Anda di halaman 1dari 4

Syalom, Damai di hati!

Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, bersyukur untuk
pertolongan-Nya yang boleh kita rasakan sampai saat ini, bahkan yang memberi
kesempatan bagi kita untuk sama-sama belajar kebenaran firman Tuhan dari
Kitab Daniel 3:1-30.
Kita akan sama-sama melihat bukti dari iman dari Sadrakh, Mesakh dan
Abednego, dan melalui bagian firman Tuhan ini, dapat menjadi alat untuk
mengukur, apakah saya dan saudara orang beriman? Bagaimana kehidupan iman
kita? Dan masihkah kita beriman dengan sungguh? Ataukah kita hanyalah
follower’s, tanpa iman? Dan yang juga menjadi pertanyaan bagi kita semua,
adalah: Apakah dalam kehidupan beriman itu kita harus ekstrim? haruskah kita
sampai di benci orang? Dan haruskah karena beriman, kita menjadi lain dari yang
lain?
Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, sesungguhnya kita
harus menjawab pertanyaan tadi dengan berani untuk mengatakan “ya, Kita harus
ekstrim” jika itu berkaitan dengan hal yang substansial, atau hal yang mendasar.
Karena jika kita melihat kehidupan dari Daniel, Sadrakh, Mesakh dan
Abednego mereka sejak awal, telah sangat-sangat ekstrim, ketika itu terkait
dengan iman percaya mereka. Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan
Yesus, Jika kita membaca Daniel pasal 1:8-15, disitu jelas mereka tidak mau
untuk kompromi, padahal itu adalah makanan yang enak, santapan raja, dan
tentunya sangat bergizi. Tetapi ketika makanan itu membuat mereka tidak taat
pada iman mereka karena menyeleweng dari taurat, maka mereka menolak
dengan tegas dan lebih memilih makan sayur dan minum air.
Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, bagian bacaan
tadi merupakan sedikit gambaran yang dapat kita lihat tentang cara beriman
Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Mari kita kembali melihat, teks firman Tuhan kita pada saat ini adalah dari
Daniel 3:1-30, ada dua kasus utama yang dapat disoroti disini, yaitu:
1. Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas dan menuntut
penyembahan.
2. Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak untuk menyembah patung
tersebut. Akibat dari komitmen yang diambil oleh ketiga pemuda
tersebut, ketiganya yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego di buang
kedalam Perapian yang menyala-nyala.

Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, Mengapa


Nebukadnezar begitu marah ketika mendengar dari orang-orang yang ingin
menjatuhkan Ketiganya bahwa ada orang yang menolak untuk menyembah
patung yang telah didirikannya? Padahal ketiga orang ini adalah orang-orang yang
dekat dengan raja karena secara jabatan mengharuskan mereka selalu dekat
dengan raja, terbukti dalam ayat 14, raja tidak langsung memerintah untuk
membuang ketiganya ke dalam api, tetapi meminta konfirmasi kepada ketiga
pemuda tersebut.
Jawabanya : karena ini berkaitan dengan tujuan politis raja untuk memperkokoh
kerajaannya, dengan cara menyatukan semua negara di bawah kerajaannya
dalam satu agama. Dan karena ini berkaitan dengan wibawa raja, sehingga dia
harus berani menghukum orang yang berani menentang titahnya.
Selanjutnya mengapa Sadrakh, Mesakh dan Abednego berani menentang
titah raja sekalipun melawan titah raja mempunyai konsukuensi yang sangat berat.
Secara Sosial:
mereka harus siap menghadapi tekanan dari orang-orang sekitar yang memilih
untuk menyembah patung buatan raja.
Secara Psikologis:
mereka harus siap untuk tidak punya jabatan apa-apa bahkan dapat berakhir
sebagai budak, karena menolak menyembah patung.
Dan Secara Fisik:
mereka harus siap menghadapi siksaan yang berat bahkan kematian, sebagai
konsukuensi menolak menyembah patung.

Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, semua resiko yang akan
mereka hadapi dapat mereka abaikan karena ada dua hal.
1. Keyakinan akan pertolongan Tuhan, hal ini dapat kita lihat dalam ayat 17.
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia
akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari
dalam tanganmu, ya raja;”
hanya orang yang telah menetapkan hatinya untuk setia kepada Tuhan, yang
akan yakin akan pertolongan Tuhan. Oleh karena itu, ketika kita mulai
meragukan pertolongan Tuhan, akan timbul pertanyaan, apakah saya dan
saudara masih seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tidak
mau menajiskan dirinya sama sekali? masihkah saya dan saudara
mengkhususkan diri untuk mengikut Tuhan? karena percayalah dengan
sedikit kompromi bukan saja membuat kita tidak berkenan di hadapan Tuhan
tetapi juga memberi kesempatan kepada iblis “diabolos/pendakwa” untuk
mendakwa dan membuat kita sendiri tidak yakin untuk berdoa, membuat kita
tidak yakin akan pertolongan Tuhan.
2. Komitmen untuk percaya kepada Tuhan .
Dalam ayat 18 ada ungkapan yang ekstrim, yang mereka katakan: tetapi
seandainya tidak (“sekalipun Allah tidak menolong”), hendaklah tuanku
mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan
tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.
Jika kita mau menjadi saksi iman, mau menyaksikan iman kita, atau melalui
kita Tuhan di permuliakan, tidak harus menunggu situasi seperti Sadrakh,
Mesakh dan Abednego baru kita mau beriman, tetapi harus di mulai dari
komitmen untuk tetap setia. Dalam ungkapan yang ekstrim Sadrakh, Mesakh
dan Abednego menyatakan bahwa, “tetapi seandainya tidak (jika Tuhan tidak
menolong), maka kami tidak akan memuja dewa tuanku, sesungguhnya dari
sana tergambar bahwa kehidupan yang beriman itu harus dalam situasi apa
saja, dalam masalah apa saja dan bukan karena sudah melihat pertolongan
Tuhan atau atas pertimbangan logika. Tetapi karena percaya bahwa Dia
sanggup menolong dan jika Ia tidak menolongpun saya akan tetap setia.
Tetapi alkitab juga secara jelas memberi penjelasan dalam banyak bagian
Firman Tuhan, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang beriman serta
mengandalkan-Nya. Akibat dari kehidupan yang beriman ini, Tuhan juga tidak
tinggal diam dan membiarkan mereka mati sia-sia, tetapi mengutus malaikat,
sehingga mereka selamat.

Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, Jika kita
memperhatikan Teks ini secara utuh maka kita akan melihat tantangan yang ada,
serta mengerti bahwa ada perjuangan yang berat untuk membuktikan kehidupan
yang beriman. Dan adapun akibat dari iman mereka adalah:
1. “Mereka selamat dengan cara yang ajaib” ayat 27, bukan saja selamat dari
api tetapi, bau terbakarpun tidak ada pada mereka.
2. “1 Orang kafir mengakui kekuasaan Allah” ayat 28, Nebukadnezar tidak
hanya melihat tetapi juga mengakui bahwa Allah Israel, Allahnya Sadrakh,
Mesakh dan Abednego adalah Allah yang berkuasa.
3. “Allah di muliakan oleh segenap suku-suku bangsa”

Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, berkaca dari
tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan ini dikaitkan dengan kehidupan kita masa kini:
 Seringkali kita menjadi seperti Nebukadnezar. Mungkin kita tidak membuat
sebuah patung megah dan minta disembah, tapi seberapa banyak dari kita
yang sekali waktu memuji Tuhan dan menyatakan syukur betapa besar Allah,
tapi di saat lain kita seperti lupa akan kebesaran Allah dan mulai bersikap
seperti allah kecil yang butuh dihormati. Apalagi ketika kita punya kedudukan
dan kekuasaan, dunia seakan sudah ada dalam genggaman, hanya dengan
satu jentikan jari semua bisa kita kuasai. Dan jika ada orang yang tidak sejalan
dengan kita maka dapat kita “lenyapkan” dari muka bumi ini.
 Seringkali juga kita menjadi seperti Orang-orang Babel yang membenci
Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Kadang kala dalam kehidupan ini ada orang
yang berkelebihan dalam berbagai aspek hidup dari pada kita. Apalagi dalam
lingkungan pekerjaan, muncullah Iri hati dan benci yang mendorong otak kita
untuk mencari seribu satu cara untuk membuat orang itu jatuh. Dengan cara
yang kotor sekalipun, menjadi penjilat sekalipun, akan kita tempuh demi dan
hanya untuk satu kedudukan dan pengakuan.

Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, pertanyaan akhir
dalam perenungan kita di saat ini: Adakah kita hidup seperti Sadrakh, Mesakh dan
Abednego? Adakah kita meyakini dengan teguh iman percaya kita kepada Kristus?
Adakah kita menjadi lain dari yang lain, tetapi tidak kelainan? Bapak, Ibu, Saudari/i
yang terkasih dalam Tuhan Yesus, Jadilah Sadrakh, Mesakh dan Abednego masa
kini. Teguh dalam kepercayaan kepada Kristus. Setia melakukan kehendak
Kristus. Jangan malu untuk menjadi lain dari pada yang lain, asal jangan sampe
kelainan. Berani untuk menjadi berbeda dengan dunia ini. Berani leh untuk
pasang bendera yang berbeda warna. Beda warna dengan Bos, dengan Pala,
dengan RT, dengan Suami/Istri. Karena ada pepatah berkata begini:
Bersama tidak harus sama, Berbeda tidak harus pecah. Jadi, nda masalah
kalo baku beda sadiki. Asal jangan sampe terpecah belah, apalagi kalo
sampe bibir pecah-pecah. Jadilah Sadrakh, Mesakh dan Abednego masa kini,
yang selalu mempercayakan kehidupan mereka kedalam tangan Tuhan. Berjalan
dalam kebenaran Tuhan pasti tidak mudah, jalannya tidak lurus dan pasti penuh
lubang dan batu. Namun Pemazmur menyatakan, "Kemalangan orang benar
banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; Ia melindungi segala
tulangnya, tidak satupun yang patah." (Mazmur 34:20-21).
Bapak, Ibu, Saudari/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus, Ketika orang
percaya hidup mengandalkan Tuhan dan melekat kepada-Nya, ada jaminan
perlindungan dan pemeliharaan dari Tuhan meski dihadapkan pada banyak
tantangan, tekanan, penderitaan atau aniaya sekalipun. Terkadang kemenangan
gemilang yang terjadi atas orang percaya berawal dari peristiwa-peristiwa yang
seakan-akan merupakan suatu kekalahan. Orang beriman yang memegang teguh
janji firman Tuhan dapat saja menghadapi suatu situasi yang teramat gelap dan
mengerikan, meskipun seolah-olah Iblis sedang berada di atas angin dan
mengalahkan mereka. Karena ia percaya pada satu kuasa yang tak dapat
ditandingi kuasa apapun. Yaitu kuasa Tuhan Kita, Kristus Yesus. Terpujilah
Kristus. Amin.

Anda mungkin juga menyukai