Anda di halaman 1dari 26

PERSONAL ASSIGMENT

KEHIDUPAN BERAGAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA

Name:Elperinda Silaen
Npm:201210005

ENGLISH LITERATURE DEPARTMENT


FACULTY OF SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES
PUTERA BATAM UNIVERSITY
2021

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya, penulis
akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Penerapan Kehidupan Beragama di Lingkungan Keluarga.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan


yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat
dari orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh
karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima teman-
teman yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu segala kritikan
dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.

Semoga Makalah Penerapan Kehidupan Beragama di Lingkungan


Keluarga ini bermanfaaat untuk kita semua,

Batam, 16 Juli 2021

Elperinda Silaen
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1

A. LANDASAN TEORI .............................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................2

A. Keluarga Ilahi Apakah di Negara Asal.................................2


B. Hubungan Suami-Istri..........................................................4
C. Hubungan Istri Kepada Suami.............................................4
D. Hubungan orang tua untuk anak-anak mereka ..................5
E. Hubungan anak-anak kepada orang tua mereka ...............6

BAB III PENUTUP .............................................................................17

A. Kesimpulan .......................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

Kehidupan keluarga saat ini berada di bawah pengepungan. Keluarga


dilanda oleh perceraian,krisis dalam peran, ketidakhadiran orang tua, rincian
dari otoritas, keasyikan dengan hal-hal,waktu yang tidak memadai bersama-
sama, tekanan keuangan, dan sejumlah masalah lain.Alkitab mengajarkan
bahwa institusi keluarga adalah asal dan tujuan ilahi. Alkitab juga
memberikan panduan untuk hubungan baik dalam keluarga.

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis akan menuangkan data-data teoritis yang


berhubungan dengan pokok-pokok penelitian. Dalam bab ini akan dibahas
mengenai keluarga ilahi apakah di negara asal,hubungan suami istri menurut
agama,hubungan orang tua untuk anak-anaknya,kasih agape di lingkungan
keluarga,hidup dalam suasana kehadiran kristus di lingkungan
keluarga,pembentukan ke pribadian anak menurut agama,dan akan
membahas bagaimana membuat suatu keluarga hidup dalam ajaran agama
masing-masing serta memupuk kehidupan beragama yang rukun di
lingkungan keluarga.

Masalah Pendidikan Agama Kristen sebagai upaya pembinaan warga jemaat


akhir-akhir ini banyak digalakkan dan dihidupkan ulang di kalangan umat
kristiani. Hal ini nampak dari bermacam-macam kegiatan yang mewarnai
denyut jantung kehidupan di berbagai gereja maupun persekutuan-
persekutuan, di mana semuanya mengarah pada satu tujuan yang sama,
yaitu pembinaan warga jemaat dan membuat suatu jalinan umat bergama
yang baik di tengah-tengah lingkungan keluarga.

BAB II

PEMBAHASAN

Sebuah komitmen dengan ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip


memberikan harapan terbaik hari ini untuk pemulihan kehidupan keluarga.

A. Keluarga Ilahi Apakah di Negara Asal

1. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri.

"Kemudian Allah berkata, 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar


Kita, menurut rupa Kita" .Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya; Dia menciptakan dia dalam gambar Allah, Dia menciptakan
mereka laki-laki dan perempuan "(Kejadian 1:26 -27).Lalu Tuhan Allah
membentuk manusia dari debu tanah, dan meniupkan kedalam lubang
hidungnya napas kehidupan, dan manusia menjadi makhluk yang
hidup"(Kejadian 2:7).

2. Tuhan menciptakan manusia sehingga kebutuhan dan menemukan


kepuasandalam persahabatan manusia.

"Tuhan berkata," Tidak baik, kalau manusia seorang diri saja, aku akan
membuatnya cocok penolong baginya '"(Kejadian 2:18).3.
3. Allah memulai unit keluarga pertama.

Jadi TUHAN Allah membuat manusia itu tidur mendalam untuk datang
keorang itu, dan ia tidur. Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya dan
menutup daging di tempat itu. Lalu TUHAN Allah membuat Dia rusuk yang
diambil dari pria menjadi wanita dan membawanya ke manusia
"(Kejadian2:21-22).

1.1. Keluarga Ilahi Apakah di Tujuan.Allah menciptakan keluarga, dan Dia


memiliki tujuan ilahi untuk itu. Setelah tujuan- Nya untuk pernikahan dan
kehidupan keluarga memberi kita kesempatan terbaik untuk pemenuhan
keluarga.4.

4. Persahabatan adalah tujuan dasar Allah untuk pernikahan dan kehidupan


keluarga. Seks adalah Allah ditahbiskan cara mengatasi kesepian penting
dari eksistensi manusia."Lalu TUHAN Allah berkata," Tidak baik manusia itu
seorang diri saja. Aku akan membuat penolong yang seperti dia '"(Kejadian
2:18).

"Inilah sebabnya mengapa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan


ibunyadan obligasi dengan istrinya, dan mereka menjadi satu daging"
(Kejadian2:24)."'Tidakkah kamu baca," Dia [Yesus] menjawab,' bahwa Dia
yang menciptakan mereka pada awalnya membuat mereka laki-laki dan
perempuan, dan Dia juga mengatakan : Untuk alasan ini seorang pria akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bergabung dengan istrinya, dan dua
akan menjadi satu daging,Jadi mereka bukan lagi dua, melainkan satu
daging. Oleh karena itu apa yang Allah telah bergabung bersama-sama,
manusia tidak harus memisahkan'"(Matius 19:4-6).

5. Prokreasi merupakan tujuan dasar dari Tuhan untuk keluarga.


"Allah memberkati mereka, dan Allah berkata kepada mereka," Jadilah
berbuah, berkembang biak, memenuhi bumi ... "(Kejadian 1:28)."Anak-anak
memang warisan dari Tuhan, anak-anak, hadiah ... Seperti anak panah di
tangan pahlawan, demikianlah anak-anak ... Happy adalah orang yang
telah memenuhi bergetar dengan mereka" (Mazmur 127:3-5).6.

6. Pemeliharaan masih satu tujuan dasar dari Tuhan untuk keluarga.

"Sekarang jika orang tidak memeliharakan sanak sendiri, dan terutama untuk
rumah tangga, dia telah murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak
beriman" (1 Timotius 5:8).

"Dia juga berkata kepada mereka, 'Anda benar-benar membatalkan


perintahAllah untuk menjaga tradisi Anda! Karena Musa telah berkata:
Hormatilah ayahmu dan ibumu, dan, Barangsiapa mengutuki ayahnya atau
ibunya harus dihukum mati. Tetapi kamu berkata, "Jika seorang pria
mengatakan kepada ayah atau ibunya : Apapun menguntungkan Anda
mungkin telah menerima dari saya adalah Corban" '(yaitu, hadiah
[berkomitmen untuk kuil]),' Anda tidak lagi membiarkan dia melakukan
apapun untuk nya ayah atau ibu. Anda mencabut firman Tuhan dengan
tradisi Anda bahwa Anda telah diturunkan.Dan Anda melakukan banyak hal
lain yang serupa "(Markus 7:9-13) '.

1.2. Alkitab Berisi Prinsip Ilahi untuk Hubungan Keluarga Baik.Tujuan Tuhan
bagi keluarga telah ditantang, tetapi mereka belum berubah. DalamAlkitab,
Tuhan memberikan prinsip-prinsip dan kekuatan dengan mana tujuan-
Nyauntuk keluarga bisa terpenuhi.

B. Hubungan Suami-Istri

7. Panggilan Alkitab untuk hubungan pernikahan akan ditandai


dengan penyerahan bersama dan sukarela dalam saling menghormati dan
kepercayaan."... Mengirimkan satu sama lain dalam takut akan Kristus"
(Efesus 5:21).8.

8. Alkitab menyebut untuk pemenuhan timbal balik dalam hubungan


seksualdalam hubungan pernikahan.

"Seorang suami harus memenuhi kewajiban perkawinannya kepada


istrinya,dan juga seorang istri kepada suaminya. Seorang istri tidak memiliki
otoritasatas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya tidak. Sama, suami tidak
memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya tidak "(1 Korintus 7:3-
4).9.

9.Alkitab panggilan untuk kesetiaan timbal balik dalam hubungan


monogami."Pernikahan harus dihormati oleh semua, dan ranjang pernikahan
tetap bersih,karena Allah akan menghakimi orang tidak bermoral dan
pezinah" (Ibrani13:4)."Jangan berzinah" (Keluaran 20:14).10.

C. Hubungan Istri Kepada Suami.

a. Dia adalah mencintainya

"Wanita yang lebih tua adalah untuk mendorong wanita muda untuk
mengasihi suami mereka sehingga pesan Tuhan tidak akan difitnah" (Titus
2:03 - 5).

b. Dia harus responsif terhadap kepemimpinannya

"Istri,tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah


kepala istri seperti juga Kristus adalah kepala gereja. Dia adalah Juruselamat
tubuh. Sekarang sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, sehingga istri-
istri harus [menyerahkan] kepada suami dalam segala sesuatu "(Efesus 5:22-
24)."Istri, dengan cara yang sama, mengajukan diri untuk suami Andasendiri
sehingga, bahkan jika beberapa tidak mematuhi [Kristen] pesan, mereka
mungkin dimenangkan tanpa pesan dengan cara hidup istri-istri mereka,
ketika mereka mengamati murni Anda, kehidupan hormat "(1 Petrus 3:1-2).
Allah memerintahkan bahwa istri-apakah menikah dengan orang percaya
atau non-percaya-harus berusaha untuk menghormati kepemimpinan suami
mereka. Bagian ini menunjukkan bahwa hidup yang patut diteladani istri
'dapat menyebabkan suami mereka yang tidak percaya untuk datang
mengenal Kristus secara pribadi. Sebuah hidup yang dipenuhi Roh dapat
menghukum dan juga menyediakan sebuah platform untuk berbagi Injil.
Bagian ini, bagaimanapun, tidak menunjukkan bahwa istri harus mematuhi
suaminya ketika tindakan seperti itu akan membatalkan atau kompromi
kesaksian Kristen nya.

c. Dia menghormatinya.

"Istri adalah menghormati suaminya" (Efesus 5:33).Hubungan suami untuk


istri..

Dia adalah untuk mencintainya

"Hai suami, kasihilah istrimu, sama seperti juga Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri baginya Dalam cara yang sama, suami
harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri ... masing-masing
dari Anda adalah untuk mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri ..." (Efesus
5:25, 28, 33).

a. Ia harus berkomitmen untuk itu.

"Untuk alasan ini seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunyadan
bersatu dengan istrinya, dan dua akan menjadi satu daging"(Efesus 5:31). b.

b. Ia menjadi perhatian dari dirinya.


"Suami, dengan cara yang sama, hidup dengan istri Anda dengan
pemahaman sifat lemah mereka belum menunjukkan mereka menghormati
sebagai co-pewaris dari kasih karunia kehidupan,sehingga doa-doa Anda
tidak akan terhalang" (1 Petrus 3:7).

D. Hubungan orang tua untuk anak-anak mereka

1. Orangtua bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak mereka

"Kata-kata bahwa saya memberi Anda saat ini berada di hati Anda.
Ulangimereka untuk anak-anak Anda. Bicara tentang mereka ketika Anda
duduk dirumah Anda dan ketika Anda berjalan di sepanjang jalan, ketika
Anda berbaring dan saat Anda bangun "(Ulangan 6:6-7).

2. Orang tua harus melatih anak-anak.

"Mengajarkan seorang pemuda tentang cara ia harus pergi, bahkan ketika


iasudah tua ia tidak akan menyimpang dari itu" (Amsal 22:6).

3. Anak-anak membutuhkan disiplin yang penuh kasih.

"Dan ayah, jangan membangkitkan amarah pada anak-anak Anda,


tetapididiklah mereka dalam pelatihan dan pengajaran Tuhan" (Efesus 6:4).

4. Anak-anak membutuhkan contoh yang layak.

"... Jelas mengingat iman yang tulus Anda yang pertama hidup di dalam
nenekmu Lois, maka di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin ada di
dalam kamu juga" (2 Timotius 1:5).

"Uzia ... melakukan apa yang benar di mata Tuhan sebagai Amazia,
ayahnyatelah dilakukan" (2 Tawarikh 26:3-4).

E. Hubungan anak-anak kepada orang tua mereka

1. Anak-anak untuk menghormati orangtua mereka.


"Hormatilah ayahmu dan ibumu sehingga Anda mungkin memiliki umur yang
panjang di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu"
(Keluaran20:12).

Anak-anak harus menaati orang tua mereka."Anak-anak, taatilah orang


tuamu di dalam Tuhan, karena ini adalah benar"(Efesus 6:1)."Anak-anak,
taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena ini menyenangkan di dalam
Tuhan" (Kolose 3:20).

2. Anak-anak belajar dari orangtua mereka.

"Dengar, anak saya, untuk instruksi ayahmu, dan jangan menolak ajaran
ibumu" (Amsal 1:8).

3. Anak-anak untuk menyediakan bagi orang tua yang membutuhkan


mereka.

"Tetapi jika ada janda memiliki anak atau cucu, mereka harus belajar untuk
mempraktekkan agama mereka terhadap keluarga mereka sendiri pertama
dan untuk membayar orang tua mereka, untuk ini menyenangkan Tuhan"
(1Timotius 5:4).

Anak merupakan berkat khusus yang Tuhan percayakan kepada sebuah


keluarga.Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam hubungan
antara orang tua dan anak.

a. Kasih yang merata

Setiap manusia merupakan gambar Allah, dan mempunyai kekayaan


kepribadian tersendiri.Hal itu menjadi tantangan untuk pendidikan anak-anak
agar orang tua menggali, menghargai,dan mengembangkan setiap bakat
anak. Banyak anak mengalami frustrasi dalam perkembangannya karena
diberi cap tertentu oleh orang tuanya. Mereka terus dibandingkandengan
kakak atau adiknya, sehingga harga diri tertekan. Tekanan itu dapat
membentuk jiwa pemberontak.
Akibat kasih yang tidak merata dan tidak adanya kesatuan antara kedua
orang tua makaakibatnya akan dipanen pada masa mendatang (contoh Ishak
dan Ribka) Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak memandang bulu, dan
para tuan dan para hamba diperingatkan bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan
yang tidak memandang muka´ (Roma2:11; Efesus 6:9). Dengan demikian
setiap orang tua Kristen harus mengasihi anak-anaknya tanpa Pilih kasih.

b. Menerima kehadiran anak dengan sukacita

Suami dan istri harus menerima kehadiran anak dengan rasa sukacita, hal
tersebut menjadi titik tolak yang menentukan dalam pendidikan orang tua
terhadap anak dan juga menentukan dalam perkembangan anak itu sendiri
(contoh Yusuf).Banyak anak mengalami komplikasi jiwa, bilamana mereka
makin lama makin menyadari bahwa kehadiran mereka sebenarnya tidak
diinginkan oleh orang tuanya. Mereka haus akan kasih dan mencari
kompensasi kasih di luar rumahnya.

c. Mendidik anak secara bersama

Mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah. Orang tua dituntut dalam
seluruhkepribadiannya, bahkan keadaan rohaninya diuji. Anak-anak
membutuhkan waktu dan perhatian kedua orang tuanya. Para ayah tidak
boleh menyerahkan masalah pendidikan kepada para ibu saja, demikian
sebaliknya. Mereka harus bertanggung jawab atas keadaan anak-anaknya.
Mereka harus bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan
pendidikan anak-anak. (contoh Yusuf dan Maria)

d. Menjaga Komunikasi

Tantangan yang dihadapi oleh orang tua dalam pendidikan anak, khususnya
anak yang memasuki masa remaja adalah jurang komunikasi (contoh Yusuf
dan Maria). Memang wajarlah anak-anak remaja dalam pergumulan
pertumbuhan jiwa dan tubuhnya mengalami fase di mana mereka berkata,
orang tuaku tidak mengerti aku, bahkan aku tidak mengerti diriku
sendiri.Sebab itu sangat perlu bagi orang tua menjembatani jurang itu. Orang
tua harus terjun dalam minat dan alam pikiran mereka, mengambil
kesempatan bercakap-cakap bila kesempatan itu muncul, menghargai dan
menampung pikiran dan pandangan mereka,meskipun kurang baik dalam
pengertian kita, dan terutama mengajak mereka secara informal membaca
Alkitab dan berdoa. Orang tua harus menyadari bahwa di balik segala
penolakan terhadap perkara-perkara rohani, hiduplah jiwa anak yang kosong
dan kacau, yang sebenarnya sangat merindukan Tuhan.

e. Bagaimana jika orang tua bekerja?

Orang tua harus berdoa bersama dan bertanya kepada Tuhan dengan
membentangkan situasi keluarga di hadapan Tuhan, apakah Tuhan
menghendaki mereka berdua bekerja atau salah satu saja yang bekerja,
mereka akan mendapat dari Tuhan sejahtera untuk hal itu. Prinsipnya anak-
anak harus tetap diperhatikan. Dan orang tua harus tetap dalam kesadaran
bahwa menikah adalah suatu panggilan dan tanggung jawab di hadapan
Tuhan yang tidak boleh dilalaikan atau digampangkan.

KEUNIKAN PERAN ORANG TUA DI DALAM PENDIDIKAN KRISTEN

Dari Ulangan 6: 4-9

Kita mendapatkan secara jelas. perintah Allah pada orang tua untuk mendidik
dan mengajarkan pada anak mereka prinsip-prinsip hidup beriman. Dalam
keadaan yang wajar, tidak ada orang lain yang mempunyai keintiman
hubungan dengan seorang anak seperti orang tuanya. Juga tidak ada orang
lain yang mempunyai banyak kesempatan dan waktu untuk berhubungan
dengan anak seperti orang tuanya. Kedua hal ini menyebabkan peranan unik
orang tua dalam pendidikan Kristen di keluarga.Karena adanya keunikan
seperti ini, maka perintah Allah untuk "mengajar berulang-
ulang",membicarakan firman Allah "apabila duduk di rumahmu, apabila
berbaring dan apabila engkau bangun", dapat dilakukan.
Guru pendidikan umum (misalnya S.D.), yang bertemu 5 jam sehari dengan
seorang anak, tidak mempunyai kesempatan untuk mempengaruhi anak itu
sebanyak orang tuanya, apalagi guru Sekolah Minggunya (hanya sejam atau
dua jam seminggu).

Pengaruh iman Kristen ini bukan saja diberikan dalam bentuk kata-kata,
nasihat atauwejangan. Di samping melalui mulut, orang tua juga harus
mengajarkan firman Allah melalui tingkah laku, sikap hidup, nilai-nilai dan
cara berpikirnya (yang dikiaskan dengan "tanda pada tanganmu" dan
"lambang di dahimu"). Rumah (dan bahkan kalau mungkin kota/negara) kita
haruslah disaturasi (saturated) dengan Firman Allah itu.

PEMBENTUKAN KEPERIBADIAN ANAK

Dalam keadaan wajar (misalnya anak bukan yatim piatu, anak tidak
dipelihara kakek nenek atau di"serahkan" pada pembantu rumah tangga),
orang tua merupakan orang yang paling penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Pembentukan dan penularan kepribadian terjadi
pada seorang terutama pada masa mudanya. Yang dimaksudkan masa
muda di sini bukan saja pada masa kanak-kanak, tetapi juga pada waktu
seorang masih balita, bayi, bahkan pada waktu ia masih janin di dalam
kandungan.

Beberapa minggu sebelum seorang dilahirkan pun proses pembentukan


kepribadiannya sudah dimulai. Obat-obatan yang dimakan si ibu; rokok yang
dihisapnya, dan keadaan emosinya,akan mempengaruhi kepribadian
anaknya meskipun ia masih janin (ibu yang perokok berat,ibu yang pemarah
dan suka berteriak-teriak pada bulan-bulan akhir kandungannya – misalnya
karena suaminya menyeleweng pada waktu itu - akan memberikan pengaruh
yang negatif pada kepribadian anaknya). Jadi terdapat pengaruh psikis di
samping tentunya pengaruh fisik.

Setelah anak itu lahir dan mulai dibesarkan, sikap, tingkah laku dan pendapat
orang tuanya padanya membentuk kepribadian dasarnya. Untuk ini kita
sangat diingatkan pada Amsal22:6. Gereja Roma Katolik sadar akan
pentingnya pendidikan pada masa muda ini hingga mereka
menginvestasikan banyak dana dan usaha dalam pendidikan anak. Psikologi
jugasadar akan masa kritis pembentukan kepribadian seorang sebelum ia
mencapai umur kira-kiradelapan tahun. Bila setelah meninggalkan masa
kanak-kanak seorang berkepribadian tidak sehat, sangat sukar
mengubahnya menjadi berkepribadian sehat kelak.

Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam pembentukan


kepribadian sehat.

A. Agape sebagai dasar

Dalam mendidik anak, kita mencontoh Kristus yang mengubahkan


dan mendewasakan kepribadian kita. Kasih Allah (Agape) yang tanpa syarat
(lihat Unconditional Love ini dalamRoma 5:6, 8, 10) seperti diperintahkan
dalam Yoh. 13:34 menjadi dasar perlakuan kita pada anak kita. Dalam
hubungan kita dengan anak kita, kita juga ingat dan berusaha terus
menerapkan definisi Agape - "menghendaki, merencanakan, dan melakukan
yang baik bagikekasih kita (dalam hal ini anak kita).

"Kasih Agape inilah yang dapat menyebabkan basic trust (rasa aman dasar)
tumbuh dengan subur dalam diri anak kita. Agape yang menumbuhkan basic
trust ini mengharuskan kitahangat pada anak kita, banyak menjamah dan
memeluknya pada masa kanak-kanaknya,memperhatikannya, serta selalu
menghargai dan respek terhadap ciptaan dan peta Allah ini.Tanpa adanya
dan berkembangnya basic trust yang memadai pada masa pembentukan
kepribadiannya, seorang akan mengalami banyak problema dalam hidupnya.
Kepribadiannya akan menjadi parah.

Seorang anak balita yang selalu dipukul, dimaki-maki, diacuhkan, dan dihina,
tidak akan mempunyai basic trust yang memadai. Ia tidak akan "kerasan"
hidup dalam dunia ini, ia akan memusuhi dan memandang manusia lainnya
dengan curiga atau takut, ia akan "melukai"orang lain agar tidak "dilukai"
lebih dulu, ia akan merasa tidak berharga (dengan segalamacam problema
yang mengikuti "minder" ini) dan menjadi musuh bagi dirinya sendiri, iaakan
mempunyai kecemasan yang tinggi, ia tidak tahan dan takut pada stress
yang wajar hingga tidak dapat sungguh-sungguh hidup efektif dan
berprestasi. Bila ini terjadi padaseorang, hanyalah Kristus yang dapat
memperbaiki hidup dan kepribadiannya.

B. Disiplin dan Tanggung Jawab

Seorang harus hidup berdisiplin dan bertanggung jawab agar


berbahagia. Disiplin ini paling mudah ditanamkan dan melekat pada masa
kanak-kanak. Dalam menanamkan disiplin dan tanggung jawab pada anak,
kita ingat bahwa Alkitab mengajarkan dan memerintahkan kita untuk juga
menggunakan hajaran (bukan ajaran saja) bila seorang kanak-kanak
memerlukannya (Amsal 13:24; 22:15; 23:13, 14; 29:15; Ibrani 12:5-10).
Banyak ahli pendidik tidak menyetujui sama sekali penggunaan pukulan,
tetapi kehendak Allah jelas dalam hal ini. Tentunya kita harus bijaksana
dalam menggunakan hajaran (misalnya, tidak bila anak kita "nakal" kreatif
tetapi bila ia nakal memberontak dan pemalas).

Ada juga batasan ketika menggunakan hajaran untuk mendidik. Kasih agape
secara mutlak harus tetap ada dan aktif; misalnya tidak menghajar sebagai
pelampiasan emosi karena kita sedang frustrasi atau marah. Kita tidak boleh
menginginkan kecelakaan dan "kerusakan" anak kita itu (Amsal 19:18) tetapi
selalu menghendaki dan bertindak demi kebaikan anak kita itu(lihat definisi
agape di atas).

Dalam menghukum anak kita, yang kita benci dan serang adalah tindakan
dan sikapnya yang berdosa, bukan anak kita itu (kits tidak berkata: "Anak,
brengsek, pendusta; mati saja kau!"tetapi "Papa tidak senang Andi
berbohong seperti itu.") Sama seperti Allah membenci dosakita tetapi
mengasihi kita orang berdosa, kita tetap mengasihi anak kita apapun sikap
dan. perbuatan dosanya. Segera setelah kita menghukumnya, kita
memeluknya. Kita selalu menerimanya penuh dan tanpa syarat. Agape ini
akan menghindarkan sakit hati dalam diri anak pada waktu kita
menghajarnya (Kolose 3:21; Efesus 6:4).

Tanpa hajaran dalam agape pada masa kanak-kanak, seorang tidak akan
"yakin" bahwanyontek - dan kelak korupsi - tidak boleh dilakukan, bahwa
menghadapi lampu merah iaharus berhenti, bahwa PR harus dikerjakan,
bahwa hutang harus dibayar, dan bahwa meja atasan tidak boleh di gebrak
balik. Hati nuraninya juga tidak akan terbentuk secara peka danlengkap.

HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN KRISTUS

Kepribadian orang tua ditularkan pada anak melalui penyerapan lebih


daripada melalui kata-kata. Seorang anak menyerap nilai, sikap dan
pandangan orang tuanya dan menjadikannya miliknya. Sering penularan ini
terjadi tanpa disadari orang tuanya karena banyak aspek kepribadian orang
tua dipancarkan tanpa mereka sadari. Kalau mereka tidak jujur, sifat
pembohong ini akan diserap anak mereka; mereka tidak perlu berkata,
"Jadilah seorang pembohong.
"Karena hal itulah, sebagai orang tua kita sendiri harus mempunyai
kepribadian yang sehatdan dewasa. Perubahan kepribadian kita untuk
menjadi dewasa seperti Kristus juga kita peroleh dengan "menyerap" sifat-
sifat Kristus waktu kita bersekutu dengan-Nya. Persekutuan ini terjadi baik di
gereja bila kita berbakti, waktu kita berdoa, membaca Alkitab dan bersaat
teduh, tetapi juga - dan yang terutama - dalam hidup sehari-hari kita.

Entah kita merasakan hadirat-Nya atau tidak, kehadiran Kristus dalam hidup
kita adalah suatufakta (Matius 1:23; 28:20). Suatu pertanyaan penting yang
akan mengubah kepribadian dan sikap kita sehari-hari ialah : Apakah kita
memperlakukan Kristus serta bertindak, bersikap, berbicara dan berpikir
dengan kesadaran (awareness) bahwa Ia, Yang Mahakudus, ada disamping
kita setiap saat; ataukah kita menganggap-Nya sebagai angin saja, dan
mengacuhkanNya. Hidup dengan kesadaran kuat bahwa Kristus berdiri di
camping kita tiapsaat ini saga sebut HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN
KRISTUS.

Jikalau kita menerapkan secara konsisten dan terus menerus Hidup Dalam
Suasana Kehadiran Kristus, keadaan ini akan mendarah daging dan menjadi
bagian dari kepribadiankita. Kita sendiri akan diubahkan menjadi seperti
Kristus (Roma 8:29; Filipi 2:5; Efesus4:13). Sama seperti rasul Paulus
kemudian kita berkata pada anak kita "Jadilah pengikutkusama seperti aku
juga menjadi pengikut Kristus" (I Kor. 11: 1)

Di samping melalui pengajaran "formal" (di Sekolah Minggu, pada waktu kita
bersaat teduh dengannya dan waktu menceritakan cerita-cerita Alkitab
padanya), anak kita makin harimakin dibentuk kepribadiannya menjadi
seperti Kristus melalui penyerapan juga. Anak kitamenyerapnya dari kita
sementara kita menyerapnya dari Kristus. Anak kita perlu
merasakankehadiran Kristus di mana-mana dalam hidupnya sehari-hari
melalui orang tuanya.

Dalam memperkenalkan siapa Kristus itu kepada anak kita, dengan sangat
efektif kita dapat mengajarkan sifat-sifat Allah, nilai-nilai Kristus, sikap,
perasaan dan pandangan-Nya, serta respons kita seharusnya pada-Nya, bila
kita Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus.

a. Kemahahadiran Allah kita ajarkan pada anak kita bila kita sering berbicara
dengan Allahdi segala tempat (bukan hanya dalam doa yang disertai tekuk
lutut dan kata-kata indah, tetapi dalam segala situasi dan posisi dengan kata-
kata sederhana. Kita berbicara dengan Allahseperti kita berbicara dengan
isteri yang berdiri di samping kita.)

b. Kemahakuasaan Allah serta Allah sebagai sumber pertolongan kita


ajarkan bila kitamembiasakan diri sering memohon pertolongan Allah seperti
kita minta tolong suami kitamelakukan sesuatu.

c. Hati yang bersyukur akan menjadi bagian dalam hidup anak kita bila ia
tahu sehari-harinya kita sering berterima kasih pada Kristus. Sekali lagi yang
saya maksudkan bukan sajawaktu kita berdoa dengan bertekuk lutut dan
melipat tangan, tetapi dalam suasana biasa kita berkata: "Terima kasih,
Yesus." Bukankah kita juga mengajar anak-anak kita untuk berterimakasih
bila diberi sesuatu.

d. Kepasrahan pada Allah kita ajarkan pada anak kita dengan sikap iman dan
keteguhan(bukan kecemasan dan ketakutan) pada masa krisis dan kritis.

e. Kepekaan terhadap kebenaran kita tularkan pada anak kita jika kita sendiri
sangat sensitif terhadap dusta dan bohong, menghindari segala macam
dusta (termasuk dusta-dusta kecilatau dosa-dosa putih). Dalam hal ini
tentunya perlu diterapkan terus "kebenaran di dalamkasih" (Ef. 4:15), agar
kita tidak menularkan ke"parisi"an kepada anak kita.
Dalam buku terkenal "In His Steps," penduduk suatu tempat, bertekad untuk
selalu bertindak seperti Kristus. Mereka selalu bertanya "Apa yang akan
dilakukan Kristus bila Ia ada ditempatku?" apabila harus bertindak atau
memutuskan sesuatu. Hidup dalam suasanakehadiran Kristus ini lebih dari
hanya menanyakan pertanyaan itu. Kita bukan saja bertindak seperti Kristus
tetapi juga merasakan pengharapan, iman, damai Kristus (yang
menyebabkanNya dapat tidur lelap di buritan perahu di tengah badai) karena
sadar (aware) akan kehadiran Kristus di sisi kita. Lenyaplah ketakutan,
kecemasan, putus asa yang banyak merongrong kepribadian kita. Jadi kita
tidak hanya mengarah pada pembentukan tingkah lakutetapi seluruh
kepribadian (perbuatan, perasaan, sikap, nilai-nilai, pikiran dan iman) diri
dananak kita; dan bila diperlukan perubahan, bukan saja perubahan tingkah
laku tetapi juga perubahan kepribadian.

Di sini letak salah satu perbedaan antara theologi dan psikologi. Psikologi
tidak terlaluoptimis terhadap kemungkinan perubahan kepribadian seorang
(bahkan ada psikolog- psikolog yang berpendapat bahwa setelah kepribadian
terbentuk, tidak akan dapat diubah lagi). Tesis Alkitab justru menyatakan
bahwa di dalam Kristus ada perubahan. Kristuslah yang merubah hidup kita.
Di tiap buku Alkitab diminta dan diperintahkan perubahan kelakuan,
iman,pandangan, sikap. Perubahan total terjadi pada waktu lahir baru dan
setelah itu tiap hari kita harusberubah, bertambah lama bertambah dewasa
seperti Kristus. Tentunya perubahan ini adalah karyadan anugerah Allah
dalam hidup manusia, bukan usaha manusia itu sendiri.

KELUARGA ALTAR

Di samping hidup dalam suasana kehadiran Kristus, perlu ada saat-


saat tertentu kita bersekutu dengan Allah sebagai satu keluarga. Perlu ada
Family Altar.Tujuan utama Family Altar bukan mengajarkan isi Alkitab,
bukannya suatu kebaktian dan penyembahan yang "dalam," bukannya
sebagai suatu keharusan karena yang lain melakukannya, bukan untuk
menenangkan rasa bersalah pada orang tua, bukannya suatu ritusyang harus
tiap hari dilakukan. Secara sederhana, tujuan utama Family Altar ialah
persekutuan keluarga dengan Kristus. Pengetahuan Alkitab yang bertambah,
dan kadang-kadang adanya penyembahan yang dalam, adalah hasil
sampingan.

Suatu syarat penting demi berhasilnya Family Altar ialah adanya suasana
yang rileks, hangatdan menyenangkan. Kita tidak perlu secara ketat
mengikuti suatu program saat teduh yangsering menyebabkan ketegangan
dan kekakuan. Family Altar sebaiknya merupakan saat yang menyenangkan
bagi tiap anggota keluarga hingga tidak akan menyebabkan suatu
beban.Format Family Altar harus fleksibel, tidak boleh kaku. Perubahan
harus dapat terjadi disesuaikan dengan perubahan jadwal, usia, interest
anggota keluarga.

Perlu juga diusahakan agar waktu untuk Family Altar tidak terdesak oleh
kesibukan-kesibukan lain. Ada keluarga yang senang berkumpul bersama
setiap pagi setelahmembersihkan diri, ada yang pada waktu makan pagi atau
malam, ada yang sore hari ataupunsebelum tidur.

Ada tiga unsur utama dalam Family Altar. Unsur-unsur ini bukan suatu yang
mutlak harusada pada tiap Family Altar tetapi hanya sebagai patokan:

(1) Ajaran.

Di sini dapat dipakai cerita Alkitab bagi kanak-kanak, buku penuntun saat
teduh, buku-buku rohani lainnya, ataupun langsung dari Alkitab. Tentang
sulitnya bahan atau materiyang dipakai tentunya harus disesuaikan dengan
keadaan anak.

(2) Pujian
Satu atau dua lagu dapat dinyanyikan pada waktu Family Altar.

(3) Doa

Dalam doa, dinaikkan ucapan syukur keluarga, syafaat keluarga dan


permohonan bagi orang lain. Tambah dewasa anak kita, doa yang dinaikkan
lebih bersifat komunikasi terbuka (tidak doa-doa yang terstruktur saja).
Kejujuran dan ketulusan adalah sangat penting.Anggota keluarga'kita sangat
tahu akan keadaan kita sehari-hari. Kita tidak dapat berpura- pura di hadapan
mereka. Kemunafikan akan menyebabkan mereka segan berpartisipasi
dalamFamily Altar. Bahasa yang digunakan juga tidak perlu muluk-muluk.

Tiap anggota keluarga harus ikut mengambil bagian dalam Family Altar ini,
termasuk yangmasih kanak-kanak. Anak kecil mungkin belum dapat
memimpin doa, tetapi ia dapat memilih nomor lagu. Perlu diusahakan agar
tiap anggota merasa bahwa ia ikut memiliki Family Altar ini.

Pada waktu anak kita masih kecil, fakta dari pelajaran yang dibaca dapat
ditanyakan, setelah mulai dewasa sekali-kali dapat diadakan diskusi
sederhana di mana ia dapat mulaimenyatakan pendapatnya. Pendapat ini
harus dihargai dan tidak boleh diremehkan. Anak tidak boleh ditertawakan
waktu menyatakan pendapatnya, betapa pun sepele rasanya pendapat itu
bagi orang dewasa. Arti dari materi ajaran juga dapat ditanyakan. Evaluasi
dariajaran yang dibaca waktu Family Altar tambah lama tambah dapat
dibahas. Kelak aplikasi juga diminta untuk diterapkan keluarga.

Kita juga mengharapkan adanya pembentukan kepribadian yang sehat


melalui Family Altar tetapi kita harus berhati-hati agar tidak timbul kesan
adanya "pesan sponsor" (etika) yang harus jelas dan harus ada tiap kali.
Tidak boleh ada kesan bahwa Family Altar adalah kesempatan dan alat
orang tua mengkhotbahi anak mereka tiap hari. Persekutuan denganKristus
harus selalu menjadi tujuan utama. Kita puas bila melalui Family Altar tiap
anggota tiap hari, betapapun sedikitnya, datang pada Kristus dalam doa,
pujian dan ucapan syukur.

Dr. Jonathan A. Trisna (D. Min., Philips University; M. Div., Nazarene


TheologicalSeminary; M.A., Bethany Nazarene College; B.A., Oklahoma City
Southwestern College)adalah seorang konselor dan Pendeta Gereja Bethel
Indonesia. Beliau juga mengajar diLembaga Pendidikan Theologia Bethel
Jakarta. Dengan istrinya, Harjanti, beliau mempunyai seorang putra dan
seorang putri.

Buku-buku oleh Dr. Jonathan A. Trisna:

- Pernikahan Kristen suatu usaha dalam Kristus

- Berpacaran dan Memilih Teman Hidup

- Konseling Pra Nikah


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Alkitab berisi rencana Tuhan untuk mencapai kualitas dan kesehatan dalam
kehidupan keluarga. Kristen dibatasi untuk mengambil sangat serius Firman
Allah yang berkaitan Ingin tahu apa yang Alkitab katakan tentang bergaul
dengan orang tua Anda ? Berikut adalah beberapa ayat Alkitab yang
membantu Anda mengetahui lebih banyak tentang apa yang Tuhan harapkan
dari remaja Kristen dan orang tua mereka dan dalam kehidupan beragama di
lingkungan keluarnga.

Keluaran 20:12- ". Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di
tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (NIV)

Keluaran 21:15 - "Siapa pun yang menyerang ayahnya atau ibunya harus
dihukum mati." (NIV)

Amsal 01:08 - "Dengar, anak saya, untuk instruksi ayahmu dan tidak
meninggalkan ajaranibumu." (NIV)

Amsal 10:01 - "The amsal Salomo: Anak yang bijak mendatangkan sukacita
kepadaayahnya, tetapi anak bodoh kesedihan ibunya." (NIV)

Amsal 23:25 - "Semoga ayah dan ibu Anda senang, semoga dia yang
memberi Anda lahir bersukacita!" (NIV)

Amsal 31:26-31 - "Dia berbicara dengan hikmat, dan instruksi yang setia di
lidahnya Diamengawasi urusan rumah tangga dan tidak makan roti
kemalasan anak-anaknya muncul danmemanggil memberkatinya; suaminya
juga, dan dia memuji dia: "Banyak perempuanmelakukan hal-hal mulia, tetapi
Anda melebihi mereka semua."

Mantra adalah menipu, dankeindahan cepat berlalu, tetapi seorang wanita


yang takut akan TUHAN adalah menjadidipuji Berikan hadiah dia telah
mendapatkan gelar, dan biarkan. dia bekerja membawamemuji dia di pintu
gerbang kota ". (NIV)

Mazmur 103:13- "Sebagai seorang ayah memiliki belas kasih pada anak-
anaknya, sehinggaTUHAN menaruh belas kasihan pada orang-orang yang
takut akan Dia;" (NIV)

Amsal 3:11-12 - "Hai anakku, janganlah anggap rendah disiplin TUHAN dan
tidak membenci hardik-Nya, karena TUHAN memberi ajaran kepada yang
dikasihi-Nya, sebagai seorang ayah [a] putra yang nikmat masuk (NIV)

Amsal 23:24 - "Ayah dari orang benar memiliki sukacita yang besar, ia yang
memiliki seorang putra yang bijaksana senang dalam dirinya." (NIV)
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.comwww.google.co.diwww.scribd.com

https://www.google.com/search?
q=makalah+penerapan+kehidupan+beragama+kristen+
+di+lingkungan+keluarga&sxsrf=ALeKk01QloPdQnrdE7JTdNiZl_xCYUVMsQ
:1626580721318&ei=8abzYM7zErGQmgfYq5fgDQ&start=0&sa=N&ved=2ah
UKEwiOsN6w3evxAhUxiOYKHdjVBdw4ChDy0wN6BAgBEDs&biw=1366&bih
=657

https://www.slideshare.net/ParningotanPanggabean/kehidupan-beragama-di-
lingkungan-keluarga

Anda mungkin juga menyukai