Anda di halaman 1dari 5

Tema-tema Ibadah Pemuda

1. A meal with Jesus (Makan bersama Yesus)


Makan adalah kegiatan harian yang juga menjadi kebutuhan kita, karena manusia butuh makan
untuk hidup. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, makan menjadi hal yang sepele. Hal sepele
itulah yang menjadi peluang berharga yang digunakan Yesus dalam pelayanannya untuk berbagi
anugerah, membangun komunitas bahkan menjalankan misi-Nya. Sepeti kisah Zakheus dan kisah-
kisah pelayanan Yesus lainnya dimana kita bias mempelajari pola pelayanan Yesus untuk menemukan
anugerah, komunitas, dan misi Allah “disekitar” meja makan.

Ayat pendukung : Matius 9 : 9-13

(Tema ini juga cocok jika digunakan dalam kegiatan-kegiatan atau ibadah khusus pengurus pemuda)

2. ( allah-allah palsu) / Berhala Modern

Sebagian besar dari kita meletakan “iman” kita kepada hal-hal seperti kesuksesan, uang,
kekuasaan, cinta , harapan dll karena percaya bahwa hal-hal tersebut dapat mendatangkan
kebahagiaan Tetapi, saat ini banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi seperti masalah
ekonomi, lingkungan kerja yang mengecewakan, perselingkuhan dll membuat banyak di antara kita
merasa terhilang, kesepian, putus asa dan marah. Penyebabnya adalah karena kita membuat hal-hal
tersebut menjadi allah-allah kecil kita- allah-allah yang menjadi berhala untuk mengatur kita namun
tidak bisa memberi apa yang sebenarnya kita butuhkan. Namun, hanya ada satu Allah yang bisa
sepenuhnya memenuhi kebutuhan kita.

Ayat pendukung :

- 1 Yohanes 5 : 20-21
- Keluaran 20:4-5
- Galatia 5:20
- Kolose 3:5
- Matius 13:44-46

3. Boundaries in dating (Batasan dalam berpacaran) – Tema Valentine Day

Dalam kehidupan setiap orang ada dua keputusan yang sangat penting. Pertama, memutuskan
menerima Yesus Kritsus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kedua, memilih teman hidup. Sebelum
melangkah ke jenjang pernikahan, seseorang dan pasangannya akan melalui proses pengenalan
satu sama lain yang biasanya disebut berpacaran/dating. Dalam proses inilah banyak tantangan
serta batasan yang harus dijaga setiap pasangan karena berpacaran berarti membangun komitmen
sehingga menjaga komitmen selama berpacaran akan melatih ketetapan hati sebelum bersiap ke
tahapan yang lebih pasti.

Setiap pasangan tentunya ingin agar masa berpacaran dapat berjalan selancar mungkin, untuk
mencapainya pasangan harus memiliki batasan-batasan yang jelas – batasan yang akan membantu
untuk bertumbuh dalam kebebasan, kejujuran dan pengendalian diri. Pacaran dengan batasan-
batasan adalah sebuah cara aman untuk mengetahui bahwa relasi itu akan bertahan seumur hidup.

Ayat Pendukung :

- Kidung agung 2:7


- Kejadian 1:28; 2:18-25
- 2 Korintus 6:14-16
- Efesus 4: 17-20

4. Allah yang masuk akal

Saat ini kita hidup di zaman yang menghargai pemikiran empiris, perkembangan manusia dan
hak bagi semua orang untuk menentukan ekspresi. Sehingga menimbulkan pertanyaan bagi umat
kristiani bahwa apakah di abad ini jauh lebih religious dari abad sebelumya - jemaat yang semakin
banyak atau perayaan-perayaan hari raya gerejawi makin meriah- religiusitas masih menjadi warna
pekat di dalam kekristenan. Menjadi religious masih menjadi pilihan yang popular bagi kebanyakan
orang. Pria yang rajin ke gereja adalah ukuran pria saleh, wanita yang sebagian hidupnya diabdikan bagi
sekolah minggu adalah wanita idaman. Kesalehan menjadi identitas yang begitu baik, namun semua itu
tidaklah cukup.

Agama bisa menjadi kesombongan yang begitu berbahaya jika anugrah Allah hanya memenuhi
rasionalitas semata- Jika Kristus mati, dosaku di hapus bersih, aku berterimakasih- Namun bagaimana
ambisi Kristus dapat menjadi ambisi hidupku, bukanlah hal yang penting. Sejauh iman kita bisa
menjelaskan dengan rasional dan kehidupan kita bisa dipertangggungjawabkan secara moral, itu sudah
cukup menurut kita. Hati-hati, bahwa kesalehan bisa saja membuat diri salah arah dan tersesat.

Alih-alih tekun memahami kekristenan dalam motivasi memusatkan cinta kasih kepada Allah,
kita malah lebih giat memahami agama dalam rasionalitas dan pengejaran akan berkat. Cinta kasih
kepada Allah begitu dibutuhkan untuk mengarahkan kembali manusia agar keluar dari sifat berpusat
kepada diri ke arah melayani Allah dan sesama. Kekristenan harus diperlihatkan sebagai kepercayaan
yang bukan sekedar aman dan masuk akal. Kekristenan harus dikenal sebagai perjalanan pengenalan
terhadap Allah di dalam suatu tujuan-Nya yang agung dan kekal. Semakin peka akan suara dan
kehendak-Nya menjadi lebih penting daripada sekedar religious. Karena Allah lebih peduli kepada hati
yang kosong daripada gereja yang kosong.

Ayat pendukung :

- 1 Korintus 3:10-19
- Yakobus 3: 13-18
- Hosea 6:6
5. Grace is greater (Kasih Karunia Jauh lebih besar)

Seandainya kita memiliki mesin waktu tentu kita ingin memperbaiki hal buruk dan tidak
terampuni yang telah kita lakukan. Jika harus memaafkan, mungkin bisa, tetapi jangan harapkan relasi
yang sama seperti sebelumnya. Ada saja kekecewaan yang datang, ada saja yang membuat tidak puas.
Diri sendiri tidak menarik dengan A, atau tidak seterampil B, dan terkungkung oleh kekurangan dan
keterbatasan. Adakah obat terbaik untuk semua sakit baik fisik maupun sakit hati yang pernah
dirasakan?

Apakah pernah terbesit dengan semua pertanyaan di atas?

Jawabannya adalah Kasih Karunia

-Kasih Karunia cukup kuat untuk menghapus semua rasa bersalah dan menutupi rasa malu. Karena Kasih
Karunia itu agung.

-Kasih Karunia cukup manis untuk menghilangkan kepahitan, cukup nyata untuk memulihkan relasi.

-Kasih Karunia cukup memuaskan untuk menghadapi kekecewaan

-Kasih Karunia cukup menopang ketika kita lemah

Ayat Pendukung :

-1 Petrus 5:10

-1 Korintus 15:10

-Efesus 3:16-20

6. Anugerah Menjadi Diri Sendiri

Dalam kekristenan, ajaran tentang mengenal Allah banyak sekali diperbincangkan. Tetapi orang-
orang Kristen sepanjang masa juga telah sepakat bahwa tidak akan ada pengetahuan yang mendalam
tentang Allah tanpa pengetahuan yang mendalam tentang diri sendiri. Mengenali diri sendiri sangat
terkait erat dengan mengenali tujuan khusus Allah untuk diri sendiri. Diri sejati yakni diri kita di dalam
Allah adalah sesuatu yag kita terima dari Allah, dengan demikian mengenal diri sendiri harus berawal
dari mengenal diri sebagaimana pribadi diri ini dikenal oleh Allah

Semakin kita menjadi serupa dengan Kristus, kita akan semakin menjadi diri sendiri yang sejati dan tidak
perlu mencoba menjadi seseorang yang bukan diri sendiri, tapi melalui pengalaman bersama Tuhan kita
akan menemukan anugerah untuk menjadi diri sendiri.

Kenal Allah adalah kunci mengenal diri. Membuka kedok diri yang palsu adalah awal menjadi diri yang
sejati.

Ayat Pendukung :
Efesus 2:10

7. Murid yang tidak sempurna (Pemuridan)

Dalam mengikut Kristus kita akan diperhadapkan dengan banyaknya tantangan dan proses,
namun apakah kita mampu menjalani proses sebagai murid Kristus di tengah kekacauan, rasa lelah dan
kelemahan yang kita rasakan di kehidupan. Di masa sulit itulah, saat dimana kita disadarkan bahwa kita
hanyalah manusia dan tidak mampu berjalan sendiri sebagai murid. Kita perlu mengingat bahwa
kehadiran Sang Guru akan menguatkan kita dalam menjalani masa sulit. Hal-hal tersebut pasti akan kita
alami sebagai bagian dari partumbuhan rohani dan bukan dampak dari dosa.

Di dalam injil kita tahu bahwa segala sesuatu yang kita nantikan dalam kepengikutan kita hanya
dapat ditemukan dalam Allah. Kasih Karunia-Nya adalah segala-galanya yang menjumpai diri kita bahkan
pada diri paling rapuh, di lembah paling gelap dalam hati kita – dalam kelemahan dan penderitaan kita.
Tidak akan ada keraguan yang akan kita rasakan saat berjalan bersama Yesus dan ketika berjalan
bersama-Nya, kita memperoleh iman yang bertahan melalui badai dan menjadikan kita murid sejati.

Ayat pendukung :

- Yohanes 18:25-27
- Matius 26:30-35

8. Ketika aku tidak mendambakan Allah

Masa-masa sulit ini sedikit banyak mempengaruhi kita dalam hal apapun. Kita cenderung bosan
dengan situasi yang sudah sering kita temui bahkan mungkin putus asa atau kehilangan semangat,
bahkan tidak punya hasrat apapun, untuk bersukacita sekalipun menjadi sesuatu yang mahal dan sukar
didapatkan.

Setiap orang percaya layak untuk merasakan sukacita alih-alih mengganggap diri harus
menderita terus-menerus, dan sukacita itu hanya dapat ditemukan dalam Allah. Hanya Allah yang bisa
membuat kita mampu bersyukur dan bersukacita di masa sulit sekalipun – karena Allah paling
dimuliakan dalam kita ketika kita paling terpuaskan dalam Dia – tetapi pertanyaannya apakah di masa
sulit kita tetap berjuang untuk meraih dan hidup dalam sukacita dari Allah? Lalu bagaimana jika kita
kehilangan hasrat dalam mendambakan Allah?

Ayat pendukung :

- Ibrani 4:16

-Mazmur 84:11

9. Hearing God (Mendengar Allah)

Beberapa pengajaran terdalam Yesus adalah tentang mendengar. Ia mengajar dalam


perumpamaan, supaya mereka yang tidak benar-benar ingin mendengar kebenaran dapat menghindar
dari-Nya. Yesus sadar bahwa tidak semua orang punya telinga yang digunakan untuk mendengar, Ia pun
sadar bahwa ada yang memiliki telinga yang digunakan untuk menyaring pesan yang hanya ingij di
dengar, sambal meninggalkan pesan lainnya.

Dekat dengan Allah artinya berkomunikasi dengan Dia, berbicara kepada-Nya tentang apa yang
ada di hati kita dalam doa, sekaligus mendengar dan memahami apa yang ingin Allah katakan kepada
kita. Bagian itulah yang sangat penting, sekaligus sangat sulit. Bagaimana kita bisa mendengar suara-
Nya? Bagaimana kita yakin bahwa yang kita dengar bukan alam bawah sadar kita sendiri? Apa peran
alkitab dalam hal ini?

Untuk menerima jawaban yang jelas adalah kita perlu memiliki hubungan yang intim dengan
Allah dan faktanya bahwa sekalipun kita tidak mendengar Allah bukan berarti Allah tidak berbicara
dengan kita sama sekali.

Ayat pendukung :

- Yesaya 42:18-25
- Matius 13:9

10. When to walk away (waktunya menyingkir)

Kita pasti sering mendengar kata toxic dan sering kita gunakan sebagai bentuk reaksi terhadap
situasi atau orang yang merugikan dan mengganggu. Itulah kondisi nyata situasi atau orang beracun di
sekitar kita, dimana memiliki kecenderungan atau sangat menyukai konflik dan sangat ingin
mengendalikan hidup orang lain. Tentunya hal yang perlu dilakukan adalah menyingkir dan kita harus
tetap focus terhadap misi Allah yang sedang kita kerjakan.

Lalu bagaimana dengan Yesus? Apakah kita pernah menghitung berapa kali Yesus menyingkir
dari orang-orang beracun?. Sebagai orang Kristen, tentu kita akan merasa bersalah dan bertanggung
jawab untuk memuaskan hati orang lain yang tidak sehat secara rohani dalam hidup kita. Entah itu
keluarga, sahabat, pasangan, rekan kerja sehingga kita semakin frustasi. Daripada melakukan misi yang
mustahil untuk memuaskan orang yang beracun, sudah waktunya bagi kita untuk mendedikasikan
energy kita bagi satu-satunya upaya yang layak: yakni, menyelesaikan panggilan yang Allah berikan
kepada kita.

Ayat pendukung :

- Matius 12:9-15
- Markus 1:35-39
- Amsal 13:20

Anda mungkin juga menyukai