Anda di halaman 1dari 6

Setelah saudara mengenal Firman Tuhan apa yang harus kita lakukan yaitu membaca, mendengar dan

merenungkan Firman Tuhan.


Kenapa kita perlu membaca, mendengar dan merenungkan Firman Tuhan karena Firman Tuhan itu
ibarat benih dan hati dan pikiran kita ibarat tanah yang subur saat kita membaca Firman Tuhan kita
menabur benih yang baik.
Banyak orang kristen hanya tahu membaca Firman Tuhan tapi tidak merenungkannya bahkan
mungkin tidak paham jelas apa maksud firman Tuhan tersebut.Hanya tahu merespon Yes, Amin,
True ,dll mungkin yang merasa sudah ada yang senyum-senyum saat baca ini.
Jadi kita tidak cukup hanya membaca Firman Tuhan, tapi kita harus mendengarkan dan merenungkan
Firman Tuhan.
“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya
dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan”  Lukas 8 : 15
Tiga poin pentingnya kita membaca, mendengar, dan merenungkan Firman Tuhan
1. Agar iman kita semakin kuat
Iman adalah akar dari fondasi kerohanian kita, tanpa iman percuma kita mengaku sebagai orang
kristen.
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Roma 10:17
2.  Ada damai sejathtera dan sukacita
Saat kita membaca , mendengar dan merenungkan firman Tuhan, ada damai dan sukacita yang kita
terima dalam keadaan apapun yang kita hadapi , memberi kita kekuatan di saat kita lemah,
menjernihkan pikiran, meredakan kekhawatiran kita dan memuaskan jiwa kita
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi
penuh.”  Yoh 15:11
3. Ada bimbingan dan Arahan Tuhan
Firman Tuhan dapat adalah salah satu alat buat merefleksikan kehidupan kita apakah sudah benar
sesuai dengan yang Tuhan kehendaki? Juga sebagai pedoman untuk membimbing dan mengarahkan
kembali ke jalan yang benar ketika kita sudah mulai menyimpang.
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam,
supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan
demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.  Yosua 1:8

ika kita membaca kisah hidup Daud kita bisa melihat bagaimana pengenalan Daud akan Tuhan
membuat dia mampu untuk terus berjalan bahkan di dalam lembah kekelaman sekalipun.
Di dalam 1 Samuel 21:10 -15, kita bisa membaca bagaimana Daud yang sedang melarikan diri dari
kejaran Saul, pada akhirnya ditangkap oleh orang Filistin, yang membuat dia menjadi sangat takut dan
bahkan sampai pura pura gila. Tetapi ditengah keterjepitannya itu, kita bisa melihat bagaimana Daud
tetap menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, yang dia ungkapkan melalui Mazmur
34 dan Mazmur  56 yang Daud tulis pada masa masa itu.
“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku
percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” —  Mazmur 56:4-5 TB
“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena
Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.”
—  Mazmur 34:2-3 TB
Ya, dua bagian dari ayat di atas,  Daud tulis pada saat dia berada di dalam lembah kekelaman pada
salah satu fase hidupnya. Bahkan di dalam 1 Samuel 30 kita bisa melihat bagaimana Daud yang benar
benar sangat terjepit tetap menguatkankan kepercayaannya kepada Tuhan Allahnya seperti ada
tertulis sebagai berikut:
“Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh
rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud
menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya.” —  1 Samuel 30:6 TB
Teman teman terkasih, bagaimana dengan diri kita? Seringkali bagaimana respon kita pada saat kita
diijinkan berada dalam lembah kekelaman, dapat mengungkapkan sejauh mana pengenalan dan
penyerahan diri kita kepada pribadi Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Apakah respon kita terus
menguatkan kepercayaan kita kepadaNya, atau justru sebaliknya berlari menjauh dari kasihNya?
Oleh karenanya teman teman, mari kita terus belajar untuk mengenal Dia, mengenal dan memahami
betapa besarnya kasih karuniaNya yang Bapa kita sudah sediakan kepada kita anak anakNya di dalam
Tuhan Yesus Kristus, sehingga “sekalipun aku berjalan di dalam lembah kekelaman”, sekalipun aku
berjalan melalui padang belantara, sekalipun aku berjalan di dalam kesesakan, sekalipun aku berjalan
di dalan ketidakpastian dalam hidup, kita tetap bisa berkata seperti Daud “aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku”. Amin.
“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh
kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan
atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di
dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.”  —  Efesus
3:18-21 TB

a, berada di dalam Kristus bukan berarti kita tidak akan berhadapan dengan kesulitan sama sekali,
tetapi di dalam Dia saja kita akan menemukan alasan untuk terus BERHARAP, bahkan ketika hidup ini
seperti terasa berat dan seolah olah tidak memiliki dasar untuk berharap.
Kita memiliki harapan karena kita tahu bahwa kita telah ditebus melalui karya pengorbanan Tuhan
Yesus Kristus, dan kita berharap karena “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”  (Roma 8:28 TB)
Betapa luar biasa bukan pengharapan yang kita miliki teman teman?
Tuhan Yesus datang untuk menghancurkan pekerjaan iblis, sang pembohong dan penipu, yang ingin
menyeret kita kedalam dosa. Dan hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus saja kita dapat memiliki
kepercayaan diri yang sepenuhnya bahwa di dalam Dia terdapat kemenangan!
Hanya saja, dibalik kebenaran yang luar biasa ini, masih banyak dari kita sebagai orang percaya yang
masih belum hidup seperti seorang pemenang, tetapi merasa sebagai  seorang ‘victims’ atau korban.
Ya, walaupun mungkin banyak hal di dalam hidup ini yang membuat kita merasa seperti seseorang
yang menderita dan menjadi seperti ‘korban’ dari keadaan, kita tidak harus lagi untuk tetap merasa
seperti itu sebab seperti yang tertulis di dalam Roma 8 ayat 37: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih
dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Ya, sebab di dalam Kristus
saja, kita memiliki HARAPAN dan kesempatan untuk terus melangkah maju dan berkemenangan atas
semua permasalahan di dalam hidup ini karena Kristus telah mengalahkan dan menaklukkan hal yang
paling buruk didalam hidup kita, yaitu kuasa dosa.
Saya terkadang bertanya tanya, bagaimana mereka yang tidak mengenal Kristus dapat menghadapi
berbagai permasalahan di dalam hidup ini? Bagi saya pribadi, tidak mungkin saya dapat bertahan
dengan harapan di dalam hati saya jika itu bukan karena Kristus yang tinggal di dalam saya. Ya, hanya
Dia saja yang menjadi Gunung batu dan fondasi hidup saya, dan saya sangat bersyukur untuk hal itu.
Teman teman terkasih, jika kita hidup di dalam Kristus, dan diijinkan menghadapi situasi yang
sepertinya tidak memiliki dasar untuk berharap, ingatlah selalu akan Tuhan Yesus Kristus, akan apa
yang telah Dia lakukan dan tawarkan kepada kita, yaitu diriNya sendiri dan kehidupan yang kekal
bersamaNya. Hal tersebutlah satu satunya yang seharusnya memampukan dan menguatkan iman
percaya kita. Ya mari kita sama sama belajar untuk terus mengingat dan saling mengingatkan
pengharapan yang kita miliki di dalam Kristus tersebut.
Dan jika ada dari teman teman yang belum hidup di dalam Kristus, apalagi yang teman teman tunggu?
Dia menawarkan tidak hanya harapan di dalam hidup ini, tetapi juga harapan akan kehidupan yang
kekal bersama denganNya suatu saat nanti

Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah
kanan-Nya.”  (Yohanes 13:23)
“Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’”  (Yohanes 21:7a)
Jika kita melihat Injil Yohanes, kita akan menemukan bagaimana Yohanes berkali-kali menyebut
dirinya sebagai murid yang dikasihi Yesus. Menarik sekali bukan? Ternyata Yohanes tidak bermegah
atas kasihnya kepada Tuhan Yesus, melainkan dia bermegah atas kasih Tuhan Yesus kepadanya.
Inilah seharusnya perspektif yang juga dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Kita harus sadar bahwa
kita diselamatkan dan diberkati bukan karena kasih kita kepada Tuhan, melainkan karena kasih Tuhan
yang begitu luar biasa kepada kita. Seperti yang 1 Yohanes 4:10 katakan, “Inilah kasih itu: Bukan kita
yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya
sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
Jangan sampai kita menjadi seperti para orang farisi dan ahli taurat yang merasa dirinya benar dan
layak untuk Tuhan. Marilah kita menjadi orang-orang yang sadar bahwa diri kita berdosa dan
sebenarnya tidak layak untuk Tuhan, namun karena kasih karunia-Nya, kita diberikan keselamatan
dan kesempatan untuk memiliki hubungan dengan-Nya.
Seperti yang dikatakan oleh Efesus 2:8-9,  “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,  itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri.” Kita diberkati dan diselamatkan oleh karena kasih karunia Tuhan, bukan karena
kehebatan diri kita sendiri. Maka itu janganlah kita sombong, melainkan tetap bersyukur.
Ketika bertemu dengan orang lain, janganlah kita menyombongkan pencapaian-pencapaian kita,
tetapi marilah kita menceritakan tentang Tuhan yang telah memberkati kita dengan begitu ajaib. “Aku
bisa seperti hari ini, itu semua karena kasih karunia Tuhan di dalam hidupku. Tuhan Yesus sangat baik,
Dia sangat sayang sama aku.”

Pada ayat ini dikatakan bahwa Abraham tidak ragu terhadap janji Tuhan, melainkan berharap dan
percaya. Ini membuat saya menjadi sangat bingung, karena waktu saya membaca kitab Kejadian, saya
menemukan bahwa beberapa kali Abraham ragu dan tidak percaya kepada Tuhan.
Contohnya:
– Abraham tertawa dan tidak percaya ketika Tuhan berjanji kepadanya (Kejadian 17:17)
– Abraham berbohong tentang istrinya karena takut dibunuh (Kejadian 20:2)
– Abraham menerima saran istrinya untuk tidur dengan Hagar (karena istrinya tidak percaya Tuhan akan
memberikan keturunan melalui dirinya) (Kejadian 16:2-4)
Namun, mengapa kegagalan-kegagalan Abraham ini tidak dituliskan di dalam Roma 4? Mengapa yang
dituliskan di Roma 4 hanyalah hal-hal yang baik tentang Abraham? Lebih dari itu kita tau bahwa Abraham
diberikan sebutan “Bapak Orang Percaya” (padahal dia berkali-kali ragu terhadap Tuhan).
Saya merasa Tuhan memberikan jawabannya kepada saya melalui Ibrani 8:12, dimana Tuhan
mengatakan, “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa-dosa mereka.”
Bukankah ini berita yang sangat luar biasa? Manusia seringkali melupakan kebaikan kita dan mengingat-
ingat kesalahan kita. Namun Tuhan kita sebaliknya. Tuhan memilih untuk tidak mengingat-ingat
kesalahan kita dan bersukacita ketika kita taat kepada-Nya. Ini semua terjadi oleh karena apa yang Tuhan
Yesus lakukan di atas kayu salib, yaitu menebus dosa-dosa kita.
The cross has it covered, His grace is enough!
“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku
percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” —  Mazmur 56:4-5 TB
“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena
Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.”
—  Mazmur 34:2-3 TB
Ya, dua bagian dari ayat di atas,  Daud tulis pada saat dia berada di dalam lembah kekelaman pada
salah satu fase hidupnya. Bahkan di dalam 1 Samuel 30 kita bisa melihat bagaimana Daud yang benar
benar sangat terjepit tetap menguatkankan kepercayaannya kepada Tuhan Allahnya seperti ada
tertulis sebagai berikut:
“Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh
rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud
menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya.” —  1 Samuel 30:6 TB
Teman teman terkasih, bagaimana dengan diri kita? Seringkali bagaimana respon kita pada saat kita
diijinkan berada dalam lembah kekelaman, dapat mengungkapkan sejauh mana pengenalan dan
penyerahan diri kita kepada pribadi Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Apakah respon kita terus
menguatkan kepercayaan kita kepadaNya, atau justru sebaliknya berlari menjauh dari kasihNya?
Oleh karenanya teman teman, mari kita terus belajar untuk mengenal Dia, mengenal dan memahami
betapa besarnya kasih karuniaNya yang Bapa kita sudah sediakan kepada kita anak anakNya di dalam
Tuhan Yesus Kristus, sehingga “sekalipun aku berjalan di dalam lembah kekelaman”, sekalipun aku
berjalan melalui padang belantara, sekalipun aku berjalan di dalam kesesakan, sekalipun aku berjalan
di dalan ketidakpastian dalam hidup, kita tetap bisa berkata seperti Daud “aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku”. Amin.
“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh
kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan
atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di
dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.”  —  Efesus
3:18-21 TB
a, berada di dalam Kristus bukan berarti kita tidak akan berhadapan dengan kesulitan sama sekali,
tetapi di dalam Dia saja kita akan menemukan alasan untuk terus BERHARAP, bahkan ketika hidup ini
seperti terasa berat dan seolah olah tidak memiliki dasar untuk berharap.
Kita memiliki harapan karena kita tahu bahwa kita telah ditebus melalui karya pengorbanan Tuhan
Yesus Kristus, dan kita berharap karena “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”  (Roma 8:28 TB)
Betapa luar biasa bukan pengharapan yang kita miliki teman teman?
Tuhan Yesus datang untuk menghancurkan pekerjaan iblis, sang pembohong dan penipu, yang ingin
menyeret kita kedalam dosa. Dan hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus saja kita dapat memiliki
kepercayaan diri yang sepenuhnya bahwa di dalam Dia terdapat kemenangan!
Hanya saja, dibalik kebenaran yang luar biasa ini, masih banyak dari kita sebagai orang percaya yang
masih belum hidup seperti seorang pemenang, tetapi merasa sebagai  seorang ‘victims’ atau korban.
Ya, walaupun mungkin banyak hal di dalam hidup ini yang membuat kita merasa seperti seseorang
yang menderita dan menjadi seperti ‘korban’ dari keadaan, kita tidak harus lagi untuk tetap merasa
seperti itu sebab seperti yang tertulis di dalam Roma 8 ayat 37: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih
dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Ya, sebab di dalam Kristus
saja, kita memiliki HARAPAN dan kesempatan untuk terus melangkah maju dan berkemenangan atas
semua permasalahan di dalam hidup ini karena Kristus telah mengalahkan dan menaklukkan hal yang
paling buruk didalam hidup kita, yaitu kuasa dosa.
Saya terkadang bertanya tanya, bagaimana mereka yang tidak mengenal Kristus dapat menghadapi
berbagai permasalahan di dalam hidup ini? Bagi saya pribadi, tidak mungkin saya dapat bertahan
dengan harapan di dalam hati saya jika itu bukan karena Kristus yang tinggal di dalam saya. Ya, hanya
Dia saja yang menjadi Gunung batu dan fondasi hidup saya, dan saya sangat bersyukur untuk hal itu.
Teman teman terkasih, jika kita hidup di dalam Kristus, dan diijinkan menghadapi situasi yang
sepertinya tidak memiliki dasar untuk berharap, ingatlah selalu akan Tuhan Yesus Kristus, akan apa
yang telah Dia lakukan dan tawarkan kepada kita, yaitu diriNya sendiri dan kehidupan yang kekal
bersamaNya. Hal tersebutlah satu satunya yang seharusnya memampukan dan menguatkan iman
percaya kita. Ya mari kita sama sama belajar untuk terus mengingat dan saling mengingatkan
pengharapan yang kita miliki di dalam Kristus tersebut.
Dan jika ada dari teman teman yang belum hidup di dalam Kristus, apalagi yang teman teman tunggu?
Dia menawarkan tidak hanya harapan di dalam hidup ini, tetapi juga harapan akan kehidupan yang
kekal bersama denganNya suatu saat nanti

Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah
kanan-Nya.”  (Yohanes 13:23)
“Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’”  (Yohanes 21:7a)
Jika kita melihat Injil Yohanes, kita akan menemukan bagaimana Yohanes berkali-kali menyebut
dirinya sebagai murid yang dikasihi Yesus. Menarik sekali bukan? Ternyata Yohanes tidak bermegah
atas kasihnya kepada Tuhan Yesus, melainkan dia bermegah atas kasih Tuhan Yesus kepadanya.
Inilah seharusnya perspektif yang juga dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Kita harus sadar bahwa
kita diselamatkan dan diberkati bukan karena kasih kita kepada Tuhan, melainkan karena kasih Tuhan
yang begitu luar biasa kepada kita. Seperti yang 1 Yohanes 4:10 katakan, “Inilah kasih itu: Bukan kita
yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya
sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
Jangan sampai kita menjadi seperti para orang farisi dan ahli taurat yang merasa dirinya benar dan
layak untuk Tuhan. Marilah kita menjadi orang-orang yang sadar bahwa diri kita berdosa dan
sebenarnya tidak layak untuk Tuhan, namun karena kasih karunia-Nya, kita diberikan keselamatan
dan kesempatan untuk memiliki hubungan dengan-Nya.
Seperti yang dikatakan oleh Efesus 2:8-9,  “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,  itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri.” Kita diberkati dan diselamatkan oleh karena kasih karunia Tuhan, bukan karena
kehebatan diri kita sendiri. Maka itu janganlah kita sombong, melainkan tetap bersyukur.
Ketika bertemu dengan orang lain, janganlah kita menyombongkan pencapaian-pencapaian kita,
tetapi marilah kita menceritakan tentang Tuhan yang telah memberkati kita dengan begitu ajaib. “Aku
bisa seperti hari ini, itu semua karena kasih karunia Tuhan di dalam hidupku. Tuhan Yesus sangat baik,
Dia sangat sayang sama aku.”

Pada ayat ini dikatakan bahwa Abraham tidak ragu terhadap janji Tuhan, melainkan berharap dan
percaya. Ini membuat saya menjadi sangat bingung, karena waktu saya membaca kitab Kejadian, saya
menemukan bahwa beberapa kali Abraham ragu dan tidak percaya kepada Tuhan.
Contohnya:
– Abraham tertawa dan tidak percaya ketika Tuhan berjanji kepadanya (Kejadian 17:17)
– Abraham berbohong tentang istrinya karena takut dibunuh (Kejadian 20:2)
– Abraham menerima saran istrinya untuk tidur dengan Hagar (karena istrinya tidak percaya Tuhan akan
memberikan keturunan melalui dirinya) (Kejadian 16:2-4)
Namun, mengapa kegagalan-kegagalan Abraham ini tidak dituliskan di dalam Roma 4? Mengapa yang
dituliskan di Roma 4 hanyalah hal-hal yang baik tentang Abraham? Lebih dari itu kita tau bahwa Abraham
diberikan sebutan “Bapak Orang Percaya” (padahal dia berkali-kali ragu terhadap Tuhan).
Saya merasa Tuhan memberikan jawabannya kepada saya melalui Ibrani 8:12, dimana Tuhan
mengatakan, “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa-dosa mereka.”
Bukankah ini berita yang sangat luar biasa? Manusia seringkali melupakan kebaikan kita dan mengingat-
ingat kesalahan kita. Namun Tuhan kita sebaliknya. Tuhan memilih untuk tidak mengingat-ingat
kesalahan kita dan bersukacita ketika kita taat kepada-Nya. Ini semua terjadi oleh karena apa yang Tuhan
Yesus lakukan di atas kayu salib, yaitu menebus dosa-dosa kita.
The cross has it covered, His grace is enough!

Anda mungkin juga menyukai