KOLOSE 3: 18-25 Masih dalam rangkaian pemaknaan dan perayaan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga dengan tema “Keluarga Baik yang Menyampaikan Kabar Baik”, kali ini kita akan memaknai tema ini melalui sebuah pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Tema Firman Tuhan minggu ini adalah “Mempersiapkan Keluarga Yang Baik”. Perikop bacaan kita ini dituliskan oleh Rasul Paulus setelah ia menjelaskan makna manusia baru. Hal ini menandakan bahwa kehidupan manusia yang baru itu harus diterapkan dimulai dari lingkungan sosial terkecil atau terdekat dalam hidup manusia, yaitu keluarga. Mengapa harus dimulai dari keluarga? Hal ini dikarenakan keluarga adalah lingkungan pembentuk pertama dan berkelanjutan suatu individu sebelum nantinya pembentukan itu dilanjutkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau d bangku SD seingat saya waktu itu d ajarkan oleh guru saya bahwa basis atau lingkungan pendidikan yg pertama dan terutama itu adalah keluarga. Pendidik yg paling bertanggung jawab terhadap perkembangan seorang anak adalah orang tua. Dengan demikian, keluarga merupakan kunci terpenting dalam “mencetak/membentuk” individu-individu terbaik yang akan bermanfaat bagi kehidupan bersama dalam suatu lingkup masyarakat yang lebih luas. Nasihat Rasul Paulus dimulai dengan relasi suami dan istri dalam suatu rumah tangga. Istri diajarkan untuk tunduk kepada suaminya sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Dan suami diajarkan untuk mengasihi dan tidak berlaku kasar kepada istri. Dalam pengajaran ini sebenarnya tidak ada pembedaan dalam hal kedudukan istri maupun suami. Dalam dunia pratiakhi, suami sebagai laki-laki mendapatkan posisi yang paling bertanggung jawab dalam keamanan dan kepemimpinan rumah tangga. Dengan demikian istri diajarkan untuk tunduk pada arahan suami, tapi dengan catatan harus sebagaimana di dalam Tuhan. Catatan ini mengharuskan suami untuk hidup dalam Tuhan dan mengarahkan istrinya sesuai ajaran Tuhan, jadi kalau tidak demikian, maka istri tidak punya kewajiban untuk taat pada suaminya. Suami juga diajarkan untuk mengasihi dan tidak berbuat kasar pada istri karena memang kasih adalah kunci dalam relasi hidup bersama. Pada akhirnya Kristus adalah kunci, dasar dan kepala dalam persekutuan rumah tangga. Semua saling kasih dan saling taat di dalam Kristus. Di masa sekarang KDRT, perceraian, dan perselingkuhan dipertontonkan secara vulgar di banyak media, sehingga hal-hal salah seperti ini seakan-akan menjadi hal yang biasa untuk dilakukan. Di dalam Kristus kita diajarkan untuk tetap menjaga kesucian pernikahan kita, dan dengan cara terhormat dan penuh kasih menyelesaikan masalah-masalah yang datang dalam rumah tangga kita. Sebisa mungkin pasutri Kristen bisa menjadi contoh di tengah masyarakat dalam hidup relasi suami dan istri yang sehat. Nyalakan terus api cinta dalam pernikahan, sehingga semua masalah dapat dihadapi bersama dengan baik sebagai pasangan suami dan istri yang hidup dalam Tuhan. Relasi berikutnya yang menjadi perhatian Rasul Paulus ialah anak dan orang tua. Anak diajarkan untuk taat kepada orang tua, tetap dengan catatan “di dalam Tuhan”. Hal ini tidak hanya mewajibkan anak mengikuti arahan dan didikan orang tuanya, melainkan juga mengharuskan orang tua tetap hidup dalam Tuhan termasuk dalam mengarahkan dan mendidik anak-anaknya. Bapak-bapak yang dalam budaya patriakh saat surat Kolose ini ditulis, mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka dengan tidak semena-mena kepada anak-anak, tujuannya agar anak” tidak menjadi sakit hati dan tawar hati kepada orang tua mereka. Mendidik dan mempersiapkan anak-anak yang sudah Tuhan percayakan adalah tugas penting orang tua (Ulangan 6:4-9; Mazmur 127:3-5; Amsal 1:8; 3:12; 6:20; 13:24; Efesus 6:4 dan ayat-ayat lain). Sebagai orang tua, tentunya kita menginginkan anak-anak kita berhasil dalam iman dan kehidupannya. Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua agar dapat meneruskan iman kita kepada generasi berikutnya?: 1) Mengajarkan Firman Tuhan; 2) Menerapkan disiplin dalam keluarga; 3) Menjadi teladan bagi anak-anak; 4) Memberikan waktu untuk anak-anak Di era kecepatan informasi seperti saat ini, anak-anak dapat dengan mudah menemukan hal-hal yang dapat mempengaruhi pikiran mereka. Orang tua diharuskan dengan aktif dan kreatif melakukan pembatasan dan pengelolaan informasi yang datang kepada anak mereka. Mulai dengan belajar menggunakan gadget yang digunakan oleh anak-anak, dan memberi waktu yang cukup mengajarkan anak-anak tentang kehidupan agar mereka tidak hanya hidup menghadap layar di tangan mereka. (Ilustrasi: mencontoh ap yg d lihat d hp “melompat dari ketinggian menggunakan payung”). (ekspetasi tdk sama dengan realita dlm mendidik anak: “saya tidak akan memberi anak saya hp”). Ajarkan nilai-nilai hidup di dalam Tuhan secara kreatif, bisa dengan bercerita, dan juga meneladankan hal-hal baik yang harus dikerjakan dalam hidup bersama seperti bergotong royong, bersedekah, berolahraga dan lain sebagainya. Anak-anak juga harus taat kepada orang tua, terutama dalam hal-hal yang membangun diri dan karakter kita di dalam Tuhan. Kegagalan kita sebagai anak untuk taat kepada orang tua akan kita tuai nanti di saat kita sudah dewasa. Penyesalan selalu datang belakangan. Taat kepada orang tua dapat menolong kita dalam menghadapi kehidupan yang nyata suatu saat nanti. Karena semua hal yang diajarkan oleh orang tua adalah bentuk usaha orang tua mempersiapkan kita sebaik-baiknya dalam menghadapi tantangan kehidupan ke depan. Orang tua pasti akan mengajarkan hal terbaik yang dulu pernah mereka lakukan selagi muda, ataupun hal terbaik yang mereka lewatkan supaya kita tidak mengulangi kesalahan mereka. Orangtua adalah manusia paling tulus yang hanya menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya di saat manusia lain tidak peduli atau bahkan mau menjatuhkan anaknya. Jd pesan bagi kita sebagai anak: Kasihi, hormati serta taati orang tua kita, terutama selagi masih ada kesempatan. Relasi yang penting berikutnya yang dibahas oleh Rasul Paulus ialah tuan dan hamba. Konteks penulisan surat ini ialah dunia perbudakan. Jadi apakah ini masih relevan d jaman sekarang? Ya, tentu. Bukan perbudakannya, tapi esensi nasihatnya. Kita, di dalam hidup sebagai bagian dari masyarakat yang produktif, kita pasti dalam status bekerja untuk orang lain, dan mungkin juga orang lain bekerja untuk kita. Jika dalam posisi kita bekerja untuk orang lain, bekerjalah dengan sebaik-baiknya. Jangan korup! Lakukan pekerjaan kita dengan tulus, dan dengan sikap takut akan Tuhan. Frasa/kalimat “Takut akan Tuhan” hendaknya bias membuat orang yg bekerja dengannya senantiasa menjadi pribadi yang juga hidup dalam Tuhan. Jangan menahan upah atau hak pekerja. Ingat, kita semua adalah hamba dan Kristus adalah Tuan kita. Jika pekerja dan pemberi upah melakukan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya, maka besarlah manfaat bagi kehidupan bersama, dan setiap orang bisa menerima berkat sekaligus menjadi berkat bagi banyak orang. Jemaat GKSBS Rantau Rasau, siapakah kita dalam kehidupan keluarga dan masyarakat? Suami, istri, anak, orang tua, pekerja atau pemberi upah? Siapapun kita, hiduplah dalam Tuhan, dan kerjakanlah tugas kewajiban kita seperti kita mengabdi kepada Tuhan. Lakukan tugas kewajiban kita dengan tulus agar kita semua menjadi baik dan mampu menyampaikan yang baik kepada banyak orang. Jadilah keluarga GKSBS yang penuh cinta kasih, Takutlah akan Tuhan dan hormati serta kasihilah sesama. Tuhan Yesus memberkati. Amin. Saat teduh Pokok doa syafaat: 1. Berdoa untuk kebaktian dan pelayanan hari ini. 2. Berdoa untuk jemaat: Jemaat-jemaat yang lanjut usia dan jemaat yang mengalami kelemahan tubuh serta kesehatan seluruh jemaat. Anak” Tuhan yang studi kiranya diberkati dengan kesehatan yang baik dan kehidupan iman yang tetap bertumbuh. Kondisi perekonomian jemaat serta pertumbuhan iman dan kerohanian 3. Berdoa untuk Bangsa Indonesia: Para pemimpin bangsa, pejabat pemerintah dan aparat keamanan supaya dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik. Kondisi keamanan serta kerukunan hidup seluruh rakyat Indonesia, supaya rakyat Indonesia bersama-sama menjaga NKRI dan menghargai keberagaman yang ada di Indonesia sehingga terjalin perdamaian dalam masyarakat. Situasi dan kondisi keamanan menjelang Pemilu 2024. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk perkembangan dan kemajuan perekonomian bangsa Indonesia. Rencana/program pemerintah: pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan.