Anda di halaman 1dari 29

Roma 16:17-24

Ibadah tanpa disertai ketaatan melakukan kehendak Tuhan adalah sia-sia belaka. Yang Tuhan cari dalam diri orang
percaya adalah kekuatan. Oleh karena itu orang percaya harus berusaha sedemikian rupa untuk mencari perkenanan
Tuhan, artinya kita harus lebih sungguh-sungguh lagi dalam mengikut Tuhan. Kita harus mengalami percepatan rohani:
ibadah lebih lagi, berdoa lebih lagi, melayani Tuhan lebih lagi, taat lebih lagi. Ketaatan adalah prioritas Tuhan! Artinya
dalam keadaan dan siuasi apa pun, senang atau tidak senang, kita harus tetap taat. Kata 'TAAT' dibaca dari depan atau
dari belakang tetaplah TAAT. Hidup dalam ketaatan (kebenaran) adalah mutlak bagi orang percaya, karena hal itu
menyukakan hati Tuhan. Kristus adalah teladan utama dalam hal ketaatan! Puncak ketaatan Kristus kepada Bapa adalah
mati di atas kayu salib. Ketaatan Kristus inilah yang menghasilkan keselamatan bagi setiap orang yang percaya. Sebagai
orang yang sudah diselamatkan, sudah sepatutnya kita meneladani Kristus yaitu hidup dalam ketaatan. Tak mudah
untuk hidup taat di tengah-tengah dunia yang semakin jahat seperti sekarang ini. Ditambah lagi dengan kemajuan
teknologi yang ada membuat orang tidak lagi hidup mengandalkan Tuhan, dan semakin diperparah dengan
menjamurnya ajaran-ajaran sesat. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah
seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."
(Efesus 5:15-16). Hidup taat berarti hidup dalam kekudusan. "Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang
memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan
demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." (2 Korintus 7:1).

Hidup kudus adalah syarat mutlak untuk kita mengalami kehadiran Tuhan, sebab tanpa kekudusan tak seorang pun
dapat melihat Tuhan (Ibrani 12:14).

1 Korintus 13:11-12

Kehidupan Kristen dewasa tidak terjadi secara otomatis, tetapi perlu proses dan waktu. Sebagaimana tubuh jasmani
manusia memerlukan makanan yang bergizi setiap hari, begitu pula manusia rohani kita juga memerlukan makanan
rohani yang seimbang supaya dapat bertumbuh secara utuh dan sempurna, "sampai kita semua telah mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13). Makanan sehat untuk manusia rohani adalah 'susu' (1 Petrus 2:2),
'roti' (Matius 4:4), 'makanan keras' (Ibrani 5:14), dan 'madu' (Mazmur 119:103). Jangan berpikir bahwa rajin datang ke
gereja dan memberikan persembahan sudah cukup sebagai modal untuk bertumbuh, melainkan harus mau berproses
yaitu 'tinggal' di dalam firman Tuhan: menyediakan waktu untuk mendengarkan, membaca, mempelajari/menyelidiki,
merenungkan dan mempraktekkan firman Tuhan, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran." (2 Timotius 3:16). Kuasa firmanlah yang akan mengubah seluruh perspektif hidup kita, dari hidup yang
berpusat pada diri sendiri kepada hidup yang berpusat kepada Tuhan; tidak lagi berorientasi kepada perkara duniawi
melainkan kepada perkara yang bernilai kekal. Inilah tanda kedewasaan rohani seseorang yaitu senantiasa haus dan
lapar akan kebenaran firman Tuhan. Dalam mengatasi masalah hidup pun ia tidak lagi mengandalkan kekuatan sendiri,
tetapi senantiasa meminta hikmat dari Tuhan dan melibatkan Dia.

"...supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal
yang dikehendaki Allah." Kolose 4:12
Yesaya 54:1-17

Ada kalimat bijak mengatakan, "Seorang pemenang adalah pemimpi yang tak pernah menyerah." Artinya jika ingin
berhasil kita harus memiliki impian yaitu gambaran dari keberhasilan yang ingin diraih di masa depan. Impian akan
mendorong orang untuk berusaha dan berjuang, sampai impian menjadi sebuah kenyataan, sebab impian tidak akan
terwujud melalui magic, tapi perlu usaha yang keras dan determinasi. Ada banyak orang berpikiran bahwa bermimpi
besar adalah suatu kesombongan. Tidak! Justru Tuhan akan melakukan perkara-perkara besar bagi mereka yang
memiliki impian besar, contohnya adalah Yusuf. Keberhasilan Yusuf menjadi penguasa di Mesir berasal dari sebuah
impian meski ia harus melewati proses yang panjang. Tuhan Yesus berkata, "...sesungguhnya jika kamu percaya dan
tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau
kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi." (Matius 21:21).
Impian yang besar akan memperbesar iman kita pula sehingga kita akan menerima hasil sebesar iman tersebut. Pohon
akan tumbuh sesuai dengan ukuran tempatnya: jika pohon ditanam ditempat yang besar pohon itu akan bertumbuh
besar, sebaliknya jika pohon itu hanya ditanam di pot yang kecil, pertumbuhannya pun akan terbatas. Ingin usaha atau
pelayanan kita makin diperluas, mau tidak mau, kapasitas diri kita pun harus diperbesar! Jadi, beranilah untuk
membayar harga: berkorban waktu, tenaga, dan pikiran yang lebih besar lagi. Dunia ini terus berubah dari waktu ke
waktu, maka kita pun dituntut untuk mengikuti perubahan itu dengan terus meng-upgrade diri... jika tidak, kita akan
semakin jauh tertinggal. Karena itu "...panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-
patokmu!" (Yesaya 54:2): tali tanggung jawab, tali kejujuran, tali ketekunan, tali kesetiaan, tali kerja keras, harus makin
diperpanjang, serta diikatkan pada patok yang kuat. Patok itu adalah Tuhan, Gunung Batu yang teguh.

Berani bermimpi berarti kita juga harus berani untuk membayar harga!

Lukas 13:6-9

Dalam Alkitab seringkali pohon dipakai untuk melukiskan keadaan manusia. Orang yang kesukaannya merenungkan
Taurat Tuhan siang dan malam seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, menghasilkan buahnya pada musimnya,
tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1:2-3); orang yang mengandalkan Tuhan dalam
segala hal seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, tidak mengalami
datangnya panas terik, daunnya tetap hijau, tidak kuatir dalam tahun kering, tidak berhenti menghasilkan buah
(Yeremia 17:8). Pada bacaan hari ini tiga tahun lamanya pemilik kebun mencari buah pada pohon ara miliknya, tapi
tidak menemukannya. Tahun pertama: tidak ada buah masih bisa dimaklumi, mungkin pohon itu masih terlalu muda
untuk berbuah; tahun kedua: belum ada buah, mungkin masih kurang pupuk atau ada batu-batu yang harus
disingkirkan atau tanah perlu dicangkul supaya gembur; tahun ketiga: tetap saja tidak berbuah, padahal segala usaha
sudah dilakukan. Jadi yang menjadi masalah bukan kurang diperhatikan, tapi pohon ara itu sendiri. Inilah gambaran
hidup orang percaya, yaitu orang-orang non Yahudi, yang karena iman percaya kepada Yesus beroleh kasih karunia-
Nya: dipilih, diselamatkan dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, "yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari
antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi
Hosea: 'Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih.' Dan di tempat, di mana akan
dikatakan kepada mereka: 'Kamu ini bukanlah umat-Ku,' di sana akan dikatakan kepada mereka: 'Anak-anak Allah yang
hidup.'" (Roma 9:24-26). Jadi, kita yang hidup di bawah kasih karunia Tuhan, artinya hidup dengan perlakuan istimewa
dari Tuhan, dituntut menghasilkan buah. "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan
dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).

Tidak berbuah berarti telah menyia-nyiakan kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepadanya!
Matius 3:1-12

Yohanes Pembaptis telah menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk dibaptis
supaya mereka jangan hanya berhenti menjadi orang Kristen dan kemudian dibaptis saja, tetapi mereka harus
melangkah ke tahap selanjutnya yaitu mengeluarkan buah-buah kehidupan yang berpadanan dengan Injil, sebab jika
hidup orang Kristen tidak berbuah, maka "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.", sebab bukan orang yang berseru Tuhan,
Tuhan...yang akan masuk Kerajaan Sorga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21). Melakukan
kehendak Bapa ini berbicara tentang buah! Dalam perumpamaan pokok anggur yang benar dikatakan: "Setiap ranting
pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak
berbuah." (Yohanes 15:2). Proses pembersihan disebut proses pembentukan dan Tuhan memiliki banyak cara untuk
membentuk kita, bisa melalui masalah, hajaran atau situasi padang gurun. Pembentukan itu bertujuan untuk
mendisiplinkan kita dan menarik kita semakin mendekat kepada-Nya. Kunci untuk berbuah adalah tinggal di dalam
Tuhan dan firman-Nya; bahkan untuk menegaskan hal ini kata tinggal ditulis sampai 10x dalam sepuluh ayat pertama
dalam Yohanes pasal 15. Jadi menghasilkan buah adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya yang bersifat mutlak,
sebab melalui buah yang dihasilkan, kekristenan seseorang dapat dilihat dan dinilai oleh dunia. "Jadi dari buahnyalah
kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20). Buah-buah apa yang harus dihasilkan? Buah jiwa. Berbicara tentang
seberapa jauh kehidupan kita berdampak bagi orang lain atau lingkungan. Buah memberi. Pengorbanan yang kita
berikan kepada Tuhan: waktu, tenaga, pikiran, dan uang (materi) adalah buah-buah yang dapat mendukung Injil
diberitakan. Buah Roh. Orang yang tinggal di dalam firman Tuhan pasti merefleksikan tindakan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, karakter Ilahi akan terpancar (Galatia 5:22-23a).

"Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik...supaya hidup mereka jangan tidak
berbuah." Titus 3:14

1 Korintus 2:6-16

Segala sesuatu yang ada di dunia ini dikategorikan berdasarkan keberadaannya. Contoh: suatu barang dikategorikan
sebagai barang yang berharga mahal apabila barang tersebut terbuat dari bahan yang berkualitas, dibuat dengan
tingkat kesulitan yang tinggi, dan memiliki manfaat yang besar atau bernilai guna. Pula keberadaan seluruh umat
manusia yang ada di bumi, ditinjau dari sudut kerohanian, dikategorikan menjadi dua bagian yaitu manusia duniawi dan
manusia rohani. Manusia duniawi adalah orang yang belum mengalami 'kelahiran baru' di dalam Kristus, yang
hidupnya masih diperbudak oleh kedagingan dan hawa nafsunya karena berada di bawah kuasa dari si jahat. Itulah
sebabnya mereka disebut orang dunia karena hidup mengikuti pola dunia sepenuhnya, sehingga mereka menolak hal-
hal yang berasal dari Roh. "...manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan;" (ayat nas), karena mereka tidak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan dan jalan-
jalan-Nya. Mereka hidup dengan bersandar kepada pengertian dan kekuatan sendiri, sebab tidak ada Roh Kudus di
dalam hidupnya. Manusia rohani adalah mereka yang sudah mengalami 'kelahiran baru' di dalam Kristus. Ketika
seseorang dengan iman menerima keselamatan yang disediakan melalui Kristus, saat itu ia mengalami kelahiran baru
dan hidup sebagai manusia rohani. "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu...Roh-
Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu..." (Yehezkiel 36:26-27). Sebagai manusia rohani ia akan senantiasa
berpikiran rohani dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang rohani karena mau tunduk kepada pimpinan Roh
Kudus. Jadi langkah awal bagi setiap orang untuk dapat masuk ke dalam dimensi baru sebagai 'manusia rohani' adalah
percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya.

Sebagai orang percaya kita masuk kategori manusia rohani, sudah seharusnya kita menunjukkan kualitas hidup yang
rohaniah, bukan duniawiah!
1 Korintus 3:1-3

Rasul Paulus menegaskan bahwa tingkat kerohanian seorang Kristen terbagi menjadi 3 kategori: Kristen duniawi,
Kristen bayi (kanak-kanak) dan Kristen rohani (dewasa). Kata kamu yang dimaksudkan oleh Paulus merujuk kepada
jemaat Tuhan yang ada di kota Korintus. Sudah lama menjadi Kristen tidak menjadi jaminan bahwa seseorang memiliki
kehidupan rohani yang mumpuni, karena ada banyak orang Kristen yang kualitas hidupnya tidak jauh berbeda dengan
orang-orang di luar Tuhan, sehingga hidupnya bukannya menjadi berkat bagi orang lain tapi menjadi batu sandungan.
Kristen duniawi. Istilah duniawi dalam ayat ini diterjemahkan dari kata Yunani sarkikos, yang akar katanya adalah sark
yang berarti: tubuh jasmaniah, materialistik, fana, secara harafiah bisa diartikan suatu kehidupan yang dikendalikan
oleh daging. Bukankah ada banyak orang yang menyandang status sebagai pengikut Kristus namun tetap saja memiliki
tabiat duniawi. Hal itu menunjukkan bahwa ia masih hidup sebagai manusia 'lama', belum sepenuhnya menanggalkan
dan masih hidup menurut keinginan daging, bukan menurut pimpinan Roh Kudus, sehingga orientasi hidupnya hanya
berpusat kepada hal-hal yang duniawi. Begitu juga ketika dihadapkan pada masalah, orang Kristen duniawi cenderung
menyelesaikannya dengan cara-cara dunia yaitu mengandalkan kekuatan, kemampuan dan kepintaran sendiri, serta
menaruh harapan kepada manusia. Bagaimana supaya kedagingan atau sifat duniawi itu tidak lagi mendominasi dalam
hidup kita? Tidak ada jalan lain selain kita harus berani membayar harga, keluar dari zona nyaman, dan tunduk
sepenuhnya kepada Roh Kudus. "Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan
daging." (Galatia 5:16). Kemauan untuk tunduk di bawah pimpinan Roh Kudus adalah sarana memperoleh kemampuan
untuk menanggalkan manusia 'lama', karena dengan kekuatan sendiri kita takkan bisa melakukannya. Demikianlah,
kita harus mau berproses seumur hidup kita!

"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi..." Kolose 3:5

Ibrani 5:11-14

Rasul Paulus menjelaskan bahwa Kristen bayi adalah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menerima makanan
keras. "Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan
sekarangpun kamu belum dapat menerimanya." (1 Korintus 3:2). Kerohanian yang demikian disebut kerohanian yang
jalan di tempat, tidak bertumbuh alias kerdil karena tidak memiliki pengetahuan yang utuh tentang kebenaran.
Inginnya firman Tuhan yang lembut, manis dan enak didengar telinga. Begitu mendengar firman yang keras langsung
berontak, marah, tersinggung, mogok. Ini sangat berbahaya, karena mereka rentan sekali disesatkan oleh ajaran lain
yang menyimpang, sebab pengetahuan tentang kebenaran masih sangat dangkal. Perlu sekali kita belajar dari jemaat di
Berea: "...mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk
mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian." (Kisah 17:11). Kekristenan tingkat bayi/kanak-kanak cukup puas
sebagai 'penonton', bukan pelaku pertandingan, ingin dilayani tapi tidak mau terlibat dalam pelayanan. Di masa-masa
akhir ini kita banyak melihat dan mendengar ada banyak sekali ajaran-ajaran yang menyesatkan dan banyak orang
menjadi pengikutnya. Ajaran itu memang tampaknya baik, tetapi kita harus ingat segala sesuatu yang baik belum tentu
benar dan sesuai dengan kebenaran Injil. Di mata Tuhan ukurannya adalah kebenaran, bukan kebaikan menurut
penilaian manusia. Berhati-hatilah! "Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat
Terang." (2 Korintus 11:14). Tuhan Yesus sudah memperingatkan kita, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Bila kita senantiasa
berjaga dan berdoa tidak mudah diperdaya oleh orang yang datang membawa nama Tuhan atau mengaku diri sebagai
mesias (Matius 24:5).

Kekristenan yang masih bayi atau kanak-kanak itu rawan karena sangat mudah diombang-ambingkan oleh arus
dunia!
Mazmur 99:1-9

Bapa yang kita sembah, yang menyatakan diri di dalam Yesus Kristus, adalah kudus adanya. Dialah Yehovah
M'kaddeshem (Tuhan yang menyucikan). Sebagai orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-
Nya yang ajaib, kita, "...yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak
dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:10), adalah bagian dari keberadaan-Nya yang
Ilahi, yaitu kehidupan kudus yang memisahkan kita dari dunia. "tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh
hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku
kudus." (1 Petrus 1:15-16). Banyak orang mengaku diri sebagai pengikut Kristus tetapi tingkah mereka tidak beda dari
dunia. Jelas ini bertentangan dengan kehendak Tuhan! Di dalam Perjanjian Lama Tuhan telah menyatakan kekudusan-
Nya kepada bangsa Israel dengan memberikan mereka segala hukum-hukum-Nya: "Sebab Akulah TUHAN yang telah
menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus." (Imamat 11:45).
Mengapa kita harus hidup kudus? "...sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14).
Yesus Kristus telah datang untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu menyucikan orang yang percaya kepada-Nya dan
akan memberikan hati yang baru (Yehezkiel 36:26). Lebih dari itu Ia membebaskan kita dari segala ikatan dosa dan dari
setiap tipu daya Iblis; dan karena kita sudah dibarui dan disucikan dalam nama-Nya dengan baptisan air, maka tubuh
kita menjadi Bait Roh Kudus, di mana Ia berdiam dengan Roh-Nya. Kini kita tidak lagi menjadi hamba dosa seperti
dahulu, melainkan menjadi hamba kebenaran (Roma 6:18), sehingga tubuh kita adalah korban yang hidup bagi Tuhan.
Karena itu kita harus memancarkan kekudusan Kristus kepada dunia ini melalui perkataan, sikap dan perbuatan kita
sehari-hari.

"...kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu." Imamat 20:7

Mazmur 46:1-12

Semua orang mengakui bahwa keadaan dunia bertambah hari tidak bertambah baik, goncangan demi goncangan
terjadi di mana-mana, "Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang,..." (ayat 7). Perilaku manusia pun semakin tak
terkendali karena mereka tidak lagi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Haruskah orang percaya terbawa arus dunia
ini? "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa
arus." (Ibrani 2:1). Jika kita berusaha untuk menjadi 'serupa' dengan dunia maka hidup kita tidak lagi memiliki
pengaruh, alias gagal menjadi garam dan terang dunia. Justru di tengah goncangan dan degradasi moral seperti inilah
dibutuhkan orang-orang yang berani membuat perbedaan. Tugas itu ada di pundak kita sebagai orang percaya yang
telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). "Karena itu, saudara-saudaraku,
berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu
tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10). Memang untuk menjadi pribadi yang berbeda tidaklah mudah, ada
banyak tekanan dan tantangan yang selalu mencoba untuk menghadang langkah kita. Bagaimana supaya kita dapat
bertahan dan tetap aman? Senantiasalah berpaut kepada Tuhan. "Sebab jika kamu sungguh-sungguh berpegang pada
perintah yang kusampaikan kepadamu untuk dilakukan, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut
segala jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan berpaut pada-Nya," (Ulangan 11:22), maka "Tidak ada yang akan dapat
bertahan menghadapi kamu:" (Ulangan 11:25). Berpaut kepada Tuhan berarti memiliki penyerahan diri penuh kepada
Tuhan dan terus melekat kepada-Nya. Inilah janji Tuhan terhadap orang-orang yang berpaut kepada-Nya, "...Aku akan
meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan
menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya." (Mazmur 91:14-
15).

"TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." Mazmur 46:12
Lukas 10:1-12

Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk bekerja di ladang-Nya, dan dunia ini adalah ladang yang Ia percayakan
untuk digarap. Tidaklah cukup orang percaya hanya tampak rajin beribadah ke gereja saja; kita harus lebih dari itu,
yaitu punya hati yang terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan terlibat di dalamnya. Kita harus memiliki roh
yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan, bukan hanya puas menjadi jemaat yang pasif tanpa melakukan apa-apa.
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Selagi
ada waktu dan kesempatan kita harus melayani Tuhan dengan sekuat tenaga, bekerja bagi Dia tanpa kenal lelah.
Mengapa? Karena Tuhan Yesus sendiri telah memberikan sebuah teladan bagaimana Ia bekerja dan melayani. Seluruh
keberadaan hidup-Nya dipersembahkan untuk mengerjakan tugas Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib. Tuhan Yesus
memperingatkan, "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan
oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6:27). Mengingat sedikit waktu lagi kedatangan Tuhan yang kedua
kali akan tiba, maka sisa waktu yang ada hendaknya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk bekerja bagi Tuhan.
Renungkan: untuk membuat sepotong kue diperlukan banyak pekerja; kalau kue yang kelihatannya sepele, yang sekali
makan langsung habis memerlukan begitu banyak orang yang terlibat untuk membuatnya, apalagi pekerjaan
memberitakan Injil ke seluruh pelosok, suku, bangsa, kaum dan bahasa di seluruh dunia, bukankah diperlukan lebih
banyak pekerja? Tuaian di luar sana begitu banyak, tetapi sayang pekerja sangat sedikit alias tidak sebanding. Kita tidak
mungkin hanya mengandalkan para pendeta atau fulltimer yang bekerja, karena sebesar apa pun energi yang mereka
keluarkan tidak akan mencukupi.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak
ada seorangpun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4

1 Samuel 7:1-14

Karena tidak taat, bangsa Israel dipermalukan oleh bangsa lain. Karena itu Samuel menyerukan kepada mereka agar
bertobat. Secara harafiah kata bertobat berarti berbalik arah dari kehidupan yang jahat kepada kehidupan yang baik,
dari kehidupan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan kepada kehidupan yang seturut kehendak Tuhan, dari
kehidupan yang duniawi kepada kehidupan yang rohani. "Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para
Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN." Pertobatan adalah kunci mengalami pemulihan hidup seperti tertulis:
"dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-
jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri
mereka." (2 Tawarikh 7:14). Setelah umat Israel berbalik kepada Tuhan (bertobat) perjalanan hidup mereka tidak
langsung mulus, mereka kembali dihadapkan pada ujian dan pencobaan yaitu bangsa Filistin datang menyerang,
sehingga mereka pun mengalami ketakutan. Dalam keadaan tertekan umat Israel berseru-seru kepada Tuhan dan
meminta pertolongan; dan Samuel pun mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, "...maka TUHAN menjawab
dia." (1 Samuel 7:9b), dan memberikan pertolongan tepat pada waktunya. "...pada hari itu TUHAN mengguntur dengan
bunyi yang hebat ke atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul kalah oleh orang Israel."
(1 Samuel 7:10). Setiap ujian pasti mendatangkan kebaikan, karena di balik ujian yang ada sesungguhnya Tuhan sedang
mengerjakan perkara-perkara besar untuk kita, karena "Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu
goyah." (Mazmur 55:23). Setelah meraih kemenangan itu Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya, dan ia
menamainya sebagai Eben Haezer. Kata Eben Haezer diterjemahkan dari kata Ibrani eben 'ekhwad yang artinya batu
pertolongan.

Seberat apa pun perjalanan hidup ini Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian; Dia Imanuel... Jika Dia beserta
kita, pasti ada pertolongan!
Mazmur 33:1-22

Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah buku di atas segala buku, firman Tuhan yang hidup
untuk manusia, yang berlaku untuk segala zaman. Jadi isi Alkitab adalah perkataan Tuhan sendiri yang penuh kuasa,
"...bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2
Timotius 3:16-17). Mengapa Alkitab disebut firman Tuhan yang hidup? Karena daripadanya kita mendapatkan
makanan dan minuman rohani. Banyak orang berpikir bahwa roti adalah satu-satunya yang dibutuhkan untuk bisa
hidup. Memang benar, makanan jasmani diperlukan agar kita dapat bertahan hidup, namun ada hal lain yang
diperlukan untuk membuat hidup kita lebih dari sekedar bertahan hidup. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Untuk memiliki kebahagiaan, kemenangan
dan kelimpahan yang sejati tidak bisa sekedar bertahan hidup, yang kita butuhkan adalah firman Tuhan. Karena itu
"...jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya
kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Bayi yang baru lahir tidak dapat hidup tanpa susu, begitu
pula hidup kita tidak akan dapat bertahan tanpa 'air susu murni' dari firman Tuhan. Seperti kita butuh makan agar
tubuh jasmani dapat bertahan hidup, maka adalah sebuah realitas tak terelakkan bahwa untuk dapat benar-benar
hidup kita membutuhkan firman Tuhan. Kunci mengalami kebahagiaan, sukacita, damai sejahtera yang sejati hanya kita
dapatkan di dalam Alkitab. Dengan kata lain hati manusia hanya dapat dipuaskan dengan firman Tuhan saja. Juga
kedewasaan rohani setiap orang percaya hanya dapat bertambah-tambah dan menjadi kuat hanya dengan membaca,
mendengar, merenungkan dan melakukan firman Tuhan saja. Sungguh bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang hidup
dan berkuasa.

"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." Matius 24:35

Lukas 6:12-16

Kehebatan pelayanan Yesus bukan disebabkan karena Ia mengandalkan keilahianNya sebagai Anak Allah, Pribadi kedua
dari Allah Tritunggal, melainkan kehidupan sebagai Anak Manusia yang sepenuhnya mengandalkan Allah BapaNya. Di
tengah-tengah kesibukan pelayanNya Yesus tidak pernah mengesampingkan doa. "Dan setelah orang banyak itu
disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ."
(Matius 14:23). Bahkan saat tergantung di atas kayu salib dan pada embusan nafas terakhirnya pun Ia masih berdoa.
Saat ini ketika berada di sorga Yesus terus berdoa karena "...Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka."
(Ibrani 7:25). Jika kita rindu memiliki kehidupan yang berkualitas, kita pun harus mendisiplinkan diri dalam hal doa.
Semakin disiplin berdoa semakin kita mengenal kehendak, rencana dan kuasa Tuhan. Bisakah? Disiplin berdoa pasti
bisa dilakukan oleh setiap orang percaya karena Yesus sudah memberikan Roh KudusNya untuk membantu kita dalam
berdoa. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus
berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma
8:26). Roh kuduslah yang kan mengingatkan dan membangkitkan kerinduan kita untuk berdoa. Ketika kita taat
terhadap tuntunan Roh Kudus Ia akan menolong kita mengembangkan sikap disiplin dalam berdoa. Kita akan diajar dan
mengalami berdoa dalam Roh. Ketika kita secara konsisten mendisiplinkan diri dalam berdoa, Roh Kudus akan
membawa kita kepada level yang lebih tinggi lagi, di mana melakukan kehendak Tuhan akan menjadi suatu kegemaran
bagi kita, akhirnya kita pun akan menjadi saluran kuasa Roh Kudus bekerja sebagaimana janjiNya, "...melakukan juga
pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12).

Tanpa disiplin berdoa mustahil kita bisa melakuka kehendak Tuhan dalam hidup ini!
Yohanes 6:35a

Tubuh manusia selalu membutuhkan makanan setiap hari. Berbagai macam makanan yang dikonsumsi agar semua
kebutuhan protein, gizi, vitamin, karbohidrat dan zat lainnya dapat tercukupi. Semua makanan yang dikonsumsi akan
diolah/dicerna untuk menjadi energi bagi manusia. Energi itulah yang akan memberi kekuatan bagi kita untuk dapat
bergerak, beraktifitas, berpikir dan melakukan berbagai macam hal dalam kegiatan sehari-hari. Berbagai macam tugas
dan pekerjaan akan dapat diselesaikan jika ada energi yang cukup untuk beraktivitas. Semua target dan tujuan dapat
lebih mudah tercapai dengan baik jika tubuh manusia dalam keadaan yang fit dan sempurna. Secara rohani,
keadaannya akan sama persis dengan keadaan fisik kita. Tubuh rohani kita juga sangat membutuhkan makanan rohani
yang tepat sehingga semua aspek rohani yang dibutuhkan dapat masuk dan dicerna dengan baik. “Inilah roti yang turun
dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau
seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan
Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yohanes 6:50-51). Tuhan Yesus berbicara mengenai roti hidup yang jika kita konsumsi
akan membuat kita tidak lapar lagi. Roti hidup ini berbicara mengenai Tuhan Yesus sendiri dimana Ia telah menjadi
Firman yang hidup. Dengan kata lain, Yesus memberitahukan kepada kita bahwa jika kita senantiasa membaca,
merenungkan dan melakukan FirmanNya, maka kita akan senantiasa menjadi hidup dan tidak akan kelaparan. Tubuh
kita akan menjadi kuat dan tidak lemas. Semua Firman yang kita konsumsi akan diolah oleh tubuh rohani kita, diubah
menjadi energi rohani yang akan memampukan kita melakukan aktivitas dengan maksimal. Hidup dalam Firman Tuhan
akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat dan memampukan kita untuk berjalan dengan iman. Kita akan berani
bertindak secara iman dan melakukan hal-hal supranatural, yaitu hal-hal di luar akal dan pikiran kita. Keadaan tubuh
rohani yang kuat, sehat dan segar akan memampukan kita untuk berpikir secara jernih dan mengerti apa yang menjadi
kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Bacalah Firman Tuhan setiap hari. Renungkan dan lakukan FirmanNya setiap saat. Isi ulang bahan bakar rohani kita
secara rutin, maka kita akan dapat melakukan banyak hal dalam kehidupan kita

Efesus 6:18

Hampir setiap orang di negara maju maupun negara berkembang sudah memiliki telefon genggam yang biasa disebut
smartphone. Dengan semakin mudahnya mengakses informasi melalui smartphone, membuat kita susah untuk lepas
dari smartphone. Kita lebih rela untuk ketinggalan dompet di rumah, dibanding dengan ketinggalan smartphone.
Karena tidak hanya memberikan segala macam informasi, namun kita juga bisa dengan mudah berkomunikasi,
memesan barang, memesan makanan, hingga melakukan pembayaran hanya dengan menggunakan smartphone.
Namun alat ini hanya dapat menyala jika batere yang digunakan masih mempunyai daya/tenaga/power. Jika batere-nya
sudah lemah, maka kita harus segera mengisi daya-nya kembali (charging) agar bisa digunakan kembali ketika dayanya
sudah penuh. Batere yang habis akan mengakibatkan alat ini mati. Dan dalam keadaan mati, alat ini sama sekali tidak
berguna bagi kita. Daya pada smartphone ini ibarat nafas bagi kehidupan kita. Nafas merupakan nyawa agar hidup kita
tetap sehat dan dapat melakukan aktifitas dengan normal. Mari kita lihat sedikit lebih dalam mengenai nafas bagi
kehidupan kita ini. Secara rohani, kita juga harus memiliki nafas rohani. Sama halnya dengan keadaan fisik kita, tubuh
rohani kita juga harus memiliki pernafasan yang lancar, agar tubuh rohani kita memiliki kehidupan yang sehat. Doa
merupakan nafas bagi kehidupan rohani kita, yang memberikan “oksigen” agar tubuh rohani ini dapat memiliki asupan
“oksigen” yang cukup. Dengan demikian organ-organ tubuh rohani kita dapat berfungsi dengan baik, iman kita akan
semakin bertumbuh sehat. Ketika kita rajin berdoa kepada Tuhan, maka kita akan diberi kekuatan baru sehingga kita
sanggup melewati masalah demi masalah yang menghadang. Masalah yang bertubi-tubi akan membuat keadaan kita
semakin lemah. Hanya dengan datang kepada Dia dan berdoa kepadaNya-lah kita dapat diberi kekuatan yang baru.

Kehidupan rohani kita yang selalu terisi penuh melalui doa yang berkelanjutan, maka kita akan diberi kemampuan
untuk melakukan perkara-perkara besar yang bahkan jauh melampaui akal pikiran kita
Markus 14:38

Tuhan memberi kita nafas (secara fisik) agar kita bisa hidup beraktifitas di dunia ini. Secara biologi, sistem pernafasan
merupakan sistem yang digunakan untuk pertukaran gas. Udara luar yang kaya oksigen dihirup masuk ke dalam paru-
paru dan juga sebaliknya udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida akan dikeluarkan kembali. Setelah itu
organ-organ tubuh manusia akan menyalurkan oksigen ke seluruh sistem tubuh. Tanpa adanya oksigen, akibatnya akan
sangat fatal. Organ-organ tubuh manusia yang penting dapat mengalami kerusakan dalam hitungan menit saja. Itulah
sebabnya pernafasan sangat penting bagi manusia. Tanpa nafas, maka hidup ini tentunya akan berakhir. Doa
merupakan nafas bagi kehidupan rohani kita, Tanpa doa, hasilnya juga akan fatal bagi tubuh rohani kita. Efeknya juga
akan sama seperti secara fisik, hampir instan menyebabkan gangguan pada kerohanian kita. Hal ini akan membuat
kehidupan kita menjadi semakin tidak terarah dan menjauh dari rencana Tuhan. Kita jadi mudah untuk marah, kecewa,
sakit hati, putus asa, stress bahkan depresi. Dalam keadaan seperti ini, kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang
sedang kita hadapi. Justru kita dapat mengambil keputusan yang salah, yang membuat kita semakin jatuh lebih dalam
lagi. Kembali ke smartphone yang sudah diisi kembali dayanya hingga menjadi penuh, kita akan semakin percaya diri
untuk menggunakan dan menyalakan semua fitur yang ada di smartphone tersebut. Kita akan leluasa menggunakan
smartphone tersebut secara maksimal. Demikian juga dengan kehidupan rohani kita yang selalu terisi penuh melalui
doa yang berkelanjutan, maka kita akan diberi kemampuan untuk melakukan perkara-perkara besar yang bahkan jauh
melampaui akal pikiran kita. Kita akan semakin kuat menghadapi badai gelombang yang menerpa kehidupan kita.

Bangun kehidupan doa kita. Berdoalah setiap hari. Datang kepada Tuhan setiap saat

Yohanes 15:1-2

Pohon anggur digunakan oleh Tuhan Yesus untuk menggambarkan seperti apa kehidupan kita dan hubungannya
dengan Dia. Agar dapat tumbuh dengan baik, pohon anggur membutuhkan kondisi iklim dan tanah yang khusus. Pohon
anggur juga membutuhkan perawatan yang seksama agar dapat memberikan buah yang memiliki kualitas terbaik.
Itulah sebabnya Tuhan menggambarkan kehidupan kita seperti pohon anggur. Kehidupan kita memerlukan kondisi yang
dapat mendukung pertumbuhan rohani kita, agar dapat bertumbuh sesuai dengan rencana Allah. Hidup kita juga
membutuhkan perawatan agar dapat menghasilkan buah-buah rohani yang berkualitas, sehingga buah-buah tersebut
dapat dinikmati oleh orang banyak. Setiap pohon anggur yang bertumbuh, akan selalu dibersihkan oleh pemiliknya.
Daun dan ranting yang kering dipotong, agar tidak mengganggu pertumbuhannya. Ranting yang berbuah dibersihkan
daun-daun yang tidak perlu, sehingga buah yang dihasilkan dapat bertumbuh dengan baik. Begitu pula dengan
kehidupan kita, ada hal-hal yang dapat mengganggu pertumbuhan rohani kita. Bahkan akan menghalangi kita untuk
dapat menghasilkan buah yang baik. Melalui kejadian demi kejadian, Tuhan akan membersihkan kehidupan kita. Hal-hal
yang tidak berkenan dengan Firman Tuhan harus dihilangkan dari pertumbuhan kehidupan rohani kita. Dengan
demikian kita akan menghasilkan buah-buah roh, yang dapat dinikmati oleh orang banyak. Untuk itu kita harus memiliki
hati yang rela untuk dibersihkan oleh Tuhan. Janganlah kita mengeraskan hati kita ketika berada dalam proses
pembersihan. Masalah demi masalah yang kita hadapi merupakan cara bagi Tuhan untuk membersihkan kehidupan
kita. Mari kita belajar untuk mengetahui, melalui suatu masalah, bagian mana dari kehidupan kita yang sedang Tuhan
bersihkan.

Relakan hidup kita untuk dibersihkan oleh Tuhan, agar kita dapat menghasilkan buah roh yang Tuhan kehendaki
Yohanes 15:4

Ranting-ranting yang menempel pada pokok anggur akan terus mendapat nutrisi yang dibutuhkannya. Nutrisi tersebut
yang akan menghidupi ranting-ranting yang masih melekat pada pokok anggur. Sampai kepada proses pertumbuhan
buah, nutrisi akan terus dibutuhkan agar buah dapat bertumbuh dengan baik. Ranting-ranting yang sudah terlepas dari
pokok anggur tentunya tidak akan mendapat asupan nutrisi lagi. Ranting itu akan menjadi kering dan tidak akan
mengeluarkan buah lagi. Ranting yang kering hanya akan dilempar ke dalam api dan dibakar. Kita perlu tetap melekat
kepada Tuhan. Hanya dekat Dia saja kita dapat tetap bertumbuh dan mendapat asupan rohani yang baik. Dan tentunya
kita akan menghasilkan buah roh dalam kehidupan kita. Membaca, merenungkan Firman Tuhan dan berdoa setiap hari
akan membuat kita tetap melekat kepada Tuhan. Firman Tuhan akan menerangi kehidupan kita dan memberi kekuatan
agar kita dapat terus bertumbuh di dalam kebenaran. Jika karena kesibukan aktivitas dan pekerjaan kita sehingga kita
mulai mengabaikan untuk membaca Firman Tuhan dan mulai menunda-nunda untuk berdoa, maka sudah dapat
dipastikan bahwa kita mulai menjauh dari Tuhan. Hati-hati dengan keadaan seperti ini, karena kita tidak akan
mendapatkan nutrisi rohani yang kita butuhkan. Keadaan ini akan membuat kita mati secara rohani dan tidak akan
menghasilkan buah roh yang Tuhan kehendaki. “Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.”
Yakobus 4:8 Walaupun keadaan tidak mendukung dan kondisi kita melemah, tetaplah mendekat kepada Tuhan, Dia
akan menolong kita dan memberi kita kekuatan. Bahkan Dia akan mengangkat kita dan memberikan kemenangan demi
kemenangan dalam berbagai masalah dan pencobaan. Dia akan membuat hidup kita bersinar terang dan memancarkan
kebenaran bagi setiap orang di sekitar kita. Kita akan menghasilkan buah-buah roh untuk dapat dinikmati oleh orang
banyak.

TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!” Mazmur 28:7-8

Yakobus 5:17-18

Dalam Kitab 1 Raja-raja 17, diceritakan mengenai kekeringan yang terjadi atas tanah Israel. Elia bernubuat mengenai
masa kekeringan yang akan datang dan kekeringan tersebut benar-benar terjadi selama 3,5 tahun. Makanan dan
minuman sangat susah didapatkan pada masa kekeringan tersebut. Hujan tidak turun sedikitpun, sehingga ladang tidak
mengeluarkan hasilnya. Rumput-rumput yang mengering mengakibatkan ternak-ternak tidak dapat diberi makan.
Walaupun menjabat sebagai Nabi, namun Elia tetaplah seorang manusia yang masih butuh makanan dan minuman.
Pada kisah ini Tuhan menyatakan pemeliharaanNya atas hambaNya tersebut di tengah kekeringan yang sedang terjadi.
Tidak hanya menyediakan apa yang Elia butuhkan, namun kuasa dan mujizat Tuhan juga mengikuti langkah Elia. Apa
yang menjadi rahasia dari Elia agar bisa tetap terpelihara dan mengalami mujizat Tuhan? Tuhan memberikan perintah
agar Elia pergi ke arah timur dan bersembunyi di tepi Sungai Kerit. Tuhan berkata bahwa Ia akan memerintahkan
burung-burung gagak untuk memberi Elia makan. Dan Elia juga dapat minum dari air sungai tersebut. Elia benar-benar
mengikuti perintah Tuhan kepadanya. Dan ketika dia mengikuti perintahNya, maka apa yang dijanjikan Tuhan benar-
benar terjadi. Secara mengherankan burung-burung gagak benar-benar datang untuk memberi Elia makan. Selama
beberapa waktu, hidup Elia terpelihara di tengah kekeringan. Apapun yang menjadi “kekeringan” dalam hidup kita, kita
harus tetap mentaati Firman Tuhan. Ikuti apapun yang telah Dia perintahkan dalam hidup kita. Jangan pernah melawan
atau melanggar perintah Tuhan. Di saat kita melakukan kehendakNya, kita akan melihat bahwa penyertaan Tuhan
benar-benar ada. Mujizat demi mujizat juga akan terjadi dalam hidup kita.

Apapun yang menjadi “kekeringan” dalam hidup kita, kita harus tetap mentaati Firman Tuhan
1 Raja-raja 17:15-16

Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi ke Sarfat dan memberitahu Elia bahwa ada seorang janda yang akan memberi
Elia makan. Elia-pun menuruti perintah Tuhan dan bertemu dengan janda di Sarfat. Elia meminta minum dan janda
tersebut mengambilkan minum untuk Elia. Namun ketika Elia meminta agar diambilkan sepotong roti, janda tersebut
mengatakan bahwa dia hanya memiliki sisa segenggam tepung dan sedikit minyak. Bahan tersebut hanya cukup bagi
janda dan anaknya untuk 1 kali makan saja. Setelah itu janda tersebut pasrah dengan sisa kehidupannya. “Tetapi Elia
berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku
sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli
itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” ” 1 Raja-raja 17:13-14
Janda itu melakukan tepat seperti apa yang dikatakan oleh Elia. Dan tepung dalam tempayan itu tidak habis. Minyak
dalam buli-buli pun juga tidak berkurang seperti yang difirmankan Tuhan melalui Elia. Janda tersebut melakukan apa
yang dapat dilakukannya pada saat itu. Memang tIdak ada hal lain yang dapat dilakukannya pada saat itu, selain
melakukan apa yang Elia sampaikan. Namun di saat janda itu melakukan langkah imannya, kuasa Tuhan dinyatakan
dalam kehidupannya. Apa yang semula menjadi kekuatirannya, yaitu ketika tepung dan minyaknya akan habis, dan
setelah itu ia dan anaknya akan mati, hal itu sama sekali tidak terjadi.

Tuhan menyatakan pemeliharaannya. Tuhan mengadakan mujizatNya. Tuhan tidak pernah lalai menepati janjiNya.

2 Tawarikh 26:4-5

Uzia diangkat menjadi raja Yehuda pada saat berumur enam belas tahun. Dan ia memerintah selama lima puluh dua
tahun lamanya di Yerusalem. Tuhan menyertai dia dan membuat segala usahanya menjadi berhasil. Lima puluh dua
tahun bukan merupakan waktu yang sebentar. Pada waktu itu, tidak banyak orang yang bisa menjadi raja dan
memerintah cukup lama. Tetapi Uzia melakukannya sejak ia masih muda. Banyak orang yang merasa bahwa mereka
tidak cukup pengalaman dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Mereka merasa tidak
mempunyai cukup keahlian, pengetahuan, ketrampilan, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan masih banyak
lagi alasan. Tidak sedikit juga yang menolak tugas-tugas baru yang diberikan kepada mereka, karena merasa tidak
percaya diri dalam menjalankan tanggung jawab yang lebih besar. Uzia menerima tanggung jawab yang besar pada usia
yang masih belia. Tetapi dia tidak takut dan gentar dalam menerima dan menjalankan tugas baru tersebut. Dan kita
dapat melihat bahwa dia berhasil memerintah dalam waktu yang cukup lama. Apa yang menjadi kunci keberhasilan
Uzia selama menjadi raja? Uzia hanya perlu melakukan hal yang benar di mata Tuhan. Dia tidak melihat umurnya
sebagai suatu kekurangan. Tetapi dia tetap fokus melakukan apa yang harus dilakukan, yaitu kebenaran. Dengan
demikian, Tuhan senantiasa menyertai setiap langkah hidupnya. Musuh-musuh dapat dikalahkan dengan mudah,
bahkan mereka gentar terhadap Uzia. “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu
siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan
demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Yosua 1:8. Lakukanlah apa yang berkenan bagi
Tuhan, maka Dia akan menyertai setiap langkah hidup kita. Dia akan memberi kita hikmat, sehingga kita dapat
mengambil keputusan yang tepat di saat-saat yang genting. Dia akan memberikan kita keberanian, sehingga kita dapat
melangkah dengan iman untuk meraih keberhasilan. Dan Dia akan memberikan kita keberuntungan, sehingga kita
dapat senantiasa berhasil dalam setiap tindakan kita.

Renungkanlah Firman Tuhan setiap hari, maka kita akan tahu apa yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan dan apa
yang tidak berkenan di hadapanNya.
2 Tawarikh 26:5a

Uzia senantiasa mencari Tuhan pada masa pemerintahannya, dan dia belajar untuk takut akan Tuhan. Tuhan menjadi
fokus hidupnya selama dia memerintah. Dia mengutamakan Tuhan dalam tiap langkahnya. Dia mengerti bahwa dengan
mencari Tuhan, maka dia akan menemukan sumber dari segala hikmat yang pernah ada di muka bumi ini. Uzia
mendapatkan hikmat, kebijaksanaan dan pengetahuan yang dia perlukan untuk memerintah sebagai raja. Semuanya itu
dia peroleh dengan cara mencari Tuhan. “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan.” Amsal 1:7. “untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang
bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk
memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang
muda–baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan
pertimbangan– untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.” Amsal 1:2-6. Kita mungkin tidak
memiliki cukup pengetahuan, pengalaman dan kepandaian untuk melakukan suatu tanggung jawab yang besar yang
ada di depan kita. Tetapi ketika kita rajin mencari wajah Tuhan, maka Tuhan akan memberikan hikmat dari segala
hikmat yang membuat kita dapat menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan yang besar. Tiada yang mustahil bagi
Tuhan, Dia akan bekerja di dalam hidup kita, sehingga kita akan sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar.
Jangan takut atas apa yang sedang kita hadapi. Carilah wajah Tuhan, maka Dia akan memberikan keberhasilan bagi tiap
langkah hidup kita.

Lakukanlah apa yang benar di mata Tuhan dan carilah Tuhan selama Ia masih berkenan ditemui. Maka kita akan melihat
banyak pintu-pintu yang dibukakan bagi jalan kita

Yakobus 1:2-4

Menjalani kehidupan sebagai pengikut Kristus bukanlah merupakan jalan yang mulus tanpa kendala. Setiap umatNya
pasti akan mengalami keadaan dimana imannya akan diuji. Melalui ujian terhadap iman kita inilah akan membawa kita
kepada kesempurnaan iman, sehingga kita akan semakin menyerupai Yesus di dalam setiap langkah kehidupan kita.
Tidak jarang sebagian dari umat Tuhan tidak sabar dalam menghadapi ujian ini. Mereka merasa putus asa dan tidak
mau tetap berpegang teguh pada imannya. Padahal Tuhan tidak akan memberikan pencobaan melebihi dari kekuatan
yang kita miliki. Setiap pencobaan yang ada pasti ada jalan keluarnya. Dan ketika kita mau tetap berharap kepada
Yesus, disana ada jalan keluarnya. Dalam Alkitab ada beberapa tokoh yang mengalami pencobaan-pencobaan yang
menguji iman mereka. Tuhan memberikan seorang anak perjanjian kepada Abraham, yaitu Ishak, melalui istrinya Sara
yang kandungannya telah tertutup oleh karena lanjut usia. Tentunya anak ini merupakan kebanggaan dan pengharapan
bagi Abraham untuk dapat meraih janji Tuhan yang akan menjadikan dia sebagai bapa segala bangsa. Abraham
menerima janji Tuhan yang akan membuat keturunannya seperti debu tanah banyaknya. Tetapi Tuhan justru meminta
Abraham untuk mempersembahkan anaknya dan menjadikannya sebagai korban bakaran. Sebagai manusia, hal ini
merupakan pukulan yang sangat berat karena Ishak merupakan pengharapannya untuk dapat meraih janji-janji Tuhan.
Bagaimana mungkin dia dapat memiliki keturunan yang banyak jika anak yang merupakan anak perjanjian harua
dikorbankan? Disini Abraham menunjukkan kesetiaan imannya kepada Tuhan. Dan dengan iman dia melakukan apa
yang diperintahkannya kepada dia. Tepat pada saat dimana dia akan menghujamkan pisaunya, Tuhan
menghentikannya. Tuhan melihat bahwa Abraham tidak ragu-ragu mengikuti perintah Tuhan. Lalu Tuham menyediakan
domba jantan sebagai ganti korban untuk dipersembahkan. Abraham pun diberkati secara berlimpah-limpah dan Tuhan
menggenapi FirmanNya dengan membuat keturunannya menjadi banyak seperti banyaknya debu tanah. Dan kita dapat
mengenal Abraham sebagai bapa orang beriman.

Jangan pernah lepaskan iman kita kepada Yesus. Jangan pernah menyerah kepada keadaan yang kita alami
Ibrani 11:1

Yusuf mendapatkan mimpi bahwa semua saudara-saudaranya dan orangtuanya datang untuk sujud menyembah dia.
Bukannya melihat mimpi itu menjadi kenyataan, tetapi Yusuf malah dibenci oleh saudara-saudaranya. Bahkan mereka
berniat untuk membunuh Yusuf. Mereka menjebloskan Yusuf ke dalam sumur kering dan tidak lama setelah itu mereka
menjualnya kepada orang Midian yang kemudian dijual lagi kepada Potifar. Dalam keadaannya seperti itu, Yusuf tetap
melakukan apa yang menjadi pekerjaannya. Tuhanpun menyertai Yusuf dan menjadikan segala yang dikerjakannya
berhasil. Seakan tidak pernah berhenti, Yusuf kembali mengalami pencobaan. Dia dirayu oleh istrinya Potifar. Tetapi
Yusuf tetap tidak mau tergoda dan justru mendapatkan fitnah. Ia dijebloskan ke dalam penjara karena dituduh
menggoda istri Potifar. Sekali lagi Tuhan tetap menyertai Yusuf di dalam penjara dan membuat dia menjadi kesayangan
bagi kepala penjara. Berbagai kejadian dialami oleh Yusuf sampai kepada kisah dimana dia mendapat kesempatan
untuk menjelaskan arti dari mimpi Firaun. Yusuf pun mendapat perkenanan di hati Firaun dan kemudian Firaun
mengangkatnya sebagai penguasa di tanah Mesir. Disini kita dapat melihat bahwa dalam segala kejadian yang dialami
oleh Yusuf, tidak sekalipun Yusuf meninggalkan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan menyertai Yusuf dan membuat segala
yang dikerjankannya menjadi berhasil. Tidak hanya itu, pada masa-masa kelaparan, saudara-saudaranya-pun datang ke
Mesir untuk membeli makanan. Dan pada akhirnya kita semua mengetahui bahwa mimpi yang pernah didapatkannya
lebih dari 20 tahun sebelumnya menjadi kenyataan. Iman telah membawa Yusuf mendapatkan apa yang
dimimpikannya.

Tetap jalani langkah demi langkah dalam hidup kita sambil menjaga iman kita kepada Yesus. Tuhan telah menyediakan
sesuatu yang besar bagi kita

Keluaran 14.13a

Musa dipilih oleh Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir untuk menuju ke Tanah Perjanjian.
Setelah melewati masa perbudakan selama 400 tahun, bangsa Israel tidak dilepaskan begitu saja meninggalkan tanah
Mesir. Mereka dikejar oleh pasukan Firaun hingga mereka tiba di tepi Laut Teberau. Bagi bangsa Israel, sudah tidak ada
jalan keluar lagi dari masalah yang ada pada saat itu. Di belakang mereka ada pasukan Firaun yang mengejar,
sedangkan di depan mereka terbentang lautan yang luas dan dalam. Tidak ada jalan lagi bagi bangsa Israel pada saat
itu, mereka benar-benar dalam keadaan yang terjepit. Kisah ini menggambarkan badai kehidupan yang sering dialami
dalam kehidupan kekristenan kita. Begitu besar dan begitu banyak masalah yang menghimpit kehidupan kita, sehingga
kita merasa tidak ada lagi jalan keluar. Segala cara sudah ditempuh, namun tidak membuahkan hasil. Kita tidak boleh
takut terhadap masalah sebesar apapun yang menghimpit hidup kita. Kita harus katakan kepada diri kita sendiri untuk
tidak takut terhadap masalah tersebut. Bebaskan diri kita dari ketakutan, karena di dalam ketakutan tidak akan ada
damai sejahtera. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam
Kristus Yesus.” (Filipi 4:7). Mintalah damai sejahtera dari Allah Bapa untuk memelihara hati dan pikiran kita dari
ketakutan. Ketika damai sejahtera-Nya melingkupi hati kita, kita tidak akan pernah merasa takut lagi. Masalah demi
masalah mungkin akan membuat kita lelah atau bahkan terjatuh. Satu hal yang membuat kita dapat meraih
keberhasilan adalah ketika kita bangkit dari kejatuhan dan berdiri kembali. Gunakan seluruh perlengkapan rohani yang
sudah Tuhan sediakan bagi kita: Firman Tuhan, kebenaran, keadilan , doa, damai sejahtera, iman dan keselamatan (Ef
6.14-18). Dengan bangkit kembali dan tetap berdiri dalam kebenaran Tuhan, maka kita akan meraih keberhasilan dan
kesuksesan di tengah-tengah masalah.

Bukan seberapa dalam kita terjatuh, tetapi seberapa kuat kita mau berdiri kembali ketika kita terjatuh
Keluaran 14.16

Tongkat berbicara mengenai kuasa Tuhan. Dengan tongkat ini maka Musa dapat membelah laut. Pada kisah
sebelumnya tulah-tulah terjadi melalui tongkat yang digunakan oleh Musa. Di kisah berikutnya-pun Musa juga
menggunakan tongkat ini mengeluarkan air yang dapat diminum oleh bangsa Israel. Dan banyak mujizat lainnya yang
terjadi untuk membuktikan kuasa Allah bagi bangsa Israel. Kuasa Tuhan telah dicurahkan melalui Roh-Nya yang telah
turun dan tinggal di dalam hidup kita. Ketahuilah hal ini dan yakinlah bahwa Kuasa Tuhan ada di dalam kita. Kuasa ini
adalah kuasa yang sama dengan kuasa yang digunakan Musa melalui tongkatnya. Gunakan otoritas yang telah Dia
berikan bagi hidup kita untuk membelah laut di hadapan kita. Yakinilah bahwa kuasa Tuhan dapat digunakan untuk
membuka jalan di tengah masalah-masalah yang kita hadapi. Perkatakan Firman Tuhan, perkatakan hal-hal positif dan
perkatakan hal yang membangun. Laut Teberau tidak akan terbelah, jika Musa tidak mengulurkan tangannya ke atas
laut. Otoritas yang sudah Tuhan berikan ke dalam hidup kita tidak akan ada artinya jika kita tidak bertindak atau
melangkah dengan iman. Masalah yang ada harus kita hadapi dengan penuh iman dan keyakinan bahwa Tuhan pasti
akan membuka jalan bagi kita. Dia akan memberikan kemampuan ilahi yang tidak dapat kita lihat dengan mata fisik,
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Bertindaklah dan melangkahlah dengan iman, maka kita akan melihat Tuhan
membuka jalan bagi kita di saat tiada jalan.

Yakinlah akan otoritas yang telah Tuhan berikan bagi hidup kita. Gunakan otoritas tersebut sebagai orang beriman
untuk melangkah dengan berani di tengah-tengah badai yang menerpa

2 Korintus 5:11-21

"Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah
mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:18). Ciri orang Kristen yang sejati adalah
adanya perubahan hidup dalam dirinya dan juga berbuah, salah satunya adalah buah pelayanan, karena orang yang
sudah diselamatkan dan bertumbuh sebagai anak Tuhan pasti memiliki hati yang rindu untuk melayani Tuhan. Perlu kita
ketahui bahwa hidup melayani itu merupakan rancangan Tuhan sejak mula pertama Dia menciptakan manusia. Dia
menjadikan manusia dengan tujuan agar manusia bisa memberikan suatu kontribusi lewat hidupnya, bukan sekedar
menggunakan apalagi menghabiskan sumber daya di bumi. Inilah yang disebut misi. Jadi, kita ini diciptakan untuk
sebuah misi. Kata misi berasal dari bahasa Latin yang artinya diutus. Menjadi seorang Kristen berarti diutus ke dunia
sebagai wakil Tuhan Yesus, seperti yang Yesus katakana: "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang
Aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21b). Dan Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan: datang ke dunia untuk
melayani dan memberikan hidupNya. Apa yang menjadi misi Yesus ketika di dunia kini menjadi misi kita, yang adalah
anggota tubuh Kristus. Apa yang sudah dilakukan Tuhan Yesus dalam tubuh jasmaniNya di dunia harus kita lanjutkan
karena kita ini adalah 'tubuh rohani' Kristus. Perlu diingatkan di sini bahwa tugas atau misi ini bukanlah hak istimewa
para hamba Tuhan atau fulltimer saja. Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya adalah hamba yang harus
melayani. Jadi, semua orang Kristen harus terlibat dalam misi ini. Bagaimana saya bisa? Bisa! Karena kepada setiap
orang percaya Tuhan mengaruniakan karunia rohani untuk memperlengkapinya dalam melayani bersama dengan
anggota tubuh Kristus lainnya. Karunia rohani tersebut merupakan anugerah Tuhan, suatu kekuatan adikodrati dari
Tuhan yang hanya diberikan kepada orang percaya, yaitu mereka yang sudah lahir baru. Dan dunia rohani ini diberikan
kepada kita bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan bersama, seperti tertulis: "...kepada tiap-
tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama." (1 Korintus 12:7).

Tugas melayani ini bukanlah pilihan, himbauan, atau saran. Ini adalah Amanat Agung. Apabila kita mengabaikannya,
berarti kita tidak taat kepada Tuhan.
Keluaran 2:23-25

Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub
(Keluaran 2:24). Apakah Tuhan ada? Andaikata Dia ada, mengapa Dia diam saja tatkala banyak bencana terjadi?
Mengapa hidup manusia harus penuh dengan berbagai kemalangan? Mengapa kesulitan tidak pernah hengkang dari
hidup ini? Demikianlah beberapa pertanyaan mendasar yang dapat muncul di hati orang yang hidupnya tengah
dirundung berbagai kesusahan. Lalu, bagaimana menjelaskan hal ini kepadanya? Dalam kitab Keluaran, kita mendapati
kisah tentang Tuhan yang ternyata mau berurusan dengan persoalan manusia. Disini setidaknya ada empat kata kerja
aktif yang ditujukan kepada Tuhan: mendengar, mengingat, melihat, memperhatikan (ayat 24,25). Tuhan rupanya
adalah Allah yang personal, yang melibatkan diri secara pribadi. Dia empatik (turut merasakan) dan partisipatif (turut
ambil bagian). Kita patut menaikkan syukur karena boleh mengalami kehangatan pribadi Tuhan kita yang nyatanya
begitu peka. Segala urusan manusia di bumi ini, ternyata juga menjadi minat dan perhatian dari Tuhan yang
bersemayam di surga. Apakah kita sedang tidak merasakan kehadiran Tuhan? Jangan-jangan itu terjadi karena kita
kurang peka akan kehadiran-Nya yang nyata di depan mata. Apabila demikian yang kita alami, cobalah lakukan hal
berikut di tengah kepedihan: arahkan segala sedu sedan kita hanya kepada Dia; dengan memanjatkan doa yang
mengantar kita ke pelukan-Nya; dengan membaca firman Tuhan hingga kita tahu apa yang Dia maksudkan dalam setiap
peristiwa; dengan menyanyikan puji-pujian. Semuanya akan menghangatkan hati kita sehingga dapat merasakan
kehadiran-Nya.

Tuhan yang bertakhta di Surga sesungguhnya adalah Tuhan yang membumi

Lukas 23:33-43

Enak, ya, jadi penjahat yang disalib bersama dengan Yesus itu. Bertobat langsung masuk ke surga. Coba kalau kita bisa
bersenang-senang sepuasnya dulu di dunia, lalu sebelum mati baru kita bertobat". Pertanyaannya, benarkah penjahat
itu bertobat secara “enak”? Kita lihat dulu dari sisi Tuhan Yesus. Penampilan-Nya saat itu betul-betul tak menjanjikan.
Dia lebih mirip seorang pesakitan daripada seorang Juru Selamat. Selain kondisi fisik-Nya yang begitu buruk dan
mengerikan, ejekan, olok-olok, dan hujatan pun menimpa-Nya secara bertubi-tubi. Si penjahat sendiri juga sedang
menanggung penyaliban. Penyaliban diakui sebagai bentuk hukuman mati yang paling keji dan paling menyiksa.
Kesengsaraan yang diakibatkannya berlangsung secara pelan, tetapi pasti. Penderitaannya seakan tidak berujung.
Seseorang menulis, “Dalam keadaan seperti itu, Anda cuma bisa berdoa atau mengutuk.” Akan tetapi, si penjahat
memilih untuk mengamati Si Terhukum di sebelahnya, mencerna pembicaraan orang tentang-Nya, dan membantah
hujatan penjahat lain terhadap-Nya. Dan, akhirnya ia pun sampai pada pengakuan bahwa Si Terhukum ini sejatinya
adalah Sang Raja! Apakah Anda akan mengatakan bahwa itu keputusan yang diambil secara gampang dan “enak”?
Pertobatan, dari sudut pandang manusia, tidak pernah enak. Itu berarti meninggalkan keinginan egois agar kita dapat
menyambut kehendak Tuhan. Siapa yang melakukannya, tanpa harus mati dulu seperti si penjahat, maka ia akan
menemukan Firdaus—lambang sukacita yang paling dalam—hari ini juga. Bersediakah Anda?

Meninggalkan keinginan egois dan menyambut kehendak Tuhan adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan sejati
2 Raja-raja 5:9-14

Jaringan televisi E! menayangkan reality show berjudul Bridalplasty, di mana 12 wanita calon pengantin
memperebutkan hadiah utama berupa multiple plastic surgery (layanan bedah plastik) untuk hari pernikahan mereka.
Bridalplasty ialah pengembangan dari acara make over (mendandani seseorang begitu rupa hingga menjadi sangat
berbeda dari sebelumnya) yang sejak lama sangat populer; baik di majalah mingguan remaja, tabloid wanita, hingga
program televisi. Peminat program ini ternyata tak pernah surut. Dalam bacaan hari ini, Tuhan pun melakukan ”make
over” kepada Naaman yang penampilan fisiknya rusak karena kusta. Melalui perantaraan Nabi Elisa, Tuhan meminta
Naaman mandi di Sungai Yordan untuk kesembuhannya. Lalu kenapa Naaman mulanya enggan untuk menjalankannya?
Yordan adalah lembah yang paling rendah di dunia. Bahkan kata ”Yordan” sendiri bermakna ”turun ke bawah”.
Sungainya kotor dan sangat tidak diperhitungkan. Berkebalikan dengan para peserta make over yang biasanya dibawa
ke salon para selebriti dan butik paling mewah; Naaman malah diminta Tuhan untuk ”turun ke bawah”. Ketika Naaman
taat dengan bersedia ”turun ke bawah”, maka ia menjadi manusia yang lebih baik. Setelah berendam di sungai Yordan,
Naaman sembuh dari kustanya, karakternya pun berubah. Terhadap setiap pribadi, Tuhan juga rindu mengadakan
”make over” kehidupan, sehingga membuat iman dan karakternya sangat berbeda dari yang dulu. Adakah program
make over di dunia yang dapat melakukannya? Hanya Tuhan kita yang dapat. Bersediakah Anda merendahkan diri dan
taat agar diubahkan oleh-Nya? ...tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang
tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah (1 Petrus 3:4).

Tuhan dapat mengubah diri kita sama sekali luar dalam menjadi lebih baik!

Matius 14:3-12

Yohanes Pembaptis adalah nabi yang unik. Umur dan masa pelayanannya sangat pendek. Khotbahnya juga pendek,
tetapi ”menyambar” semua golongan tanpa kecuali—membuat telinga panas, muka merah, hati gelisah. Orang dunia
menganggapnya bodoh karena membuat kesalahan besar yang menyebabkan usia dan pelayanannya pendek.
Mengapa? Ia berani menegur Herodes karena merebut Herodias, istri Filipus, saudaranya sendiri. Ah, siapakah ia
sehingga berani menegur raja? Namun benarkah Yohanes mencemarkan nama raja karena telah menegur langsung?
Atau, ia mengasihi rajanya dan tak ingin sang raja hidup dalam dosa yang membinasakan? Memang dari sudut pandang
duniawi, Yohanes melanggar tata krama. Namun dari sudut pandang kebenaran, keberanian Yohanes patut diacungi
jempol, sebab ia mengasihi raja dan rakyatnya. Bukankah dosa raja berdampak buruk bagi bangsanya? Sayangnya,
kejujuran dan kebenaran tak dihargai di dunia ini. Suara kenabian dan kejujuran biasanya dijauhkan dari raja. Yang ada
di sekitar raja hanya para penjilat dan penggembira hati yang memabukkan. Kalaupun ada orang yang baik dan jujur di
sekitar raja, biasanya ia cenderung memilih diam agar selamat. Saudara, apabila Anda adalah ”raja”—baik di rumah, di
tempat kerja, di gereja, di lembaga pelayanan, atau di masyarakat, waspadalah! Jagalah hati. Peliharalah persekutuan
dengan Tuhan. Bukalah pintu hati bagi teguran, sekalipun itu membuat wajah merah dan hati gerah. Jangan tergesa
mematikan suara itu. Siapa tahu itu adalah suara Tuhan yang berseru-seru di padang gersang kehidupan, agar jalan
Anda yang bengkok diluruskan (Matius 3:3).

Seorang penjilat membunuh dengan pujian tetapi sahabat sejati menyelamatkan dengan teguran
Yohanes 1:1-9

Glen Wessels, seorang pelukis tua, kehilangan asa. Istrinya telah tiada. Ia sendiri mengidap penyakit Parkinson sehingga
susah beraktivitas, apalagi melukis. Di sebuah malam Natal, ketika Glen terpekur sedih di biliknya, muridnya datang
membawa sebatang lilin bersinar yang diterimanya di kebaktian Natal. Karena sedih tak dapat memberi apa-apa—
selain lilin itu—si murid memeluk Glen dengan linangan air mata seraya berucap “Selamat Natal”. Selepas murid itu
pergi, Glen seolah-olah mendapat kekuatan baru. Ia mendekati kanvas dan melukis lagi—sebuah lukisan cahaya
berkilau dari balik dedaunan. Lukisan itu dihadiahkannya kepada si murid, sambil berpesan agar ia terus melukis
cahaya. Sebab menurutnya, itulah sumber keindahan hidup ini. Khususnya, cahaya kasih Tuhan yang memancar kepada
diri kita dan menerangi jiwa sesama, seperti yang ia rasakan. Murid itu adalah Thomas Kinkade. Yakni pelukis Amerika
ternama, seorang kristiani saleh yang bersaksi tentang Tuhan melalui karya-karyanya yang kental bernuansa cahaya, di
tengah keindahan panorama alam yang tenang dan damai. Laksana seniman, Yohanes pun memberi nuansa cahaya
pada Injilnya. Ia menulis tentang Yesus Kristus, yang adalah “Terang dunia” (Yohanes 1:9; 8:12). Jiwa manusia, bisa
menjadi gelap akibat duka dan derita. Tidak sedikit orang seperti Glen Wessels, yang kehilangan arah dan putus asa,
serta membutuhkan percikan cahaya kasih Allah. Setiap kita yang mengenal Allah pasti memiliki Cahaya itu. Mari
bagikan cahaya itu kepada mereka. Sebab, hanya Cahaya itu yang dapat memupus kegelapan di relung jiwa mereka.

Bagikanlah cahaya kasih Tuhan bagi jiwa-jiwa yang dicekam oleh gelapnya duka dan derita

Yesaya 41:17-29

Melintasi gurun adalah perjalanan yang sukar. Apalagi jika dijalani berminggu-minggu. Panas membakar dan haus yang
tak tertahankan kerap membuat banyak orang disesatkan fatamorgana (bayangan semu, seperti melihat mata air). Saat
Israel hidup dalam pembuangan, hidup mereka sungguh menyesakkan—seperti melintasi gurun. Namun, mereka tak
”disesatkan oleh fatamorgana” sebab tangan Allah yang kuat memimpin mereka (ayat 17-19), dan bangsa-bangsa lain
mengakui hal itu (ayat 20). Kuasa Allah melucuti para penguasa dunia, berhala, dan ilah-ilah dunia yang kerap menjadi
”fatamorgana” penyesat manusia (ayat 21). Mereka tak dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan (ayat
22-23). Mereka tak berdaya menolong diri sendiri (ayat 24). Mereka tak berdaya mencegah kuasa Allah untuk
meninggikan atau merendahkan seseorang (ayat 25-27). Mereka tak mampu menyelami rencana yang sedang Allah
wujudkan melalui sejarah dunia ini. Sebagai pengembara di dunia ini, setiap orang dihadapkan pada dua pilihan.
Pertama, mengikuti ”fatamorgana” yang menyesatkan. Yakni, mengejar kenikmatan hidup dengan memuaskan nafsu:
belanja, pesta, kemakmuran, harta benda, gengsi, dan sederet ambisi lain yang dipakai orang sebagai ukuran
keberhasilan dan kebahagiaan. Kedua, menjaga hidup tetap berpaut kepada Allah, serta memperhatikan dan berusaha
menerapkan kebenaran firman-Nya. Pilihan pertama memberi kenikmatan, tetapi hanya sementara dan
menghancurkan. Pilihan kedua memang tak mudah, karena harus melewati lorong-lorong terjal. Namun sejarah
membuktikan bahwa bersama Dia, selalu ada hidup yang berkemenangan.

Biarlah mata kita terus tertuju kepada Yesus Tuhan hingga tak ada fatamorgana dunia bisa mengalihkan tujuan
2 Samuel 13:1-31

Sebuah pemberitaan di media cetak mengisahkan pembunuhan siswa kelas 2 SMP oleh teman sekolahnya. Si
pembunuh melakukannya secara sadar dan terencana. Bahkan ia melakukannya dengan disaksikan dua teman lain,
sampai membuang mayat korban di sungai. Sungguh menyedihkan melihat kondisi masyarakat yang ”sakit” seperti ini.
Sampai-sampai anak-anak yang secara kejiwaan masih labil, telah sangat terpengaruh oleh kekerasan yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Ketika Amnon tergoda oleh kemolekan Tamar, adik tirinya, ia tak sanggup mengendalikan nafsu.
Maka, ia dan pembantunya mengatur siasat untuk menzinai Tamar. Jahatnya lagi, setelah dizinai, Tamar dicampakkan.
Sakit hati Tamar pun kemudian diketahui kakaknya, Absalom, yang dengan penuh dendam mengatur siasat untuk
membunuh Amnon. Daud, sebagai raja dan juga ayah, tak berdaya menyelesaikan masalah kekerasan dan kekejian ini.
Sebab, Daud ingat kekejiannya sendiri menzinai Batsyeba dan membunuh Uria, suami Batsyeba, dengan cara licik. Daud
telah mengakui dosanya di hadapan Allah. Namun, ia belum menuntaskan pengakuannya kepada istri dan anak-
anaknya. Akibatnya, anak-anak Daud yang masih labil tumbuh dalam suasana penuh intrik. Alkitab dengan jujur
mengisahkan kelemahan Daud—raja besar yang mengasihi Allah. Jika sebagai orangtua, Anda pernah berbuat salah,
sekalipun sangat keji, akui dan selesaikan di hadapan Allah. Setelah itu, selesaikan juga di hadapan keluarga. Sebab
pengakuan yang tulus—sekalipun mengguncang dan mengecewakan anak-anak, pasti akan membawa penyembuhan
bagi kedua pihak.

Agar generasi muda tak salah melangkah dalam hidup ini tinggalkan jejak-jejak yang layak diikuti

Roma 8:14-23

Setelah sekian waktu tinggal di Amerika, hampir empat tahun Sean terhambat untuk pulang ke tanah air. Tak ayal,
ketika akhirnya Tuhan beri Sean kesempatan untuk pulang kampung, maka betapa padatnya hari-hari Sean. Tiada hari
tanpa rapat. Jam demi jam dilalui begitu cepat; bertemu donatur, relasi, anak buah, jemaat, sahabat, keluarga besar,
dan teman-teman lama. Tak salah jika ibu Sean berkomentar: ”Wah, pulang cuma sebentar, tapi nggak bisa dipegang
’ekornya’.” Setelah satu bulan, dua hari menjelang kembali ke Atlanta, Sean terkesiap membaca e-mail anaknya: ”Papa
kapan pulang, Thea kangen.” Tiba-tiba hati Sean ingin cepat terbang kembali ke tengah keluarga yang ditinggalkan nun
jauh di sana. Betapa campur aduknya perasaan di hati: haru, bangga, kangen, karena rasa cintanya yang besar kepada
anak-istrinya. Dua hari yang masih tersisa sebelum pulang jadi terasa begitu lambat, sebab rasa rindu itu seakan-akan
tidak tertahankan. Saudara, seperti itukah kerinduan kita menanti kedatangan Yesus yang kedua kali? Dia pasti datang
kembali menjemput kita dari dunia, di mana Dia menempatkan kita untuk hidup sebagai saksi-Nya. Adakah kita rindu
bertemu muka dengan muka, dan tidak tahan menantikan saat indah itu, sebab sekarang kita hanya mengenal Dia
secara samar-samar? Atau, kita sedang terlena dengan kesibukan bekerja, menumpuk kekayaan di dunia, dan
membangun kenikmatan sesaat yang pasti kita tinggalkan kelak? Mari berkarya sementara hidup di dunia, tetapi
dengan mata hati tertuju ke surga, di mana Yesus kekasih hati kita berada. Dia juga sangat rindu bertemu dengan kita
segera.

Teruslah memandang surga sebagai rumah kita sebab tujuan akhir hidup kita bukanlah dunia
Kejadian 39:8-10

Sebuah kartun melukiskan dengan menarik adegan Yusuf sedang digoda oleh istri Potifar. Mereka hanya berdialog
berdua di sebuah kamar. Di kamar itu tegak berdiri patung dewa sesembahan keluarga Potifar. Sambil melempar
busananya ke arah patung itu sehingga menutupi “kepala” si dewa, istri Potifar berkata kepada Yusuf, “Marilah tidur
dengan aku. Tak ada seorang pun di sini yang melihat kita, bahkan dewa pun tidak.” Namun Yusuf menjawab,
“Janganlah Nyonya berbuat begitu! Walau dewamu tidak melihat, tetapi Allahku hidup dan tetap melihat.” Pencobaan
terberat bisa terjadi ketika seseorang sedang berada dalam situasi sepi, tersembunyi, tak ada orang yang melihat. Nafsu
jahat akan merayu minta dipenuhi. Niat berbuat baik pun diserbu suara yang berkata, “Percuma, tak usah jadi
pahlawan. Tak ada yang melihat dan mengganjarmu”. Di saat seperti itu, yang tersisa hanya benteng iman. Syukurlah,
Yusuf memiliki benteng itu. Yakni kesadaran dan penghayatan bahwa Tuhan hidup, selalu hadir dan melihat segala
sesuatu. Meski tak ada orang di situ—selain Nyonya Potifar sendiri—Yusuf tetap berkata, “Bagaimanakah mungkin aku
melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (ayat 9b). “Mata Tuhan melihat, apa yang kita
perbuat, buat yang baik, buat yang jahat”, begitu sebagian lirik nyanyian anak-anak di Sekolah Minggu. Sederhana,
tetapi sampai kapan pun kebenarannya tidak berubah. Berlaku baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Jika kita
tergoda untuk berbuat jahat atau terhalang untuk berbuat baik—karena ada pikiran bahwa tak ada yang melihat—mari
segera kuatkan benteng iman kita. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-
Mu? (Mazmur 139:7)

Di mana pun dan kapan pun, satu hal yang harus selalu kita ingat: atas segala sesuatu yaitu Tuhan melihat

Keluaran 15:22-27

Mana yang lebih Anda sukai: minum jamu beras kencur manis dulu baru minum jamu bratawali yang pahit; atau minum
jamu bratawali yang pahit dulu baru minum jamu beras kencur manis sebagai penawar? Biasanya orang akan memilih
meminum beras kencur yang manis setelah minum bratawali yang pahit. Segera setelah peristiwa Laut Teberau yang
mencengangkan dan menggembirakan, orang Israel mengalami kesulitan: tiga hari mereka berjalan di padang gurun
tanpa air. Ketika sampai di sebuah tempat berair bernama Mara, mereka tetap tak dapat minum sebab air di situ pahit.
Namun, di situ terjadi kembali pertolongan Tuhan yang mengubah air pahit di Mara menjadi air yang manis (ayat 25). Di
tempat kepahitan (Mara), air berubah menjadi manis (bahasa Ibrani: Mathaq, yang berarti “manis”, menggembirakan).
Begitulah Tuhan mendidik umat Israel, bahwa Dia adalah Allah yang dapat membuat Mara menjadi Mathaq; yang dapat
membuat apa yang tak bisa dinikmati menjadi sesuatu yang menggembirakan. Ini akan terjadi apabila umat Tuhan
”sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allah, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang
telinga kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya ...” (ayat 26). Dalam kisah hidup kita,
kadang ada kejadian pahit yang terjadi dan membuat hati kita merana karenanya. Bila hal itu terjadi, apakah Anda ingin
hati Anda yang pahit diubahkan menjadi manis? Allah kita mampu mengubahnya, asal kita sungguh-sungguh bersedia
mendengarkan perintah Tuhan dan melakukan apa yang benar, dengan setia.

Apabila kepahitan hidup tak terhindari bersandarlah kepada Tuhan yang sanggup membuatnya manis
Kejadian 12:4-9

Sebuah pepatah mengatakan, ”life-begins at forty” (hidup dimulai pada usia 40). Salah satu artinya ialah: sebelum umur
40, seseorang masih boleh bereksperimen; berganti-ganti karier dan profesi. Namun setelah umur 40, ia harus sudah
mantap di satu tempat, menekuni kariernya. Sebab, jika di usia itu ia masih berpindah tempat tinggal dan berganti
profesi, ia akan cenderung tak meraih apa-apa. Namun, lihatlah keberanian Abram menjawab panggilan Tuhan. Yakni
ketika Tuhan memintanya meninggalkan tanah kelahiran, sanak keluarga, dan hidup yang sudah mapan di Haran.
Waktu itu Abram berusia 75 tahun. Sudah usia senja. Tapi inilah responsnya: ”pergilah Abram seperti yang
diperintahkan Tuhan kepadanya”. Walau ia belum tahu negeri mana yang dijanjikan Tuhan! Bagaimana ia dapat
bersikap demikian? Pertama, Abram sadar benar siapa Tuan atas hidupnya. Kedua, Abram sadar hidupnya milik Tuhan
dan ia menghidupi kesadaran ini secara nyata. Ketiga, bila hidupnya milik Tuhan, Abram percaya bahwa masa depan
dan hidup-matinya ada di tangan Tuhan. Itu sebabnya Abram diberi gelar bapak orang beriman (Galatia 3:7). Iman
bukan dogma indah dengan dukungan argumen filsafat yang sulit. Iman itu sederhana dan nyata, yaitu ketaatan
melakukan kehendak dan panggilan Bapa. Dalam hidup kita pribadi; benarkah Yesus menjadi Tuan atas hidup kita?
Adakah kita menaati dan meyakini bahwa Dia sanggup menuntun dan memelihara? Beranilah melangkah untuk
menjawab panggilan-Nya. Ambillah bagian dalam pelayanan-Nya. Arahkan hidup kepada tanah perjanjian di surga, dan
jangan melekat pada harta duniawi. Mari beriman!

Beriman adalah menanggalkan keyakinan pada kemampuan sendiri dan menyandarkannya kepada tuhan yang kasih-
Nya terbukti

Kejadian 50:15-21

Orang yang merasa bersalah, biasanya juga takut. Pernahkah Anda dikejar-kejar oleh dua perasaan yang saling terkait
ini? Sebuah tindakan jahat di masa lalu bisa terus tersimpan di ingatan pelakunya, kecuali si pelaku sudah berhati batu.
Jika hati Anda lembut, rasa bersalah itu akan terus menghantui dan membuat hidup tidak tenang. Itulah yang terjadi
pada saudara-saudara Yusuf. Mereka sangat menyadari kesalahan mereka di masa lalu. Maka, ketika Yakub meninggal,
mereka kembali dihinggapi ketakutan, bahwa Yusuf akan membalas kejahatan mereka dan tidak lagi bersikap baik
kepada mereka. Maka, setelah tujuh belas tahun hidup bersama di Mesir, mereka kembali memohon pengampunan
Yusuf atas kesalahan mereka di masa lalu. Bahkan mereka menyatakan bersedia menjadi budak Yusuf. Bagaimana sikap
Yusuf? Yusuf menunjukkan bahwa sikapnya tetap sama; baik semasa Yakub masih hidup maupun setelah Yakub tiada.
Yusuf memang tak lupa pada kejahatan mereka dulu. Namun, Yusuf telah menemukan makna peristiwa masa lalu itu;
yakni agar ia dapat memelihara hidup suatu bangsa yang besar (ayat 20). Jadi, ia melegakan hati saudara-saudaranya
dengan berkata: ”Jangan takut”. Sikap, kata, refleksi, dan tindakan Yusuf menenangkan dan menghibur hati mereka.
Bagi Anda yang dirundung ketakutan karena rasa bersalah, sungguh menenangkan hati jika Anda segera
menuntaskannya. Bagi Anda yang berada di posisi seperti Yusuf, janganlah menunda untuk melegakan hati orang yang
datang kepada Anda dengan rasa takut dan sesal. Segera hangatkan hatinya dengan pengampunan dan harapan baru.

Cinta dan pengampunan yang sejati sanggup menghangatkan kebekuan hati


1 Samuel 14:24-35

Pada tahun 1930-an, untuk mengatasi wabah kumbang perusak tanaman tebu di Australia, pemerintah setempat
dengan gegabah mengimpor sejenis katak khas Amerika Latin tanpa memikirkan dampak lingkungannya. Keputusan ini
ternyata bukan hanya gagal menyelesaikan masalah yang dihadapi, malah kemudian menjadi masalah besar bagi
Australia hingga saat ini. Sebab, katak-katak ini berkembang biak tanpa bisa dikontrol dan mengganggu keseimbangan
ekosistem di sana. Keputusan yang gegabah cenderung menimbulkan masalah yang tidak perlu. Hal serupa juga pernah
terjadi pada bangsa Israel dalam masa pemerintahan Raja Saul, seperti yang tercatat dalam perikop Alkitab kita hari ini.
Saat itu bangsa Israel sedang berperang melawan orang Filistin. Dalam keadaan terdesak, Saul memaksa semua orang
berpuasa (ayat 24). Ini tentu keputusan yang ganjil, sebab bagaimana bangsa itu bisa berperang dengan tangguh jika
mereka lapar dan haus (ayat 29-30)? Selanjutnya, meski Tuhan memberi kemenangan, akibat rasa lapar yang diderita
orang Israel karena titah Saul, mereka merayakan kemenangan dengan cara yang tidak pantas (ayat 32). Tindakan
gegabah ini akhirnya menjadi salah satu catatan buruk dalam sejarah pemerintahan Raja Saul. Setiap kali kita hendak
berkata-kata, bertindak, apalagi mengambil keputusan, ambillah waktu untuk memikirkan dan mempertimbangkan
dengan matang. Pikirkan tujuan dan akibat tindakan tersebut, dampaknya bagi diri kita sendiri, orang lain, masyarakat,
khususnya bagi Tuhan. Dengan demikian, akan ada banyak masalah, kesulitan, dan tragedi yang bisa kita hindarkan.

Berpikirlah sebelum bertindak sebab gegabah hanya mendatangkan musibah

1 Petrus 1:13-25

Topik tentang kekudusan adalah hal yang paling tidak disukai dan juga sering dihindari oleh kebanyakan orang Kristen.
Sebaliknya orang lebih berminat dan tertarik pada khotbah-khotbah atau pelajaran yang bertema berkat, mujizat,
kesembuhan atau pemulihan; padahal kekudusan adalah kehendak Tuhan yang harus ditaati! Kekudusan adalah
standar hidup yang Tuhan tetapkan bagi orang percaya! Salah satu arti dari kata 'kudus' (bahasa Ibrani kadosh)
adalah naik lebih tinggi. Artinya Tuhan memanggil orang percaya untuk hidup sesuai dengan standar-Nya, level hidup
yang naik ke arah Kristus, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup. Tidak ada alasan atau dalih untuk hal itu! Sebab
Tuhan sudah memberikan Roh Kudus untuk menyertai kita, memampukan, menguatkan, mengajar dan menuntun kita
kepada kebenaran (Yohanes 16:13); Tuhan juga sudah memberikan firman-Nya untuk menjadi pola hidup orang
percaya (2 Timotius 3:16). Karena itu rasul Paulus menasihati, "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak
seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Di zaman sekarang ini kebanyakan orang lebih mengejar hal-hal yang
bersifat duniawai: keberhasilan, kesuksesan, kekayaan, popularitas dan sebagainya. Demi mengejar kesemuanya itu
mereka tidak lagi menempatkan perkara-perkara rohani sebagai hal yang utama, mengesampingkan perkara-perkara
rohani. Padahal kalau kita mau sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan dan mengutamakan perkara-perkara yang
dari Tuhan semua berkat pasti Tuhan sediakan bagi kita. Sesungguhnya kekudusan adalah kunci untuk mengalami
berkat-berkat dari Tuhan. Tetapi banyak orang tidak mau tunduk pada pimpinan Roh Kudus, tidak mau menaati firman
Tuhan dan memilih untuk mengikuti keinginan daging dengan segala hawa nafsunya. Inilah kehendak Tuhan bagi orang
percaya: "...supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Efesus 1:4).

Berkat Tuhan tersedia bagi orang-orang yang hidup seturut kehendak-Nya!


Ibrani 12:1-17

Firman Tuhan tegas menyatakan bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jadi hidup dalam
kekudusan adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya tanpa terkecuali. Rasul Petrus juga mengingatkan,
"..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil
kamu,...Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:15, 18-
19). Hal ini menunjukkan bahwa kekudusan adalah panggilan Tuhan dan kita. Bagian Tuhan adalah melakukan tugas
penebusan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, dan mengerjakan proses pengudusan di dalam kita melalui kuasa
Roh Kudus. Adapun bagian kita adalah melalukan kehendak Tuhan dengan berhenti berbuat dosa. Kepada jemaat di
Korintus Rasul Paulus berkata, "...marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan
dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." (2 Korintus 7:1). Dunia penuh dengan
dosa dan segala macam kecemaran, karena itu melalui karya penebusanNya Tuhan hendak memisahkan kita dari dunia
ini. Kata kudus bisa diartikan: suci, murni, tidak bercela. Sedangkan kata kudus dalam bahasa Ibrani 'qadosy' atau
bahasa Yunani 'hagios': dipisahkan, dikhususkan atau terpotong dari. Artinya setiap orang percaya dipisahkan dari
dunia ini untuk Tuhan. "Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari
bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku." (Imamat 20:26). Hidup kudus berarti sakit buat daging kita, tapi
inilah harga yang harus kita bayar!

Karena itu kita harus mempersembahkan seluruh kehidupan kita sebagai senjata kebenaran!

Matius 5:8

Kesucian bukanlah keadaan tidak bersalah atau tidak berdosa, kesucian jauh lebih dari hal itu. Kesucian adalah akibat
keserasian rohani bersinambungan dengan Allah. Kita harus tumbuh dalam kesucian. Hidup kita bersama Allah mungkin
benar dan kesucian batin kita tidak bercela. Namun terkadang hidup lahiriah kita mungkin cacat dan ternoda. Allah
sengaja tidak melindungi kita dari kemungkinan ini, karena inilah cara kita menyadari perlunya memelihara visi rohani
kita melalui kesucian pribadi (personal purity). Jika tataran luar dari hidup rohani kita bersama Allah terganggu sedikit
saja, kita harus terlebih dahulu membereskannya. Ingatlah bahwa visi rohani bergantung pada karakter kita, yaitu
“orang yang suci hatinya” yang “melihat Allah”. Allah membuat kita suci dengan tindakan anugerah-Nya yang berdaulat,
tetapi kita harus selalu berjaga. Karena, melalui hidup lahiriah kita yang berhubungan dengan orang lain dan dengan
sudut pandang berbeda maka kita cenderung untuk menjadi ternoda. Bukan hanya “ruang suci batiniah” kita yang
harus dipelihara benar di hadapan Allah, tetapi juga “pelataran luar” atau lahiriah kita harus dipelihara dalam
keserasian sempurna dengan kesucian yang diberikan Allah kepada kita melalui anugerah-Nya. Visi dan pengertian
rohani kita segera menjadi kabur bila segi lahiriah kita tercemar. Jika kita ingin memelihara keakraban pribadi dengan
Tuhan Yesus Kristus, maka itu akan berarti menolak untuk melakukan atau bahkan memikirkan hal-hal tidak berkenan
kepada-Nya. Petunjuk praktis dalam memelihara kesucian pribadi Anda tidak tercela dalam hubungan Anda dengan
orang lain adalah mulai melihat mereka seperti Allah melihatnya.

Hidup dalam kekudusan berbicara tentang hubungan yang terus menerus melekat dengan Allah yang kudus.
Yosua 3:5

Hidup menjaga kekudusan tidak pernah mudah. Jaman dahulu saja masalah kekudusan sudah menjadi hal sulit
dilakukan oleh manusia, terlebih hari-hari ini dimana ada begitu banyak media yang menawarkan segala sesuatu yang
bisa merusak kekudusan dengan begitu mudahnya. Jika dahulu orang harus mengeluarkan biaya besar untuk
memperolehnya, hari ini semua tersedia dengan sangat murah atau bahkan gratis. Menjaga kekudusan semakin lama
semakin dianggap kuno oleh manusia. Orang tidak lagi kagum akan orang-orang yang hidup mempertahankan
kekudusan, tetapi malah menertawakan dan menganggap mereka bodoh atau kurang gaul. Dunia terus menawarkan
segala sesuatu yang bisa merusak kekudusan kita dalam berbagai bentuk yang biasanya membawa kenikmatan bagi
daging kita tetapi sangatlah mematikan bagi perjalanan hidup kita. Sementara orang mau enaknya saja, mereka ingin
tetap bisa diberkati dan mendapatkan limpahan dari Tuhan sepanjang hidupnya namun menolak untuk menjaga
kekudusan. Mengharap berkat Tuhan tanpa menjaga kekudusan tidaklah mungkin. Ingin melihat kuasa Tuhan yang
ajaib? Kunci utamanya adalah dengan menjaga hidup dalam kekudusan. Yosua tidak mengatakan, berusahalah atau
cobalah siapa tahu kamu bisa kudus, tapi Yosua tegas berkata: Kuduskanlah dirimu! Ini menunjukkan bahwa seruan
untuk hidup kudus ini bukanlah hanya sebatas himbauan atau saran, tetapi merupakan sebuah perintah yang harus
ditaati secara serius. Seperti halnya Tuhan yang kudus, kita pun seharusnya seperti itu pula. Segala ketidak kudusan
yang kita lakukan akan menjauhkan atau memisahkan kita dari Tuhan. Sesuatu yang tidak kudus tidak akan pernah bisa
bersatu dengan Tuhan yang kudus.

Kekudusan adalah sebuah syarat mutlak untuk agar bisa melihat perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan secara nyata dalam
hidup kita.

Ulangan 28:9

Berpegang pada FirmanNya dan menghidupi FirmanNya secara nyata, itu akan membawa kita kepada sebuah
kehidupan yang kudus yang berkenan bagiNya. Janji berkat yang hadir dalam Ulangan 28:1-14 pun baru akan bisa kita
terima apabila kita melakukan tepat seperti apa yang Tuhan katakan. Paulus mengatakan "Barangsiapa menjadi milik
Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24). Kita tidak akan
bisa kudus apabila kita terus tunduk pada kedagingan kita yang akan selalu mengejar hawa nafsu dan keinginan-
keinginan yang salah. Kita perlu menanggalkan tubuh yang berdosa ini, menyalibkan segala kedagingan yang
menghambat kita untuk kudus untuk bisa terhubung dengan Tuhan. Tetap memelihara dosa-dosa dan terus melakukan
pelanggaran akan membawa kecemaran kepada diri kita. Sebuah anugerah menjadi ciptaan baru yang dianugerahkan
Tuhan dengan menerima Kristus akan menjadi sia-sia jika kita tetap membiarkan pencemaran untuk terus mengotori
kita. Rajin beribadah, berbuat baik, membantu orang lain, memberikan persepuluhan dan sebagainya hanyalah akan
sia-sia tanpa komitmen kita untuk menjaga kekudusan. Firman Tuhan berkata: "Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Sebuah ibadah yang
sejati pada hakekatnya adalah mempersembahkan tubuh kita sendiri yang telah kudus sepenuhnya kepada Tuhan.
Itulah persembahan yang sejati, itulah ibadah yang sejati.

Berpegang pada FirmanNya dan menghidupi FirmanNya secara nyata, itu akan membawa kita kepada sebuah
kehidupan yang kudus yang berkenan bagiNya.
1 Petrus 1:15

Hidup dalam kekudusan dan tidak bercacat sesungguhnya adalah kehendak Tuhan bagi setiap manusia, sebab Tuhan
telah menciptakan manusia menurut gambar-Nya (baca Kejadian 1:27). Tuhan adalah kudus, maka Ia pun
menghendaki manusia kudus seperti diri-Nya. "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16). Karena Tuhan adalah
kudus maka Ia tidak dapat menyatu dengan ketidakkudusan dan segala bentuk kecemaran. Dengan kata lain kalau kita
tidak hidup dalam kekudusan kita pun tidak dapat menyatu dengan Tuhan. Alkitab menegaskan bahwa tanpa
kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan, maka dari itu "...kejarlah kekudusan," (Ibrani 12:14). Apabila kita
ingin melihat dan mengalami kehadiran Tuhan syarat mutlaknya hidup dalam kekudusan. Salah satu definisi kata kudus
adalah berada dalam kemurnian; bahasa Ibraninya kadosh, yang berarti naik lebih tinggi. Artinya Tuhan memanggil
orang percaya untuk hidup sesuai dengan standar-Nya, level hidup yang naik ke arah Kristus, yaitu hidup sebagaimana
Kristus hidup dan berpikir sebagaimana Kristus berpikir. Hidup kudus berarti pula hidup terpisah dari segala bentuk
dosa dan mempersembahkan hidup hanya bagi Tuhan, karena tubuh kita adalah bait Tuhan. "Tidak tahukah kamu,
bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1 Korintus 3:16). Bait Tuhan merupakan
suatu tempat yang kudus di mana hadirat Tuhan akan hadir di dalamnya. Untuk itulah kita harus memelihara tubuh
kita agar selalu bersih dan terbebas dari segala bentuk kenajisan dan kecemaran. Bagaimana caranya? Kita harus mau
hidup dipimpin oleh Roh Kudus setiap hari. Dengan pertolongan Roh Kudus saja kita beroleh kekuatan untuk
meninggalkan perbuatan daging. Kekudusan dan kemurnian hidup tidak akan pernah bisa dicapai jika kita
mengandalkan kekuatan sendiri, tanpa bergantung kepada anugerah dan kekuatan dari Tuhan. Tanpa Roh Kudus kita
tidak akan mampu!

"Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain,
supaya kamu menjadi milik-Ku." Imamat 20:26

Mazmur 119:9

Apakah mungkin hidup dengan memiliki pikiran tetap bersih di dunia di mana kita terus dicekoki media dalam
masyarakat yang dipenuhi pikiran atau hal yang tidak kudus? Sulit, tapi bisa. Rick Warren mengilustrasikannya dengan
baik sebagai berikut. Anda tahu ikan-ikan di laut itu telah hidup di air asin sepanjang hidupnya tapi ikan-ikan itu tidak
pernah menjadi asin. Ia tumbuh dalam lingkungan di mana tiap saat dikelilingi air asin yang begitu asinnya, hingga Anda
tidak dapat meminumnya atau Anda akan sakit. Nah, seperti Allah yang dapat menangkap seekor ikan dan
memeliharanya dalam sebuah lingkungan yang penuh garam sepanjang hidupnya, tapi tidak terpengaruh olehnya, Allah
yang sama dapat memelihara Anda di dunia yang sudah kena polusi dan memelihara pikiran Anda tetap bersih. Seperti
Ia dapat memisahkan ikan itu dan memeliharanya di lingkungan air asin, tapi tidak membuatnya asin, Allah dapat
menjaga kita dalam dunia tercemar dan menjaga pikiran dan hati kita bersih. Tapi bagaimana hal itu dapat terjadi?
Allah tidak pernah menyuruh melakukan sesuatu tanpa mengatakan bagaimana melakukannya. Mazmur 119:9 "Dengan
apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." Itulah
caranya. Mengikuti standar Tuhan. Jadi buatlah komitmen mengikuti standar Allah.

Buatlah hidup Anda berjalan di dalam standarnya Tuhan, dan kekudusan akan menjadi sahabat Anda.
Roma 7:13-26

Di dalam hidup setiap kita dihadapkan pada pilihan-pilihan atau keputusan-keputusan. Pilihan dan keputusan kita saat
ini menentukan kehidupan kita di kemudian hari, menentukan tempat kita di kekekalan nanti (kehidupan kekal atau
kebinasaan kekal). Oleh karena itu buatlah pilihan dan keputusan hidup yang benar selagi masih ada kesempatan.
Untuk memiliki kehidupan kekal di sorga tidak ada jalan lain selain harus memiliki gairah untuk hdiup kudus setiap hari.
Arti kata 'gairah' adalah keinginan (hasrat, keberanian) yang cukup kuat. Ada dua gairah yang saling berebut
kekuasaan dalam hidup seseorang, yaitu gairah hidup manusia lama dan gairah hidup manusia baru. Pergumulan untuk
melepaskan diri dari manusia lama juga dirasakan oleh Paulus: "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan
membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (Roma 7:22-23). Jika gairah
hidup manusia lama itu lebih kuat, maka kita semakin dituntun kepada kehidupan yang duniawi. Manusia lama disebut
juga keinginan daging, di mana hawa nafsu kedagingan yang menguasai. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap
semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang
demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (Galatia 5:19-21). Gairah hidup yang mana yang
menguasai dan mendominasi begitu kuat dalam hidup Saudara? Ingat! Sasaran hidup orang percaya adalah menjadi
mempelai Kristus yang dewasa rohani dan tak bercacat cela. Maka dari itu milikilah gairah untuk hidup kudus dengan
menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging." (Galatia 5:16).

Milikilah gairah untuk hidup kudus dengan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.

1 Korintus 2:6-16

Pikiran adalah aset yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dengan pikirannya seseorang akan memikirkan,
mengucapkan dan melakukan hal-hal yang positif ataupun negatif. Di dalam pikiran inilah peperangan rohani
seseorang terjadi! Tertulis: "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-
pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat
di udara." (Efesus 6:12); jadi peperangan melawan segala tipu daya Iblis yang berusaha menyerang pikiran kita dengan
siasatnya yang licik, sebab Iblis paham benar betapa sulitnya bagi seseorang untuk menguasai dan mengekang
pikirannya sendiri. Untuk menang melawan tipu muslihat Iblis kita harus "...menawan segala pikiran dan
menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b). Ijinkan Roh Kudus memperbaharui pikiran kita. Bagaimana
caranya? Sediakan waktu secara intensif untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan supaya pikiran kita dipenuhi
oleh kebenaran atau hal-hal yang positif, sebab firman Tuhan adalah pedang Roh bagi kita. "Sebab firman Allah hidup
dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa
dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dengan
pedang Roh ini kita dapat melawan setiap serangan Iblis! Pikiran yang dipenuhi firman Tuhan akan berdampak kepada
tindakan kita. Sebaliknya pikiran yang dipenuhi hal-hal negatif akan memaksa kita untuk melakukan seperti yang
diinginkan oleh pikiran itu. Rasul Paulus menasihati, "supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu," (Efesus
4:23), sehingga pikiran kita tetap dalam keadaan bersih, sebab selama kita masih hidup di dunia ini pikiran kita masih
bisa terpengaruh dan tergoda oleh apa yang ada di dunia ini dan tubuh kita pun akan menjadi fasilitator untuk
mengerjakan segala hal yang diinginkan dan diperintahkan oleh pikiran.

"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" Mazmur 139:23
Kolose 3:1-4

Seringkali keadaan atau situasi yang ada di sekitar membawa dampak yang besar terhadap pola pikir seseorang.
Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan setiap saat dipengaruhi oleh keadaan atau situasi yang ada di sekitar kita.
Pikiran kita dipenuhi oleh perkara-perkara yang ada: Kesulitan, sakit-penyakit, pekerjaan, keuangan. Akibatnya banyak
orang yang hidup dalam kekuatiran, kebimbangan, kegelisahan, ketakutan, tekanan, putus asa, kebencian, kecewa dan
lain-lain. Selama hidup di dunia ini kita takkan lepas dari berbagai macam permasalahan, namun kita harus selalu
waspada dan bertindak hati-hati, sebab pikiran kita itu ibarat medan peperangan. Karena itu jangan beri tempat
kepada Iblis untuk masuk ke pikiran kita. Kalau kita ijinkan Iblis menguasai pikiran kita, ia hanya akan menuduh,
mendakwa dan mengintimidasi kita, sehingga kita pun hanya memikirkan yang buruk-buruk atau negatif tentang hidup
kita. Jangan sampai Iblis diuntungkan dalam hal ini, jangan sampai Iblis mengambil kesempatan untuk meracuni pikiran
kita dengan hal-hal negatif. Oleh sebab itu Alkitab mengingatkan agar kita memikirkan perkara-perkara yang di atas
(sorgawi) lebih dari perkara-perkara yang ada di dunia ini. Memenuhi pikiran kita dengan perkara-perkara rohani: inilah
yang dimaksud dengan memiliki pikiran Kristus sebagaimana Rasul Paulus tegaskan kepada jemaat di Korintus: "...kami
memiliki pikiran Kristus." (1 Korintus 2:16b). Memiliki pikiran Kristus berarti kita "...menawan segala pikiran dan
menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b), berarti pikiran kita sepenuhnya dipimpin, dituntun, diarahkan dan
dikendalikan sepenuhnya oleh Roh Kudus. Ketika kita memikirkan perkara-perkara rohani atau hal-hal yang positif
berarti kita sedang mengenakan pikiran Kristus, sebab Kristus senantiasa berpikir tentang hal-hal baik atau positif dalam
kehidupan kita, terlepas dari keadaan kita dan bagaimana pun adanya kita. Kalau kita berpikir ke arah yang buruk, maka
yang buruk terjadi; sebaliknya bila kita berpikir yang baik-baik (firman Tuhan), maka kebaikan akan terjadi atas hidup
kita. Pikiran rohani datanganya dari Tuhan dan membawa kita kepada kemenangan.

Jadi, relakan firmanNya membentuk dan mengisi pikiran kita setiap waktu!

Filipi 4:8-9

Tidak semua orang dapat menguasai pikirannya jika tak punya landasan yang kuat dalam firman Tuhan. Pikiran yang tak
dipenuhi firman Tuhan akan mudah dikenadalikan Iblis, karena Iblis tau betul bahwa apa yang kita pikirkan dan
renungkan itu akan menjadi kenyataan. Ituah sebabnya Iblis selalu berusaha keras mempengaruhi agar pikiran kita
hanya dipenuhi hal-hal yang buruk (permasalahan) lebih daripada firman Tuhan. Apabila kita lengah sedikit saja dan
terkena siasat Iblis, serta mengijinkan pikiran kita terpaku pada permasalahan yang ada, maka masalah itu takkan
terselesaikan, bahkan akan makin rumit dan bertambah berat. Akhirnya kita pun bimbang, putus asa dan tawar hati.
Penulis Amsal mengatakan, “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” (Amsal 24:10). Bila
kita bimbang bisa dipastikan doa-doa kita tidak akan beroleh jawaban, “...sebab orang yang bimbang sama dengan
gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia
akan menerima sesuatu dari Tuhan.” (Yakobus 1:6-7). Sebaliknya apabila kita mau melakukan apa yang dikatakan
firman Tuhan dan merenungkan segala sesuatu dengan baik, kita akan memperoleh janji-janjiNya dalam hidup kita.
Jangan sekali pun memikirkan hal-hal negatif, sebaliknya pikirkanlah: “...semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut
dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Jadi sangatlah penting mengisi pikiran dengan firman Tuhan setiap hari, karena apa
yang ada di pikiran akan terefleksikan dalam tindakan kita. Apa yang ada di pikiran kita saat ini: kebimbangan,
ketakutan, kekuatiran, sakit hati, atau kebencian, semuanya akan membawa kita kepada kegagalan. Hari ini kita
diingatkan, buanglah semua itu!

“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam,...sebab dengan
demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Yosua 1:8
Amsal 4:23

Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, serta dari hati
pula bisa timbul segala niat jahat. Inilah yang dialami Kain. Melihat korban persembahan Habel diterima oleh Tuhan,
"...hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram." (Kejadian 4:5b). Sebelum kejahatan itu dilakukan,
sesungguhnya Tuhan sealu mengingatkan kita untuk menjaga hati dari segala amarah, dendam, iri hati dan hal-hal jahat
lainnya, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Namun manusia seringkali menuruti hawa nafsunya dan tidak peduli dengan
resiko yang akan dihadapinya. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah
kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:27). Ada akibat yang sangat mengerikan bila kita tetap hidup di dalam dosa, "Sebab
upah dosa ialah maut;" (Roma 6:23a). Bagaimana kita bisa menjaga hati agar tetap kudus dan benar di hadapan Tuhan?
Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mengubah karakter manusia selain Tuhan dan dorongan dari diri kita sendiri
untuk mau dibentuk sesuai kehendak Tuhan. Hanya dengan pimpinan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk tetap
berdiri di atas kebenaran. Oleh karena itu bukalah hati dan undanglah Roh Kudus untuk menjadi 'Tuan' dalam
kehidupan kita. Sebagai orang percaya kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus dalam langkah hidup kita agar kita
tidak mudah jatuh dalam pencobaan, seperti tertulis: "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan
daging." (Galatia 5:16). Merenungkan FirmanNya dan taat melakukannya adalah langkah awal penyerahan hati untuk
dibentuk menjadi emas yang murni. Kita tidak akan tahu kemurnian hati kita kalau apa yang ada di dalam hati kita ini
tidak diproses dan ditempa terlebih dulu. Tekanan itu mungkin datang dari hal-hal yang sebenarnya sepele, tapi tidak
tahukah bahwa kita seringkali jatuh justru hanya karena kita tidak waspada dengan kerikil-kerikil kecil yang ada di
depan kita. Tekanan itu mungkin menyakitkan, tapi itu adalah proses di mana Tuhan sedang membentuk dan
memurnikan hati kita. Saat pemurnian ini bisakah kita berkata seperti Ayub, "...Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia
menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).

Hati yang murni dan bersih membuat kita lebih mudah mengerti jalan-jalan Tuhan dsl hidup kita.

Mazmur 1

Bagaimana konsep kita tentang bahagia? Apakah dengan banyak harta? hidup yang nyaman? semua keinginan kita
terpenuhi? semua cita cita kita tercapai? bahkan mungkin bahagia itu ketika hidup tanpa masalah? Apakah tanpa
masalah kita bisa berbahagia? Sering , orang yang kita anggap hidupnya bahagia malah menganggap hidup kita lebih
bahagia darinya! Di sini disebutkan kebahagiaan orang adalah ketika orang tersebut tidak mengikuti nasihat orang
fasik/jahat, tidak mencontoh jalan orang berdosa, dan tidak bergaul dan duduk dalam kalangan penghina/pencemooh!
Orang yang berbahagia adalah orang yang mampu merasakan sukacita yang di berikan Tuhan walau di tengah
tantangan hidup! Manusia adalah makhluk sosial dan hidup dalam kumpulan bersama orang lain, maka ada
kemungkinan pengaruh sekitar juga bisa merubah kita! ketika seseorang berada dalam kumpulan yang tidak mengenal
Tuhan maka kemungkinan besar orang itu akan berprilaku seperti orang yang tidak mengenal Tuhan juga! Kebahagiaan
bisa saja dirasakan oleh orang yang tidak mengenal Tuhan, tetapi bersifat semu! tidak kekal, hanya sementara saja!
karena ujung jalan kehidupannya adalah menuju kebinasaan! karena Tuhan tidak menjagai dan melindunginya!
Marilah kita melakukan apa yang baik di mata Tuhan dalam segala situasi dan kondisi! sebab Dia adalah pribadi yang
setia dan siap melindungi!

“Orang taat dibimbing dan dilindungi TUHAN, tetapi orang jahat menuju kepada kebinasaan.”
Ester 8:8

Tuhan yang mencintai dan turut merasakan penderitaan umat Nya membangkitkan pemimpin yang memiliki kepekaan
dan kepedulian yang dalam atas umat Nya! Ester dan Mordekhai adalah gambaran pemimpin yang menyadari bahwa
apa yang Tuhan sudah berikan, kemenangan dan sukacita bukan hanya untuk kepuasan diri mereka semata! tetapi
merupakan panggilan Tuhan untuk mereka menjadi berkat bagi umat dan bangsanya! bahkan mendatangkan hukuman
bagi kaum amalek! Tuhan meninggikan Ester, gadis malang yang kemudian menjadi ratu yang kemudian mendapatkan
kasih melimpah dan di cintai oleh banyak orang, hidup tentram dalam istana tetapi berkali kali mempertaruhkan
nyawanya demi menyelamatkan orang sebangsanya! Tuhan mengangkat Mordekhai yang mengoyakkan pakaian dan
mengenakan kain kabung serta melolong dengan nyaring dan pedih menjadi seorang yang keluar memakai pakaian
kerajaan dengan tajuk emas yang mengagumkan! yang tadinya di tindas melalui cincin materai raja, kini
menyelamatkan orang sebangsanya dengan cincin materai raja! Melalui pemimpin seperti ini, Tuhan mengubahkan
ratap tangis dan kegentaran di bawah kekuasaan Haman, menjadi sorak sorai di bawah kekuasaan Mordekhai! Tuhan
mengubah ratap tangis umat Nya menjadi sukacita, melalui kemenangan orang benar, Tuhan membangkitkan
semangat umat Nya!

“Adakah iman dan pengharapan kita kepada Allah yang mengubah ratap tangis menjadi sukacita?”

Kejadian 5:1

Tuhan memberikan nama “manusia” (TB); “Adam” (KJV) yang berarti bumi, bumi merah. Allah lah yang memberikan
nama ini, sebelumnya Adam memberikan nama kepada semua makhluk lain tetapi Adam tidak boleh memilih namanya
sendiri! Supaya jangan ia mengambil suatu gelar yang megah dan muluk muluk, Allah memberikannya suatu nama yang
mengingatkan Adam akan kehinaan asal usulnya! Tetapi Allah menciptakan Adam menurut rupa Nya sendiri, benar dan
kudus dan oleh sebab itu tanpa di ragukan lagi, berbahagia! Hakikat manusia lebih menyerupai hakikat ilahi di
bandingkan dengan hakikat makhluk manapun di dunia ini! Pada ayat ke 3 ketika Set yang adalah anak Adam di
lahirkan, ketika umur Adam seratus tiga puluh tahun, Adam memperanakkan banyak laki laki dan perempuan selain
Kain dan Habel, yang menarik di sini adalah bahwa Adam memperanakkannya (Set) menurut rupa dan gambarnya!
Adam di ciptakan menurut gambar Allah, tetapi ketika ia jatuh dan menjadi rusak, ia memperanakkan seorang anak
menurut gambarnya sendiri, berdosa, rapuh, fana, sengsara dan cemar! Ini adalah rupa Adam sendiri, kebalikan dari
rupa Ilahi yang di dalamnya Adam di ciptakan! Tetapi, karena ia sendiri kehilangan rupa itu, ia tidak dapat
meneruskannya kepada keturunannya! Perhatikanlah, anugerah tidak mengalir di dalam darah! Lain hal nya dengan
kerusakan! Seorang pendosa memperanakkan orang berdosa, tetapi orang kudus tidak memperanakkan orang kudus.

Bagaimana gambar Tuhan dalam diri kita? Apakah kita sudah memenuhi tujuan Tuhan menciptakan kita?
Kejadian 6: 1-22

Pasal ini memberikan daftar keturunan Adam hingga air bah, yang merupakan keturunan saleh dari Adam yang
berpihak kepda Allah di tengah kecemaran zaman mereka! Pada Ibrani 11:4-5 disebutkan 2 orang yang secara khusus
berkenan pada Allah dikarenakan oleh iman, mereka adalah Habel dan Hanokh! Golongan yang setia dan sisa dengan
cara menolak cara cara Kain yang mempersembahkan dan mengikuti Allah dengan cara yang asal asalan! Mereka
adalah golongan minoritas, yang memilih untuk menyembah Allah, tetap setia kepada Nya, menaati Firman Nya dan
menantikan janji janji Nya! Dan Allah memperhatikan nama mereka, sebagaimana di lakukan Nya pada orang orang
dalam pasal ini. Sementara Kain sendiri mempunyai keturunan yang bernama Lamekh, ia melakukan hal yang sama
dengan Kain! Membunuh seorang laki laki dengan alasannya sendiri (kej 4:23-24) Intinya adalah ketika sebuah dosa
tidak di bereskan dalam sebuah garis keturunan, tidak mustahil hal yang sama dapat terulang kembali! Apa yang di
alami oleh Henokh sangat kontras dengan apa yang di alami oleh Lamekh, Henokh di nyatakan sebagai orang yang
bergaul dengan Tuhan! Sementara Lamekh menjadi seorang pecundang yang memiliki pemahaman salah mengenai
makna perlindungan dan kedaulatan Tuhan! Lamekh hanya merasa “kenal” Tuhan melalui kisah Kain, leluhurnya! Tetapi
Henokh memiliki pergaulan sejati dengan Tuhan! Dan ini menimbulkan dampak yang berbeda! Lamekh hidup dalam
hutang darah, sementara Henokh menikmati persekutuan sejati dengan Tuhan!

Sudahkah kita memiliki kedekatan sejati dengan Tuhan? Milikilah kegairahan yang sungguh untuk menikmati
persekutuan dengan Tuhan.

Kejadian 31:19

Rahel mencuri patung dewa dewa keluarganya, lalu berdusta! dengan harapan supaya dirinya dapat terus memilikinya
(kej 34:34-35). Terafim adalah berhala berhala kecil yang di tempatkan di dalam rumah dan di percaya sebagai
pelindung; beberapa ahli berpendapat bahwa dengan memiliki terafim tersebut membuat orang tersebut mempunyai
hak atas warisan! Beberapa penemuan arkeologi yang pernah di lakukan di daerah tersebut menunjukkan bahwa
dengan memiliki patung patung terafim tersebut, berarti memastikan bahwa orang yang memilikinya memperoleh
bagian warisan dari keluarganya. Dalam hal ini, supaya Lea dan Rahel memperoleh dua bagian warisan dari Laban ketika
nanti ayahnya meninggal! Rahel dan Lea merasa di tipu karena tidak menerima warisan mereka (ayat 15). Jadi dalam
peristiwa ini, Rahel mengambil patung patung itu bukan untuk di puja, tetapi supaya dirinya dan saudarinya memiliki
dan memperoleh keuntungan keuangan! Tetapi, pada akhirnya kesemuanya itu tidak ada arti dan gunanya, karena
Yakub kemudian memerintahkan untuk membuang semua patung dan lambing dewa dewa asing yang ada pada
mereka, dan di kuburkan oleh Yakub sebelum mereka berangkat menuju Betel, di bawah pohon besar yang dekat
Sikhem.(Kej 35:2-4)

Dalam rencana Allah, berkat sesungguhnya adalah relasi dengan Allah! bukan sekedar berkat moral atau materi!

Anda mungkin juga menyukai