Anda di halaman 1dari 4

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HUKUM TAURAT DI DALAM PENYATAAN ALLAH 1.

Penyataan Allah terdiri dari Hukum Taurat dan Injil Firman Allah dalam Perjanjian Lama dan Baru, dibagi dalam Hukum Taurat dan Injil (Law and Gospel). Injil itu berita tentang anugrah Allah. Hukum Taurat itu pemberitaan suruhan-suruhan (Perintah, titah) Allah. Injil itu pemberitaan tentang janji-janji Allah dan juga kenyataan janji-janji Allah didalam Kristus. Hukum Taurat itu pengumuman tuntutan-tuntutan Allah. Injil mengatakan siapakah Allah itu bagi kita. Hukum Taurat mengatakan apa yang dikehendaki oleh Allah dari kita. Seluruh penyataan Allah itu selalu rangkap dua. Hukum taurat dan injil, anugrah dan perintah, keselamatan dan suruhan, memberi dan menugaskan. Hubungan antara Hukum Taurat dan Injil Salah satu masalah terpenting dari reformasi adalah masalah hubungan antara Hukum Taurat dan Injil. a. Didalam sejarah gereja, Hukum Taurat dan Injil seringkali disamakan dengan antara Perjanjian Lama dan Baru. Perjanjian lama dianggap sebagai Hukum Taurat dan Perjanjian Baru sebagai Injil. Perjanjian lama digambarkan sebagai Allah yang menuntut sedangkan Perjanjian Baru digambarkan sebagai Allah yang mengasihi dan memberi. Gambaran ini bertentangan dengan kenyataannya. Barangsiapa memperhadapkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru sebagai Hukum taurat dengan injil, maka ia tidak mengakui adanya injil didalam Perjanjian lama dan hukum taurat di dalam perjanjian baru. b. Didalam sejarah gereja dan theologia, Hukum Taurat hanyalah dilihat didalam fungsi menuntut, menuduh, menghukum. Didalam pandangan ini, kerapkali dikatakan bahwa hukum taurat itu hanya diperlukan karena adanya dosa. Didalam keadaan sempurna tidak ada undang-undang. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa didalam pandangan ini diuraikanlah unsur-unsur dari Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Hukum Taurat itu menghukumkan dan membinasakan kita dan dengan demikian membawa kita kepada Kristus. Tetapi pandangan ini melupakan suatu hal, yakni jika kita hidup dari anugrah Allah, maka kita tidak dapat terlepas dari Hukum Taurat. Maka Hukum Taurat itu memang tidak merupakan

BAB V

2.

syarat lagi untuk keselamatan kita, namun menjadi norma untuk kehidupan syukur kita. c. Didalam theologia Karl Barth tampaklah pandangan yang bertentangan sama sekali. Ia memandang Hukum taurat sebagai bentuk injil, yang berisikan anugrah. Baginya fungsi Hukum taurat hanyalah untuk menyuruhkan kita supaya hidup dari anugrah. Pandangan inipun mempunyai unsur-unsur kebenaran. Barth ingin menekankan, bahwa Hukum Taurat Allah ini suatu pemberian anugrah dan titah Allah itu suatu perintah supaya kita beriman dan bertobat. Tepai Barth melupakan bahwa Hukum Taurat tetap berlaku meskipun orang menolak injil. d. Dr. H. Berkhof didalam salah satu tulisannya pernah mengingatkan dengan tepat, bahwa hubungan Hukum Taurat dan injil itu ialah tidak tercampur, tidak berubah, tidak berpisah. Antara Hukum taurat dan injil ada perbedaan. Hukum taurat tidak pernah berubah menjadi injil atau sebaliknya. Jadi, bagaimanakah hubungan antara injil dan Hukum Taurat? Adanya injil itu untuk Hukum Taurat. Sebab didalam Hukum Taurat itu Allah menyatakan tuntutanNya yang kudus. Dialah kasih dan tetap kasih. Iapun menuntut kasih, kasih kepada Allah, kasih kepada sesama manusia. Allah dalam kemurahannya yang besar telah mengutus Kristus, AnakNya, untuk memenuhi tuntutan hukum taurat. Apa yang tidak dapat dilakukan oleh Hukum Taurat, itu dilakukan oleh injil. Sekarang hukum taurat berpaling kembali. Ia tidak lagi mengancam dan membinasakan, ia sebagai lampu bagi kaki mereka yang berjalan di dalam anugrah. Apakah sekarang sudah tidak adalah lagi hukuman? Ya, ancaman hukum taurat itu sudah hilang bagi mereka yang didalam kristus. Tetapi ancaman tetap ada bagi mereka yang tidak memperhatikan karunia yang besar itu. Hukum Taurat berkata : Terkutuklah tiap-tiap orang yang tiada tekun berbuat segala sesuatu yang tersurat dalam Kitab Taurat. Injil berkata : Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis : Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib. Galatia 3:13. 3. Ketiga macam cara mempergunakan Hukum Taurat Ketiga fungsi Hukum taurat itu diterangkan dengan istilah-istilah berikut : 1). Usus Elenchticus atau Usus Paedagogicus (Fungsi Hukum Taurat yang menyakinkan kita akan kesalahan kita). Dalam kedua istilah ini dijelaskan kepada kita, bahwa Tuhan mempergunakan Hukum Taurat menurut suatu cara yang

tertentu. Hal ini diumpamakan dengan apa yang terjadi didalam gedung pengadilan. Seorang terdakwa dihadapkan kepada hakim. Dengan bermacam cara terdakwa berusaha meyakinkan hakim bahwa ia tidak bersalah. Saksi-saksi dusta membantu dan mencoba membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah. Kemudian berdirilah jaksa dan mengucapkan uraian tuntutannya. Pada waktu itulah si terdakwa terdiam. Tunduklah ia. Terpaksalah ia mengakui bahwa ia pantas dihukum. Didalam gedung pengadilan proses ini akan berakhir sampai sekian saja. Tetapi didalam drama antara Tuhan dan manusia, Hukum Taurat menjalankan fungsinya sebagai paedagogicus, memegang tangan terdakwa dan membawanya kepada Kristus yang telah menebus dosa kita. Maka orang mengatakan Hukum Taurat sebagai Penghibur! 2). Usus Normativus atau Usus Didacticus (Fungsi Hukum Taurat sebagai norma untuk hidup baru atau sebagai norma bersyukur). Kini Hukum taurat itu tidak lagi menuduh (mendakwa) kita. Sekarang ia bertindak sebagai Penasihat Ilahi didalam keputusankeputusan kita. Kita sering berbuat seakan-akan injil itu dapat kita dengarkan dengan bebas tanpa mewajibkan kita berbuat sesuatu. Anugrah Yesus Kristus yang mahal, yang diberikan dengan mengorbankan darahNya, mengikat kita dengan sukarela kepada Penebus dan kehendakNya. Zaman sekarang ini orang sangat takut akan khotbah-khotbah yang moralities. Karena itu injil sering diberitakan dan dikhotbahkan tanpa penerangan tetnang usus normativus Hukum taurat. Itu salah. Tidak menurut Alkitab. Paulus selalu menggabungkan injil itu dengna usus didacticus Hukum Taurat. 1 Kor 6 : 20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 3). Usus Politicus atau Usus Civilis (Fungsi Hukum Taurat sebagai cermin keadilan Tuhan didalam masyarakat dan Negara. Apabila didalam suatu Negara, karena pemberitaan Hukum Taurat dan injil, bangsa itu makin yakin akan kewajibannya mentaati Hukum Taurat maka oleh karena Usus Politicus hukum taurat itu kehidupan rakyat dapat dilindungi dengan mencantumkan beberapa prinsip didalam perundang-undangan, tetapi dalam asasnya tidak boleh dipisahkan dari Usus Normativus atau Usus Didacticus. 4. Sifat-sifat Hukum Taurat

Adapun yang dianggap sifat-sifat hukum taurat itu ialah : bonitas (kebaikan), perfectio (kesempurnaan), immutabilitas (tak dapat berubah) dan spiritualitas (kerohanian). Sifat-sifat ini bukanlah hasil pikiran otak manusia belaka, tetapi Alkitab menyebutnya. Kebaikan hukum taurat yaitu bahwa Hukum Taurat itu berasal dari zat (hakekat) Allah. Allah adalah baik, kehendakNyapun baik. Didalam tauratNya, maksudnya bukanlah kebinasaan kita tetapi keselamatan. Kesempurnaan Hukum Taurat ialah, bahwa Hukum taurat itu mencerminkan tuntutan yang penuh kasih dan hak-hakNya yang kudus. Hukum taurat itupun tidak dapat diganti atau dibatalkan. Hukum Taurat itu tidak dapat berubah walaupun bentuk atau penjelmaannya didalam sejarah selalu berubah. Injil membawa kita kepada hukum taurat yang hanya satu, yang esa dan tidak berubah. Kerohanian hukum taurat ialah, bahwa taurat itu baru dapat dimengerti maksudnya yang sesungguhnya, apabila, karena kasih setia Tuhan, Hukum taurat itu telah kita taati dengan hati, roh dan segenap kekuatan kita. Dalam pemenuhan tuntutan Hukum Taurat ini hanyalah sedikit yang dapat direalisasikan, ialah apabila kita hidup dibawah naungan anugrah dan Roh itu, yang disebut Roh kudus. 5. Bentuk Hukum Taurat : Perintah ataukah janji atau keduaduanya ? Banyak ahli theologia yang mempersamakan hukum taurat dan injil. Ditinjau dari sudut bahasa, tidak ada artinya sama sekali untuk membuat perintah-perintah itu sebagai janji. Bahwasannya Hukum Taurat itu bersifat perintah. Bahkan injilpun seringkali berbentuk perintah yang diambil dari hukum taurat. Apabila kita mendengarkan perintah Tuhan itu pada latar belakang pekerjaan penyelamatan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka dapatlah dan bolehlah kita berkata: perintah-perintah Tuhan itu janji-janji juga.

Anda mungkin juga menyukai