HALAMAN SAMPUL
OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesehatan,kesempatan,serta ilmu pengetahuan sehingga makalah berjudul
“Kehidupan Beragama Di Lingkungan Keluarga” ini dapat saya kerjakan dan kumpulkan
sebelum deadline yang diberikan.
Dalam Penyusunan makalah, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengampu yaitu Timbul Simon Sitompul, S.Th. yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya untuk penyelesaian Tugas Mandiri ini. Adapun sumber dari makalah ini,
saya peroleh dari buku pedoman dan internet. Saya menyadari dalam penyusunan
makalah, banyak sekali kekurangan dan keterbatasan saya dalam menyampaikan isi
materi. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritikan, saran, serta masukan dari
berbagai pihak yang telah membaca makalah ini sebagai perbaikan dan acuan kami di
masa mendatang.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan kita semua selalu diberikan kesehatan.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang arti keluarga dalam kehidupan
Kristen, hubungan suami istri menurut agama, hubungan orang tua dengan anaknya,
hubungan anak-anak ke orang tuanya dan kebutuhan keluarga saat ini, dan akan
membahas bagaimana membuat suatu keluarga hidup dalam ajaran agama masing-
masing serta memupuk kehidupan beragama yang rukun di lingkungan keluarga.
Pendidikan Agama Kristen sebagai upaya pembinaaan warga jemaat akhir-akhir ini
digalakkan dan dihidupkan ulang di kalangan umat kristiani. Banyak kegiatan yang
diadakan di berbagai gereja maupun persekutuan yang bertujuan untuk menumbuhkan
kehidupan baik atau suatu jalinan umat beragama yang baik di lingkungan keluarga kita.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
Keluarga dalam pengertian Kristen adalah keluarga yang dalam seluruh keberadaannya
menunjukkan penghayatan dan pemahaman nya pada Ajaran Kristus. Keluarga Kristen
bukan sekadar sebuah label atau sebuah catatan sensus penduduk, bukan juga sekadar
ditunjukkan melalui keikutansertaan dalam ibadah-ibadah gerejawi maupun ibadah rutin
lainnya yang diselenggarakan didalam keluarga. Keluarga Kristen tamapak melalui
tampilan dan karakter tiap-tiap anggota keluarga, terutama hubungan dan komunikasi
yang terjalin diantara sesama anggota keluarga.
Secara khusus ada 3 fungsi keluarga menurut Alkitab,yaitu:
1. Mewakili Tuhan dalam mengolah alam semesta.
Di dalam keluargalah manusia pertama kali belajar tentang arti kasih dan penerimaan,
kerja sama, toleransi, solidaritas, keadilan, kebenaran, dan empati. Tuhan juga
mengkehendaki agar pernikahan menjadi persekutuan yang hidup. Artinya di dalam
pernikahan tidak boleh dipakai untuk mencari kepentingan pribadi. Pernikahan harus
menjadi satu kesatuan, persekutuan yang sejati. Pesan Allah bagi keluarga jelas,
”Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” ( Mat. 19:6)
Keluarga harus menggambarkan komunitas cinta kasih. Cinta kasih yang selalu
memberikan suasana yang hidup dan menghhidupkan. Jika di dalam keluarga
menghadirkan cinta kasih yang menghidupkan, maka keluarga itu adalah keluarga yang
dibangun dalam kerangka keselamatan Allah.
Beberapa hal pokok yang dapat menjadi fondasi kuat dalam hidup berkeluarga :
• Memprioritaskan Kristus dalam kehidupan mereka.
• Sikap saling mengasihi dan saling menghormati di antara anggota keluarga.
• Cinta kasih tanpa batas. Artinya, setiap anggota keluarga memiliki tekad untuk saling
berkorban demi keutuhan kehidupan keluarga.
vi
B. Hubungan Suami Istri Menurut Agama
vii
Istri adalah penolong dan bukan perongrong suami. Istri merupakan asisten, mengisi
kekurangan, mengantikan dan mewakili bila diperlukan. Gelar penolong diberikan
oleh Allah sendiri. Kata penolong dalam bahasa Ibrani “Ezer”, dan kita jumpai kata itu
dalam ungkapan “Ebenhaezer” sampai disini Tuhan telah menolong kita.
Istri sebagai penolong berarti:
• Berharga/Bermutu
Istri yang cakap lebih berharga dari permata (Ams 31:10). Pikiran, perasaan dan
perbuatannya bermutu, sehingga istri merupakan harta kekayaan yang tak ternilai
harganya.
• Dapat dipercaya
Hati suaminya percaya kepadanya (Ams 31:11a), dalam hal:
Kesetiaan
Istri berkewajiban setia kepada suami, anak dan keluarga sebagaimana janji
pernikahan yang diucapkan dihadapan pendeta, jemaat dan Tuhan. istri harus
tetap bertekat untuk hidup bersama, karena apa yang telah dipersatukan Allah
tidak boleh diceraikan oleh manusia (Mat 9:5-6).
Menjaga Rahasia.
Siapa menjaga mulutya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan
ditimpa kebinasaan (Ams 18:21). Istri harus dapat dipercayai suami, menjaga
rahasia pribadi, keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Hati-hati dalam berkata-kata.
Mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh diceritakan agar gosip tidak
berkembang. Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan dan mulutnya berseru
meminta pukulan orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat
bagi nyawanya (Ams 18:6,7).
Mengatur keuangan
Ia membeli ladang yang diingininya (Ams 31:16a). dari zaman dulu sampai
sekarang, ladang (tanah) dapat merupakan tabungan dan juga sumber
penghasilan. Alkitab mengajarkan bahwa siapa yang mewahkan pintunya, mencari
kehancuran (Ams 17:19b). taruhlah pisau pada lehermu bila besar nafsumu (Ams
viii
23:2) karena sipeminum dan pelahap menjadi miskin (Ams 23:21). Istri yang baik
akan dipercaya oleh suami karena mampu mengatur keuangan dengan penuh
tanggung jawab. Istri yang bijak membangun rumahnya, tetapi istri yang bodoh
meruntuhkan dengan tangannya (Ams 15:13).
ix
• Penolong yang mantap dalam penampilannya.
Dalam Perjanjian Baru, kita dapat temukan bahwa keserasian lahiriah dan batin
terungkap dalam: “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan
mengepangngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan
pakaian yang indah-indah “(1 Pet 3:3).
Dengan demikian, dalam penampilan yang terutama adalah perhiasan rohani
(batin), namun jangan mengabaikan perhiasan lahiriah. Sangat menyedihkan jika
istri menyambut suami dengan rambut kusut dan daster yang kotor, istri
yangmelalikan diri tidak menjadi penolong yang baik. Jangan mengeluh jika suami
mulai melihat wanita lain yang tahu merawat diri. Istri yang baik juga tahu mnghias
diri sesuai dengn profesi suaminya shingga membeikan rasa hormat dan wibawa.
x
Prinsip istri tunduk terhadap suami memang sudah sewajarnya, baik dilihat secara
kronologis penciptaan, terlebih lagi merupakan perintah Allah agar istri tunduk
terhadap suami, termasuk tunduk kepada suami yang tidak beriman (Ef 5:21; 1 Pet
3:27). Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada
diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, merka juga tanpa perkataan
dimenengkan oleh kelakuan istri, jika mereka meliht, bagaimana murni dan salehnya
hidup istri mereka. (1 Pet 3:1-2)
3. Mengasihi Suami
Pernikahan Kristen diikat oleh kasih Kristus, karennya suami istri harus saling
mengasihi.
Kasih kan menciptakan kebahagiaan dalam keluarga. Kualitas kasih dalam keluarga
Kristen addlah sepeti kasih Tuhan Yesus kepada jemaat. Yang perama harus dikasihi
seorang istri adalah suaminya. Bahkan setelah mereka memiliki anak sekalupun, istri
harus mengasihi suaminya terlebih dagulu. Di dalam beberapa rumah tangga
mungkin saja istri melupakan perskutuan dengan suaminya, istri lebih banyak
mencurahkan kasihnya untuk anak-anak. Sikap ini tidak baik. Ayah dan ibu harus
bersam-sama mengasihi dan memelihara anak-anak mereka. akan tetapi kehadiran
anak-anak tidak boleh mengurangi kasih suami istri (Joyce Coon, 1984:15)
xi
¨ Memimpin berarti rela berkorban (Ef 5:28:30)
¨ Tidak memukul atau berlaku kasar, sebab istri adalah milik Kristus dan tubuh istri
adalah bait Roh Kudus ( 1 Kor 6:19-20; Kej 2:18-24), memukul istri berarti memukul
milik Allah.
¨ Mengagumi dan memberi penghargaan pada istri (Maz 139:13-14)
¨ Memperhatikan dan memelihara hubungan pribadi dengan sopan dan hormat.
Tubuh suami adalah milik istri dan sebaliknya (1 Kor 7:4; Kej 2:24; Ef 5:31), ekspresi
cinta harus benar dan tidak boleh egois. Demikian juga kamu hai suami-suami,
hiduplah bijak sama dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah
mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu
jangan terhalang.
¨ Selain Kristus, istri mendapat tempat pertama dihati suami (Mat 10:37)
¨ Menyediakan waktu bagi istri dan anak untuk relax bersama.berdoa dan membuka
Alkitab bersama (Maz 127:1; 119:105; Mat 6:33)
¨ Melayani Tuhan bersama, sebagai contoh Akuila dan Priskila (Kis 3:11; Rom 16)
xii
berperan menjadi penyambung lidah Allah, yaitu menyampaikan Firman Allah kepada
anak.
Teladan bagi anaknya
Perlu disadari bahwa kehidupan ibu sangat mewarnai kehidupan anak, baik hal positif
maupun hal yang negatif. Perkataan, perbuatan, dan gaya hidup orang tua akan
diteladani anak-anak (Ams 20:15, 14:1; 31:20).
Sebagai guru
Sebagai guru seorang ibu harus dapat mendidik anak-anaknya. Hai anak-anakku
dengarlah didikan ayahmu dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu (Ams 1:8b)
Hai anak-anakku, peliharalah perintah ayahmu dan jangan menyia-nyiakan ajaran
ibumu
(Ams 6:20)
Kedua ayat tersebut menyatakan peran ibu sebagai guru, pendidik, pengajar,
terutama untuk mengajar dan mengenalkan anak takut akan Tuhan. berarti ibu (orang
tua) harus berulang-ulang mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak.
xiii
B. Kedudukan Ayah
Untuk dapat berfungsi secara efektif, persepsi Alkitab bagi kedudukan ayah dalam
keluarga harus ditelusuri. Prinsipnya adalah sebagai berikut:
xiv
3.Posisi
4.Fungsi
Dimensi kekuasaan, Kristus menguasai jemaat, begitu juga suami berkuasa atas
istri dan keluarganya. Dimensi posisi, kepala adalah pemimpin.Dimensi fungsi,
memperlihatkan kepala bertugas menghidupkan, melindungi, menggerakkan dan
mengatur. Tapi hendaknya diperhatikan bahwa hakekat sebagai kepala seperti
Kristus menjadi kepala jemaat. Dengan demikian tolak ukur adalah kepemimpinan
Kristus. Kepala menyelamatkan, melindungi, mengasihi, melayani tubuh. Menjadi
kepala berarti suami harus mengasihi istri anak dan keluarga.
Keluarga Kristen tidak hanya membawa anak beragama, sekolah dan hidup yang
baik, namun tiap anak harus didoakan/dibimbing untuk bertobat dan mengenal
Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh. Disiplin ditanamkan mulai sejak anak kecil.
Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi janganlah engkau menginginkan
kematiannya (Ams 19:18).
xv
“Hormatilah ayahmu dan ibumu sehingga Anda mungkin memiliki umur panjang di
tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Keluaran 20:12).
Anak-anak harus menaati orang tua mereka. “Anak-anak, taatilah orang tuamu di
dalam Tuhan, karena ini adalah benar” (Efesus 6:1). “Anak-anak, taatilah orang tuamu
dalam
segala hal, karena ini menyenangkan di dalam Tuhan” (Kolose 3:20).
“Dengar, anak saya, untuk instruksi ayahmu dan jangan menolah ajaran ibumu”
(Amsal
1:8)
Anak merupakan berkat khusus yang Tuhan percayakan kepada sebuah keluarga.
Mengutip apa yang disampaikan oleh Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th dalam Artikel
berjudul Integritas (Majalah TAHETA edisi Oktober 2010, hal 6-7), di mana disebutkan
bahwa Dr. Tim La Haye dalam bukunya yang berjudul You and Your Family, memberikan
diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes,
seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan
Edwards, seorang pendeta yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Jonathan
Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup
yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat
1.026 keturunan: 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100
xvi
orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang
pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat
pemerintah, dan 1 orang wakil presiden Amerika.
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai
dari generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya yang
menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang banyak mempengaruhi pembentukan
watak, iman, dan
tata nilai seseorang adalah keluarga asal (the family of origin). Dengan kata lain,
keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan berbagai dinamika dan
kondisi apapun.
Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, Paul Meier seorang
psikiater Kristen Amerika mengusulkan lima aspek yang harus terus bertumbuh dalam
kehidupan sebuah keluarga, yaitu:
Pertama, kasih di antara suami istri dan di antara orang tua terhadap anak harus terus
meningkat (1 Korintus 13:4-7). Apakah kasih itu? Menurut Meier, kasih mencakup
komitmen, perhatian, perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan.
Kasih yang seharusnya berlanjut dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan
secara fisik. Kasih itu harus diungkapkan dalam perbuatan nyata, saling berkomunikasi
dan berelasi. Kasih itu juga diaktualisasikan ketika menghadapi masalah, memikiul tugas
dan tanggung jawab hidup. Ketiadaan kasih diantara orang tua dapat dirasakan oleh
anak, akibat selanjutnya adalah menggangu pertumbuhan watak mereka.
Kedua, harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang
dinyatakan orang tua bagi anak mereka. Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar
anak pada masa pembentukannya. Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja.
Disiplin sebenarnya berarti pemberitahuan, penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal
kebajikan. Melalui disiplin anak dimampukan mengenali dan memilih serta mewujudkan
pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin orang tua bagi anak-anaknya juga berkaitan
dengan pembentukan iman anak melalui pengajaran, percakapan, komunikasi formal,
dan non formal. Alkitab mengajarkan bahwa orang tualah yang paling bertanggung
jawab mengajari anak-anaknya dalam iman dan moral secara berulang-ulang dengan
xvii
berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan (Baca:
Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).
Ketiga, pentingnya konsistensi yaitu aturan yang dianggap benar, terus menerus
dinyatakan dan diterapkan orang tua. Aturan tersebut tidak boleh hanya penuh
semangat diterapkan satu minggu atau beberapa hari saja kemudian tidak dilaksanakan
lagi, melain terus menerus dan konsisten. Penetapan aturan yang harus diikuti anak
semestinya mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan anak. Perlu dipahami bahwa
cara anak menanggapi aturan berbeda-beda sesuai tingkat usia dan tahap
perkembangan mereka.
Keempat, mendesaknya keteladanan orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam
segi perkataan, sikap, penampilan dan perbuatan (Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21).
Para ahli psikologi dan pendidikan menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan
melihat, mendengar, merasakan dan meniru. Selanjutnya mereka mengolah dalam
pikirannya apa yang didengar dan dilihat, seiring dengan perkembangan kognitifnya.
Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk, ia memandang itu
sebagai yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang telah mengingatkan para
orang tua supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa
anak-anak mereka bertumbuh dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh dari atau
menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).
Kelima, peran suami sebagai kepala rumah tangga harus dilaksanakan. Ini merupakan
ketetapan Allah bagi setiap keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai
dengan kehendak Tuhan, maka istri harus memberi kesempatan dan dukungan agar.
Inilah perannya sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya. Suami yang takut akan
Tuhan dan menjadi pimpinan yang melayani di dalam keluarganya dinyatakan akan
berbahagia; berkat Tuhan akan hadir dan nyata dalam kehidupan istri, anak-anak dan
pekerjaannya. Inilah yang dilakukan oleh Yosua terhadap keluarganya. Ia
mendemonstrasikan peran ini ketika berkata “… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami
akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:12b). Peranan orang tua terutama, seorang
suami untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan berlaku dalam
Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian banyak
peranan suami dalam Alkitab, dua hal yang paling menonjol, yaitu :
xviii
1. Peranan suami sebagai kepala rumah tangga. (Efesus 5:22-29). Sebagai kepala
rumah tangga suami adalah pemimpin keluarga dan pengambil keputusan; pengayom
bagi semua anggota keluarga; pelindung yang melindungi dan bertanggung jawab;
mendidik, menegor dan menasihati. (Efesus 6:4); memberi contoh dan teladan yang
baik bagi keluarga.
2. Peranan suami sebagai imam. Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur
ibadah dalam keluarga; berdoa setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota
keluarganya dan
juga bagi dirinya sendiri.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa karakter, tata nilai, dan cara beriman kita muncul dan
berkembang dari keluarga tempat di mana kita dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu
betapa pentingnya kehidupan keluarga yang baik, yang sesuai dengan prinsip Alkitab (2
Timotius 3:16-17) Syarat ini diperlukan untuk membentuk generasi yang berkarakter mulia
sesuai dengan kehendak Allah.
xix
BAB III
KESIMPULAN
Alkitab berisi rencana Tuhan untuk mencapai kualitas dan kesehatan dalam kehidupan
keluarga. Alkitab adalah sumber pedoman hidup kita. Pelajaran tentang kehidupan ini bisa
kita dapatkan dari Alkitab. Maka membaca Firman Tuhan adalah hal yang sangat penting
sekali. Bukan sekadar formalitas untuk membaca saja, namun percayalah kita akan
mendapatkan suatu hikmat dan pembelajaran yang baru untuk kehidupan di bidang
apapun dari membaca Alkitab.
DAFTAR PUSTAKA
xx