Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi Usia Sekolah Minggu

Anak merupakan anugerah yang Tuhan berikan, karena itu peran orangtua maupun guru
sekolah minggu adalah mengasuh. merawat, mengajar, mendidik dan mendekatkan anak
dengan Tuhan Yesus sedini mungkin. Jika demikian, berapa usia anak sekolah minggu?
Pertanyaan ini menjadi pro dan kontra di antara berbagai gereja. Namun sebaiknya, anak
dibawa ke sekolah minggu sedini mungkin.
Berikut ini adalah klasifikasi usia sekolah minggu dan aktivitas yang dilakukan pada kelas
tersebut :
1. Kelas Batita : Usia 0 – 3 tahun (Bayi dan PG A dan PG B)
Aktivitas yang dilakukan pada kelas ini adalah sebagai berikut :
- Ajak anak untuk tetap membawa Alkitab. Kalau masih baby, orangtuanya yang bawa
- Ajak anak-anak itu duduk mendekat ke kakak, bahkan kalau bisa beberapa di pangku.
Ajarkan dan ingatkan kepada anak bahwa Firman Tuhan itu berkaitan dengan
hubungan antara Allah dan manusia serta sebaliknya, bukan hanya sekedar pelajaran.
- Guru sekolah minggu bisa membacakan ayat Alkitab sambil bercerita. Lebih baik lagi
kalau menggunakan gambar yang bisa menjelaskan Firman Tuhan. Cara membacanya
seperti mendongeng
- Jika peralatan sekolah Minggu mendukung, bisa memutarkan rekaman pembacaan
Alkitab sambil memeragakannya atau memutarkan film 2 dimensi tentang cerita
Alkitab.
- Bernyanyi nyanyian yang isinya Firman Tuhan, seperti ‘Daniel di Goa Singa’, ‘Yunus
di Perut Ikan’, ‘Naik Kereta Buatan Tuhan’, ‘Daud dan Goliat’, ‘Bapak Abraham’,
dan lain-lain.1
- Pada tahap ini kegiatan lebih banyak untuk puji-pujian yang lagu dan syairnya
sederhana untuk memudahkan anak-anak kenal dan ingat pujian tersebut dan tidak
perlu setiap lagu pujian dijelaskan maknanya, karena anak-anak usia ini masih sulit
untuk memahami makna dari syair suatu lagu pujian. Tidak perlu juga setiap minggu
anak diperkenalkan dengan lagu yang baru, pengulangan lagu pujian dapat membantu
proses mengingat dan memahami dari anak.
- Puji-pujian juga menggunakan gerakan-gerakan tubuh yang juga bertujuan untuk
anak-anak mengingat lagu dan mengembangkan kemampuan motorik mereka.
- Pada saat penyampaian Firman Tuhan, guru menggunakan alat peraga seperti gambar
berwarna, boneka tangan, atau dapat juga dengan menggunakan benda-benda yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari anak seperti balon, bola, dan lain-lain. Ini
bertujuan untuk anak dapat merasakan tidak berbeda dengan kegiatan mereka sehari-
hari, mereka mengenali benda-benda yang dipegang guru mirip dengan alat
permainan mereka sehingga dapat menimbulkan ketertarikan mereka.
- Firman yang disampaikan harus merupakan cerita sehari-hari, juga harus dengan
bahasa yang sederhana, kalimat yang pendek, dan lama penyampaian maksimal 5
menit saja. Anak belum dapat membayangkan cerita-cerita yang tidak mereka pahami
dan alami.
- Sebelum selesai kebaktian, ada kegiatan aktifitas sederhana seperti mewarnai,
melipat, atau menempel bentuk-bentuk benda yang dapat digunakan oleh orangtua
atau pengasuh untuk menceritakan kembali cerita Firman Tuhan setelah kembali ke
rumah. Anak akan ingat kembali cerita yang didengarnya dengan dibantu benda dari
aktifitas tersebut.
1
https://www.superbookindonesia.com/article/read/article/
umur+berapa+sih+seharusnya+anak+mulai+bersekolah+minggu%3f/id/1365.html
- Anak mulai diajak untuk mengikuti doa yang diucapkan oleh gurunya. Sesekali anak
dapat diminta untuk memimpin doa bagi teman-temannya di depan kelas (guru
membisikkan doa kepada anak yang memimpi doa bersama).
- Anak mulai diajar untuk memperhatikan teman-temannya, tidak egosentris2.

2. Kelas Indria : Usia 4 – 5 tahun (TK A dan TK B)


- Mulai diberikan ayat hafalan yang kalimatnya sederhana dan pendek.
- Ayat hafalan diberikan pada anak-anak dapat disertai dengan penjelasan arti ayat
tersebut oleh guru sekolah minggu.
- Anak mulai diberi kepercayaan untuk mengucapkan doanya sendiri pada saat
memimpin doa.
- Guru sudah dapat memberikan penjelasan arti pujian yang dinyanyikan bersama dan
menghubungkan dengan kasih Yesus
- Firman Tuhan yang disampaikan dapat lebih detail karena anak sudah dapat berpikir
lebih kompleks. Tetapi cerita-cerita yang disampaikan tetap harus bersifat konkret,
tidak boleh abstrak. Cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan anak-anak. Mereka
sukar untuk memahami konsep-konsep atau doktrin-doktrin yang abstrak seperti
Tuhan itu seratus persen Allah dan seratus persen manusia atau Allah Tritunggal.
- Beberapa puji-pujian juga dapat menggunakan syair yang berbahasa Inggris.
- Anak dapat diminta menemani guru dalam memimpin salah satu puji-pujian, juga
dapat diminta bercerita tentang pengalamannya selama seminggu yang sudah berlalu.
- Anak juga mulai berkurang egosentrisnya dan pada akhir tahap ini anak mulai dapat
menerima sudut pandang orang lain.3

3. Kelas Pratama : Usia 6 – 8 tahun (SD Kelas 1 – 3)


- Puji-pujian yang diberikan bisa lebih bervariasi, baik dari jenis lagu maupun syairnya
- Pujian-pujian tidak selalu disertai dengan gerak tubuh karena anak-anak sudah dapat
memahami syair pujian tanpa simbol-simbol
- Guru menjelaskan dan mengingatkan makna pujian yang dinyanyikan, tujuannya agar
dapat membantu anak memaknai isi pujian sehingga anak dapat lebih menghayatinya
- Cerita-cerita Alkitab dapat disampaikan dengan lebih detail khususnya pada bagian-
bagian yang membutuhkan pemikiran logis seperti Kebangkitan Yesus kuburnya
terbuka sendiri.
- Ayat-ayat hafalan dengan kalimat yang cukup kompleks sudah dapat diberikan. Cara
menghafalnya juga sudah mulai diarahkan untuk tidak dihafal secara harfiah tetapi bisa
dengan kata-kata yang lebih dapat dipahami.4
- Belajar membuka letak 1 ayat Alkitab (per Minggu).
- Mengetahui 1 tokoh utama Alkitab (per Minggu).5

4. Kelas Madya : Usia 9 – 11 tahun (SD Kelas 4 – 6)


- Puji-pujian dalam sekolah minggu sudah mulai menggunakan liturgi
- Pemilihan lagu pujian disesuaikan dengan tema Firman Tuhan yang disampaikan
- Diskusi mengenai syair pujian juga dapat dilakukan

2
Mattias Malanthon, Sekolah Minggu Dengan Analisa Teori Piaget dalam,
https://www.academia.edu/25353348/Sekolah_Minggu_Dengan_Analisa_Teori_Piaget
3
Ibid.
4
Ibid.
5
https://www.komikalkitabanak.com/p/blog-page.html
- Guru dapat menggali pemahaman anak tentang syair lagu pujian yang dinyanyikan
bersama
- Penyampaian Firman Tuhan juga dapat dilakukan secara bervariasi
- Menghafal ayat Alkitab diberikan namun untuk kelas 6 SD bukan lagi menjadi
keharusan6

Masalah-masalah yang sering dihadapai Guru Sekolah Minggu


1. Dimarahin orangtua karena menjentik anak mereka
2. Mitra kerja tidak menjalankan tugasnya dengan baik
3. Bekerja sendiri sedangkan partner acuh tak acuh
4. Adanya antagonisme guru sekolah minggu senior dengan junior dalam hal kreativitas
dan inovasi
5. Pengurus gereja atau majelis apatis terhadap guru sekolah minggu
6. Sudah bekerja maksimal tapi selalu dikatain salah, kurang, tidak sesuai dan lain-lain
7. Orangtua sering menyalahkan guru sekolah minggu pada saat evaluasi namun
anaknya jarang masuk sekolah minggu
8. Adanya diskrepansi pengajaran guru sekolah minggu dengan keinginan pendeta atau
gembala
9. Orangtua menghendaki lebih dari guru sekolah minggu terhadap anaknya namun tidak
mensuport guru sekolah minggu
10. Guru sekolah minggu mengalami kesulitan karena tidak proporsional dengan jumlah
anak sekolah minggu

6
Mattias Malanthon, ibid.

Anda mungkin juga menyukai