Anda di halaman 1dari 3

KELUARGA YANG MENGALAMI TUHAN

KISAH PARA RASUL 2:41-47

PENDAHULUAN

Jemaat mula-mula di Yerusalem adalah cikal bakal terbentuknya gereja pasca khotbah Petrus yang
mempertobatkan ribuan orang percaya baru. cara hidup jemaat di Yerusalem menjadi sebuah pola di
dalam gerakan awal kekristenan, yang memberikan ciri dasar bagi kehidupan jemaat di dalam gereja,
jauh kedalam sendi-sendi gereja hingga dewasa ini. Mengapa kita belajar tentang keluarga dari kisah
gereja yang mula-mula, karena keluarga yang kuat menghasilkan gereja yang kuat.

Dalam pasal ini ada beberap hal yang ditampilkan

1. Kebiasan jemaat yang secara konsisten, focus dan terarah pada pengajaran para rasul
menghasilkan ketekunan

2. Adanya persekutuan menghasilkan kebersamaan yang kuat

Kata ini menjelaskan kesetaraan dan persamaan di dalam komunitas dan hubungan yang
tanpa sekat. Mereka adalah orang-orang percaya baru yang berasal dari berbagai latar
belakang tetapi dipersatukan oleh Kristus. Persekutuan telah membuat komunitas ini
menerima sesamanya tanpa perbedaan. Kekuatan persekutuan itu kemudian dijelaskan di
dalam ayat 44-45
3. Kebiasaan mereka menghasilkan disukai banyak orang

Jemaat mula-mula ini disukai orang banyak. Dengan kata lain, keberadaan komunitas ini
mendapat respon positif dari penduduk Yerusalem lainnya yang mayoritas penganut
agama Yahudi. Inilah yang disebut dengan hidup sebagai kesaksian dan menjadi berkat.
Sehingga dengan sendirinya, komunitas ini secara kuantitas (jumlah) semakin bertambah
dengan orang-orang percaya baru dan berkembang semakin pesat.

Nah dari hal itu apa yang dapat kita pelajari atau bagaimana keluarga yang mengalami Tuhan ?
apa itu mengalami Tuhan ?

Mengalami TUHAN berarti mengalami perjumpaan secara pribadi dengan TUHAN. Sebab setiap orang
yang mengalami perjumpaan dengan TUHAN, akan membuat hidupnya berubah total. Terjadi
perubahan internal/sikap hidup yang sangat radikal (menyolok) terhadap cara pikir, perilaku, sikap dan
reaksi kita.

Ciri keluarga yang melibatkan Tuhan yaitu


1. Milikilah kehidupan yang benar yaitu hidup berakar dalam Tuhan secara terus menerus

Keluarga yang menjalankan roda kehidupannya dengan benar,pasti akan harmonis,diberkati dan
menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya. Masing-masing anggota keluarga,baik suami-istri,
dan anak-anak bertanggung jawab menjalankan peranannya. Bukan karena takut kepada
manusia tetapi “ takut kepada Tuhan”. Takut akan Tuhan mencakup : - Kehidupan yang
senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan - Menjauhkan diri dan membenci dosa - Melakukan
kebenaran firman Tuhan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Mari kita doakan suami kita,Istri
kita atau anak-anak kita supaya senantiasa hidup takut akan Tuhan. Demikian juga mari kita
mulai dari diri kita pribadi lepas pribadi senantias berusaha menjadi orang yang takut akan
Tuhan dan rendah hati. “ Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan,
kehormatan dan kehidupan.” ( Amsal 22:4 ) Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan
sehingga orang terhindar dari jerat maut.” ( Amsal 14:27 ) Orang benar dijanjikan tidak akan
ditinggalkan sampai anak-cucunya meminta-minta,tetapi sebaliknya dijanjikan berkat ada diatas
kepala orang benar “ Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik
menyembunyikan kelaliman.” ( Amsal 10:6 )

2. Memiliki Gaya Hidup Doa tetap dalam persekutuan

Bertekun di dalam doa adalah salah satu gaya hidup rohani yang diperlihatkan secara
radikal oleh jemaat mula-mula. Mereka mengadakan pertemuan bukan semata-mata
untuk tujuan beribadah dan berinteraksi satu sama lain, tetapi mereka berdoa secara
korporat di dalam setiap pertemuan itu. Selalu berkumpul untuk berdoa, sebagaimana
dituliskan Lukas, adalah penekanan bahwa doa menjadi bagian dari gaya hidup
keseharian mereka. Jemaat mula-mula menyadari bahwa doa membawa kesadaran akan
adanya Allah dan kebergantungan kepadaNya
3. agar keluarga kita diberkati dan menjadi berkat: Praktekkanlah kehidupan yang penuh dengan
kemurahan dan belas kasihan. “tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan
anak cucunya menjadi berkat .” ( Mazmur 37:26 ) Jika keluarga kita tidak mempraktekkan
kehidupan yang murah hati dan penuh dengan belas kasihan,jangan harap kita akan diberi
kemurahan. “ Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang
ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” ( Galatia 6:7 ) “ Janganlah kita jemu-jemu berbuat
baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”
( Galatia 6:10 ) Orang yang kaya secara materi,belum tentu otomatis kaya dalam kemurahan

kesimpulan

Kita akan selalu melibatkan TUHAN secara terus menerus dalam seluruh perjalanan kehidupan (Tiada
hari tanpa Tuhan). Misalnya dalam mencari pekerjaan, mencari sekolah, mencari pasangan hidup,
menjalani hidup sehari-hari dalam bekerja, sekolah/kuliah, selalu melibatkan TUHAN, dimulai dengan
doa dan mengucap syukur selalu. Mengakibatkan dalam setiap kegiatan kita selalu mengalami TUHAN.

Anda mungkin juga menyukai