Anda di halaman 1dari 4

Renungan:

“Allah memerintahkan, supaya diratakanlah segala gunung yang tinggi


dan segenap bukit abadi, dan supaya ditimbuslah sekalian jurang
menjadi tanah yang rata” (Bar 5:7). Yang dimaksudkan dengan gunung
dan bukit di sini adalah apa saja yang mengganggu atau menghalangi
dalam perjalanan hidup, tugas dan panggilan, entah berupa aturan,
kebijakan, struktur, impian/harapan, dst.. , yang sering membuat apa
yang sederhana menjadi berbelit-belit, yang mudah dipersulit. Aneka
aturan, kebijakan, struktur atau strategi hendaknya memperlancar
perjalanan hidup, tugas dan panggilan, maka jika ada yang
mempersendat atau bahkan menutup jalan hendaknya segera diperbaiki
atau ‘diratakan’. Pada saat ini sering masih banyak terjadi birokrasi yang
menghambat pelayanan, bukan memperlancar pelayanan, sehingga
birokrat minta dilayani bukan melayani. Sikap dan perilaku dalam
meratakan atau memperbaiki adalah melayani; bukankah yang disebut
pelayan pada umumnya memperlancar dan mempermudah, tidak
pernah mempersulit dan berbelit-belit? Semoga para petinggi, pejabat,
birokrat atau atasan dapat menjadi teladan sikap hidup dan perilaku
melayani; dan marilah kita dukung dambaan para pemimpin Gereja
Katolik, Para Uskup dan Paus, yang senatiasa menyatakan diri dalam
doa Syukur Agung sebagai hamba yang hina dina, artinya siap sedia
melayani umat Allah. Dukungan yang diharapkan tentu saja tidak cukup
dengan doa-doa, tetapi juga dengan penghayatan, yaitu hidup dan
bertindak saling melayani.

Mazmur, Perbuatan Allah masa lampau dan kini.

Setelah menghadapi pergumulan panjang, Tuhan memulihkan keadaan.


Kemungkinan saat itu Tuhan membawa orang Israel keluar dari
pembuangan di Babilonia. Mimpi menjadi kenyataan! Mereka keluar dari
pengalaman pahit. Hati mereka diliputi sukacita dan sorak kegirangan.
Ingatan yang kuat akan pertolongan Tuhan di masa lampau mendorong
mereka untuk kembali melanjutkan iman percaya kepada Tuhan. Melalui
pengharapan itu pula, umat menemukan jaminan akan kebebasan dan
keselamatan mereka. Sekalipun orang Kristen menghadapi pergumulan
karena penindasan dan pemasungan hak untuk beribadah, beriman,
dan berkarya; tetap ada anugerah Allah yang menguatkan umat untuk
berharap dan menikmati kemenangan.

Allah hidup dan dinamis. Allah tidak pernah pasif atau tinggal diam
melihat umat-Nya menderita. Seringkali sebelum umat berseru
memohon belas kasihan, penyertaan dan pertolongan telah dinyatakan-
Nya secara ajaib (ayat 1). Kapan dan bagaimana Allah bertindak tidak
semata-mata tergantung pada permohonan dan kebutuhan manusia,
karena Ia tahu saat dan cara yang tepat menyatakan pertolongan-Nya.
Tetaplah berdoa dan berhentilah untuk “mengatur” saat dan cara Allah
bekerja, karena Ia tahu yang terbaik bagi kita.

Bacaan kedua, Di hatiku ada kamu.

Kadar persekutuan di sebagian besar gereja masa kini sering terasa


dangkal. Hanya sedikit warga gereja yang berbakti bersama, saling
kenal atau bersahabat mendalam. Lebih sedikit lagi yang memiliki kasih
menyala-nyala untuk saling melayani, mendoakan, mendukung
pemimpinnya dengan doa dan tenaga. Ini beda sekali dari kondisi gereja
di Filipi dan hubungan Paulus dengan para warga gereja ini. Apakah
kondisi mereka terlalu ideal atau suatu realitas yang menantang kita
untuk berubah?

Hubungan mesra Paulus dan gereja di Filipi terjadi karena Yesus


Kristus. Yesus Kristus bukan saja menjadikan mereka bagian dari
keluarga Allah atas dasar karya penyelamatan-Nya (ayat 6), tetapi juga
membuat mereka menjadi rekan sepelayanan (ayat 7). Persekutuan
mesra itu terjadi bukan karena dasar-dasar persamaan yang manusiawi
sifatnya tetapi semata adalah akibat dari keberadaan mereka yang telah
menjadi satu dengan dan di dalam Kristus. Persatuan rohani ini tidak
diterima begitu saja baik oleh Paulus maupun oleh warga gereja di Filipi.
Mereka secara aktif memupuk sikap dan melakukan tindakan-tindakan
yang membuat kenyataan rohani indah itu bukan sekadar impian kosong
tetapi terwujud nyata.

Pertama, dari pihak Paulus terpancar kuat kehangatan kasih kepada


orang percaya yang ia layani itu (ayat 7). “Kamu ada di dalam hatiku,”
betapa mesra perasaan Paulus terhadap mereka sebab mereka semua
adalah sesama penerima kasih karunia Allah (ayat 7b). Jarak dan
penjara tidak dapat merenggangkan hubungan yang dibakar oleh rindu
yang dalam (ayat 8). Kedua, di pihak warga gereja pun tumbuh kasih
mesra dan keikutsertaan melayani yang setimpal. Mereka tidak saja
menikmati pelayanan Paulus tetapi bersukacita terlibat mendukung
Paulus dalam suka-duka pelayanannya demi Injil.

Bertumbuh menuju kesempurnaan.

Banyak orang memulai sesuatu dengan baik, tetapi di tengah jalan mulai
tersendat sampai pada akhirnya mandek. Demikian juga banyak orang
Kristen memulai imannya dengan semangat berkobar-kobar, tetapi di
tengah jalan ketika tantangan dan kesulitan menerpa, iman itu mulai
terseok-seok bahkan pada akhirnya terhenti total. Lebih baik tidak
memulai sesuatu bila kemudian tidak ada kesungguhan untuk
menuntaskannya. Bagaimana kiat menghindari kemandekan iman itu?

Paulus mengenali bahaya berhenti bertumbuh. Oleh karena itu ia terus


menerus mendoakan jemaat Filipi agar terus bertumbuh. Kiat untuk
luput dari kemandekan bertumbuh adalah terus bertumbuh tanpa henti!
Pertama, tenaga yang mendorong pertumbuhan iman adalah kasih
kepada Tuhan dan sesama. Paulus mendoakan agar jemaat Filipi
bertumbuh dalam hal itu (ayat 9a). Kedua, kasih bukan semata soal
emosi tetapi soal kebenaran. Artinya, kasih sejati adalah kasih dalam
kebenaran. Itu sebabnya Paulus berdoa agar mereka tumbuh dalam
pengetahuan dan pengertian yang benar dan yang baik (ayat 9). Ketiga,
pertumbuhan sejati tidak bisa lepas dari kekudusan. Hakikat
pertumbuhan iman adalah bertumbuh di dalam Dia dan serupa Dia.
Tumbuh dalam kasih dan dalam kebenaran berarti tumbuh dalam
pengenalan akan Allah. Semakin akrab hubungan orang dengan Allah,
semakin orang itu akan diubahkan oleh pancaran kemuliaan-Nya
menjadi makin sekudus semulia Dia.

Dengan kata lain, tiga hal hakiki penangkal kemandekan rohani adalah:
kobarkan kasih kepada Allah dan sesama, kenali firman secara
mendalam oleh pertolongan Roh, hiduplah serasi dengan sifat kudus
Allah dalam keseharian kita. Niscaya, kehidupan rohani kita akan
mengalami dinamika yang menggairahkan.

Renungkan: Iman yang bertumbuh tidak hanya merenungkan dengan


takjub kasih Allah. Iman yang tumbuh ialah yang aktif mengasihi,
menggali firman penuh gairah, mencintai Allah dalam tindakan kudus.

Injil hari ini, Suara yang berseru-seru.

Perikop ini begitu indah. Permulaan pelayanan Yohanes Pembaptis


ditaruh di dalam dua penanda sejarah yang begitu kaya data. Yaitu,
konteks sejarah dunia pada masa pelayanannya (1-2a) dan konteks
pengharapan Perjanjian Lama akan masa menjelang kedatangan
Mesias (4-6; lih. Yes. 40:3-5). Yohanes memulai era baru yang telah
lama dinanti-nantikan para nabi Perjanjian Lama untuk menyiapkan
kedatangan penggenap rencana keselamatan Allah bagi manusia.

Berita Yohanes bertujuan mempersiapkan umat Israel menyambut


Mesias. Sambutan yang tepat bagi Mesias adalah membuka hati untuk-
Nya. Tugas Yohanes adalah menyiapkan hati manusia yang seolah
jalan yang jelek menjadi siap untuk dijalani. Yohanes langsung
menunjuk pada kebutuhan mendasar mereka saat itu, yaitu pertobatan.
Umat Israel adalah umat Allah. Namun ketegaran hati mereka menolak
teguran nabi-nabi atas perzinaan rohani mereka, menyebabkan mereka
ada dalam penghukuman Allah. Bahkan sampai pada zaman Perjanjian
Baru, mereka masih terbelenggu oleh dosa. Seruan Yohanes
mematahkan mitos yang mereka pegang teguh dan percayai, bahwa
mereka adalah keturunan Abraham yang berhak menerima segala janji
Ilahi. Tanpa pertobatan, mereka semua akan binasa menanggung dosa-
dosa mereka.

Pesan keras dari Yohanes Pembaptis ini mengingatkan kita bahwa


keselamatan yang Allah anugerahkan kepada manusia dalam Yesus
Kristus bukan sesuatu yang mudah dan murah. Keselamatan itu
sebenarnya mustahil bagi manusia dan harus dibayar mahal oleh Yesus
Kristus. Karena itu tunjukkan sikap sepadan kita menyambut Yesus
Kristus dalam kehidupan kita dengan kesungguhan menjalani
pertobatan tiap hari. Dengan kehidupan dan pewartaan yang
memuliakan Allah, kita mengundang orang untuk menghampiri kabar
baik dalam Yesus Kristus.

Renungkan: Berita pertobatan yang berkumandang adalah pertanda


masa anugerah masih berlaku. Bertobatlah, jangan tunggu suara itu
lenyap dan kesempatan sirna!

DOA: Datanglah, Tuhan Yesus, dan persiapkanlah jalan dalam diri kami,
sehingga kami dapat menerima Engkau dengan lebih penuh lagi.
Bukalah hati kami bagi sabda-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami
dengan cara-cara yang spesifik dan tidak menyesatkan, bagaimana
Engkau berkarya dewasa ini. Tuhan Yesus, tunjukkanlah kepada kami
penyelamatan-Mu. Terpujilah Engkau, ya Tuhan Yesus, kini dan
sepanjang segala masa. Amin.

Anda mungkin juga menyukai