1
2.Apa yang dimaksud dengan perkawinan Kristen ?
Pada umumnya gereja (Protestan) memandang, bahwa perkawinan merupakan urusan
masyarakat, artinya masyarakatlah yang memberi status perkawinan bagi sepasang laki-laki
dan perempuan. Dalam hal ini Petugas Pencatat sipil yang melegalkan status suami-isteri itu
dalam bentuk sebuah akte perkawinan. Namun bagi gereja, perkawinan yang dilakukan
berdasarkan Undang-undang itu masih merupakan perkawinan duniawi.
Perkawinan perlu lebih diperdalam dari sisi rohaninya. Perkawinan kristiani merupakan ikatan
janji suami-isteri untuk membangun kehidupan keluarga yang berdasarkan kasih Allah didalam
Kristus. Hubungan suami-isteri menggambarkan hubungan Allah dan manusia atau
mencerminkan Kasih Kristus yang abadi terhadap umat-Nya (Ef 5:22-33). Untuk pelaksanaan
perkawinan kristiani tersebut, lembaga gereja mengatur secara tersendiri. Sesuai tugas dan
aturan yang berlaku, gereja wajib menerima permohonan calon (suami-isteri) yang akan
menikah. Dengan permohonan calon (suami-isteri) tersebut, gereja mendapat tugas dari Allah
untuk meneguhkan dan memberkati calon (suami-isteri) itu menjadi suami-isteri dari sebuah
keluarga Kristen yang baru dan mandiri.
3. Tujuan Perkawinan Kristen
Pada dasarnya perkawinan bertujuan untuk mencapai kehidupan bersama suami-isteri
bahagia yang mencerminkan kasih Kristus yang abadi.
Dalam Kitab Suci disabdakan,”... laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”, (Kej. 1:27).
Tuhan memperkenankan mereka hidup dalam kebersamaan untuk memperoleh keturunan
(beranak cucu) dan mengelola alam ini, supaya hidup ini terjaga dan berlanjut dan Allah
menghendaki supaya semua ciptaan-Nya memuji Tuhan, (Mazmur 148). Untuk
melangsungkan pemeliharaan kehidupan ini, Tuhan mengaruniakan keluarga sebagai
wadahnya, (band. Kej. 2:24). Keluarga itu dapat dibentuk melalui ikatan suami-isteri dalam
perkawinan. Perkawinan itu merupakan ikatan janji suami-isteri untuk mencapai kebahagiaan
bersama dalam keluarga yang mencerminkan kasih Kristus.
4
dalam relasi yang berlangsung secara intens. Disinilah godaan untuk timbulnya konflik perlu
menjadi perhatian sebab konflik yang bersifat destruktif ( merusak ) dapat mengancam
kerukunan suami – istri. Rahner menyatakan bahwa pengajaran utama ( core of teaching )
dari Yesus adalah soal relasi yang hidup.
Kerukunan suami-istri sangat dipengaruhi oleh keadaan dewasa ini dimana : anonimitas
( tidak dikenal ) dan mobilitas (aktivitas)merupakan gaya hidup saat ini. Karena itu kehadiran
suami-istri perlu dihayati sebagai suatu gaya hidup yang dikehendaki oleh Tuhan ( bnd. Yoh 2
: 1 dan 11 ).
Dalam dunia kapital dewasa ini sebagaimana dikemukakan oleh sosiolog Glenn Loury
merupakan dunia yang dibangun dalam relasi / koneksi sehingga setiap bentuk kapital dapat
memproduksi kapital yang lain. Uang adalah kapital, intelektual adalah kapital. Dalam kontkes
keluarga dapat disebut sebagai keluarga kapital yakni keluarga yang memiliki energi untuk
memproduksi damai sejahtera. Dalam pemahaman bahwa setiap keluarga diutus
memberitakan perbuatan Allah yang besar ( I Petrus 2 : 9 ). Pada titik inilah karya Roh Kudus
menghadirkan kuasa yang dapat menjadi energi bagi setiap keluarga ( Kis.P. R 1 : 8 ).Dengan
pemahaman yang demikian nampak bahwa relasi yang terbangun senantiasa mengacu
kepada masa depan dalam ketaatan yang ikhlas. Pelajaran untuk menjadi suami-istri yang
baik belum selesai sampai pada waktu yang Tuhan sendiri tentukan.
5
Pertama, memang Yesus Kristus berbicara tentang kekayaan, tetapi semua ucapan – Nya
sengat berhubungan dengan anugerah Allah. Justeru Yesus Kristus mengingatkan manusia
tentang fungsi dan peran uang ( kekayaan ), supaya manusia tidak terjebak pada
kesengsaraan.
Bacalah ayat ayat ini :
a) Matius 6 : 1 – 4, 9, 34
b) Matius 13 : 44 – 46; 18 : 23 – 35; 20 : 1 – 6; 25 : 31 – 46;
c) Markus 4 : 18 – 19; 12 : 1 – 2;
d) Lukas 7 : 41 – 43; 10 : 29 – 37; 11 : 5 – 7, dll.
Kedua, kekayaan ( termasuk uang ) membuat manusia tergiur dan tidak melakukan
kehendak Allah. Bacalah Alkitab tentang sifat Bileam yang tamak akan kekayaan !
a) Bilangan 22:1-34
b) Ulangan 23:4-5
c) Yosua 4:9-10
d) Nehemia 13:2
e) 2 Petrus 2:15-16
f) Yudas 1:11
g) Wahyu 2:14
Gehasi, pembantu Nabi Elisha, yang tamak.( 2 Raja 5 : 20 – 27 ), juga Ananias dan Safira
( Kis. 5 ). Paulus mengatakan, bahwa akar dari segala kejahatan adalah sifat cinta uang ( 1
Tim. 6 : 10a ).
Ketiga, hubungan suami isteri dapat terjatuh ke dalam dosa, karena percecokan masalah
kekayaan ( termasuk uang ).
Karena itu, untuk memahami kekayaan ( termasuk uang ), suami-isteri perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a) Uang bukan sumber hidup. Akan tetapi Allah sajalah yang memberikan segala sesuatu,
jika kita percaya dan melakukan kehendak – Nya ( Yer. 17 : 7 – 8 ).
b) Uang ( kekayaan ) tidak menentukan kebahagiaan ( Luk. 2 : 15 ).
c) Masadepan tidak tergantung pada kekayaan, termasuk uang ( Maz. 46 : 1 – 2 )
d) Suami – isteri yang berhasil tidak diukur berdasarkan jumlah kekayaan ( termasuk uang
) yang dimilikinya ( 1 Tim. 3 : 3 ).
e) Kebahagiaan dan keberhasilan adalah milik Allah. Ia yang menentukan nasib malang
atau mujur ( Yes. 45 : 7). Oleh karena itu, hal penting adalah mencari Allah ( bd. Am.
5 : 4 – 6; Mat. 6 ; 31 – 34 )
Keempat, GPIB tidak mengajarkan warganya untuk tidak menghargai kekayaan. Yang
diajarkan adalah : bagaimana mengelola kekayaan ( termasuk uang ) sebagai berkat Allah.
Tujuan Allah mengaruniakan materi ( kekayaan dan uang ) ada – lah :
a) Agar percaya, bahwa Allah sanggup memberikan segala yang dibutuhkan umat-Nya
( Flp. 4 : 19 )
b) Agar umat-Nya tidak kuatir terhadap kekurangan dan kemiskinan ( Mat. 6 : 32 – 34 ; 7 :
11 )
6
c) Agar umat mengelola kekayaan dan uang secara bertang – gungjawab ( Luk. 16 : 11 )
d) Agar umat menggunakan kekayaan dan uang sebagai alat pendukung pelayanan
( Rom. 10 : 14 – 15a )
e) Agar umat menolong sesamanya ( 2 Kor. 9 : 1 – 15 )
F. Ibadah keluarga.
Beberapa catatan teologis yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan ibadah
keluarga ialah:
1. Terjadinya perjumpaan dengan Allah ( Maz. 22 : 27 – 29,Wahyu 15 : 4 )
2. Terjadinya hubungan dialogis antara Allah dan manusia (Yoh. 4 : 23 – 26)
3. Ungkapan syukur atas kebangkitan Yesus Kristus (Ibr. 10 : 19 – 25 ) dan karena itu
Votum dalam ibadah adalah pernyataan bahwa Allah bersedia menerima kita.
7
Dalam konteks keluarga hendak dinyatakan bahwa ibadah terjadi sebagai kelanjutan dari
ibadah minggu supaya pemikiran tentang karya Allah tidak berhenti hanya pada waktu dan
ruang tertentu tetapi mendapat bagian dalam seluruh keberadaan keluarga.
Komunikasi yang dibangun adalah komunikasi komunal dan bukan komunikasi personal
saja.
Kehadiran Yesus Kristus dalam keluarga merupakan peristiwa yang perlu dihayati terus
menerus supaya hidup kita lebih bermakna dan memiliki sifat militan ( berjuang ). Vita est
brevis (Agustinus ) – hidup itu singkat, maka ibadah keluargapun akan tiba di titik akhir.-