Anda di halaman 1dari 7

Mazmur 106: 1- 6, 40- 48

“Petualangan Iman Dalam Kasih Setia TUHAN”

Mazmur 106 merupakan catatan sejarah mengenai pemberontakan umat kepada ALLAH. Kuasa ALLAH yang
telah membawa mereka keluar dari perbudakan di mesir dan penyertaanNya dalam 40 tahun perjalanan di
padang gurun sampai mereka menetap aman di kanaan, ternyata tidak membuat umat merasa terkesan dalam
kekaguman dan hormat kepada ALLAH. Dalam ayat 34 misalnya, ALLAH menyuruh mereka membinasakan
bangsa-bangsa penyembah berhala, tetapi mereka tidak melakukannya. Malahan mereka seakan berjanji bahwa
“kami tidak akan berbaur dengan mereka”, namun kenyataannya mereka terpengaruh dan jatuh dalam
penyembahan berhala. Hal ini menyadarkan kita bahwa makanan yang basi jika ditempatkan dalam wadah yang
sama dengan makanan yang baik, maka makanan yang baik itu akan ikut rusak. Inipun seruan khusus pada anak
muda Kristen untuk tidak berpacaran bahwa “saya pacaran dengan yang tidak seiman karena saya akan
membawanya masuk gereja”. Sikap yang lebih baik ialah jangan meremehkan pencobaan. Kehidupan umat
ALLAH di tanah perjanjian saat itu bukannya menjadi berkat tetapi malah mencemarkan nama ALLAH dan hal
itu menyebabkan murkaNya menyalah dan Ia merasa jijik kepada umatNya (ay 40). Sikap TUHAN yang
membenci dosa umatNya menyebabkan umat terhimpit banyak masalah (ay 41-43). Adakah solusi bagi umat
menghadapi murka Allah?

Melalui Mazmur 106 ini, mari belajar untuk merenungkan beberapa hal;
1. Solusi atas kebuntuan hidup akibat dosa tidak mungkin bisa datang dari manusia. Umat ALLAH saat itu
tidak sanggup mengatasi himpitan masalah akibat penghukuman ALLAH, mereka hanya bisa meratapi diri
dan menantikan kehancuran. Perhatikanlah bahwa kita tidak mungkin sanggup mengatasi masalah hidup
dan dosa dengan mengandalkan diri sendiri dengan usaha apapun. Kita membutuhkan Juruselamat yang
sanggup mengatasi seluruh problematika kehidupan kita. ALLAH yang justeru akan menjadi Penghukum
telah bertindak menjadi Penebus di dalam YESUS KRISTUS
2. Kebaikan TUHAN atas hidup kita dan bagi Gepsultra tidak hanya untuk diakui tetapi dibutuhkan tindakan
memuji Dia. Mulut, akal dan hati harus selaras mengakui dan memuliakan TUHAN yang telah dan akan terus
melakukan kebaikan bagi kita. Belajar untuk peka terhadap perbuatan-perbuatan TUHAN akan membuat
kita selalu kagum dan hormat kepadaNya. Semakin kita merasakan betapa besarnya kasih TUHAN maka
semakin kita sadar akan keburukan dan kejahatan kita kepadaNya, semakin kita merasa kecil dan tak
berdaya maka semakin terasa betapa besarnya kekuatan kuasa TUHAN melengkapi kita. Yohanes Pembaptis
pernah berkata tentang Yesus, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3: 30). Sebagai
gereja yang telah bertumbuh selama 67 tahun, Gepsultra tidak boleh bermegah atas dirinya sendiri.
Bertahan hidup dan terus bertumbuh selama 67 tahun bukanlah karena Gepsultra (pemimpin dan warga
jemaatnya) adalah orang-orang hebat tetapi semua karena kebaikan TUHAN atas milikNya. Seluruh
pencapaian harus dipersembahkan bagi TUHAN dan kekurangan dalam berGepsultra harus selalu menjadi
batu pijakan untuk berbenah demi langkah maju berikutnya.

Hidup adalah petualangan iman dalam kasih setia TUHAN. Merenungkan perjalanan kehidupan adalah
momentum penting untuk kembali berefleksi atas seluruh dinamika hidup yang telah terjadi. Semua
pengalaman yang ada haruslah bermuara pada kesadaran untuk menata hidup bersesuaian dengan kehendak
Bapa di sorga. KasihNya, teguranNya, didikanNya, perintahNya dan semua yang dariNya adalah caraNya
membawa kita masuk dalam petualangan untuk melihat kita berakar, bertumbuh dan berbuah dalam iman,
pengharapan dan kasih. Kita telah mengalami pembentukanNya melalui suka-duka, kekurangan-kecukupan-
kelimpahan, gumul juang iman kitapun mungkin saja mengalami “pasang surut”, namun terpenting untuk
diaminkan bahwa kasih setia TUHAN tidak berkurang, tidak berubah dan tidak goyah dalam segala situasi
kehidupan kita. Demikianlah juga Gepsultra dalam petualangannya bersaksi, bersekutu dan melayani di bumi
Sulawesi Tenggara ini sebagai gereja yang ingin selalu mandiri, dewasa dan missioner. Pertanyaan reflektif yang
perlu ialah apa yang sudah dicapai? Dan adakah yang sudah kita abaikan? Jika kita hanya mau menikmati
pencapaian gemilang tapi tidak mengakui kegagalan maka kita tidak akan maju di langkah selanjutnya.
Kesyukuran kita atas 67 tahun Gepsultra harus mewujud dalam kesediaan menjadi kecil supaya terbuka ruang
yang semakin luas bagi TUHAN untuk menjadi semakin besar dan itu berarti kita akan selalu dibawa dalam
petualangan demi petualangan sebagai gereja yang mau dan selalu bertekun dalam kemandirian, kedewasaan
dan yang missioner. Bersyukurlah dan bersukacitalah di dalam YESUS KRISTUS, Sang Pemilik Gepsultra. Amin
1 Korintus 3: 10- 15
“Membangun Jemaat”

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Ada banyak ukuran yang dipakai orang untuk mengukur keberhasilan dalam membangun Jemaat. Salah satu
penilaian dimaksud adalah, ketika anggota jemaat berjumlah ribuan, serta musik dan audio visual yang modern
dalam ibadah, dinilai sebagai gambaran jemaat yang berhasil.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan!


Paulus dalam perikop ini menegaskan mengenai apa yang seharusnya menjadi dasar utama dalam membangun
jemaat. Ia sekaligus mau mengontraskan dengan apa yang dibanggakan oleh orang-oramng Korintus tentang
Hikmad. Disinilah terlihat konsistensi Paulus yang sejak awal selalu menekankan pada salib Kristus dan Injil
sebagai pusat pemberitaannya. Paulus menegaskan bahwa, di atas dasar yang kokoh pembangunan jemaat
sebagai tubuh Kristus berlanjud.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Menurut Paulus, dasar untuk membangun jemaat adalah;
1. Salib Kristus. Salib merupakan pintu perjumpaan kembali manusia dengan Allah. Di dalam Salib Kristus
terdapat dua hal yang sangat penting bagi pembangunan Tubuh Kristus, yakni; tersambung kembalinya
Hubungan Allah dan manusia, yang menjadikan manusia layak menjadi Anak-anak Allah dan baiknya
persekutuan manusia dengan Allah, yang memungkinkan manusia hhidup damai dengan Allah. Dengan
makna yang terkandung dalam salib Kristus memungkinkan jemaatNya dibangun, sehingga alam maut
tidak lagi berkuasa atasnya. Karena itu, maka di usia 67 tahun GEPSIULTRA, seluruh warganya, benar-
benar menempatkan hidupnya dalam anugerah Allah melalui salib Kristus, yang nantinya menjadi
kesaksian yang hidup bahwa dalam salib Kristus ada kehidupan baru yang bermuara pada keselamatan.
2. Firman Allah. Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Melalui perkataan dan hidup Yesus,
memberikan arahan bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus untuk menjalani hidup nya dalam terang
Firman Tuhan, supaya sampai selama-lamanya hidup kita berpadanan dengan Injil Yesus. Di usia yang ke
67 tahun GEPSULTRA, semua warga jemaat semakin kuat berpegang pada Firman Tuhan, supaya dalam
melaksanakan tanggung jawab gereja, bersekutu, bersaksi dan melayani, dilakukan dalam terang Firman
Tuhan, sehingga dapat menerangi dunia yang penuh dengan kegelapan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Dengan dasar yang benar dalam membangun jemaat, maka bahan apapun yang dipakai di atasnya pasti akan
tetap menjadi berkat bagi pertumbuhan jemaat yang mengarah pada kedewasan, kemandirian dan missioner.
Gepsultra dengan Visi ini selalu akan menjadi berkat, sehingga melalui semua warga jemaatNya, yang hidup
diatas dasar salib Yesus sebagai bukti pengorbanaNya akan memungkinkan anak-anak Tuhan di GEPSULTRA
menjadi berkat.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Apa yang disampaikan Paulus, biarlah mengingatkan kita, bahwa zaman boleh saja berubah, tetapi isi hakiki
kebenaran dan cara maupun metode dalam menyampaikan kebenaran tersebut, tetap menjadi konsentrasi
penuh disampaikan dengan penuh rasa tanggung jawab sehingga dunia dimenangkan bagi Kristus. Amin
Mazmur 95: 1- 7
“TUHAN adalah Raja dan Gembala Yang Patut Dipuji”

Memuji TUHAN adalah bagian dari ekpresi iman kita dalam menghayati dan memaknai kasih setiaNya, yang
selalu baru tiap pagi (Ratapan 3: 23a). dalam teks ini. Memuji TUHAN bukanlah suatu perkara iman yang bisa
disepelekan. Hal yang paling mudah kita pahami ialah memuji TUHAN melalui nyanyian. Menyanyi adalah hal
yang bisa kita lakukan setiap saat namun dalam hal inipun bernyanyi memuji TUHAN tidak bisa dilakukan
sesuka hati.
Ada beberapa hal yang disampaikan Daud untuk perenungan hari ini secara khusus mengenai mengapa dan
bagaimana kita memuji TUHAN:
1. TUHAN Adalah Pokok Keselamatan Kita. Salah satu bagian dalam Kitab Ibrani 5 memberikan kesaksian
tentang bagaimana YESUS dalam KemanusiaanNya “Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut,,,Ia menjadi pokok
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya”. Landasan besar dan utama penyembahan
dan pujian kita kepadaNya ialah keselamatan yang telah YESUS persembahkan melalui doa, ratap tangis
namun dalam kesalehan dan ketaatan yang sempurna untuk menggantikan kita manusia berdosa. Memuji
TUHAN dengan cara bersorak-sorai tidak diterjemahkan harus berteriak-teriak melainkan dengan semangat
sebagaimana semangat dari orang yang telah diselamatkan. Semangat memuji TUHAN berlangsung dengan
sopan dan teratur (1 Korintus 14: 40). Di sini peran rasa sukacita dalam hati sangat menentukan ekspresi
memuji TUHAN. Daud tidak hanya mengajak umat tetapi juga menggugah hatinya sendiri untuk selalu
mengingat kasih TUHAN yang tidak pernah lalai menyertainya.
2. TUHAN adalah Raja. Sebagai Raja, TUHAN memiliki kekuasaan yang tak terbatas atas bumi. Ke-Raja-anNya
mengatasi segala allah. bagian bumi paling bawah dan gunung-gunung adalah kepunyaanNya dan laut
adalah bentukan tanganNya. Semua ini memberitakan kelayakan padaNya untuk menerima pujian, hormat
dan syukur. Perenungannya ialah karena TUHAN memberitakan diriNya sebagai sebagai ALLAH dan Raja
yang mengatasi dan memiliki segalanya maka beban kehidupan yang bagaimanakah yang tidak bisa
diselesaikanNya. Sesungguhnya tidak ada beban dan gumul juang kita yang tidak diketahuiNya. TUHAN
berkarya sempurna dalam suka-duka kehidupan kita. Kecenderungan raja-raja di dunia ini ialah mereka
menggunakan kewenangan dengan sesuka hati, sifat kekuasaan mereka cenderung sangat tidak menghargai
kehidupan. Mereka merampas hak-hak rakyat dan menekan bahkan menyingkirkan mereka yang dianggap
membangkang. Daud, sebagai raja besar, juga jatuh dalam persoalan ini. Kekuasaan membutakan manusia
untuk melakukan kebenaran dan keadilan. Tetapi sifat dan karakter Tuhan sebagai Raja adalah kudus.
TUHAN sangat mempedulikan kita dalam tiap keadaan dan Ia mau kita juga kudus sehingga rancanganNya
untuk damai sejahtera hidup kita (Yeremia 29: 1) teralami.
3. Allah Adalah Gembala Agung. Ayat 6-8 menunjukkan betapa dekatNya TUHAN kepada kita dan Ia mau
supaya kedekatan itu diekspresikan dalam pujian dan penyembahan serta kesediaan mendengarkan
suaraNya. Memuji Tuhan tanpa kesediaan mendengarkan FirmanNya akan menyebabkan penyembahan kita
menjadi hambar. Olehnya itu, sebagai bentukan TUHAN maka patutlah kita memuji Dia sebagai wujud relasi
yang karib namun penuh hormat kepadaNya. Ingatlah bahwa pujian yang sungguh dan kesediaan
mendengarkan firman TUHAN, maka TUHAN menyatakan kuasaNya meruntuhkan tembok Yerikho. Betapa
besarnya pengaruh memuji TUHAN atas kehidupan kita.

Pertanyaan Diskusi
Adakah alasan yang menghalangi kita memuji TUHAN dan mengapa semangat memuji TUHAN cenderung tidak
nampak dan terkesan “asal-asalan”? (misalnya; penyanyi paduan suara atau vokal grup selalu bersemangat dan
menyanyi dengan benar saat “tampil” tetapi saat menyanyikan nyanyian ibadah jemaat semangat itu tidak
nampak)
Keluaran 32: 16- 21
“Alamilah Kebahagiaan Yang Sesungguhnya Di Dalam Tuhan”

Syalom bapak/ibu, saudara(i) warga Gepsultra, selamat merayakan 67 tahun Gepsultra di tahun 2024,
kiranya kasih Kristus Sang Kepala Gereja memberkati kita untuk terus bertumbuh dan meneruskan misi-Nya
dimanapun kita diutus.
Semua umat mausia, apapun agamanya, pasti menginginkan kebahagian. Ada yang merasa bahagia
karena sukses dibidang: pendidikan, pekerjaan, usaha dan lain sebagainya. Semua kebahagiaan, sangatlah
tergantung dari penilaian semua orang yang dianggapnya paling penting, tetapi sebagai manusia yang beriman
kepada Tuhan, pastilah memiliki standar kebahagiaan yang berlaku umum dan tentu sesuai kehendak Ilahi.
Kebahagiaan diluar dari kehendak Tuhan, hanyalah kebahagiaan semu dan tidak memiliki nilai kekekalan hidup
bersama Tuhan.
Pembacaan Alkitab hari ini, memberi informasi tentang kesukacitaan dan kebahagiaan yang meluap
dikalangan umat Israel. Dengan riuh umat Israel menyanyi berbalas-balasan, mereka menari-nari di sekitar
anak lembu emas (ayat 17-19, dibaca kembali) yang dipuja sebagai tuhannya, walaupun sebenarnya dihadapan
Tuhan, anak lembu emas itu hanyalah “tuhan” (ilah palsu) hasil karya tangan manusia, yang tidak bisa
mendatangkan berkat kepada umat-Nya apalagi bisa menjamin hidup kekal. Memperhatikan aksi yang berisi
kebahagiaan semu/palsu itu, nabi Musa bangkit amarahnya, Nabi Musa melemparkan ke-2 loh batu ditangannya
yang berisikan hukum Allah dan hasil pekerjaan Allah/tulisan tangan Allah, lalu dipecahkanNya pada kaki
gunung itu (ayat: 15,16,19, baca kembali). Luapan kemarahan nabi Musa masih terus berlanjut, diambilnya anak
lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya di
atas air dan disuruhnya minum oleh orang Israel (ayat 20). Kebahagiaan semu umat Israel dalam perikop ini,
menjadi contoh dari dis-orentasi kebahagiaan yang telah melanggar firman Allah. Kebahagiaan semu ini
sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh umat yang percaya kepada Allah yang benar. Patung lembu emas yang
mereka tuhankan, sebenarnya tidak memiliki peran atau kekuasaan untuk menjanjikan hidup damai sejahtera
dan kekal bagi umat Tuhan, justru menjadi bukti, betapa rapuh bahkan betapa rusaknya akhlak dan iman
percaya kepada Allah yang sesungguhnya. Itulah sebabnya mengapa nabi Musa marah dan menghancurkannya,
sebab tidak berfaedah. Tindakan nabi Musa merupakan simbol penolakan dan perusakan terhadap nilai-nilai
kebenaran firman Tuhan oleh bangsa Israel. Umat Israel sangat diharapkan tetap menjunjung tinggi kualitas
atas iman yang hanya menyembah kepada Allah yang benar dan bukan kepada ilah palsu.
Menjadi tradisi hampir disemua kehidupan umat manusia didunia ini adalah, biasanya pada momen-
momen tertentu, misalnya, merayakan, HUT: Kelahiran, Pernikahan, Natal Tuhan Yesus, HUT Organisai
keagaamaan, HUT Kemerdekaan dan memperingati pristiwa penting/bersejarah lainnya, seringkali manusia
tergoda untuk menampilkan berbagai kegiatan yang dianggap bisa mendatangkan sukacita dan kebahagiaan
misalnya: menyiapakan menu khusus yang berlebihan ditengah-tengah banyak sesama yang haus dan
kelaparan (berpesta-pora), pesta kembang api dengan menghabiskan uang dalam jumlah banyak ditengah-
tengah kemelaratan/kemiskinan, pesta miras, narkoba, sabung ayam, berbalutkan perjudian dan masih banyak
lagi kegiatan yang membahagiakan namun sesungguhnya tidak ada kebahagian didalamnya justru
menghancurkan akhlak dan iman percaya kepada Tuhan.
Di hari ulang tahun ke 67 Gepsultra ditahun ini, mari belajar dari kegagalan bangsa Israel dan terus berupaya
menghadirkan kebahagiaan dan sukacita bagi sesama warga Gepsultra dan sesama manusia apapun agamanya,
dimanapun kita diutus untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kebahagiaan yang bertentangan dengan firman
Allah tidak mendatangkan kualitas hidup beriman kepada Allah dan pelayanan kasih bagi sesama. Kita semua
pasti ingin hidup bahagia, untuk itu lakukan segala yang baik untuk Tuhan Yesus Kepala gereja dan untuk
sesama manusia, disitulah terletak kebahagiaan yang sejati. Dirgahayu Gepsultra ke 67 tahun. Tuhan Yesus
Memberkati, Amin
Mikha 7: 7- 13
“Percaya Dan Berharap Kepada Allah”

Saudara yang di kasihi Tuhan…………


Mungkin sudah sering bapak/ibu saudara menyaksikan proses peradilan yang berlangsung ketika seseorang
yang telah ditetapkan sebagai terdakwa. Sekalipun sudah ditetapkan sebagai terdakwa tetapi prinsip praduga
tak bersalah tetap di kedepankan sebelum adanya putusan akhir dari hakim yang besifat tetap atau incrach.
Dalam proses persidangan umumnya kita melihat ada 4 pihak yakni: Jaksa penuntut, Pengacara, hakim dan
terdakwa. Jaksa melakukan penututan berdasarkan pelanggaran dari terdakwa sesuai dengan ketentuan
hokum yang ada, Pengacara akan melakukan upaya untuk memberi bantuan hukum supaya proses dan sampai
keputusan prinsip keadilan akan diterima oleh terdakwa, hakim akan melakukan penilaian dan melakukan
putusan, sedangkan terdakwa dalam proses persidangan akan memberikan jawaban berdasarkan apa yang
pernah disampaikan dalam proses penyelidikan apakah sesuai atau tidak. Sebagai terdakwa pastilah
mengharapkan sebuah keputusan yang adil atau paling tidak mengharapkan supaya keputusan itu tidak terlalu
memberatkannya. Dengan demikian wilayah kewenangan jaksa berbeda dengan wilayah kewenangan hakim
dan pengacara terhadap seorang terdakwa.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus…..


Bagian Alkitab yang baru saja kita baca, kita menemukan ada satu pribadi yang bertindak sebagai Hakim,
sekaligus sebagai Pembela, Dia adalah Allah sendiri. Ini juga diakui oleh Nabi Mikha ketika dia menyaksikan
keadaan Yehuda yang saat itu kehidupan digambarkan sebagai pohon-pohon anggur yang tidak menghasilkan
buah. Artinya tidak lagi orang yang saleh di negeri, telah terjadi kemerosotan ahklak dan moral dikalangan
pemimpin, kejahatan terjadi dalam berbagai bentuk di seluruh tanah Yehuda. Lantas di tengah situasi yang
sudah sedemikian buruk, nabi Mikha tetap menunjukan Pengharapan dalam Iman kepada Allah bahwa Allahlah
yang akan menyelamatkannya, Allah mendengarkannya dan Allah adalah terang (ay.7-8).
Mikha memiliki pengharapan ditengah situasi yang demikian, menunjukan bahwa tidak ada yang dapat
menolong, tidak akan ada yang dapat membela selain Allah sendiri, sebab baginya Allah memiliki kuasa dan
kebenaran yang tidak perlu diragukan. Hal ini disampaikan oleh Mikha untuk membangkitkan kesadaran umat
Allah di tengah tekanan dan kesulitan hidup yang mereka alami, sebagai akibat dari dosa-dosa mereka. Dengan
demikian umat Allah diajak untuk mengintrospeksi diri mereka, supaya mereka tidak hanya menyalahkan
situasi atau yang lain diluar diri mereka, tetapi supaya mereka sadar bahwa ini merupakan akibat dari sikap
hidup mereka sendiri. Oleh sebab itu kalau mereka menyadari dan mengakui akan dosa dan kesalahan mereka
dan bertobat serta bersedia untuk menerima semua akibat dari dosa dan kesalahan mereka maka Tuhan akan
bertindak untuk menjadi hakim dan pembela bagi mereka terhadap musuh-musuh mereka.
Pesan kuat yang hendak disampaikan bagi kita sebagai umat masa kini, sebagaimana yang dikatakan dalam
Filipi 2:15 “bahwa supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di
tengah-tegah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka
seperti bintang-bintang di dunia”. Itu berarti bahwa ketika hidup seperti maunya Tuhan bukan berarti bahwa
kita bebas dari segala kesulitan, tantangan dan penderitaan. Segala tantangan, penderitaan dan kesulitan yang
menimpa hidup kita bukan berarti juga perhatian Allah lenyap dari tengah hidup kita. Justru sebagai umat yang
meyakini kuasa dan kebenaran Allah di saat menghadapi kenyataan hidup seperti itu semakin diajar untuk
berpengharapan bahwa Allah yang berjanji adalah setia, bahkan kalau kenyataan ini berlangsung dalam waktu
yang diperkenankan-Nya, kita harus melihat dalam perspektif ilahi bahwa Allah sementara memproses dan
melatih kita sehingga kita makin teguh, makin kokoh dalam iman dan kita tidak kehilangan kesabaran untuk
menanti waktu Tuhan untuk bertindak. Memang kesulitan, pergumulan dan penderitaan dalam kurun waktu
tertentu, kadang sebagai umat bisa menjadi lupa bahwa Tuhan itu tidak pernah terlambat untuk menolong.
Bapak, ibu, saudara ingat bagaimana Yusuf yang harus melewati berbagai kesulitan, penderitaan, ia
dikorbankan olah saudara-saudaranya, dia difitnah oleh istri Potifar, ia dipenjara, namun ia menjalani semua itu
dengan kesabaran dalam pengharapan kepada Allah, sehingga waktu 13 tahun dilewatinya dan Allah memberi
kepercayaan yang besar kepadanya yakni menjadi orang ke dua di Mesir. Juga Daud setelah diurapi menjadi
raja, ternyata harus melewati berbagai persoalan, dikejar, difitnah, diusahakan untuk dibunuh oleh musuh-
musuhnya, tetapi Daud selalu berharap dan berpengharapan pada Allah, nanti 15 tahun kemudian baru dia
menduduki tahtah sebagai raja.
Melalui pengalaman Yusuf dan Daud jelas bagi kita bahwa kebenaran Allah sebagai Hakim dan sebagai
pembela sangat terbukti.
Itulah sebabnya kalau Mikha menyatakan untuk menantikan Tuhan itu bukan sebuah penrnyataan yang hampa
yang tidak ada kebenaran dan kuasa. Sebagaimana Daud menyaksikan dalam Mazmur 27:13 Sesungguhnya aku
percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup; dan dalam ay.14 Karena itu dalam
keyakinannya Daud menyerukan :”Nantikanlah Tuhan! Kuatkan dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah
Tuhan!”.

Saudara-saudara…………
Ketidakadilan dari penguasa dan musuh-musuh yang menimpa kehidupan umat, digambarkan seperti pagar
tembok yang selama ini membentengi mereka telah hancur, namun Mikha menyampaikan satu Pengharapan
bagi umat bahwa suatu hari tembok akan dibangun kembali dan pada hari itu perbatasanmu akan diperluas
(ay.11). Hal ini berarti bahwa menantikan Tuhan yang akan bertindak sebagai hakim dan Pembela bahwa
keadilannya akan ditegakan, keadilan akan dialami bukan hanya untuk mereka yang ada di tanah Yehuda, tetapi
akan meluas sampai kepada bangsa-bangsa lain. Jikalu kita melihat ini sebagai sebuah Nubuatan, maka hal
itulah yang telah digenapi di dalam Kristus, bahwa karena kasih allah yang besar bagi dunia ini sehingga sebagai
hakim dan pembela, Dia tidak menunjukan bahwa Dia tidak tolerir dengan dosa, sehingga Anak Tunggal-Nya
dikorbanan sebagai Penebus, karena Dia mau membela milik kepunyaan-Nya dari kebinasaan dan maut. Oleh
sebab itu ruang hati Allah terbuka bagi siapa yang mau percaya kepada Dia dan bagi mereka yang percaya
kepada Dia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (band.Yohanes 3:16). Dan bagi yang tidak percaya
digambarkan oleh Mikha akan mendapat malu dan diinjak-injak dalam lumpur (ay.10). Bagaimana supaya
semua lidah mengaku bahwa Yeus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa? (Fil.2:1). Itu Tugas
saudara dan saya, tugas sebagai gereja, tugas setiap orang yang percaya. Menyaksikan kasih dan keadilan Allah
dalam hidup melalui tindakan dan perkataan kita, itu berarti bahwa kita juga memiliki hati seperti hati Bapa
yang mengasihi dunia ini. Dengan demikian bumi ini tidak menjadi tandus dan kering akan keadilan dan kasih
Allah, kalau setiap orang yang Percaya bahwa Allah adalah Hakim dan Pembela sungguh untuk terus menerus
menyaksikan itu dalam kehidupannya. Amin.
Keluaran 2: 1- 10
“Refleksi; Melintasi Cakrawalah Kehidupan Bersama TUHAN”

Perikop ini adalah sejarah tentang pemeliharaan TUHAN atas kehidupan, bukan hanya mengenai kehidupan
Musa tetapi juga kehidupan umatNya yang sedang terbelenggu dalam penjajahan bangsa mesir. Cerita diawali
saat Firaun mengeluarkan perintah untuk membunuh semua anak orang Israel yang baru lahir, melalui bidan-
bidan mesir, dengan alasan karena perkembangan orang Israel semakin besar (ay 9). Namun ALLAH bertindak
melebihi kuasa firaun. Melalui bidan-bidan itu, TUHAN justeru membiarkan semua bayi orang Israel hidup dan
salah seorang di antaranya adalah Musa. Beberapa point perenungan kita dalam perikop ini:

1. TUHAN memelihara hidup seorang penyelamat bagi umatNya. Menarik sekali cara TUHAN memelihara
Musa saat baru dilahirkan, Dia mengarahkan pikiran orang tua Musa untuk menghanyutkan Musa di sungai
nil, dalam sebuah keranjang daun pandan dan ditemukan oleh puteri firaun yang tahu sekali bahwa bayi
dalam keranjang itu adalah bayi Israel. Ini ketegangan yang luar biasa, Musa bayi berada dalam tangan dan
kuasa musuh bangsanya, tetapi melalui Miryam, puteri firaun menyerahkan bayi itu untuk disusui oleh
orang Israel, yang adalah ibu Musa sendiri. Menarik sekali bahwa semua biaya pemeliharaan bayi Musa
ditanggung oleh puteri firaun. Kita bisa membayangkan bagaimana Musa akan bertumbuh sebagai anak dari
keluarga budak seandainya TUHAN tidak mempertemukan Musa dengan puteri firaun yang mengangkat
Musa menjadi anaknya. Kita sadar bahwa tidak semua orang bisa berada di puncak kemakmuran dan bisa
menikmati ekonomi yang gemilang. Tetapi pada bagian ini, kita dapat belajar bagaimana Allah membawa
kita dalam suatu ketegangan ekonomi sosial supaya kita semakin tekun dan teguh bergantung pada caraNya
yang ajaib memelihara hidup kita tanpa “tercemar” dengan cara dunia yang bertentangan dengan
kehendakNya. Cakrawala kehidupan adalah perpaduan antara suka-duka, pahit-manis, gumul dan harap,
yang di dalam semuanya Allah menata kehidupan kita dengan kasih setiaNya. Dalam cakrawala inilah kita
dan Gepsultra ada yang dipelihara sedemikian oleh Tangan Sang Agung.
2. TUHAN mempersiapkan penyelamat dalam istana musuh. Saat Musa bertambah besar dan telah
disapih, maka ia dibawa kepada puteri firaun, yang sebenarnya adalah musuh bangsanya, penindas
keluarganya. Hal ini mengingatkan kita pada sebuah kalimat “Lebih baik berkawan dengan musuh tapi
memperlakukan kita sebagai sahabat daripada berkawan dengan sahabat tapi memperlakukan kita sebagai
musuh”. Kini Musa tidak lagi berada dalam lingkungan keluarganya dan dengan sengaja keluarganya
menyerahkan Musa kepada musuhnya. Inipun memberikan kita pengertian bahwa terkadang orang tua
harus rela membiarkan anaknya berada dalam “lingkungan musuh” supaya anak bisa mengalami kemajuan
dan menjadi anak yang tangguh. Perhatikanlah bahwa ALLAH tidak bermaksud mambawa Musa masuk ke
dalam istana firaun supaya Musa menjadi anak yang dimanjakan dengan berbagai fasilitas mewah, tetapi
ALLAH membentuknya melalui didikan istana dan perang. Menariknya ialah bahwa TUHAN mempersiapkan
Musa menjadi bakal pemimpin umatNya justeru dalam tempaan dan didikan firaun. Kita bisa berpikir; tidak
mungkin lagi Musa bisa keluar dari istana firaun dan akan selamanya menjadi tangan kanan firaun, yang
mungkin pada akhirnya akan menindas bangsanya sendiri. Tetapi sejak awal dalam perikop ini, jelas sekali
bahwa TUHAN mengatur sepenuhnya jalan hidup untuk Musa, TUHAN punya rancangan besar untuk Musa
dan hal itu Dia kerjakan dalam proses yang unik, mendebarkan dan tidak mudah dimengerti. Perjalanan
hidup kitapun demikian. Terkadang TUHAN dengan sengaja membawa kita masuk dalam wilayah “musuh”,
seperti pergumulan, masalah, tekanan dan rintangan yang sesungguhnya Tuhan sedang mempersiapkan
suatu rencana atas hidup kita. Dia membiarkan kita ditempa dan dididik oleh musuh-musuh itu agar kita
kuat dan teguh serta semakin siap juang.
3. Tokoh-Tokoh dalam perikop. Dalam alur cerita ini, beberapa orang menjadi tokoh cerita; ibu Musa, kakak
perempuan Musa dan puteri firaun. Mereka punya peran masing-masing dan terlibat aktif dalam
pemeliharaan hidup musa. Ada satu tokoh yang tidak disebutkan dalam teks ini tapi berperan sangat besar,
yaitu TUHAN. Dialah Sang Pemelihara yang sejati atas kehidupan musa, Dialah yang mengatur alur cerita
dalam perikop dan menggerakkan hati orang-orang sebagai caraNya memelihara kehidupan musa dan
mempersiapkannya menjadi pemimpin umat. Gepsultra adalah milik TUHAN sepenuh-penuhnya, Dialah
yang mengizinkan gereja ini ada serta terus bertumbuh dan bertambah. Semua tokoh yang terlibat dalam
pertumbuhannya tidak boleh merasa paling berjasa dan paling berharga tetapi juga jangan menjadi pencela
tanpa solusi. Diusia 67 tahun ini, Gepsultra harus makin dewasa, mandiri dan missioner dalam kuasa
pemeliharaan dan kehendak TUHAN. Selamat Melintasi Cakrawala Kehidupan Bersama TUHAN. Amin

Anda mungkin juga menyukai