Anda di halaman 1dari 4

St.

Yohanes Penginjil Masohi


KEUSKUPAN AMBOINA
Minggu Biasa XXX
Minggu Misi Se-dunia Ke-95
Edisi ke-CVI / Minggu, 24 Oktober 2021
Pastor’s Corner :
Umatku yang dikasihi Tuhan,

Salam dalam Sang Sabda!

Tepat pada tanggal 27 - 28 Oktober, 93 tahun yang lalu, Kaum Muda dari
berbagai penjuru tanah air, berkumpul dalam sebuah Kongres Pemuda Kedua di
Batavia (kini bernama Jakarta), dan mengikrarkan sebuah sumpah yang dikenal
secara nasional dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai
SUMPAH PEMUDA. Orang – orang muda yang datang dari berbagai latar belakang
yang berbeda (suku, bahasa, agama dan golongan) menyematkan di dalam nubarinya sebuah ikrar bersama. Kongres
hari Pertama diadakan di Gedung Pemuda Katolik. Sedangkan kongres hari kedua diadakan di Gedung Oost Java
(sekarang di Jalan Medan Merdeka Utara). Di dalam sumpah ini mereka mengakui sebagai putra dan putri Indonesia,
bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, mengakui berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Hasil Kongres Pemuda Kedua ini yang dalam perjalanan sejarah kemberdekaan
bangsa Indonesia dikenang sebagai hari Sumpah Pemuda. Melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember
1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai hari SUMPAH PEMUDA yaitu hari nasional yang bukan hari libur. Hari
ini merupakan sebuah tonggak sejarah yang penting, di dalamnya para pemuda dan pemudi Indonesia membangun
kesadaran bersama sebagai sebuah bangsa.

Peran Orang Muda Katolik di dalam kongres ini sangat significant. Bukan soal Gedung Pemuda Katolik yang
menjadi tempat terselenggaranya Kongres Pemuda Kedua di hari pertama. Pentingnya tokoh muda Katolik lebih
ditunjukkan oleh sosok seorang muda Katolik bernama Wage Rudolf Soepratman yang berpartisipasi aktif di dalam
moment yang sangat historis ini. W. R. Soepratman adalah tokoh pemuda Katolik yang mengarang lagu kebangsaan
“Indonesia Raya” yang pada waktu itu dia perkenalkan di dalam kongres dengan hanya memainkan melodi-nya
melalui alunan biola yang dimainkannya sendiri, mengingat syair dari lagu Indonesia Raya sangat provokatif bagi
polisi Hindia Belanda yang mengawasi berjalannya kongres dimaksud. Sosok W. R. Soepratman tentu saja membuat
orang Muda Katolik tidak merasa kecil di mata masyarakat bangsa Indenesia.

Dari goresan sejarah di atas, saya, lewat Pastor’s Corner edisi minggu ini, menghimbau kita sekalian – umat
separoki St. Yohanes Penginjil Masohi, agar turut mendukung usaha Pastor Paroki bersama para Frater dalam kerja
sama dengan sie Kepemudaan DPP, para pimpinan stasi dan para Ketua OMK stasi untuk me-re-organisasi dan me-
re-vitalisasi organisasi Orang Muda Katolik (OMK), baik di tingkat stasi maupun tingkat parokial. Kami sedang
membangun komunikasi dan koordinasi serta kolaborasi agar organisasi OMK semakin hidup dan menunjukkan
eksistensi serta perannya, bukan hanya di dalam wilayah internal Gereja Katolik, melainkan juga di dalam hubungan
antar organisasi gerejani dan hubungannya dengan masyarakat yang lebih luas. Mari kita saling mendukung dengan
membentuk struktur organisasi kepemudaan yang hidup, kreatif dan inovatif agar Orang Muda Katolik tetap menjadi
garda depan dalam mewartakan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Semoga demikian!
Salve…salve..salve…Selamat Hari Sumpah Pemuda in advance…..

Warta Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi │ Edisi ke-CVI│Minggu,24 Oktober 2021
Tim Redaksi : RP. Pius Lawe,SVD(Pelindung, Homilis), RD. Luis Suarubun(Homilis),
RD. Engga Fernatyanan(Homilis), Fr. Yon Lamanepa, SVD(Homilis), Fr. BoGdan, SVD (Homilis),
Bpk. R. Teubun(Katekis), Nn. Prisca (editor)
Jl. Abdullah Soulissa, Masohi 97511, Telp. (0914) 21054 / 0812 9494 4169
Sari Firman :
Minggu Biasa XXX
Tahun B, Warna Liturgi: Hijau
Yer. 31:7-9; Ibr. 5:1-6; Mrk. 10:46-52

“Yesus Anak Daud, Kasihanilah Aku”


Bartimeus adalah seorang buta. Kendatipun buta, Bartimeus tetap berseru, Yesus anak Daud,
kasihanilah aku! Seruan Bartimeus itu, sejatinya mengungkapkan penyerahan diri secara total kepada
Yesus. Penyerahan diri Bartimeus kepada Yesus bertolak dari informasi yang ia dengar dari orang banyak
bahwa Yesus adalah Anak Daud, Ia memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang sakit. Bagi Bartimeus
gelar “Anak Daud” bermakna bahwa Yesus adalah orang yang diutus Allah dan menandakan martabat
seorang Raja. Maka, walaupun buta Bartimeus meneriaki Yesus berulang-ulang tanpa menghiraukan
orang lain agar Yesus menyembuhkan matanya yang tidak bisa melihat itu. Sebab, di dalam hatinya
Bartimeus yakin dan percaya bahwa Yesus adalah orang yang berbelas kasih dan mau
menyembuhkannya.

Kisah perjumpaan Yesus dan Bartimeus ini, menginspirasi kita untuk mengenal Yesus lebih baik
lagi. Pengenalan Yesus yang baik, akan membuat kita mampu mengenal dan merasakan kehadiran-Nya
dalam hidup kita. Bartimeus memang mengalami kegelapan mata, kendatipun demikian hatinya terarah
kepada Yesus. Lalu, bagaimana dengan kita yang tidak mengalami kegelapan mata, mungkinkah hati kita
masih terarah kepada Yesus?

Lebih lanjut, perjumpaan Yesus dan Bartimeus juga mengajarkan kepada kita perihal pemberian
diri untuk melayani. Ada banyak orang yang berada di pinggir jalan seperti Bartimeus. Orang-orang ini
adalah mereka yang kecil, yang tak berdaya dan dipinggirkan dalam masyarakat. Teriakan mereka
kadangkala tidak didengarkan dan dibungkam. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita umat
beriman untuk membantu dan melayani mereka yang terpinggirkan (janda, yatim piatu, dan orang sakit)
dengan cara kita sendiri.

Melayani sesama yang terpinggirkan adalah bagian dari pengembangan misi Gereja di tengah
dunia. Paus Fransiskus melalui Vatican News mengatakan bahwa, “misi lahir dari sukacita yang
melimpah, yang diberikan Tuhan kepada kita, yang merupakan buah dari Roh Kudus. Sukacita ini yang
tidak dapat diberikan oleh siapa pun atas inisiatif mereka sendiri, adalah sebuah anugerah.” (Vatican
News, 21 May 2020: A work that is not our own: the sources of mission). Hal ini, mengajak kita untuk
melihat bahwa melayani sesama yang terpinggirkan adalah sebuah anugerah Allah dan bukan sebuah
inisiatif. Artinya, setiap orang dipanggil Allah untuk melayani sesama atau mengembangkan misi Allah
dan jawaban kita atas panggilan Allah menuntut kita untuk menjadi utusan Allah yang hidup dalam kasih
dan kebenaran sehingga kita menjadi pribadi yang mampu mengenal dan mengalami kehadiran Allah
dalam sesama yang dilayani. Itulah kebahagiaan dan kegembiraan rohani bagi mereka yang menjadi
utusan Allah. Semoga demikian. Amin

Salam, Fr. Bogdan, SVD

Warta Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi │ Edisi ke-CVI│Minggu,24 Oktober 2021
Tim Redaksi : RP. Pius Lawe,SVD(Pelindung, Homilis), RD. Luis Suarubun(Homilis),
RD. Engga Fernatyanan(Homilis), Fr. Yon Lamanepa, SVD(Homilis), Fr. BoGdan, SVD (Homilis),
Bpk. R. Teubun(Katekis), Nn. Prisca (editor)
Jl. Abdullah Soulissa, Masohi 97511, Telp. (0914) 21054 / 0812 9494 4169
Pernak-pernik Katekese Iman Katolik :

PENGERTIAN ORANG MUDA KATOLIK (OMK)


Yang dimaksud dengan OMK menurut Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM) yang dikeluarkan
Komisi Kepemudaan KWI adalah mereka yang berusia 13 s.d. 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap
memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing daerah. OMK mencakup jenjang usia remaja, taruna dan
pemuda.

Kaum muda (youth, bhs. Ing) adalah kata kolektif untuk orang yang berada pada rentang umur 11-25 tahun.
Sedangkan Komisi Kepemudaan mengambil batas 13-35 tahun. Rentang umur ini merujuk pada buku
“Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda dan Keputusan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda No. 01/BK tahun 1982 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Politik Bagi
Generasi Muda” yang dikeluarkan oleh Kantor Menpora tahun 1985.

Rentang umur tersebut menunjukkan bahwa kaum muda terdiri atas usia remaja sampai dengan dewasa
awal. Rentang umur tersebut dikategorisasi lebih rinci demi efektivitas pendampingan . Kategorisasi tersebut
sebagai berikut:

1. Kelompok usia remaja (13 – 15 tahun)


2. Kelompok usia taruna (16 – 19 tahun)
3. Kelompok usia madya (20 – 24 tahun)
4. Kelompok usia karya (25 – 35 tahun)

Dalam pendampingan OMK harus dipandang sebagai pribadi yang sedang berkembang. Mereka memiliki
ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan, kualitas, bakat dan minat yang perlu dihargai. Mereka mempunyai
perasaan, pola pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu, serta masalah dan kebutuhan yang perlu dipahami.
Mereka memiliki hak dan kewajiban, tanggung jawab dan peran tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu
merupakan potensi untuk dikembangkan dalam proses pembinaan, sehingga kaum muda dapat berperan aktif-
positif dalam kehidupan Keluarga, Gereja dan Masyarakatnya.
Hendaknya OMK diberi kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan
pelaku utama proses bina diri dan saling bina. Mereka bukan lagi bejana kosong yang perlu diisi atau lilin yang
harus dibentuk menurut selera para pembina. Dengan demikian, segala bentuk pembinaan yang sifatnya
menggiring, mendikte, mengobyekkan dan memperalat kaum muda demi suatu kepentingan di luar
perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut di atas haruslah dihindari dan dihilangkan. Hakekat
pembinaan kaum muda, sebagai karya pastoral, adalah pelayanan dan pendampingan.
Secara teritorial OMK, sebagai umat muda dalam suatu paroki adalah OMK paroki, walaupun mereka
dapat juga menjadi anggota pelbagai wadah/kelompok/organisasi/gerakan kategorial sesuai minat, bakat dan
keinginan mereka. Dengan demikian, dimanapun mereka aktif dan melibatkan diri, bahkan juga bila sama
sekali belum aktif, secara teritorial merupakan warga paroki setempat dengan OMK paroki sebagai “home
base” (pangkalan induk) mereka. Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber
inspirasi dan motivasi untuk keterlibatan dalam berbagai wadah/ kelompok/organisasi/gerakan kategorial, baik
intern maupun ekstern gerejawi. Apabila konsep akomodatif OMK ini dipahami, maka pelbagai
wadah/kelompok/organisasi/gerakan kaum muda katolik dalam berbagai tingkatan tidak perlu saling
menganggap sebagai pesaing apalagi ancaman, melainkan justru sebagai kekayaan dan kekuatan OMK.
https://omkstmikaelpalopo.wordpress.com/2017/06/01/siapa-saja-yang-termasuk-orang-muda-katolik-omk/

Warta Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi │ Edisi ke-CVI│Minggu,24 Oktober 2021
Tim Redaksi : RP. Pius Lawe,SVD(Pelindung, Homilis), RD. Luis Suarubun(Homilis),
RD. Engga Fernatyanan(Homilis), Fr. Yon Lamanepa, SVD(Homilis), Fr. BoGdan, SVD (Homilis),
Bpk. R. Teubun(Katekis), Nn. Prisca (editor)
Jl. Abdullah Soulissa, Masohi 97511, Telp. (0914) 21054 / 0812 9494 4169
INFO KEUANGAN PAROKI INFO PAROKI
(HM. Biasa XXIX, 17/10-2021) 1. Bagi yang telah mengikuti Kursus Persiapan
Stasi Jumlah Kolekte Perkawinan gelombang ketiga, diharapkan untuk
Masohi I Rp. 1.102.500 membangun komunikasi dengan pengurus rukun,
II Rp. 809.000 stasi dan paroki perihal pengaturan jadwal
Ungkapan Syukur dari perayaan pernikahan pasangan bersangkutan agar
1. Kel. NN. Rp. 200.000 segera diumumkan secara berturut-turut tiga kali
2. Kel. NN Rp. 300.000 di Gereja Paroki dan stasi serta di tempat atau
3. Kel. Agus Paron Rp. 210.000 paroki asal dari pasangan-pasangan yang berasal
4. G. Feby Tharob Rp. 700.000 dari luar paroki St. Yohanes Penginjil Masohi.
Sumbangan 2. Perayaan Penutupan Bulan Rosario dilangsungkan
pembangunan gereja Rp. 200.000 tanpa ada prosesi. Perayaannya diadakan dalam
dari Kel. NN bentuk Perayaan Ekaristi di gua Maria Waur
I Rp. 370.000 Melati, Gua Maria Makariki, dan Gua Maria
Koryano Koriano – Waipo dan Kapela Stasi Naiwel.
II Rp. 220.000
Makariki I Rp. 453.000 Perayaan Ekaristi didahului dengan Pendarasan
Waur Rp. 90.000 Rosario Lima Peristiwa. Perayaan dimulai tepat
I Rp. 580.000 pkl. 17.00 PM pada hari Minggu, 31 Oktober 2021.
Waipia Sedangkan Perayaan Misa Minggu Biasa XXXI akan
II Rp. 554.000
dirayakan pada pagi hari di Gereja Pusat Masohi,
DONASI UNTUK BULETIN Gereja Waipia, Gereja Yahalatan, dan stasi Hatu –
(Edisi HM Biasa XXIX, 17/10-2021) Piliana
Jumlah 3. Frater Yohanes Lamanepa sedang berkunjung ke
Stasi Jumlah Uang
Buletin
stasi Makariki di dalam minggu ini. Semoga
Masohi 25 Rp. 66.000
perjumpaan frater dengan keluarga-keluarga
Koryano 25 Rp. 62.000
serta organisasi-organisasi di stasi Makariki akan
Waipia 25 Rp. 42.000
membawa semangat baru bagi kehidupan iman
Yalahatan 10 Rp. 20.000
umat.
Makariki 20 Rp. 42.000
4. Misa Mengenang Arwah Semua Orang Beriman
Simalou 8 Rp. 16.000
akan dirayakan pada hari Selasa, 2 November
2021 di Area Pekuburan Biara Susteran TMM
JADWAL PELAYANAN PASTOR untuk wilayah Masohi, Waur dan Amahai, dan di
(Minggu Biasa XXXI-Penutupan Bln Rosario) Koriano, Makariki dan Waipia. Perayaan Ekaristi
Waktu dimulai pkl. 17.00. Jika ada perubahan akibat
(Mg. 31 Okt 21) Celebran
Misa/Ibadat kondisi cuaca maka akan disampaikan pada
Masohi RD. Engga 07.30 WIT waktunya.
Waur Fernatyanan 17.00 WIT
Waipia RP. Alfons 08.00 WIT
Koryano Hayon, SVD 17.00 WIT Aku ingin menjadi orang Kristen sejati
Yalahatan RD. Luis 08.00 WIT
Makariki Suarubun 17.00 WIT
dan bukan sekadar pembawa nama
Hatu-Piliana RP. Pius 08.00 WIT Kristen ~ St. Ignatius dari Antiokhia
Naiwel Lawe, SVD 17.00 WIT

Warta Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi │ Edisi ke-CVI│Minggu,24 Oktober 2021
Tim Redaksi : RP. Pius Lawe,SVD(Pelindung, Homilis), RD. Luis Suarubun(Homilis),
RD. Engga Fernatyanan(Homilis), Fr. Yon Lamanepa, SVD(Homilis), Fr. BoGdan, SVD (Homilis),
Bpk. R. Teubun(Katekis), Nn. Prisca (editor)
Jl. Abdullah Soulissa, Masohi 97511, Telp. (0914) 21054 / 0812 9494 4169

Anda mungkin juga menyukai