Anda di halaman 1dari 5

Materi PD Jumat, 6 Oktober 2023

TELADAN KRISTUS: DASAR RELASI INJILI


BACAAN ALKITAB: FILIPI 2: 1-9

TUJUAN:
1.Umat memahami dasar relasi Injili yang sehat dan kuat, yaitu dengan meneladani pengorbanan
Kristus.
2. Umat mampu terus menciptakan relasi Injili yang sehat dengan memandang setiap sesama
sebagai utusan Tuban yang hadir untuk saling menumbuhkan satu dengan yang lain.

PENGANTAR
Berelasi dengan manusia adalah sebuah pengalaman yang tidak mudah. Jika kita “hanya
berelasi” dari kulit luar saja, mungkin terasa mudah. Namun sejatinya, panggilan kita berelasi
dengan sesama manusia tidak hanya itu. Berelasi dengan manusia, entah siapapun mereka adalah
panggilan untuk mengasihi. Panggilan untuk mengasihi dan dikasihi. Pengalaman untuk
menerima dan diterima. Pengalaman untuk mengampuni dan diampuni. Pengalaman untuk
mendengar dan di dengar. Pengalaman untuk memperjuangkan dan diperjuangkan. Begitu
banyak warna dan warni dalam relasi. Relasi kita bisa menjadi relasi Injili, sesuai dengan
panggilan Tuhan. Asal kita mendasarinya dengan penghayatan pada pengorbanan Kristus. Itulah
satu-satunya pondasi terkuat dalam membangun relasi yang seringkali memang tidak mudah dan
melelahkan.
Dalam bacaan kita hari ini, kita akan melihat bagaimana Paulus mempraktekkan dinamika relasi.
Dalam hal berat yang sedang ia alami, kita akan melihat cara pandangnya. Kita akan melihat
penghayatan yang mendasari relasinya dengan Tuhan dan sesama. Kita akan melihat bahwa di
dalam Tuhan, kita akan selalu menemukan tujuan dan makna dari setiap relasi yang ada.

PENJELASAN
Surat Filipi ditulis oleh Paulus Ketika ia sedang berada di dalam penjara. La dipenjarakan karena
ia memberitakan Injil Tuhan (Fil 1:12-14). Bukan karena ia melakukan sebuah tindakan kriminal.
Kemungkinan besar alasan pemenjaraan Paulus karena orang lain merasa terancam pada
kehadiran dan pengajaran Paulus. Merasa terancam karena pengajaran Injil yang dilakukan
Paulus begitu luar biasa membuka mata orang banyak. Oleh karena itu orang-orang yang
mempunyai “kuasa atau “kepentingan-kepentingan” khusus dalam konteks itu merasa terancam.
Terkait hal ini saya mendorong saudara untuk membaca Kis 16:1-24. Dengan membaca Kis
16:1-24 kita akan melihat setidaknya salah satu contoh nyata dari apa yang menjadi alasan
pemenjaraan Paulus. Artinya adalah penderitaan yang harus dijalani oleh Paulus bukan karena ia
melakukan sebuah Tindakan yang jahat secara moral. Dari pengalaman yang tidak mudah seperti
itu, Paulus mengajarkan sebuah cara pandang yang baru ditengah penderitaan. Cara pandangnya
ini justru menjadi sebuah “kekayaan iman’’ yang sangat berharga bagi jemaat Filipi. Cara
pandang terhadap penderitaan yang ia alami, membuat Paulus begitu kuat. Karena la tahu alasan
dan tujuan penderitaannya. Kedua hal ini sangat menolong Paulus untuk menghayati hidupnya.
Filipi 1:12-30 menjadi bual iman yang luar biasa. Mengapa? Karena justru di dalam penderitaan
Paulus menghayati hidupnya sebagai sebuah anugerah untuk memberitakan Injil, apapun
akibatnya. Paulus mengajarkan bahwa ia tidak pernah menyesal sebagai pemberita Injil meski
harus dipenjara. La menghayati bahwa ada maksud baik dan buruk dalam memberitakan Injil (Fil
1:15). Namun meskipun demikian ia sangat mempercayai bahwa maksud apapun untuk
memberitakan Injil, selalu berbuah baik (Fl 1:18). La sedang menderita tetapi ia menghayati
hidupnya dengan manis dan tetap manis. La tidak berubah menjadi orang yang pahit dalam
penderitaannya. La memilih untuk tetap bersukacita (Fil 1:18) dalam penderitaan sekalipun
karena ia tahu tujuan dan makna penderitannya. La tetap memilih berjuang bersama dengan umat
Tuhan saat itu (Fil 1:25 26). Begitu banyak energi positif yang didasari dengan semangat serta
sukacita Injil dalam hati dan hidup Paulus. Inilah yang sejatinya menjadi latar belakang dan
sudut pandang dalam membaca Teks kita hari ini Fil 2:1-19.
Secara sederhana kita akan mendapat pesan Paulus sebelum membaca Fil 2:1-9. Yaitu: sesulit
apapun hidup, bersama Tuhan kita bisa merasakan hal manis sekalipun dalam penderitaan.
Sehingga Ketika Paulus mengajarkan Soal relasi yang sehat dalam jemaat Filipi. Mengapa
Paulus mengajar dan Filipi soal relas Injili? Karena Paulus sadar bahwa inti Iman kita adalah
relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Dalam kedua hal mengasihi Jemaat kita mungkin saja
menderita. Namun jika relasi kita dengan Tuhan sehat, mekar dan terus berkembang sekalipun
dalam penderitaan, maka kita bisa membangun relasi yang sehat dengan sesama. Relasi adalah
buah nyata yang jelas terlihat dari setiap orang yang bertumbuh dalam iman. Karena relasi bicara
soal dinamika hidup sehari-hari. Banyak tahu soal banyak pengetahuan iman namun apa gunanya
jika dalam relasi sehari-hari kita begitu lemah? Malas berelasi karena tau relasi selalu beresiko
adalah bukti kemalasan iman. Terlalu mudah menyerah untuk berelasi karena alasan-alasan yang
remeh adalah bukti dari kesombongan iman. Paulus mengajar karena ia mengalaminya. Saulus
yang bertobat menjadi Paulus dalam relasinya dengan Tuhan dan sesama. Ada beberapa point
pengajaran Paulus soal relasi ditengah latar belakang pengalaman dan penghayatan Paulus yang
sudah kita bahas:
1. Fil 2: 1-9:
- Dasar relasi dalam Kristus:
Dasar Relasi Kristus dengan manusia adalah tidak memikitkan diriNya sendiri. Ini terbukti dari
bagaimana la mau dan memilih melepaskan segala kemuliaan-Nya untuk menjadi manusia (El
2:6-8). La mau dan memilih jalan ini bukan dengan terpaksa arau sekedar rasa “’seharusnya’.
Kata yang tepat tentang sikap Yesus ini adalah : kerelaan. Inilah dasar dari semua pokok relasi
kita dengan sesama di dalam Kristus. Kerelaan untuk ‘mengosongkan” diri tidak sama dengan
tidak membawa diri, perasaan dan pikiran kita dalam berelasi. Tetapi memberi tempat bagi orang
lain untuk mengisi dan melengkapi apa yang ada dalam diri kita. Sebuah kerendahan hati untuk
memulai relasi yang utuh dan penuh. Indah sekali. Apa artinya sebuah relasi jika kita tak punya
sikap rendah hati untuk melihat sesama manusia sebagai seseorang yang berharga. Melihat
sesama kita sebagai guru bagi pertumbuhan iman kita. Begitulah cara Kristus berelasi dengan
kita. La rela memberi ruang besar bagi kita untuk berelasi dengan mengosongkan diri-Nya.
Betapa luar biasanya la memandang kita sebagai manusia yang menjadi patner dan subjek bagi
dir Nya yang datang dalam diri Yesus, Sang Manusia.

- Arti Relasi di dalam Kristus:

Relasi di dalam Kristus adalah relasi yang membuka diri pada sesama dan mendekati sesama
dengan hati. Mengapa dengan hati menjadi kunci? Karena dengan hati yang sudah ditebus
Kristus (lihat kembali pemahaman di atas) kita akan melihat sesama sebagi: subjek. Sesama kita
bukanlah objek yang selalu bis akita atur, selalu harus mempunyai respon yang kita ingin dan
selalu harus bis akita manfaatkan untuk kepentingan diri kita sendiri. Sesama kita adalah subjek
yang selalu layak untuk kita hargai keberadaannya, hormati pendapatnya dan kita bebaskan
untuk selalu menjadi dirinya sendiri. Sekalipun akan terjadi perbedaan dan konflik tetapi sesama
kita tetaplah seseorang yang berharga dan terhormat. Inilah sejatinya relasi dalam Kristus. Relasi
yang melihat dan memandang manusia sebagai subjek. Sama seperti Kristus memandang kita.

- Kenyataan relasi di dalam Kristus:

Fil 2:1-4 Paulus menjabarkan banyak sekali Tindakan prinsip yang harus selalu ada dalam relasi
dalam Kristus. Bukan berarti relasi kita dalam Kritus akan selalu baik-baik saja. Paulus
mengalami banyak rekali relasi yang menguji diriny sendiri dan patnernya berelasi. Namun
apapun itu, Paulus yakin bahwa ada rules yang harus selalu ada dalam dinamika elasi dengan
manusia. Yaitu:

- Nasihat & penghiburan:

Keduanya harus ada dalam upaya menyeimbangkan relasi. Dalam nasihat aka nada banyak
respon dalam menerima nasihat. Namun dalam nasihat harus selalu ada penghiburan.
Penghiburan yang sifatnya memberi kekuatan dan daya untuk tetap melakukan apa yang dalam
Kristus. Nasihat dan penghiburan dalam Kristus adalah Tindakan yang membuat kita merasa
bahwa kita dikoreksi dalam perjalanan bersama sesama. Sesama kita bukan seseorang yang
menghakimi tetapi yang menolong kita kembali pada kehendak Allah dengan memberi Semangat
dan kehadirannya sebagai bentuk penghiburan.

- Kasih & kesatuan:


Kasih harus selalu menjadi lem yang kuat untuk membuat setiap murid Tuhan tetap Bersatu.
Dalam banyak konflik dan perbedaan sekalipun, kasih harus jadi pondasi. Kasih yang
menghormati dan membebaskan setiap orang untuk meresponi panggilan Tuhan dalam diri
masing-masing. Sehingga dengan itu kesatuan sebagai murid-murid Tuhan akan selalu ada serta
terjaga apapun yang terjadi. Relasi yang didasari dengan kasih dan kesatuan adalah relasi yang
kuat. Mengapa? Karena justru dengan banyaknya dinamika yang ada dalam sebuah relasi, relasi
bisa bertumbuh dan berkermbang. Relasi yang senantiasa bertumbuh, berkembang dan teruji
akan menjadi relasi yang kuat dan sehat bagi setiap oran yang ada dalam relasi tersebut.

PERTANYAAN PANDUAN DISKUSI


1. Coba ingat salah satu relasi yang saudara rasa begitu menantang diri saudara dalam
mempraktekkan relasi injili ini?
2. Mengapa relasi tersebut saudara rasa membuat saudara belajar relasi Injili?
3. Apa yang menjadi kekuatan saudara dalam hidup berelasi yang sehat dan kuat berdasarkan
Injil?

VARIASI METODE
Pemimpin PA dapat menutup PA dengan mengajak para peserta untuk menghayati Pujian Make
Me A Channel Of Your Peace yang dapat diambil dari youtube
https:/lwww.youtube.com/watchiy=10MO LNqOAk Demikian lirik Bahasa Indonesianya:
Doa St.Fransiskus dari Asisi
TUHAN, jadikanlah aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta
kasih. Bila terjadi penghinan, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi keputus-aasaan,
jadikanlah aku pembawa harapan. Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa rerang, Bila
terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah, ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur; mengerti daripada
dimengerti; mengasihi daripada dikasihi; sebab dengan memberi kita menerima; dengan
mengampuni kita diampuni, dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal. Amin.

Pemimpin PA dapat menjadikan lagu ini sebagai doa dan kesimpulan dari praktek sehari-hari
relasi Injili.
Pdt. Keshia Hestikahayu Suranta GKI Coyudan, Solo
Sumber : Lentera Umat Juli – Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai