atas, maka muncul beberapa perbedaan versi. NIV
mengatakan submit to your husbands yang artinya istri harus tunduk kepada suami. Sednagkan
ASV dan KJV lebih menekankan seorang istri harus tunduk kepada suaminya sendiri sama sepeti
tunduk kepada Tuhan. Frasa dibelakang kata tunduk ditujukan kepada suami. Hal ini
memperjelas bahwa istri harus tunduk kepada suaminya sendiri dan bukan kepada suami orang
lain. Suami adalah kepala sehingga istri harus tunduk kepada suami. BIS dan TB hampir sama
untuk menjelaskan bahwa istri harus tunduk kepada suami, sedangkan TL lebih menekankan
bahwa semua istri orang harus tunduk kepada suaminya sama seperti Kristus.
Dari beberapa terjemahan versi di atas maka dapat memberikan suatu pemahaman bahwa
setiap istri harus tunduk kepada suaminya sendiri sama seperti Jemaat yang tunduk kepada
Kristus sang Kepala. Kata yang harus diperhatikan dalam teks ini adalah istri yang ‘‘tunduk’’
kepada suami. Dari beberap terjemahan, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaaan yang
sangat signifikan pada penggunaan kata ‘‘tunduk’’ dalam Alkitab.

Kata tunduk yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah ὑποτάσσω yang berarti
merendahkan diri seorang kepada yang lain atau menempatkan diri di bawah. Kata tunduk
berasal dar dua suku kata yaitu hupo dan tasso. Hupo menjadi kata depan yang mempunyai
pengertian ‘‘di bawah kuasa dari’’. Sedangkan kata tasso berarti bawahan atau mengabdikan.
Sehingga kata hupotasso (submit) berarti tunduk, taat, menundukkan diri, mengambil tempat
yang renda dan mematuhi.9

Dalam hubungan pernikahan, istri menjadi orang pertama yang disebut dalam nasehat
untuk tunduk kepada suami sama seperti kepada Tuhan. Tunduk dipahami sebagai imperatif.
Kata kunci ini selalu terkait dengan sikap merendah pada diri seseorang dalam suatu urutan
kepangkatan yang diatas yaitu suatu otoritas pada seseorang. Urutan, menjadi inti dari gagasan
ini. Seperti Allah telah memimpin dengan otoritas penuh dalam keluarga, sehingga sikap tunduk
merupakan suatu pengakuan akan urutan ilahi. Dalam nasehat Paulus, ia tidak menasehati setiap
perempuan untuk tunduk kepada laki-laki tetapi masing-masing istri harus tunduk kepada
suaminya sendiri. Paulus dalam memberikan nasehat kepada istri merupakan kepada orang bebas
yang mempunyai tanggung jawab yang perlu diperhatikan dengan sukarela dalam sikap tunduk
dan merendah.10 Kata tunduk adalah suatu kata fungsi yang menekankan fungsi kepemimpinan.
Dalam 1 Korintus 11:3 dan Efesus 5:23, Tuhan telah mengatur bahwa laki-laki harus menjadi
pemimpin.

Sikap tunduk pada otoritas dalam keluarga tidak sesuai dengan dunia ini yang lebih
memilih sikap serba boleh dan bebas. Orang Kristen pun, sering dipengaruhi oleh sikap
demikian. Sikap tunduk menurut Paulus tidak bermaksut inferioritas tetapi baik istri maupun
suami, anak-anak dan pelayan sesungguhnya telah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
telah ditetapkan oleh Tuhan. Motivasi istri tunduk kepada suami disebut dalam frasa terakhir
yaitu takut akan Tuhan. Nasehat ini merupakan ungkapan kepada istri saat menjalani pernikahan.
Jika istri tunduk kepada suami maka ia telah tunduk kepada Tuhan. Alasan tanggung jawab istri
untuk tunduk kepada suaminya adalah karena suami adalah kepala istri yang sama seperti Yesus
kepala jemaat.11 Zaman Romawi Helenistik menganggap wanita lebih rendah dari pada pria
sehingga seorang istri perlu tunduk kepada suaminya. Namun, meskipun perempuan dianggap
orang kedua dan dipandang lemah, tetapi perempuan mendapat kehormatan sebagai penolong
bagi laki-laki. hal ini juga dijelaskan oleh Philo dan Josephus bahwa perempuan tidak boleh
dianiaya dan dihina (Hoehener, 2004:735).
9
Alkitab Elektronik, Sabda 4 (OLB Versi Indonesia, 2021).
10
O’Brien, Peter Thomas. Surat Efesus (Surabaya: Momentum, 2003), 502.
11
Ibid. 503
Kasih

Tanggung jawab suami dalam menurut rasul Paulus tertulis dalam Efesus 5:25 ‘‘Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diriNya baginya.’’ Teks ini akan dilihat dalam beberapa terjemahan.

NIV : Husbands, love your wives, just as Christ loved the church and gave himself up
for her.
ASV : Husbands, love your wives, as Christ loved the church and gave himself up for her.
KJV : Husbands, love your wives, even as Christ also loved the church, and gave himself
for it.
WBTC Draft : Hai suami, kasihilah istrimu, seperti Kristus mengasihi jemaat sampai Ia
mati untuk mereka.
BIS : Suami, kasihilah istrimu sama seperti Kristus mengasihi jemaat serta
mengurbankan diriNya untuk jemaat itu.
TL : Hai segala suami, kasihilah akan isterimu seperti Kristus yang sudah mengasihi
sidang jemaat, dan menyerahkan diriNya karenanya.
TB : Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diriNya baginya.

Kata mengasihi yang dipakai dalam Efesus 5 :25 adalah ἀγαπάω (agapaō) yang berarti kasih
dalam perbuatan dan pengorbanan. Kata ini merupakan kata kerja untuk berbuat kasih. 12
tanggung jawab istri untuk tunduk kepada suami harus seimbang. Kasih yang dimaksutkan
adalah kasih Ilahi yang tidak sombong, tidak egois dan memberi kebahagiaan. Kasih eros
dipakai dalam hubungan suami istri untuk menjaga hubungan masing-masing. Tetapi kasih eros
tidak menjamin kebahagiana yang lengkap dalam keluarga. Oleh k arena itu, kesatuan dalam
pernikahan menggunakan kasih agape. Suami mempunyai kewajiban suami untuk mengasihi
istrinya. Paulus memberikan nasehat kepada suami dalam ayat 25-32. Bagian pertama dalam
nasehat Paulus adalah suami harus mengasihi istri mereka sama seperti Kristus telah mengasihi
jemaat. Bagian kedua dalam nasehat Paulus lagi-lagi didasarkan pada dara Kristus untuk jemaat
dan juga kasih kepada diri sendiri.13 Cinta kasih yang Paulus sebutkan dalam tanggung jawab
suami mengasihi istri menjadi suatu perintah bukan anjuran.

Perintah Paulus kepada para suami untuk mengasihi istri merupakan prinsip dasar dalam
hubungan rumah tangga kristen. Kasih yang seharusnya diberikan suami kepada istri adalah
murni dan tulus sebagaimana Kristus dengan tulus mengasihi jemaatNya. Oleh karena itu, dalam
keluarga Kristen, kepada semua anggota keluarga, kasih menjadi suatu keharusan. Dalam
nasehat Paulus, ia sangat menekankan pentingnya kasih dalam rumah tangga (25,28 dan 30). Hal
kasih yang diberikan suami kepada istri mencakup keseluruhan baik jasmani maupun rohani.
Dengan itu, Paulus kembali menekankan visi pernikahan itu dalam Kejadian 2:24 dimana
12
Program Komputer E-Sword, Strong’s Hebrew And Greek Distionaries.
13
O’Brien, Peter Thomas. Surat Efesus (Surabaya: Momentum, 2003), 510.
manusia yaitu laki-laki dan perempuan dipersatukan untuk menjadi satu daging. 14 Wujud dari
pertumbuhan keluarga Kristen menurut Paulus adalah Kasih. Salah satu contoh praktisnya adalah
memberikan pengampunan. Suami harus menjadi teladan kepada istri untuk tidak menyimpan
kesalahan dan dendam dalam diri.

Rasul Paulus menjelaskan bahwa Kristus yang suci, tanpa cacat telah mengasihi jemaatNya.
Ia telah mengorbankan diriNya untuk jemaatNya. Sehingga Paulus mengajarkan dalam Efesus
5:22-33 untuk menghormati Kristus sebagai kepala Gereja. Suami istri pun harus saling
menghormati. Artinya, menghormati satu sama lain sama seperti mereka menghormati Kristus.

Kesimpulan

Tanggung Jawab Istri

Paulus menjelaskan bahwa seorang istri harus tunduk kepada suaminya. Allah
memberikan aturan atau hukum kepada istri untuk tunduk kepada suami bukan karena Allah
menganggap wanita lebih rendah dari pada laki-laki, tetapi Allah justru melindungi setiap istri
dalam kesejahtraan keluarga. Sikap tunduk bukanlah suatu sikap perbudakan kepada istri tetapi
justru mengangkat derajat sitri dalam rumah tangga.15 Rasul Paulus mengingatkan bagaimana
tindakan istri kepada suami selayaknya jemaat terhadap Kristus. Tindakan yang dimaksutkan
penuh kesetiaan, cinta kasih, hormat, pelayanan, pengabdian dan ketaatan. Seorang istri yang
bertindak demikian sama saja dengan ia bertindak kepada Kristus. Namun apabila istri tidak
setia, maka dia sendiri tidak setia kepada Krstus.16

Tunduk dalam segala sesuatu adalah suatu tindakan yang bersediah menaklukkan diri
dibawa kepemimpinan suami sebagai kepala. Sehingga istri perlu menyatakan dalam ketaatannya
dan kesetiaannya kepada suami. Apabila seorang istri taa, maka ia akan sangat mendukung dan
memdorong suaminya baik dalam pekerjaan, maupun tugas dalam rumah tangga. Ketaatan istri
kepada suami harus diwujudkan sebagai suatu kesadaran terhadap kehendak Allah yang
diwujudkan dalam sikap tulus, suka rela, dan sukacita. Ketaatan istri akan tercermin ketika istri
hadir dan memberikan kebahagiaan kepada suami. Ketundukan istri kepada suami bukanlah
sesuatu yang dibuat-buat, tetapi timbul karena adanya rasa kasih sayang, dan ketergantungan
serta menganggap suami sebagai kepala atau pemimpin dalam keluarga.

Tanggung Jawab Suami

Kasih yang Rasul Paulus maksutkan disini adalah kasih yang berpengorbanan. Suami
mengasihi istri sama seperti Kristus mengasihi Gereja dan memberikan tubuhnya bagi Gereja.
14
Triastanti, Deni, Dkk. Implikasi Faktor Pertumbuhan Rohani Keluarga Kristen Berdasarkan Efesus 5:22-
6:4 Bagi Pembinaan Keluarga di Gereja’’ . Integritas : Jurnal Teologi Vol. 3 (Juni: 2021), 275
15
Malau, Yohana Cristiani Oktavia. Eksposisi Efesus 5:22-6:4 tentang Nilai-Nilai Kehiupan Dalam Keluarga
Kristen. Jurnal Penabiblos, Vol.22 (November: 2009), 103.
16
Soesilo, vivian A. Bimbingan Pranikah Edisi 2; buku kerja bagi pasangan pranikah. (Malang: Litelatur
Saat, 2018), 67
kasih yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Kristus mengasihi Gereja bukan supaya Gereja
memberikan imbalan, tetapi kasih Kristus adalah murni. Kasih itu menyucikan. Kristus
menyucikan Gereja dengan pembasuhan air pada saat warga gereja mengikrarkan imannya.
Kasih itu adalah memberi perhatian dan memelihara. Seorang suami harus memberikan perhatian
kepada istrinya sama seperti kepada dirinya sendiri. Kasih itu tidak menuntun pamri, sehingga
suami harus menyadari bahwa kasih yang diberikan adalah murni dari hati untuk mengasihi
istri.17

Rasul Paulus menasehatkan bahwa suami bertindak selaku kepala keluarga. Yang Paulus
maksutkan adalah fungsi dalam keluarga dan bukan status atau serajat. Suami bertanggung jawab
terhadap keluarganya sebagai kepala keluarga. Ia harus mematuhi kewajiban sebagai kepala
keluarga yang penuh kasih, setia, pengabdian, pengorbanan dan penyerahan sama seperti Kristus
kepada jemaatNya. Suami harus melindungi istri dan anak-anaknya. 18 Suami tidak berkuasa
sepenuhnya kepada istri tetapi saat mengambil suatu keputusan, maka suami dan istri harus
berunding dan mencapai kesepakatan bersama. Sebagai kepala keluarga, suami mengambil
keputusan terahir dan betanggung jawab atas keputusan yang diambil di hadapan Tuhan.
Sehingga bijaksana adalah salah satu keterampilan yang perlu dimiliki seorang suami.

Kepustakaan

17
Barclay, William. Pemahaman Alkitab setiap hari; Surat Galatia dan Efesus. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012), 262-263
18
Soesilo, vivian A. Bimbingan Pranikah Edisi 2; buku kerja bagi pasangan pranikah. (Malang: Litelatur
Saat, 2018), 68
Widodo,Agus. Pengaruh pemahaman dan praktik makna frasa ‘‘istri tunduk kepada suami’’
berdasarkan Efesus 5:22-33 terhadap keharmonisan rumah tangga kristen di gereja bethel
indonesia jemaat ‘‘Kristus Gembala’’ Juwana-Pati Jawa-Tengah. Vol. 3 (Juni: 2021)

Munroe, Myles. ‘‘The Purpose and Power Of Love & Marriage’’. Jakarta: Jummanuel, 2002.

Schafer, Ruth dan Ross, Freshia Aprilyn. ‘‘Bercerai: boleh atau tidak?: tafsiran terhadap teks-
teks Perjanjian Baru’. Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2013

Swihart, Judson J. ‘‘Mengekspresikan Cinta Kepada Pasangan Anda’’. Jakarta: Perkantasl,


2003

William Barclay, Pemahaman Alkitab sehari-hari (surat-surat Galatia dan Efesus). Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2003

Triastanti, Deni. Implikasi Faktor Pertumbuhan Rohani Keluarga Kristen Berdasarkan Efesus
5:22-6:4 Bagi Pembinaan Keluarga di Gereja.

Alkitab Elektronik, Sabda 4 (OLB Versi Indonesia, 2021).

O’Brien, Peter Thomas. Surat Efesus Surabaya: Momentum, 2003

Malau, Yohana Cristiani Oktavia. Eksposisi Efesus 5:22-6:4 tentang Nilai-Nilai Kehiupan
Dalam Keluarga Kristen. Jurnal Penabiblos, Vol.22 (November: 2009)

Soesilo, vivian A. Bimbingan Pranikah Edisi 2; buku kerja bagi pasangan pranikah. Malang:
Litelatur Saat, 2018.

Barclay, William. Pemahaman Alkitab setiap hari; Surat Galatia dan Efesus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012)

Anda mungkin juga menyukai