Anda di halaman 1dari 5

Khotbah Minggu, 6 Agustus 2023

Warna Liturgi : Merah


Minggu Biasa XIV HUT XXXVI SINODE GKSBS
HADIR DAN MEMBERI MAKNA
KISAH PARA RASUL 8:26-35
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, hari ini adalah hari besar dan hari paling
dikenang oleh sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS). Ya, hari ini adalah
hari ulang tahun Sinode GKSBS yang ke-36 tahun. Usia 36 tahun adalah usia-usia produktif
bagi manusia, tapi usia 36 tahun adalah usia yang masih terlampau muda bagi sebuah gereja.
Sebab, usia gereja tidak terbatas seperti usia manusia. Gereja masih harus melewati jalan
panjang nan terjal, untuk tetap hadir di tengah arus perubahan dunia ini dari generasi ke lintas
generasi, terkhusus di wilayah Sumatera Bagian Selatan (SUMBAGSEL) ini.
Lalu yang jadi pertanyaan, sudahkah GKSBS bisa hadir dan memberi makna bagi
dirinya sendiri dan bagi yang lain (sang liyan) di SUMBAGSEL ini? Dengan tegas, jawabnya
adalah sudah. Akan tetapi kita harus mengakui dengan lugas juga, bahwa di usia yang ke-36
tahun ini, kadang kala kita sebagai gereja masih bingung tentang apa yang harus dilakukan,
apa lagi ketika diperhadapkan dengan situasi dialog iman di tengah konteks kemajemukan
yang ada diwilayah SUMBAGSEL ini. Meskipun rambu-rambu penunjuk jalan sudah
terpasang dengan baik dalam Alkitab, tata gereja, dan bahkan tertuang dalam pokok-pokok
haluan program sinode GKSBS, tapi terkadang kita masih bingung jalan mana yang harus
ditempuh.
Pada hari besar ini, mari bersama-sama kita belajar dari kesaksian Alkitab, yang
bertemakan “Hadir dan Memberi Makna”. Kita akan belajar seperti Filipus dalam hal
memberitakan kabar baik dengan cara berdialog dengan yang lain (sang liyan).
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, bacaan kita hari ini mengisahkan seorang
Sida-sida dari Etiopia (sebuah Negara di Afrika bagian Timur) yang sedang dalam perjalanan
pulang dari beribadah di Yerusalem. Sida-sida adalah seorang pembesar, kepala
perbendaharaan Sri Kandake. Ada dua hal yang menarik perhatian kita. Pertama, Sida-sida
ini adalah orang yang sangat setia dan taat beribadah. Dia baru saja pulang dari ibadah di
Yerusalem, dan ia juga tidak hanya memiliki kitab Yesaya, tetapi ia juga “sibuk” membaca
kitab tersebut. Namun, tampaknya Sida-sida itu tidak memahami makna kitab yang ia baca
sepanjang perjalanannya, atau bahkan sepanjang hidupnya beragama. (bawa ke kehidupan
sehari”. Bapak/ ibu jemaat bisa merenungkan dalam hati masing”, apakah kita salah satu
dari sida” ini?).
Kedua, kehadiran Filipus yang mencerahkan Sida-sida. Karena Sida-sida itu tidak
mengerti dan memahami apa yang tersurat dalam kitab Yesaya itu, maka Tuhan, melalui
malaikat-Nya memerintahkan Filipus untuk segera menemuinya. Filipus pun segera pergi.
Perjumpaan terjadi dan Filipus bertanya, "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?"
Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing
aku?" (Kis.8:30-31). Sida-sida itu meminta Filipus menjelaskan tentang siapakah orang yang
dimaksud dalam Yesaya 53:7-8. Maka, mulailah Filipus mendialogkan kabar baik itu. Lalu
Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu, ia memberitakan Injil Yesus Kristus kepada Sida-
sida itu. Dampaknya luar biasa, Sida-sida itu semakin percaya bahwa Yesus Kristus adalah
Anak Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Filipus berhasil menjelaskan tentang
“Siapa Yesus” yang ada di dalam kitab Yesaya kepada Sida-sida itu melalui dialog. Kita
harus menyadari bahwa sebenarnya di sekeliling kita masih banyak orang seperti Sida-sida
itu. Banyak orang tidak mengerti isi Alkitab, oleh sebab itu mari kita menjadi “penerjemah”
Alkitab, supaya banyak orang menjadi tahu isi Alkitab melalui perilaku dan tindakan kita.
(cerita pengalaman tentang bpk tukang cat yg blg dia tau semua tentang Alkitab bahkan
rahasianya). Sama halnya dengan GKSBS. Sesungguhnya masih banyak orang yang tidak
tahu tentang GKSBS. Di saat banyak di antara kita yang bangga akan ke-GKSBS-an kita,
tetapi sayangnya justru hal itu juga yang membuat kita terasing dari konteks dan realitas
GKSBS sebagai rumah bersama di bumi SUMBAGSEL ini.
Atas dasar itulah, di hari jadi sinode GKSBS yang ke-36 ini, kita sebagai gereja
diingatkan Tuhan, bahwa Tuhan menghendaki agar kita juga dapat hadir dan memberi makna
dalam mendialogkan kabar baik, serta menjelaskan "Siapa Yesus" itu kepada yang lain,
sehingga orang lain dapat menemukan jalan untuk berjumpa dengan Sang Juru Selamat di
tengah persinggungan warga GKSBS dengan berbagai tradisi dan budaya. Sebab, dalam
sejarah peradabannya, jemaat-jemaat lokal telah memunculkan keberagamaan bagi Sinode
GKSBS.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, bulan diakonia dan HUT sinode GKSBS
tahun 2023 ini di beri tema “Diakonia Inklusif”. Kabar sukacita Injil tidak hanya untuk
kelompok etnis tertentu. Keselamatan terlalu besar jika hanya ditunjukkan bagi dan hanya
untuk kelompok tertentu. Begitu juga sebuah persekutuan diharapkan memiliki arah meluas
dan terbuka bagi semua suku bangsa. Marilah, dari kisah pertemuan Filipus dengan Sida-sida
dari Etiopia ini, kita melihat bagaimana Allah membuka kesempatan bagi pekabaran Injil
untuk menjangkau orang-orang yang tidak terjangkau, dan bahkan menjangkau orang-orang
yang berasal dari tempat yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Seperti teori yang dikemukakan oleh Marcus Tullius Cicero (seorang Filosof Romawi
Kuno) yang mengatakan 2 hal tentang gereja; 1) Non Nobis Solum Nati Sumus; kita (gereja)
ada bukan untuk diri kita sendiri; 2) Esse Quam Videri; kita (gereja) menjadi tidak hanya
terlihat, tapi harus memberi dampak. Dengan demikian kita belajar untuk menyadari bahwa
gereja ada bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk yang lain. Tugas gereja
bukan hanya untuk menampakkan dirinya kalau gereja ada, melainkan keberadaan gereja
juga harus dirasakan dan dapat memberi dampak baik bagi lingkungannya. Itulah makna
diakonia inklusif yang sejati.

Ilustrasi: seperti contohnya anak bawang. Bagaimana rasanya jadi 'anak bawang'?
Ikut bermain tapi tidak diperhitungkan. Sebutan anak bawang diperuntukkan bagi anak kecil
yang menangis ketika tidak diajak main petak umpet.Teman-temannya menganggapnya
masih terlalu kecil untuk bermain dan bersaing dengan yang lain. Sambil bisik-bisik, semua
sepakat mengajaknya bermain namun hasil permainannya tidak berpengaruh kepada
permainan yang sedang dilakukan. Si kecil ikut berlari kian kemari namun sebenarnya ia
sedang melelahkan diri sendiri. Dia ada namun dianggap tidak ada. Menyedihkan bukan?
Apakah kita seperti demikian bapak/ibu? Apakah kita sudah berdampak bagi orang lain
disekitar kita? Atau kita masih sama seperti anak bawang dalam ilustrasi tadi? Kiranya kita
sebagai umat Allah, terkhusus sebagai jemaat GKSBS Rantau Rasau dapat berdampak dan
memberi makna yang positif bagi orang lain disekitar kita.

Berbicara tentang yang kecil, banyak orang menyepelekan hal kecil. Memberi
kembalian dalam bentuk receh selalu disertai dengan permohonan maaf, 'Maaf, kembaliannya
receh..!'. Memberi sesuatu kepada orang lain dalam ukuran kecil, juga diiringi komentar
sopan, 'Maaf, tidak banyak..'. Padahal tanpa coin receh seratus rupiah, uang satu juta tidak
akan lengkap. Sedikit dalam banyak ukuran itu lebih dari cukup bagi orang lain yang sedang
membutuhkan. Mungkin bagi orang lain kecil/ sedikit, tapi bisa saja bagi saya itu merupakan
suatu yg sangat bernilai dan berarti bagi saya. Jadi jangan d lihat dari besar atau kecilnya
suatu hal yg kita ingin bagikan bapak/ibu, seberapa pun itu berikan saja jika kita memiliki
suatu hal yg bisa d bagikan.
Memang, ini adalah tugas berat, tapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Sebab,
tidak ada hadiah apapun yang jatuh dari langit biru. Harapan dan dambaan terhadap sesuatu
apapun memerlukan perjuangan. Tersandung, terjerumus ke dalam lubang, dan terluka adalah
konsekuensi logis dan wajar dari sebuah pengertian untuk berjuang di tengah ketidak
mengertian akan peta kehidupan. Akan tetapi jika kita bisa memaknai Alkitab sebagai
penjunjuk jalan dan sumber pengetahuan, maka kita akan diselamatkan dari ketidak
mengertian. Selamat mendialogkan peta kehidupan dan selamat ulang tahun yang ke 36 untuk
Sinode GKSBS, kiranya kita semakin dimampukan dalam menjawab pangilan Tuhan untuk
hadir dan memberi makna dalam mewujudnyatakan karya Allah di wilayah SUMBAGSEL
ini. DIRGAHAYU SINODE GKSBS. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

Saat teduh
Pokok doa syafaat:
1. Berdoa untuk kebaktian dan pelayanan hari ini.
2. Berdoa untuk jemaat:
 Jemaat-jemaat yang lanjut usia dan jemaat yang mengalami kelemahan tubuh serta
kesehatan seluruh jemaat.
 Anak” Tuhan yang studi kiranya diberkati dengan kesehatan yang baik dan kehidupan
iman yang tetap bertumbuh.
 Kondisi perekonomian jemaat serta pertumbuhan iman dan kerohanian
3. Berdoa untuk program/kegiatan/pelayanan gereja/Sinode:
4. Berdoa untuk Bangsa Indonesia:
 Para pemimpin bangsa, pejabat pemerintah dan aparat keamanan supaya dapat
menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik.
 Kondisi keamanan serta kerukunan hidup seluruh rakyat Indonesia, supaya rakyat
Indonesia bersama-sama menjaga NKRI dan menghargai keberagaman yang ada di
Indonesia sehingga terjalin perdamaian dalam masyarakat.
 Situasi dan kondisi keamanan menjelang Pemilu 2024.
 Pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk perkembangan dan kemajuan
perekonomian bangsa Indonesia.
 Rencana/program pemerintah: pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan.

Diakhiri Doa Bapa Kami


Nas Pembimbing : Mazmur 40:8-11
Berita Anugerah : 1 Petrus 2:9-10
Nas Persembahan : Amsal 11:24-25
Nyanyian :
1. Nyanyian Pembukaan : PKJ 14
2. Nyanyian Nyanyian Pujian: MARS GKSBS
3. Nyanyian Peneguhan: PKJ 46:1-2
4. Nyanyian firman: KJ 50a
5. Nyanyian Responsoria : Hymne GKSBS “Tebarkan Kasih”
6. Nyanyian Persembahan : PKJ 264:1-
7. Nyanyian Penutup : PKJ 258:1

Anda mungkin juga menyukai