Anda di halaman 1dari 8

MODUL AJAR PPT BAB 7 Kembangan dari Modul Pak Widada

( Oleh Willy )

Apa itu Keluarga ?

Menurut Baron dan Byrne yang mengutip pemikiran Dissanayake


mengungkapkan bahwa ketika seseorang datang ke dunia, ia sudah siap
untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Keluarga adalah unit Lembaga
Sosial paling kecil dalam masyarakat yang pertama kali dijumpai oleh anak,
serta berperan besar untuk perkembangan sosial anak.

Keluarga pada umumnya terdiri dari pribadi. Namun dalam beberapa


pandangan terbagi menjadi dua kategori besar, yakni keluarga inti ( Batih )
dan keluarga besar. Keluarga inti itu terdiri dari Orang tua dan anak
( Ayah, Ibu, Anak ). Seluruh tanggung jawab kehidupan hanya berada
dalam keluarga tersebut. Demikian adalah cara/pola pikir berkeluarga versi
barat. Dasar Alkitabnya : “ laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya,
dan Bersatu dengan isterinya.” ( Mat 19:5 ).

Sedangkan dalam tradisi keluarga di timur, termasuk di Indonesia.


Dalam budaya suku-suku tertentu, pemahaman keluarga agak sedikit
berbeda. Dapat disebut sebagai keluarga besar bisa melibatkan kakek,
nenek, paman, bibi, keponakan, sepupu, dsb.

Keluarga yang terdiri dari beberapa orang ini akan menjalin sebuah
interaksi, antara pribadi dan hal ini akan berpengaruh kepada keadaan
Bahagia, pada salah seorang anggota keluarga, yang selanjutnya
berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga.

Supaya terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan


peran aktif orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan
harmonis antara semua pihak dalam keluarga.

Keluarga adalah Inisiatif dari Allah


Kejadian 2 : 18 mengatakan : Tuhan Allah berfirman “Tidak baik,
kalau manusia itu hidup seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya yang sepadan dengan dia” kesepadanan yang dimaksud dari nats
tersebut adalah kesepadanan sesama manusia dalam pembentukan
keluarga. Dan Kejadian 2 : 24 mengatakan : Sebab itu seorang laki - laki
akan pergi meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Dari kedua nats tersebut
dapat kita ketahui bahwa penggagas utama dalam pembentukan keluarga
adalah Allah bukan Adam dan Hawa (manusia). Manusia diciptakan
berbeda tetapi satu kesatuan. Jadi jika terdapat keinginan seorang laki -
laki dan perempuan berkeluarga, keinginan seperti itu telah Tuhan
tanamkan dalam diri manusia itu sendiri. Dan keinginan manusia untuk
menikah dan berkeluarga adalah untuk mewujudkan keinginan dan
rencana Allah dalam dirinya. Singkatnya yang menjadi dasar keluarga
Kristen adalah Allah sendiri.

# Pertanyaan ?

 Kalau terbentuknya sebuah keluarga dari Tuhan, kenapa orang


tuaku beda keyakinan mas ?

# Jawaban : konteks pemahaman ini berdasarkan dari kitab kejadian,


karena dulu menjadi inisiatif Allah ( kondisi manusia dalam keadaan baik /
Belum jatuh dosa ). Dipengaruhi factor hanya ada 2 orang dulu ( Adam dan
Hawa ). Kalau konteks sekarang dengan beragamnya kepercayaan, banyak
manusia di bumi ini, terjadi banyak kemungkinan yang dipengaruhi oleh
FREE WILL dari manusia ( Kehendak Bebasnya untuk memilih pasangan ).
Saat ini dengan hadirnya kalian ke dunia ini, Tuhan memiliki maksud
kepada kehidupan kalian, dimana Tuhan mengharapkan kalian Bahagia,
untuk kehidupan keluarga kalian nanti. Tetapi dengan syarat kalau kalian
taat sama Tuhan. Serta tidak salah pilih pasangan hidup. Yang akhirnya
jadi memaksakan, beda keyakinan gapapa, toh nanti kita juga bisa
toleransi, aku jamin pasti Bahagia kok sama dia, dst. Ini adalah anggapan
yang keliru.

Tuhan mengharapkan sebuah prinsip, kesepadanan ( proporsinya


sama ). Sepadan dan seiman. Sepadan dalam Bahasa aslinya yang
diterjemahkan dalam Bahasa inggris “ Corresponding to himself “ artinya
adalah “ melengkapi, mengimbangi “. Artinya hal ini adalah keterlibatan
sebuah keputusan untuk menjalin hubungan dengan saling “melengkapi”
bukan “sama”. Kalau kesepadanan diartikan secara harfiah sama, maka
hanya pribadi yang memiliki kesamaan yang diperbolehkan dipilih. Lagi-lagi
soal kehendak bebas ( Free Will ).

Dampak ketidaksepadanan dalam keluarga, akan mengakibatkan


banyak masalah, jika terus menumpuk dan tidak ada penyelesaian, bisa
berakibat kepada sebuah perceraian. Maka penting untuk berhati-hati
dalam memilih pasangan hidup. Pernahkah kalian bertanya kepada orang
tua kalian, atau taukah kalian sejarah kisah cinta orang tua kalian?

Keluarga Kristen

Dasar keluarga Kristen ialah menjadikan Kristus sebagai kepala


keluarga yang artinya seluruh ajaran Yesus menjadi acuan hidup
berkeluarga. Ketika keluarga Kristen menjadikan Yesus Kristus sebagai
dasar keluarga maka nilai - nilai kekristenannya akan terpancar dalam
kehidupannya sehari - hari. Keharmonisan keluarga itu akan terwujud
apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan
berperan sebagaimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
agama Kristen, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam
keluarga Kristen itu akan dapat diciptakan.

Kewajiban dalam sebuah keluarga Kristen menjadi sangat penting


dan wajib untuk diperhatikan, sebab bukan hanya untuk merawat keluarga
dari aspek secara fisik dan mental, melainkan juga dalam aspek spiritual,
yang dapat menunjukan nilai-nilai Kristiani. Nilai-nilai Kristen yang
dimaksudkan adalah :
 sebuah sikap hidup yang menunjukan kebenaran, yang ditampakan
dalam kejujuran dan integritas ( sikap hidup yang menampakan
keselarasan antara Tindakan dan ucapan ).
 Sebuah sikap dalam kesalehan hidup. Yang diekspresikan bukan
hanya dalam ibadah, melainkan juga Nampak dari tata krama
kehidupan. Hidup dalam anugrah Allah, dan menolakk segala bentuk
kecemaran ( berkata dusta, gosip dalam konotasi menjelekan, dsb.
 Sikap hidup yang lain adalah kesetiaan. Apa yang dimaksudkan
adalah hidup yang berpadanan dengan panggilan Allah, sehingga
setiap kehidupan didasarkan pada aturan dan norma kehidupan yang
Allah kehendaki.

Pertanyaan Pemantik :

Apa sih yang menjadi dasar sebuah keluarga Kristen yang ideal ?

# Jawaban : Ialah menjadikan Yesus Kristus sebagai dasar dari kehidupan


Keluarga Kristen. Menjadikan Yesus Kepala dalam Kehidupan Keluarga
Kristen. Maka Ketika Tuhan Yesus menjadi dasar dalam kehidupannya
maka nilai-nilai Kristen diatas akan terpancar dalam kehidupannya sehari-
hari.

Ciri-ciri Keharmonisan Keluarga Kristen :

Keharmonisan keluarga Kristen adalah suatu suasana kebahagiaan


yang suci Bersama dengan kecintaan sejati dan pengharapan yang murni
dapat dipelihara dan dikembangkan dengan baik.1

Ada lima ciri-ciri khas Keharmonisan Keluarga Kristen, yaitu: Sikap


melayani, Keakraban antara Suami Istri, Orangtua yang mengajar dan
melatih, Suami-suami yang menjadi pemimpin penuh kasih, Anak-anak
yang mentaati dan menghormati orangtua mereka. 2

1
reland, David.KebahagianSejati.( Jakarta : Inspiratif. 2012), Hal 108
2
Chapman, Gary. Kasih Sebagai Cara Hidup. ( Jawa Timur:Gandum Mas. 2000), hal 28
 Saling mencintai. Cinta merupakan anugerah dari Tuhan
untuk semua manusia yang dapat memberikan kedamaian.
Saling mencintai antar anggota keluarga Kristen dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga segala rintangan
yang menghadang dapat diselesaikan dengan baik dan saling
percaya. Dengan adanya cinta maka pernikahan akan berjalan
dengan baik dan langgeng hingga maut memisahkan. Dengan
saling mencinta akan menyempurnakan keharmonisan dan
kebahagiaan masingmasing anggota keluarga Kristen.
 Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap saling mencintai
adalah sikap menerima, yang berarti dengan segala kelemahan,
kekurangan, dan kelebihannya, ia seharusnya tetap
mendapatkan tempat dalam keluarga Kristen.
 Sikap Kerja Sama. Keharmonisan keluarga Kristen memiliki
kerjasama yang kuat masing-masing anggotanya. Suami
membantu istri dan anak. Istri membantu suami dan anak.
Anak membantu bapak dan ibunya.
 Memegang Sebuah Komitmen dengan Baik.  Memegang
komitmen dengan baik Pada saat pertama kali membangun
sebuah keluarga Kristen, masingmasing individu memiliki niat
untuk membentuk, mempertahankan dan memelihara
pernikahan.

Keharmonisan Menurut Alkitab :

Konsep keharmonisan dalam keluarga dicerminkan dalam kontek


firman Tuhan dalam suratnya Paulus di Kolose 3 : 18-21 yang menuliskan
sebuah dasar tata tertib untuk menciptakan keharmonisan dalam
Keluarga : dimana disana dikatakan demikian :

 “ Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana


seharusnya di dalam Tuhan. “ ( ay. 18) Kata Yunani untuk “tunduk”
dalam ayat di atas adalah u`pota,ssesqe (hupotassesthe) yang berasal
dari akar kata u`pota ,sso (hupotasso) artinya adalah menundukkan,
tunduk.” ketundukan istri kepada suami dalam konteks ini dapat
dilihat dalam dua bentuk, yaitu:
a) Pertama, ketundukan dalam bentuk bingkai rohani atau
iman Kristen. Walaupun kata hupotassesthe bentuknya
pasif, namun pasif bukan dalam pengertian kehilangan
kebebasan atau tunduk tanpa syarat. Ketundukan yang
dimaksud dalam teks itu adalah tunduk pada hal-hal yang
pantas dilakukan di dalam Tuhan atau sebagai pengikut
Kristus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istri
mempunyai hak atau ruang untuk tidak tunduk kepada
suami apabila suami memerintahkan istri melakukan hal-
hal yang tidak pantas (dosa) dilakukan sebagai pengikut
Kristus di dalam Tuhan.
b) Kedua, ketundukan dalam bentuk bingkai kepemimpinan.
Warren W. Wiersbe menyatakan, bahwa jika Allah tidak
menetapkan urutan kepemimpinan dalam masyarakat, kita
akan menghadapi kekacauan. Keharusan istri tunduk
kepada suami tidak berarti bahwa laki-laki lebih baik
daripada perempuan. Yang dimaksudkan hanyalah bahwa
laki-laki mempunyai tanggung jawab sebagai kepala dan
pemimpin rumah tangga.
 “ Hai Suami-suami, kasihilah istrimu dan jangan berlaku kasar,
terhadap dia. ( ay. 19) “ Kata Yunani “kasih” adalah άγαπᾶτε (agapate)
yang berasal dari kata άγαπ (agapao) artinya mengasihi, menyatakan
kasih, menyukai. Berdasarkan parsing di atas, dapat disimpulkan
bahwa suami diperintahkan untuk mengasihi, menyatakan kasih,
menyukai istrinya dalam bentuk tindakan nyata secara aktif dan
terus menerus.
o Tidak berbuat kasar dengan istrinya. ( fisik, psikis, seksual,
maupun ekonomi)
o Mengasihi dengan mau berkorban.
o Tidak mementingkan diri sendiri.
o Kasih yang memberi perhatian, dan memelihara
o Tidak pamrih.
o Dsb.
 “ Hai anak-anak taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah
yang indah dalam Tuhan. ( ay. 20 ). Ketaatan kepada orang tua akan
membawa berkat kepada anak :
o Berkat yang tercurah. Diberkati oleh ayah-nya. Seperti ishak
memberkati yakub.
o Panjang umur.
 “ Hai Bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar
hatinya. ( ay. 21 ).

Dasar Alkitab yang dapat kita jadikan sebuah acuan dan pedoman
dalam menciptakan sebuah keluarga yang harmonis adalah pentingnya
Pendidikan Kristen kepada anak. Dalam kehidupan umat Allah perjanjian
Lama, nilai hidup menjadi sisi yang sangat penting, menjadi semacam
pegangan bagi umat mengingat perjalanan hidup umat Allah, yang selalu
dalam gangguan iman, buadaya setempat, dll. Sehingga cara yang dapat
dilakukan adalah melakukan pola pengajaran yang kuat, yang dilakukan
setiap hari untuk memberikan pengajaran melalui percakapan, perjalanan,
bahkan waktu tidur pun menjadi waktu yang baik untuk belajar. Hal itu
dikenal dengan istilah syema ( Ulangan 6: 4-9 ) yang berbunyi demikian : “
Dengarlah hai orang Israel : Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah
Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan pada hari ini, haruslah
engkau perhatikan. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di
rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring, dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada taganmu, dan haruslah itu mejadi
lambing di dahuu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu
rumahmu dab oada pintu gerbangmu.”
POLA PENDIDIKAN ANAK DI DI ISRAEL ( Lanjutan Syema ) :

 Orang tua, terutama sang Ayah diwajibkan dan harus


bertanggungjawab untuk Pendidikan Anak.
 Pendidikan Sesuai Konteks. Anak laki-laki diasuh oleh ibunya sampai
umur 3 Tahun, dan selanjutnya Ayah akan melakukan Pendidikan
untuk mengajarnya berladang, dan memperkenalkan kewajiban
seorang laki-laki. Dan perempuan akan diajar oleh ibunya, dan
melakukan tugas dan peran sebagai perempuan.
 Isi pengajarannya : meliputi pengajaran pengenalan kepada Allah,
persiapan pernikahan dan kewajibannya, dan mengembangkan
ketrampilan untuk dapat menafkahi keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai