PERAN PENYULUH AGAMA KRISTEN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA KRISTEN
Oleh : Helda Y.Adoe, S.Si.Teol.,M.Si
Penyuluh Agama : Tugas dan Fungsi
Penyuluh Agama adalah Seorang Pegawai Negeri Sipil atau Non PNS yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa agama. Penyuluh berasal dari akar kata Suluh yang berarti sesuatu benda yang dipakai untuk menerangi ; obor, yang berfungsi selain memberi terang/menghilangkan kegelapan, juga menuntun ke arah atau jalan yang menuju tujuan. Dengan demikian maka Penyuluh adalah orang yang membawa suluh/ menghadirkan terang, memberi penerangan, menunjukan arah/ jalan yang benar. Hal ini memberi beberapa implikasi yaitu : 1. Penyuluh harus memiliki kemampuan untuk memberi penerangan. Kemampuan itu didapatkan melalui Pendidikan dan Pengalaman. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir, pengangkatan Penyuluh PNS maupun Non PNS harus memiliki kualifikasi Pendidikan minimal Sarjana. Hal ini penting, karena proses untuk menerangi hanya dapat dilakukan jika Penyuluh memiliki kapasitas yang memadai, yang ditandai dengan status pendidikan. Gabungan antara Pendidikan dan pengalaman yang memadai akan menolong seorang Penyuluh untuk memberi informasi, pemahaman, penerangan yang baik tentang iman bagi orang-orang yang disuluh/ kelompok binaan. 2. Penyuluh Agama harus memiliki wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan yang baik, karena 2 tugas pokok : Bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan 3. Penyuluh agama harus memiliki senjata untuk dapat melaksanakan tugasnya : Peraturan- peraturan (UU,Peraturan pemerintah, dll), Alkitab ( dasar iman ), Pengetahuan akan Program- program Pemerintah. Tugas dan Fungsi Penyuluh Agama Kristen ( sebenarnya ini menjadi tugas semua umat Kristen ) : 1. Melakukan Misi Allah bagi Dunia. Misi Allah ( Missio Dei : bahasa Latin ) yaitu menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia. Menjadi pionir dalam menghadirkan damai sejahtera, kerukunan, kesetiaan, ketulusan, semagat berbagi, menaburkan kasih, dll ) 2. Melakukan amanat Agung Yesus ( Matius 28 : 19-20 ). Memberi pengajaran dan didikan agar orang mengenal Kristus melalui hidup dan kerja kita 3. Menjadikan Umat Kristen Indonesia yang mencintai Negara dan bangsanya. Yesus sebagai Penyuluh Agama Kristen yang Terutama Tokoh utama Penyuluh Agama Kristen adalah Yesus Kristus, mengapa ?? 1. Yesus adalah Sumber Terang : Yohanes 8 : 12 : Akulah terang dunia ; barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup. Dalam hal ini, Yesus bukan hanya membawa alat untuk menerangi, tetapi Diri-Nya sendiri yang menjadi Penerang. Implikasi bagi Penyuluh Agama Kristen : Penyuluh Agama Kristen harus menjadikan dirinya sebagai obor/penerang, hidupnya harus menjadi teladan tentang kebaikan. Penyuluh Agama Kristen bukan hanya berbicara tentang terang melainkan menjadikan dirinya/kehidupannya sebagai terang bagi orang lain. Antara kata dan akta/perbuatan harus selaras. 2. Yesus mengusai hukum/peraturan yang berlaku. Pengetahuan yang baik itu membuat Yesus sering sekali mengutip peraturan tersebut dalam pengajaranNya, misalnya : Matius 5 : 38-48 ; Lukas 4 : 16-21. Implikasi bagi Penyuluh Agama Kristen : harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang aturan-aturan keagaaman maupun iman Kristen. 3. Yesus melakukan Penyuluhan kepada seluruh kalangan terutama pada orang-orang pinggiran/dipinggirkan oleh masyarakat. Secara wilayah : dari desa hingga kota ; secara kelas, social : dari pegawai (Pemungut Cukai yang menjadi muridNya ) sampai nelayan dan gembala, orang terpelajar ( kaum Farisi dan para imam ) atau orang gila/sakit, secara usia : dari anak-anak hingga orangtua, secara gender : laki-laki dan perempuan Implikasi bagi Penyuluh Agama Kristen : Wilayah dan sasaran binaan Penyuluh Agama Kristen harus beragam ( Penyuluh Agama Non PNS : minimal 4 sasaran/kelompok binaaan ) 4. Yesus memiliki pengetahuan yang luas ( Yesus bekerja sebagai tukang kayu, memahami pertanian dan kehidupan nelayan ). Hal ini terlihat dalam berbagai perumpamaan yang Yesus sampaikan misalnya : lalang diantara gandum, domba yang hilang Implikasi bagi Penyuluh Agama Kristen : Harus memiliki pengetahuan/ketrampilan yang multi karenanya seorang Penyuluh Agama harus terus mau belajar dan menambah pengetahuan dan pendidikan Formal maupun informal (istri saya pernah berusaha belajar bahasa isyarat saat menjadi pengajar di lokasi khusus : Panti Sosian Bina Rungu Wicara / anak-anak tuli dan bisu ). 5. Yesus menggunakan beragam metode dalam proses penyuluhannya, misalnya cerita (perumpamaan), pertanyaan-pertanyaan/Tanya jawab/diskusi (Markus 5:29-30), metode ceramah (khotbah), peribahasa (Matius 23:23-24),Paradok (Markus 12:41-44),Ironi (Matius 16:2-3), Kiasan (Lukas 13:34), Metafora (Lukas 13:32), di luar ruangan ( belajar dari alam ), dll. Yesus menggunakan metode-metode yang bervariasi, bergantung kepada tujuan, bahan, situasi, pendengar, serta lingkungan dimana Yesus mengajar/menyuluh. Implikasi bagi Penyuluh Agama Kristen : harus kreatif dan inovatif dalam proses penyuluhan. Metode yang sekarang digemari misalnya : audio visual ( film/drama/ ). Metode yang tepat akan memudahkan dalam pemahaman, dan metode yang kreatif akan menjauhkan kebosanan. Metode yang tepat juga memaksimalkan hasil dari proses bimbingan / penyuluhan, misalnya, metode cerita dan bermain akan memberikan manfaat yang lebih baik bagi kelompok binaan anak-anak, dibanding metode diskusi atau Pemahaman Alkitab. 6. Yesus melakukan Transformasi dalam masyarakat. Transformasi/pembaharuan dalam masyarakat Yahudi yang dilakukan Yesus dengan mengajarkan suatu pola kehidupan berlandaskan kasih, yang melampaui sekat gender, kelas/status social, pendidikan, dll. Implikasi bagi Penyuluh Agama Kristen : mampu menjadi Transformator yang membawa pembaharuan dalam kehidupan masyarakat. Franz Magnis Suseno dalam bukunya yang berjudul Beriman dalam Masyarakat mengatakan tranformasi social yang didasarkan nilai spritualitas kristiani memunculkan tiga paham, yaitu: 1) Martabat manusia sebagai pesona; 2) Solidaritas; 3) Sikap berpihak kepada kaum miskin (Kanisius, Yogyakarta, 1993, hl. 119). Dengan demikian, penyuluh agama Kristen harus mampu menjadi tokoh transformasi di dalam kehidupan masyarakat yang membina umat untuk menghargai sesamanya, peka terhadap penderitaan orang lain dan mendahulukan kaum papa dan miskin.
Pandangan Kristen tentang keluarga
Keluarga, secara umum, diartikan sebagai kelompok/institusi terkecil dalam masyakat yang terdiri dari Bapak, Ibu, dan anak-anak.
Tantangan Keluarga Kristen Masa Kini
Seorang Sosiolog mengatakan bahwa segala sesuatu dalam dunia tidak ada yang pasti. Hanya perubahanlah yang pasti di dunia ini. Artinya, perubahan pasti terjadi. Dunia mellenia dengan perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, transportasi, yang membuat segala hal mengalami komputerisasi dan digitalisasi, memberi dampat pada seluruh kehidupan manusia, salah satunya dalam kehidupan keluarga. Beberapa tantangan keluarga saat ini : 1. Perceraian Angka percerian yang semakin tinggi setiap tahun memberi indikasi bahwa orang Kristen mulai mengalami degredasi iman ( iman yang semakin lemah ) kepada ajaran Tuhan Yesus tentang Perkawinan. Lembaga Pernikahan yang sacral, dan hanya boleh dipisahkan oleh maut, kemudian menjadi ajang “coba-coba” oleh kaum mellenia. Saya sebut coba-coba karena banyak orang bercerai berkata “ ya…kami tidak sejalan lagi”, yang artinya pernikahan hanya dilakukan sebagai percobaan, sehingga saat dianggap “tidak coock” maka dapat dibatalkan. Perceraian bahkan sekarang menjadi “gaya hidup” yang “gaul” karena masyarakat semakin bersikap longgar/ bahkan menerima perceraian dengan biasa saja ( meniru gaya kalangan artis/idola ). Perceraian dalam pandangan Kristen sebenarnya tidak diperbolehkan, kecuali oleh sebab perzinahan. Namun, hal ini pun terjadi karena “kedegilan hati” manusia. Ada banyak penyebab terjadi perceraian, misalnya KDRT, Perselingkuhan/perzinahan, factor ekonomi, dll. Walaupun demikian, iman Kristen mengajarkan tentang Tuhan mampu mengatasi semua persoalan yang dialami oleh setiap keluarga Kristen yang beriman teguh kepada Tuhan. Keteguhan iman dan ketaatan kepada aturan dan perintah Tuhan adalah jangkar bagi semua keluarga Kristen untuk mempertahankan pernikahan hingga maut yang memisahkan. 2. Indivudualistik dalam keluarga. Salah satu dampak kemajuan teknologi komunikasi yang paling berpengaruh pada kehidupan keluarga ialah adanya HP ( media social ). HP sangat menolong setiap anggota keluarga untuk berbagi informasi, namun sekaligus telah menjadi tembok tak terlihat, dimana setiap anggota keluarga “sibuk” di dunia masing-masing dan tidak peduli pada “dunia anggota yang lain”. Bincang di meja makan yang menjadi ajang terbaik bagi para anggota keluarga untuk saling memahami dan berbagi banyak hal, berubah menjadi sekedar like atau pun emotion di FB maupun WA. Sikap cuek, tak peduli, asal diri senang menjadi subur dan dianggap wajar dalam keluarga millennial. Kebersamaan keluarga ( pertemuan vace to vace) tidak lagi digemari karena cukup kirim ucapan di media social. Masing-masing anggota keluarga mencari kesenangan dan kebahagiaan sendiri, dan akhirnya terjebak dalam dunia maya yang merusak nilai-nilai kebersamaan. Sikap individualistic kemudian tumbuh subur dalam kehidupan keluarga yang seharusnya menyatu dalam kebersamaan dan ketergantungan. Keluarga Kristen juga mengalami kondisi ini. Keluarga yang seharusnya menjadi lembaga dimana ikatan persekutuan menjadi yang utama, justru seperti kelompok yang masing-masing anggota mengalami keterasingan satu dengan yang lain. 3. Gaya Hidup Konsumerisme, materialism, hedonism. Konsumerisme berasal dari kata consumere atau consumo, sumpsi, sumptum (bahasa Latin) yang berarti menghabiskan, memakai sampai habis, memboroskan, menghambur-hamburkan, menggerogoti sampai habis. Kata itu menurunkan kata konsumen (pemakai, orang yang menghabiskan), konsumsi (sesuatu yang dimakan habis), dan konsumerisme (pikiran/mentalitas mau menghabiskan/memboroskan). Materialisme berasal dari kata materia (bahasa Latin) yang berarti bahan, benda, atau barang. Materialisme adalah pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu itu hanyalah benda atau barang; tidak lebih, tidak kurang. Mereka yang menganut materialisme memperlakukan segala sesuatu, termasuk manusia sebagai barang atau benda. Akibatnya, penghargaan terhadap barang semakin tinggi namun penghargaan terhadap kemanusiaan semakin kurang. Materialisme dalam keluarga : KDRT, uang segala-galanya supaya dapat membeli semua barang yang diingikan Hedonisme berasal kata hedone (bahasa Yunani) yang berarti kenikmatan/kesenangan (pleasure, Inggris). Hedonisme adalah ajaran yang menganggap kenikmatan sebagai tujuan hidup. Kaum hedonis (penganut hedonisme) adalah orang-orang yang hidup hanya untuk mengejar kenikmatan. Mereka memuja-muja kenikmatan dan hidup hanya untuk mencari kenikmatan. Konsekuensinya, mereka menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam keluarga muncul sikap mengeluh, tidak bisa bertahan saat ada kesulitan, dan pada akhirnya mencari jalan yang salah asalkan mendapatkan kebahagiaan, misalnya selingkuh, perceraian, dll. 4. Tuhan kehilangan tempat dalam diri keluarga Kristen. Hal ini muncul karena teknologi telah menjawab hampir semua hal yang dibutuhkan manusia. Kemajuan di bidang kesehatan/medis seolah-olah membuat manusia bisa “ memperpanjang umur bahkan menahan kematian”. Hal ini semakin buruk karena “orangtua sibuk” sehingga tak punya cukup waktu mendidik anak-anak tentang iman, dan “anak-anak muda yang juga sibuk” sehingga sulit bergabung dalam persekutuan remaja/pemuda. Indikasinya : kehadiran dalam ibadah remaja dan pemuda yang semakin menurun, keterliatan kaum muda di dalam pelayanan yang juga menurun. Tuhan dan iman kepada-Nya kemudian tidak lagi menjadi prioritas dalam keluarga Kristen. Banyak keluarga yang terjebak untuk mengejar berbagai kebahagiaan di luar Tuhan, yaitu pengumpulan harta dan perburuan jabatan. Hal ini kemudian menciptakan keluarga Kristen namun hidup tanpa Kristus. Peran Penyuluh Agama Kristen dalam Kehidupan Keluarga Kristen Karakter keluarga Kristen yang baik harus dibangun di atas dasar Iman Kristen. Pembentukan Karakter ini harusnya dilakukan oleh banyak pihak, misalnya oleh gereja melalui pembinaan pra nikah/pastoral nikah, melalui pengajaran mimbar, katekasasi ; dapat dilakukan juga oleh Pemerintah misalnya Kementerian kesehatan melalui pendidikan calon pengantin, atau melalui lembaga-lembaga social : Pendidikan untuk keluarga. Selain itu, jabatan sebagai Penyuluh Agama Kristen juga dengan sendirinya memberi ruang yang luas untuk para Penyuluh Agama Kristen berperan dalam kehidupan Keluarga Kristen, yaitu dengan menjadi : 1. Sebagai obor : sumber terang. Penyuluh Agama Kristen harus menjadi teladan dalam kehidupan pribadai dan keluarganya. Artinya, diri dan keluarganya haruslah mencerminkan nilai-nilai Kristen sebelum seorang Penyuluh menyuluh kepada orang lain. Dalam hal ini, seorang Penyuluh Agama harus memiliki kemampuan kepemimpinan, karena Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk mengikuti teladannya. Kata-kata bijak : Khotbah terbaik ialah melalui kehidupan dan bukan ucapan 2. Sebagai pembawa terang. Seorang Penyuluh Agama harus mempunyai kemampuan untuk mendidik, mengajar, dan membina tentang pokok-pokok iman Kristen yang berhubungan dengan keluarga. Keterampilan yang dibutuhkan ialah pengetahuan teologi yang baik, kemampuan public speaking / berkomunikasi yang baik, penguasaan metode penyuluhan yang kreatif sesuai dengan sasaran penyuluhan. 3. Sebagai Mediator. Hal ini dibutuhkan terutama saat ada persoalan/konflik dalam keluarga. Kemampuan yang dibutuhkan ialah kemampuan Pastoral, kepekaan sosial dan kemampuan membangun jejaring dengan orang lain maupun lembaga/instansi terkait. Seorang Penyuluh Agama harus menyadari bahwa masalah-masalah yang dialami keluarga Kristen bersifat kompleks, karena itu dibutuhkan kerjasama dengan banyak orang dan lintas instansi. Oleh sebab itu, Penyuluh Agama harus mampu membangun jejaring dengan Tokoh Agama/Pemimpin Agama ( Pendeta/majelis), Tokoh masyarakat, Lembaga Pemerhati Anak/keluarga, dll. Diharapkan dengan mediasi yang baik maka mencegah konflik membesar dan perceraian.