Anda di halaman 1dari 3

KELUARGA DALAM KASIH

Oleh :
Princess Mayela Christabel Lumban Tobing
XI-F4/27

SMA NEGERI 3 SURAKARTA


A. KELUARGA
Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran,
hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta
orang orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik
buruknya anggota keluarga, tetap tidak bisa mengubah kodrat yang ada, garis besarnya yang baik
diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus menghakimi.
Tujuan terbentuknya sebuah keluarga kristen adalah memenuhi janji Tuhan yaitu untuk memberi
dan menerima kasih yang tulus dalam sebuah persekutuan yang Tuhan karuniakan dalam rumah
tangga. Tidak hanya itu, tetapi juga untuk menciptakan keluarga yang diberkati dan takut akan
Tuhan, serta untuk menyalurkan berkat Tuhan.
Dalam upaya meningkatkan peran, tugas dan fungsi keluarga, banyak komponen yang memberikan
perhatian atas caranya masing-masing. Keluarga sebagai tempat menabur dan menanamkan nilai-
nilai kemanusiaan sejak awal menjadi amat penting karena hanya keluarga yang melahirkan anak-
anak sebagai generasi baru, pewaris cita-cita dan perjuangan masa depan bangsa dan gereja. Dan
keluarga itu sendiri menjadi unsur utama dalam kehidupan gereja Yesus Kristus. Tujuan yang ingin
dicapai adalah agar anak-anak berkembang menjadi manusia yang cerdas, berkarakter baik serta
matang dalam kepribadiannya. Sementara pengaruh sosial dan aturan negara makin menentukan
pendidikan, semakin penting pula menegaskan peran orang tua sebagai pendidik pertama dan
utama. Tugas dan tanggungjawab utama keluarga (orang tua) yakni membangun keyakinan dalam
diri anak dan meneguhkan tekad dan prinsip moral-religius serta hal-hal lain yang membuat hidup
bermakna dan bahagia.

B. KELUARGA DALAM TUHAN


Keluarga sebagai ”lahan subur”, di mana benih-benih iman, moral dan religius ditabur dalam hati
anak-anak. Dalam keluarga terjadi interaksi sosial sebagai ciri khas manusia. Interaksi sosial
religius terjadi lewat kata-kata sebagai media komunikasi. Oleh sebab itu pula, kata-kata dan setiap
bahasa yang dipakai dalam komunikasi amat berperan, baik bagi anak-anak maupun orang tua
sebagai pendidik dan pembina iman. Upaya penanaman nilai iman dan religius dalam keluarga tak
dapat dilepaspisahkan dari keluarga sebagai ”tokoh panutan” yang tidak hanya mendidik dengan
kata-kata semata. Tampilnya ayah dan ibu sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga
menuntut kualitas diri yang memadai. Sebab hanya pendidikan dan pembinaan yang berkualitas
dapat menghasilkan pribadi-pribadi peserta didik (anak-anak) yang berkualitas pula.
Secara ideal, semua anggota keluarga Kristen berkomitmen pada Kristus dan untuk melayani-Nya.
Ketika sang suami, istri, dan anak semuanya memenuhi peran ilahi mereka, maka damai dan
keharmonisan menjadi citra rumah tangga mereka. Namun, jika kita mengusahakan keluarga
Kristen tanpa Kristus sebagai Kepalanya atau tanpa menaati prinsip alkitabiah yang telah Tuhan
sediakan, rumah tangga kita akan menderita.
Karakter, tata nilai, dan cara beriman kita muncul dan berkembang dari keluarga tempat di mana
kita dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu betapa pentingnya kehidupan keluarga yang baik, yang
sesuai dengan prinsip Alkitab
C. KELUARGA YANG MENGALAMI PEMBAHARUAN
Penting bagi kita untuk senantiasa membarui kehidupan keluarga kita agar dapat menjadi teladan
yang baik bagi kehidupan bersama di masyarakat dan di dalam gereja. Pembaruan itu sendiri
bukanlah sesuatu yang dapat terjadi seketika, secara instan. Pembaruan berbicara mengenai sebuah
proses yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan upaya yang sungguh-sungguh.

Salah satu contoh kisah pembaruan kehidupan pribadi dan keluarga adalah kisah Ayub (Ayub 42).
Apabila kita memerhatikan perikop bacaan kita maka kita akan melihat dua hal yang hendak
ditegaskan oleh penulis kitab Ayub. Pertama, bagian ini mau menegaskan kepada kita bahwa Allah
adalah sumber pembaruan kehidupan Ayub (42:10). Yang kedua, adanya proses yang Ayub harus
lalui sehingga ia mengalami pembaruan dalam kehidupannya.

Pembaruan hidup pribadi dan keluarga juga akan terjadi dalam hidup kita jika kita mau berproses
seperti Ayub. Kita berdamai dengan Allah. Oleh sebab itu, kenali Allah dan cintai Allah dengan
sungguh-sungguh dari hati kita yang paling dalam. Jadikan semua pengalaman hidup sebagai bahan
refleksi untuk menemukan kasih dan setia Allah dalam hidup kita. Berdamai jugalah dengan diri
sendiri. Jangan pernah menganggap diri tidak berguna. Jangan pernah menganggap diri kita tidak
mampu berbuat sesuatu untuk menciptakan suasana kehidupan keluarga yang semakin indah dan
sejahtera. Anda unik dan berharga di mata Allah dan sesama. Jadi bersikaplah dan bertindaklah
sebagai pribadi yang berharga di mata Allah dan sesama bagi diri sendiri dan sesama. Pada
akhirnya, berdamailah dengan sesama. Berdamailah dengan anggota keluarga Anda. Jangan biarkan
sakit hati dan kekecewaan menguasai hidup Anda dan merusak keindahan kehidupan keluarga
Anda. Tidak ada pribadi yang sempurna. Kita pun pasti pernah melakukan kekeliruan. Sebaliknya,
biarlah kasih, kebaikan, dan pengampunan selalu tersedia dalam hati kita untuk anggota keluarga.
Pikirkan dan berikanlah yang terbaik untuk keluarga dan mereka yang ada di sekitar kehidupan
Anda.

Jika demikian, keluarga hidup indah, yaitu keluarga yang di dalamnya setiap anggota saling
mengasihi, saling mendoakan, saling membangun dalam hal baik; bukan sebuah ilusi atau impian
tetapi akan menjadi sebuah kenyataan. Keluarga hidup indah bisa terjadi jika kita terus mau
berproses dalam pembaruan keluarga. Pembaruan keluarga bermula dari pembaruan diri bersama
Allah.

Anda mungkin juga menyukai