• Mempunyai hubungan jumlah yang terbatas. Dalam Alkitab Perjanjian Lama jumlah keluarga yang
menjadi simbol kehidupan bangsa Israel adalah keluarga Yakob dengan 12 anaknya (Kejadian 35:22b).
Kita lihat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru apakah itu menjadi sesuatu yang mutlak atau tidak.
• Musa membangun mezbah dengan 12 tugu yang merupakan wakil dari 12 suku Israel (Keluaran 24:4)
• Yosua memilih 12 orang wakil dari 12 suku Israel untuk menyebrangi Sungai Yordan (Yosua 3:12 )
• Yosua meminta bangsa Israel mengambil batu dari sungai Yordan (Yosua 4:8)
• Elia mengambil 12 batu menurut jumlah suku keturunan Israel dan membuat mezbah demi nama Tuhan
(I Raja-raja 18:31 -32)
• Tuhan Yesus menetapkan 12 murid sebagai tim kerasulan awal (Markus 3:14 )
• Para Murid setelah Yudas Iskariot bunuh diri memilih Matias untuk menggenapi bilangan 12 rasul (Kisah
Para Rasul 1:26 )
A. PENGETAHUAN
Daud seorang yang pandai main kecapi, pengetahuan itu menjadi faktor yang terpenting dalam
keberhasilan Daud
• Artinya seseorang mau melangkah harus memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan apa yang mau
dikerjakan
• Mau belajar dan mau di ajar tidak jemu-jemunya.
• Jika gagal dalam melakukan sesuatu dapat diulangi lagi, kegagalan bukanlah akhir dari segala-galanya
seperti dunia sudah kiamat.
B. KEBERANIAN
Untuk memulai komunitas sel hal yang terutama dituntut :
• Keberanian, berani mengambil resiko dikritik, diremehkan, bahkan hal-hal yang terburuk akan muncul
sejalan dengan keputusan itu,
• Jangan menyerah oleh karena keadaan, berani bayar harga dalam hal waktu, biaya, tenaga
• Jangan sekali-kali mengeluh karena hal itu akan menjadi kesia-siaan.
C. KETAATAN
Daud adalah seorang prajurit yang pandai bicara dan elok perawakannya. Prajurit biasanya berbicara
tentang ketaatan atau kata lain disiplin pada ketetapan atau kata lain pegang pada sumpah janji
(komitmen). Memulai komunitas sel harus ada :
• Ketaatan,
• Disiplin yang tinggi
• Komitmen,
• Bukan hanya sekedar tugas biasa-biasa, itu adalah Amanat Agung TUHAN kita.
B. Jiwa dijangkau dapat dibentuk komunitas minat untuk mendapatkan pengenalan tentang kerajaan
ALLAH, selanjutnya lagi dapat ditingkatkan menjadi komunitas magang pada sel induknya. Seterusnya
dua atau tiga jiwa dapat di mulai satu sel. Hal – hal yang harus diperhatikan :
• Menanamkan kunci-kunci sukses Fasilitator sebagai tindakan reproduksi diri kepada orang lain
• Mengimpartasikan visi kepada kelompok selnya atau kelompok minat / magang
• Mengkomunikasikan dan mempraktekkan P-4 dalam komunitas sel.
• Mempraktekkan agenda komunitas sel
• Mengkomunikasikan lima prinsip dasar komunitas sel untuk menuju pembiakan sel baru
C. Selanjutnya sel berjalan dengan konsep komunitas kiri – kanan seimbang Struktur komunitas sel
seperti jala keterkaitan satu sama lain untaian jala. Kiri dan kanan seimbang.
Sel Inti (Penanggung Jawab)
Sel Pengembang
Sel Pemelihara
• Keluarga Allah adalah persekutuan ilahi (Koinonia) – (Kisah Para Rasul 1:21 )
KOMSEL TUNGGAL
KOMSEL KETIKA MULTIPLIKASI
Sel Inti
Sel Pengembang
Sel Pemelihara
PERANAN PKS
Seorang Pemimpin komunitas sel (PKS) mempunyai tiga peranan yaitu :
• Seorang Gembala
• Seorang Manager
• Seorang Pemimpin
(Komunitas sel hubungan kasih persaudaraan = komunikatif dan interaktif, mengalir dalam karunia-
karunia ROH. Saling melayani dan saling mengasihi, ke dalam saling membangun, ke luar menjangkau
jiwa).
MEMBERITAKAN INJIL
• Kenapa kita memberitakan Injil? Memberitakan Injil adalah perintah agung yang ditanamkan pada orang
percaya seturut dengan Firman yang membawa pada pertobatan
• Penginjilan bukanlah karena diminta oleh gereja atau gembala, dengan pertimbangan masih banyak
bangku kosong. Paulus dalam pelayanannya ia berkata “Celakalah aku jika tidak menginjil“ (I Korintus
9:16 ), dan juga Paulus menasihatkan kepada Timotius “ Beritakanlah firman TUHAN dalam keadaan
baik atau tidak baik “ (II Timotius 4:2). Pernyataan tersebut mengacu kepada Amanat Agung yang mana
pada kenyataan masih ada banyak jiwa yang perlu di selamatkan, bagaimana mereka dapat percaya jika
tidak ada orang yang memberitakan kabar keselamatan (Roma 10:14 ).
MEMURIDKAN
• Mengajar merupakan manifestasi Amanat Agung dari-NYA,
• Kita menerima urapan keselamatan, didalamnya terkandung kemauan belajar dan mengajar (Matius
28:18-20).
•Mengajar merupakan penyatuan iman dan menguatkan dasar orang percaya. Paulus dalam
pelayanannya dia menginjil dan memuridkan supaya orang percaya dikuatkan imannya menghadapi
tantangan (Kisah 14:22 ). Untuk mencapai kesatuan iman bertumbuh secara sempurna tidak mudah
terombang-ambingkan pengajar palsu (Efesus 4:13 -14).
TUHAN YESUS mengajarkan kepada kita selalu berhubungan dengan Empunya tuaian, artinya seorang
pekerja tuaian adalah orang mempunyai hubungan dengan TUHAN yang adalah Empunya tuaian, selalu
berdoa dan membaca firman-NYA. TUHAN YESUS dalam pelayanan di bumi ini menghabiskan banyak
waktu untuk berdoa (Lukas 9:18 ), bahkan IA membuat persekutuan doa dan renungan Firman TUHAN
bersama murid-NYA (Lukas 9:29 ).
Waktu kami mengikuti Konferensi Pertumbuhan Gereja se-Asia di Korea kami mengajukan satu
pertanyaan kepada seorang pembicara : “Rumus apa yang membuat Gereja di Korea pertumbuhannya
begitu pesat?” Jawabannya yang pertama adalah doa, lalu dia mengatakan ada yang kedua, lalu kami
menanti formulasi apa yang kedua yang dimaksudkan itu. Jawabannya singkat yaitu doa. Yang ketiga
doa, seterusnya dan seterusnya sampai point yang ketujuh adalah doa. Kesimpulannya doa adalah
peranan utama dalam pertumbuhan Gereja. Kita berdoa ALLAH yang melakukan, ALLAH lebih konsen
dengan Gereja-NYA. Dalam buku Joel Comiskey, ia mengatakan survey membuktikan dalam beberapa
Gereja yang dia pantau rata-rata dia menemukan dan menarik satu kesimpulan bahwa doa pegang
peranan penting dalam pertumbuhan komunitas sel. Pemelihara komunitas sel yang setiap hari
menghabiskan waktu 30 menit berdoa dengan yang berdoa di atas 30 menit ada perbedaan dalam
pembiakan komunitas sel. Oleh karena itu doa menjadi peranan yang terpenting untuk mencapai
pertumbuhan yang optimal bagi Gereja atau komunitas sel.
Pohon yang tidak bertumbuh tidak akan berguna dan lama kelamaan
akan mati. Begitu juga dengan kita sebagai manusia. Kita harus
bertumbuh jika tidak maka kita tidak akan bisa menggenapi tujuan
yang sudah Tuhan taruh dalam setiap kita. Tapi untuk bertumbuh,
kita tidak bisa sendiri.
Banyak kepercayaan yang mengajarkan untuk menyendiri supaya
bisa mencapai kesempurnaan. Tapi Yesus memberi contoh
sebaliknya. Kita harus berada di sekitar orang lain untuk bisa
bertumbuh terutama dalam karakter kita. Dalam komsel, kita akan
belajar banyak hal. Kita akan menemukan begitu banyak karakter
dalam satu komunitas dan sudah pasti kita akan belajar kesetiaan,
pengampunan, kasih, kebaikan, kepatuhan, pengendalian diri,
kemurahan hati, dan lainnya.
Daripada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat
menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan
kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan
membangun dirinya dalam kasih. | Efesus 4:16
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa melihat dari cara hidup
gereja mula-mula.
1. MEMILIKI HUBUNGAN INTIM DENGAN TUHAN
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti
dan berdoa. | Kis. 2:41
Harus terjadi hubungan yang dalam dengan Tuhan. Anggota komsel
harus lebih mengenal dan mengasihi Tuhan melalui komsel. Setiap
anggota belajar dan bersekutu. Kita membangun hubungan baik
dengan Tuhan maupun dengan sesama.
Sudahkah anda hidup dalam sebuah Komsel? Komsel adalah sebuah komunitas kecil yang terdiri
dari beberapa orang percaya, yang sifat keanggotaannya tetap.
Komsel adalah wadah bagi kaum percaya untuk menerapkan gaya hidup Kristus. Gaya hidup
Kristus adalah gaya hidup “saling” yang bersifat positif dan membangun dengan Firman Tuhan
sebagai dasar. Sedangkan pondasinya adalah Kristus itu sendiri.
Komsel dapat juga diartikan sebagai sebuah keluarga kita secara rohani, dengan Kristus sebagai
kepala. Layaknya sebuah keluarga, komsel ini adalah tempat bagi kita untuk sharing atau berbagi,
baik itu kesaksian, masalah ataupun beban pergumulan kita, tanpa takut diri kita dihakimi.
Justru dalam Komsel, para anggota dapat saling memberikan semangat, motivasi, kekuatan,
penghiburan, dan solusi untuk permasalah hidup kita. Tentunya melalui sharing hidup mereka yang
pernah mengalami peristiwa yang sama dengan yang kita alami.
Sharing atau berbagi adalah roda yang menghidupi Komsel itu sendiri. Tanpa sharing atau berbagi,
Komsel tidak akan hidup.
Dalam Komsel, kita belajar menghargai pendapat orang, kita belajar rendah hati, kita belajar
memahami orang, kita belajar mengasihi, kita belajar mendengar, dan masih banyak lagi.
Setiap anggota pasti mengalami pertumbuhan rohani yaitu kedewasaan. Kedewasaan berpikir,
berbicara, dan bertindak. Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Amsal 27:17).
Jangan mencari Komsel yang sempurna, karena kamu tidak akan pernah menemukan Komsel yang
sempurna, karena Komsel terdiri dari manusia-manusia yang memang tidak sempurna.
Tapi, berdoalah, minta tuntunan Tuhan Yesus untuk meletakkan kamu dalam sebuah Komsel yang
terbaik buatmu. Dan ketika kamu ditempatkan dalam sebuah Komsel itu, maka percayalah, itulah
yang terbaik buatmu, yang sudah ditentukan oleh Dia bagimu.
Jangan hidup berpindah-pindah Komsel, karena kamu tidak akan bisa mengalami pertumbuhan
dengan pola hidup berpindah-pindah. Menetaplah! Dan rasakan pertumbuhan itu melalui waktu dan
proses. Hiduplah dengan berkomunitas. Komunitas orang-orang percaya yang takut akan Tuhan.
Komunitas yang bisa dipercaya dan tidak akan menghakimimu didepan maupun dibelakangmu.
Komunitas yang siap menopangmu ketika engkau tersandung maupun jatuh. Komunitas yang sudah
Allah percayakan untuk mewakiliNya dibumi ini sebagai keluargamu.
Digembalakan dengan lebih baik. Penggembalaan yang baik tidak dapat dilakukan dalam sebuah
ibadah raya yang dihadiri ratusan orang. Tidak ada hubungan pribadi di situ atau pembicaraan
dari hati ke hati. Itu hanya dapat dilakukan di dalam komsel.
Ingatlah pisang, jika dia lepas dari tandan-nya itu berarti dia akan segera di-kuliti!
[block:views=similarterms-block_1]
Hal tersebut dimulai ketika melayani Tuhan dalam doa, dan 120 orang Kristen yang
sedang berdoa pada saat itu berada dalam sebuah keserasian.
Kis. Rasul 2:1, "Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu
tempat."
Kedua elemen ini (doa dan kesatuan) penting untuk menghasilkan buah-
buah kebenaran dalam kerajaan Allah.
Doa kita harus berlandaskan Firman Tuhan dan Roh Kudus harus memimpin
doa-doa kita.
Kelompok Sel merupakan sistem informal yang secara keseluruhan dipimpin oleh Roh
Kudus.
Sistem ini bukan merupakan sebuah metode, tehnik atau taktik tetapi lebih merupakan
sebuah sistem yang terbuka di mana Tuhan Yesus Kristus dapat berkarya secara bebas
dengan kekuatan Roh Kudus untuk membangun karyaNya yang hebat, dalam segala hal
terhadap umatNya.
Roma 8:14, "Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah."
Kelompok Sel yang pertama memiliki 5 struktur jabatan, seperti yang tertulis dalam
Efesus 4:11. Kelima unsur ini dibutuhkan di dalam gereja. Efesus 4:11-12, "Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus."
Para pelayan ini dipakai oleh Tuhan untuk menyempurnakan orang-orang kudus
sehingga mereka dapat bekerja dalam pelayanan. Para pelayan ini melatih orang-orang
kudus tersebut untuk lebih mengenal Yesus Kristus sehubungan dengan melakukan
pekerjaanNya dalam gereja.
Mereka diberi kekuatan oleh Roh Kudus dan Roh Kudus memberikan anugerah ini
kepada orang-orang kudus. Seluruh anugerah ini diberikan secara bertahap seperti yang
dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus.
Orang-orang kudus ini berada dalam komuni dengan Tuhan kemudian mereka baru
berada satu komuni dengan orang lain setiap hari.
Kis. Rasul 2:41-47, "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis
dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-
rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan seaga kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan
selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya,
Rasul Paulus mengajar orang-orang yang diselamatkan di muka umum dan dari rumah
ke rumah.
Kis. Rasul 20:20-21, "Sungguhpun demikian, aku tidak pernah melalaikan apa yang
berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka
umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa
bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat
kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus."
RINGKASAN:
Sebuah Kelompok Sel pertama kali harus diawali dengan melayani Tuhan, berdoa dan berada
dalam sebuah kesatuan. Tuhan akan memimpin seperti yang kita minta padaNya.
Tujuh orang yang berada dalam sebuah kesatuan dapat menghalau beribu-ribu kekuatan jahat. Jika
mungkin dan lebih baik, ketujuh orang ini dapat dipilih dari jemaat (yang hidup sesuai dengan firman
Allah).
Tuhan membangun umatNya sebagai Rumah Doa bagi segala bangsa. Dia tidak menginginkan
rumahNya (kita, umat Kristen adalah umatnya) menjadi sarang pencuri dan sebuah rumah bagi
barang dagangan.
Matius 6:33, "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu."
Pendeta akan melatih tujuh orang pelayan ini dengan menempatkan mereka dalam kelompok sel
tersendiri. Ketujuh orang ini akan dilatih dalam berdoa, pertobatan, bahasa Roh dan penginjilan
sehingga mereka dapat belajar bagaimana memimpin Kelompok Sel mereka sendiri.
Mereka akan mempelajari bagaimana patuh terhadap pemimpin. Taat pada Tuhan dan yang lain
merupakan prasyarat bagi kepemimpinan dalam tubuh Kristus.
Pemimpin akan mempertahankan hati pengikutnya pada ketujuh orang tersebut, dan tujuh anggota
akan dibimbing secara tersendiri selama beberapa waktu sehingga mampu mengawali Kelompok
Sel mereka sendiri. Seluruh keputusan akan diawali dengan doa permohonan.
Ketika tujuh anggota Kelompok Sel awal ini dilengkapi untuk memimpin Kelompok Sel mereka
sendiri, kemudian peta wilayah mereka dapat dibagi dalam tujuh wilayah berdasarkan tempat di
mana Kelompok Sel akan dilaksanakan dalam tiap-tiap minggu.
Setelah tujuh anggota Kelompok Sel menjadi tujuh pemimpin Kelompok Sel mereka harus bertemu
secara bersama-sam sedikitnya sekali seminggu untuk doa intensif, sharing dan konseling.
Pendeta senior dalam jemaat akan berlaku sebagai seorang guru, pengawas dan penasehat bagi
tujuh orang pemimpin Kelompok Sel. Pendeta akan hadir dalam sesi doa tiap-tiap minggu. Ketujuh
pemimpin Kelompok Sel tersebut memberi dukungan, membesarkan hati dan sebagai sumber bagi
ketujuh pimpinan Kelompok Sel dalam jalur yang tepat.
Ketika sebuah Kelompok Sel menjadi lebih besar dalam sebuah lokasi dan seorang pemimpin
Kelompok Sel yang baru muncul dari dalam nya, pemimpin tersebut dapat memulai Kelompok Sel
yang baru dari rumah nya sendiri.
Berdasarkan proses ini, sistem Kelompok Sel dapat tumbuh di RT/RW, Desa, Kelurahan,Kabupaten,
Kota bahkan sampai luar pulau … dst.
Proses ini menciptakan sebuah tipe ‘fishing net’ (Kita diajarkan Tuhan Yesus untuk menjadi penjala
manusia).
Matius 4:18-19, "Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang
bersaudara yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang
menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah
aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Sebagai contoh, apabila sebuah Kelompok Sel mencapai anggota 20-30 orang, pemimpin yang baru
dapat mengambil setengahnya dan membentuk Kelompok Sel yang baru.
Bagaimanapun juga setiap pemimpin Kelompok Sel harus meminta petunjuk Tuhan berkenaan
dengan orang untuk memimpin dan pembagian waktu bagi proses pembagian sel.
Kelompok Sel akan ditempatkan di mana jemaat baru dan orang-orang kudus akan diajar dan
dilengkapi pekerjaan pelayanan.
Setiap hal harus dikerjakan dengan baik, dan doa harus merupakan hal terpenting.
1 Korintus 3:6-7, "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang
memberi pertumbuhan.
Sistem Kelompok Sel dalam Perjanjian Baru harus dibangun di atas dasar yang kokoh, seperti Dia
menyediakan pertumbahan di dalam gereja. Dia adalah kepala dan fungsi gerejaNya berada di
bawah pimpinanNya.
Kelompok Sel adalah gerejaNya, yang mana sudah dibayar dengan darah Nya, kita telah diangkat
untuk menjadi murid Tuhan Yesus, bukan murid atau pengikut gereja-gereja, doktrin-doktrin,
golongan atau pribadi-pribadi. Kita harus menyangkal diri kita sendiri dan rutinitas kita dan
menerima salib dan pengikut Tuhan Yesus dan sebaliknya kita harus mengajar, dan menguatkan
yang lain.
Sistem Kelompok Sel adalah metode yang sangat bagus untuk mencapai tujuan yang maksimal dari
penyempurnaan orang-orang kudus dalam pekerjaan pelayanan.
Efesus 4:13, "Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus.Efesus 1:20-23, "Yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari
antara 518ng mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala
pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang disebut, bukan
hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah
diletakkanNya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikanNya kepada jemaat sebagai Kepala dari
segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuhNya, yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan
segala sesuatu."
David Yonggi Cho menulis, Hanya ada satu cara supaya sistem kelompok
sel bisa berhasil dalam sebuah gereja, yaitu, jika sistem tersebut digunakan
sebagai sarana penginjilan.
Dan lagi, belas kasihan terhadap orang yang terhilang merupakan motivasi
untuk menjaga segala sesuatu tetap pada fokusnya. Sewaktu kelompok sel
terus berkembang dan bermultiplikasi, dasar kepemimpinan pun akan meluas
melintasi budaya. Pertumbuhan yang cepat tetap terjaga, muncul pemimpin-
pemimpin baru, persekutuan yang erat terjalin, dan sebagai hasilnya, gereja
bertumbuh.
Karena multiplikasi kelompok sel merupakan cara hidup, gereja tidak perlu
malu menetapkan sasaran yang jelas. Tujuan kuantitatif utama adalah jumlah
kelompok sel baru yang dibentuk.
Sumber : dari buku : Menuai Tanpa Batas, “Reep The Harvest”, bab 3,
oleh : Joel Comiskey, diterjemahkan oleh : Arie Saptaji.mem
Kalau kita melihat narasi dari kisah kehidupan Yesus yang didokumentasikan
dari ke-4 injil, maka seorang akan sampai pada satu kesimpulan bahwa
Yesus tidak membuat strategi yang bombastis dan keren. Yesus
menghabiskan 3.5 tahun pelayanan hanya dengan beberapa orang murid
yang nantinya menyebarkan kekristenan di dunia. Kalaupun bisa disebut
kunci sukses, kelompok kecil dan komunitas itulah menjadi strategi utama
Yesus.
Seiring dengan perkembangan gereja, para murid di Kisah Para Rasul mulai
meniru apa yang Yesus ajarkan kepada mereka selama 3.5 tahun dan
hasilnyapun luar biasa: jemaat bertumbuh secara kuantitas dan kualitas.
Dalam blog ini kita ingin melihat apa yang menjadi ciri dari komunitas
kelompok sel yang sehat.
Menerima Otoritas
Sebuah perkumpulan belum tentu mau tunduk kepada otoritas apalagi kalau
sudah mengusik zona nyamannya. Tetapi komunitas orang percaya didesain
Tuhan Yesus untuk tunduk kepada pimpinan dan otoritas. Memang hal ini
kurang populer di kalangan generasi millenials, tetapi inilah salah satu
Mau Diajar
Tanda kedua adalah KIS 2:42, "mereka bertekun dalam pengajaran rasul-
rasul..." gereja mula- mula mau diajar dan menerima pengajaran dari
otoritas para rasul. Akibatnya adalah persekutuan yang terjadi itu sehat. Apa
sih yang diajarkan? Nilai- nilai kerajaan Allah. Bagaimana seseorang mau
bersekutu kalau nilai kehidupannya berbeda? Sebuah komunitas akan
maksimal kalau mereka memiliki persamaan nilai kehidupan.
Apa yang membuat suatu kegerakan dengan visi yang sama bisa pecah?
Karena nilainya berbeda antar individu. Pastikan dalam komunitas anda ada
budaya mau diajar. Tentu pengajaran yang diberikan sesuai dengan Firman
Tuhan. Apa akibat dari orang yang menerima pengajaran? Dalam ayat yang
sama mereka juga memecahkan roti dan berdoa. Terjadi sinergi antara
masing- masing individu. Ada kegerakan doa, ada kesatuan hati, kesatuan
roh.
Ketika gereja mula- mula berkumpul, tercatat dalam ayat 46, mereka
berkumpul di gereja dan bergiliran bertemu di rumah para jemaat sembari
memecahkan roti atau makan- makan istilahnya. Komunitas gereja yang
sehat adalah mereka yang senang untuk berkumpul dan bersekutu.
Persekutuan yang sehat adalah persekutuan yang bukang menggosip satu
sama lain, tetapi ada nilai kebenaran yang dibagikan.
Atmosfir Spiritual Terbangun
Komunitas yang sehat itu mereka sudah terinfeksi dengan hadirat Yesus dan
akibatnya mereka menampilkan kehidupan berkarakter Yesus. Ada
keseimbangan antara hal spiritual dan natural. Sebuah komunitas yang
cenderung terlalu spiritual bisa melupakan bahwa mereka masih berjalan di
bumi, sebaliknya komunitas yang cenderung terlalu logika memberikan
ruang sempit untuk Roh Kudus berkarya.
Di ayat 43, komunitas gereja mula- mula tercengang karena ada mujizat dan
tanda yang ditunjukan Roh. Tetapi mereka tidak melupakan kebutuhan
sesama mereka dan saling mencukupkan. Ini adalah bukti kerjasama yang
baik antara rohani dan natural.
Tetap Bersatu
Ciri terakhir dari Kisah Para Rasul ada di ayat 44, "semua orang yang telah
menjadi percaya tetap bersatu..." Ada perbedaan antara bersatu dan tetap
bersatu. Untuk yang terakhir dibutuhkan kontinuitas, komitmen, dan
kerjasama antar semua individu. Bersatu untuk sesaat mudah saja, tetapi
tetap bersatu untuk jangka waktu yang lama itu lain hal. Sebuah komunitas
yang sehat akan mengalami masalah dan badai, itu normal! Justru Roh
Kudus akan menggunakan masalah untuk mendewasakan karakter orang
percaya di komunitas tersebut.
Nah itulah ciri- ciri komunitas yang sehat, coba kita refleksikan komunitas
kita, apakah ada yang perlu diperbaiki dan ditambahkan? Salam komunitas!
Kehidupan Kekristenan dalam Gereja
Sel – LIFE
Dalam buku
“Pelayanan dalam Gereja” telah dibahas perlunya kelompok-kelompok sel sebagai wadah dari
pelayanan kepada jiwa-jiwa. Penting sekali untuk kita mengerti bahwa ada perbedaan yang
sangat besar antara: “Gereja sel” dengan “Gereja-yang- mempunyai-kelompok-sel.” Boleh
dikatakan, perbedaannya adalah sejauh langit dan bumi. Dan yang kita akan bahas di sini yaitu
gereja-sel.
“Gereja-yang-memiliki-kelompok-sel” sebenarnya masih gereja tradisional. Gereja ini hanya
menjadikan kelompok sel sebagai salah satu kegiatan atau salah satu departemen saja. Ada juga
gereja yang menyelenggarakan kelompok-sel sebagai wadah untuk persekutuan atau
pengakraban. Kelompok-sel hanya melakukan salah satu fungsi gereja. Seperti hal-nya dengan
departemen Sekolah Minggu, departemen Penginjilan, ataupun departemen musik, maka
departemen kelompok sel inipun tidak ditangani langsung oleh gembala sidang. Jemaat
dianjurkan untuk mengikuti kelompok sel, namun jika mereka tidak bisa mengikuti, tidak apa-
apa. Dalam gereja ini, yang penting jemaat tetap mengikuti ibadah raya pada hari Minggu.
Dalam gereja sel, kegiatan utama adalah kegiatan di sekitar kelompok sel. Ibadah raya pada hari
Minggu adalah tempat di mana kelompok-kelompok sel tersebut berkumpul untuk mengadakan
perayaan. Departemen-departemen yang tidak menunjang kelompok sel haruslah dihilangkan,
antara lain Departemen Kebaktian Kaum Muda, Departemen Kebaktian Remaja, Departemen
Kebaktian Kaum Ibu, Departemen Doa, dan lain-lain. Semuanya haruslah dilebur ke dalam
kelompok sel. Jika masih ada departemen-departemen ataupun komisi-komisi yang tidak sejalan
dengan kelompok sel, maka kelompok sel tidaklah akan dapat berfungsi dengan baik.
Jika kita ingin menyelenggarakan gereja sel, maka kita harus benar-benar meninggalkan pola
gereja yang tradisional. Kita harus menghapuskan semua kegiatan yang secara tradisional
dilakukan oleh gereja namun sebenarnya kegiatan tersebut hanya membebani gereja. Akibatnya
kegiatan-kegiatan yang kurang berguna ini, gereja kurang melaksanakan panggilan utama dari
gereja.
Dalam gereja sel hanya ada dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan kelompok sel, serta (2) Ibadah
Perayaan. Semua departemen, komisi, dan kepanitiaan haruslah mendukung kedua kegiatan di
atas. Semua departemen yang tidak ada hubungan dengan kedua kegiatan tadi haruslah
dihapuskan. Terlalu banyaknya departemen, komisi ataupun kepanitiaan, hanya membuat gereja
“nampak sibuk”. Namun kesibukan-kesibukan ini bukan berarti menunjukkan kehidupan gereja
yang sebenarnya. Kehidupan gereja yang sesungguhnya tidaklah ditunjukkan dengan banyaknya
kegiatan. Gereja haruslah melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan panggilannya.
Jika ada kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungan dengan panggilan gereja, lebih baik
dihilangkan saja. Malahan kegiatan-kegiatan yang tidak berguna itu bisa menyelewengkan gereja
dari panggilannya yang utama.
Dalam gereja sel, jangan terlalu banyak kegiatan insidental, seperti: KKR, Ulang Tahun Gereja,
Pagelaran, Malam Puji-Pujian, Fashion Show, Putar Film dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan
tersebut akan membuat perhatian dan tenaga terkonsentrasikan ke hal-hal insidental tadi.
Akibatnya kehidupan dalam kelompok sel akan kurang berkembang karena tersaingi oleh
kegiatan-kegiatan tadi.
Kelompok sel itu sendiri adalah gereja yang sesungguhnya. Setiap jemaat harus terlibat dalam
kelompok sel. Jika ada orang yang hanya ikut ibadah raya dan tidak mengikuti kelompok sel,
berarti dia tidaklah bergereja. Seandainya ada seorang anggota yang harus memilih: “Apakah dia
harus mengikuti kebaktian saja ataukah kelompok sel saja?”, maka dia haruslah memilih untuk
hanya mengikuti kelompok sel. Karena dalam kelompok sel, seluruh panggilan gereja bisa
dilaksanakan. Juga, dalam kelompok-sel, semua fungsi gereja bisa diterapkan. Cukup dengan
mengikuti kelompok-sel saja, kerohanian kita bisa bertumbuh secara normal.
sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria
melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. (Zakharia 4:10)
Dalam gereja tradisional, ujung tombak penginjilan yang utama adalah kebaktian dan KKR
(Kebaktian Kebangunan Rohani). Usaha penjangkauan yang utama dilakukan jemaat yaitu:
mengundang orang-orang untuk kebaktian atau KKR. Dengan usaha ini, diharapkan orang yang
dibawa tadi merasa tertarik dengan suasana kebaktian dan tersentuh oleh firman Tuhan dalam
kebaktian tadi, lalu bergabung dengan gereja. Kunci keberhasilan sangat tergantung kepada
gembala sidang yang berkotbah dan juga para pembawa acara dalam kebaktian.
Dalam gereja-sel, pertobatan bisa terjadi setiap hari. “Kegiatan” rohani dilakukan setiap hari,
tidak hanya pada saat kebaktian hari Minggu atau KKR saja. Setiap anggota jemaat dimobilisasi
untuk melakukan penjangkauan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pertobatan bisa
terjadi dimana saja, dan bukan hanya terbatas di gedung gereja. Setiap segi kehidupan seorang
kristen adalah penting untuk penjangkauan jiwa.
Kehidupan sehari-hari dari jemaat di rumah, sekolah, tempat kerja ataupun dengan tetangga
adalah kehidupan yang menentukan keberhasilan gereja tersebut. Keberhasilan gereja bukan
hanya ditentukan oleh acara-acara yang dilaksanakan di gedung gereja. Justru kehidupan sehari-
hari dengan orang-orang di sekitar kita inilah yang sangat menentukan. Hal ini nampaknya
sepele, tapi justru itulah yang ditekankan oleh Alkitab.
Sebagai seorang anak kristen, dia harus tetap hormat kepada orang tuanya. Bahkan harus lebih
lagi, karena memang Alkitab juga mengharuskan setiap anak supaya hormat kepada orangtua-
nya. Hal ini berlaku juga untuk orangtua yang sudah di dalam Tuhan maupun yang belum di
dalam Tuhan. Pekerjaan membantu orang tua tidak boleh diabaikan.
Memang ada kecenderungan yang salah dari anak remaja yang sudah bertobat. Setelah menjadi
seorang Kristen, terlalu banyak dia mengikuti kegiatan gereja. Dengan banyaknya kegiatan ini,
selain waktu dia bersama keluarga kurang, dia juga kurang banyak membantu pekerjaan di
rumah. Waktu yang biasanya dipakai untuk menolong orang-tua, sekarang berkurang karena
kegiatan gereja. Nah, orang tua, kakak atau adik yang melihat hal ini menjadi kurang simpati
terhadap gereja dan kekristenan. Mereka berpikir, “Setelah jadi orang Kristen, kok hidupnya jadi
kurang baik begini? Kalau demikian, buat apa saya jadi orang Kristen.”
Malahan, karena salah pengertian tentang Firman Tuhan, ada anak remaja yang justru tambah
tidak hormat terhadap orangtuanya yang belum kenal Tuhan. Mereka berpikir, dengan dimusuhi
oleh orang-tua berarti mereka “menderita bagi Kristus.” Padahal sebenarnya orang-tuanya
tidaklah keberatan anaknya ke gereja. Permasalahannya yaitu: Mereka terlalu sering mengikuti
acara gereja. Inilah yang menjadi keberatan dari para orang-tua. Akibatnya orang-tua mereka
malah tidak simpati dengan gereja. Jangan-jangan, dengan hal ini orang-tua mereka yang semula
mengijinkan, malahan sekarang tidak mengijinkan mereka pergi ke gereja.
Ini adalah kesalahan yang besar! Kehidupan sehari-hari kita haruslah menunjukkan kehidupan
Kristus yang sebenarnya. Buah pertobatan kita harus dirasakan oleh orang-orang yang ada di
sekitar kita. Hal ini akan sangat membantu orang-orang di sekitar kita untuk mengenal Kristus.
Dalam lingkungan lainpun prinsip ini harus dijalankan juga.
Kalau dia seorang anak sekolah maka kehidupan sehari-hari bersama teman-teman sekolahnya
adalah penting sebagai kesaksian hidup. Dalam kehidupan di sekolah dia harus menunjukkan:
Bagaimana kehidupan seorang Kristen yang benar. Dia perlu saling menolong dalam pelajaran
sekolah. Dia harus menunjukkan bahwa dia tidak mau melakukan tindakan yang tidak jujur
dalam ulangan atau ujian. Kehidupan sehari-hari bersama teman-teman sekolah inilah yang
penting. Jangan hanya acara di gedung gereja saja yang diutamakan. Setelah dia bertobat, jangan
teman-teman sekolahnya ditinggal. Teman-teman sekolah dia perlu mendapatkan contoh yang
benar dari kehidupan seorang Kristen. Dia harus tetap menjadi sahabat dari teman di sekolahnya.
Sampai nanti teman- temannya bisa diajak untuk ikut kelompok-sel. Kalau orang yang sudah
bertobat meninggalkan teman-temannya dan bersekutu hanya dengan orang-orang Kristen yang
ada di gereja, maka pengaruh dia kepada teman lamanya berkurang.
Sumber: http://www.reocities.com
“Sangat menyebalkan,” seorang pemimpin sel berkata kepada saya, “ada seseorang di kelompok
sel kami yang tidak hadir hanya karena sebuah rintangan kecil. Usaha saya sepertinya sia-sia.
Apakah ada yang salah dengan pekerjaan saya? Apakah kami seharusnya memprogram kegiatan
yang menarik untuk membangun hubungan? Menekankan pada penjangkauan? Apakah
jawabannya?”
“Uh oh,” saya pikir, “Saya harus kembali lagi ke pelajaran awal dengan pemimpin ini.” Saya
tahu bahwa ia dengan tulus menganggap percaya bahwa kelompok sel adalah sebuah media
untuk membangun hubungan, menjangkau yang terhilang dan memuridkan orang, tapi dengan
perhatiannya yang terfokus pada pertemuan sel, ia kehilangan sebuah kunci penting. Apa yang ia
tidak mengerti adalah kelompok sel dapat dengan mudah jatuh menjadi sebuah struktur
pertemuan yang berisi mental acara yang kaku. Ini dapat terjadi bila para anggotanya tidak
meluangkan waktu untuk satu dengan yang lain diluar pertemuan mingguan.
Salah satu pengalaman favorit kehidupan sel saya terjadi pada sebuah sore hari di hari-hari awal
perkembangan gereja sel kami. Carl dan Sharon, pasangan muda, baru lahir baru, menelpon
kelompok sel kami sebelum acara dilangsungkan dan memberitahukan bahwa mereka tidak
dapat bergabung mengikuti sel karena harus menyelesaikan memotong rumput di halaman
mereka. Ketika seluruh anggota sel berkumpul sore itu, saya berkata kepada setiap orang untuk
meninggalkan Alkitab mereka di mobil. Lalu kami masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju
rumah Carl dan Sharon untuk membantu mereka membersihkan pekarangan. Sungguh sebuah
cara yang indah untuk mengalami kehidupan gereja Perjanjian Baru pada sore itu dengan
memegang garpu taman dan cangkul di tangan.
Bagi hidup
Ketika tiga ribu orang bertobat kepada Kristus pada Kisah Para Rasul pasal 2, Alkitab berkatan
bahwa orang-orang Kristen Perjanjian Baru ini berkumpul bersama di rumah ibadat dan dari
rumah ke rumah. Mereka membagikan hidup bersama-sama. Pertemuan sel mereka hanyalah
sebuah struktur dimana hubungan secara formal dilaksanakan. Hubungan yang murni tidak
pernah dapat disempitkan ke dalam pertemuan sel. Ketika anggota sel menjadi keluarga yang
rohani, mereka belajar untuk mempercayai satu sama lain dan menghabiskan waktu untuk
memperhatikan orang lain. Waktu yang dipakai di luar pertemuan sel memungkinkan anggota sel
untuk memuridkan satu sama lain. Sudah waktunya kita mendewasakan pribadi-pribadi menuju
kesempurnaan Kristus.
Pada masa di mana kita hidup sekarang, ada sebuah peningkatan yang luar biasa terhadap
kebutuhan akan ‘kebersamaan’. Orang-orang merasa terisolasi satu dengan yang lain karena
cepatnya kehidupan yang kita jalani tiap hari. Mereka hanya memiliki sedikit rasa kesatuan. Ini
sebabnya mengapa sangat penting untuk membantu orang membangun hubungan. Hubungan
kelompok sel menyediakan kesempatan untuk hubungan yang lebih intim lagi. Hubungan-
hubungan ini memberikan kepada kita kekuatan untuk mengatasi hambatan dan meraih sukses.
Kita dapat menuntun orang lain untuk mengenal Kristus lebih lagi saat kita menginvestasikan
waktu kita, dan pada saat yang sama kita juga bertumbuh semakin indah di hadapan-Nya.
Gereja bawah tanah merupakan tempat dimana orang-orang percaya berkumpul bersama melalui
sebuah struktur kelompok sel di rumah-rumah untuk berdoa, bersaksi, dan membangun
hubungan yang sehat antar sesama. Dengan cara ini, setiap orang percaya dibuat aktif dan
menjadi bagian yang penting dalam tubuh Kristus. Ketika setiap orang percaya diperlengkapi
dan sehat, seluruh gereja menjadi kokoh. Sebagaimana air dan nutrisi lainnya memberi makan
pohon melalui sistem akar, begitupula gereja dikuatkan melalui apa yang terjadi di kehidupan
bawah tanah orang-orang percaya di dalam sel. Kelompok sel ini bukan sekedar tambahan di
dalam program gereja; sebenarnya, mereka adalah gereja itu sendiri. Hubungan mutual ini adalah
ikatan yang penting dimana setiap anggota dapat mengalami pertumbuhan dan peneguhan.
Carol, seorang guru yang hebat, sering memberikan pengajaran dalam kelompok selnya. Ia
melihat bahwa Kim, seorang anggotanya, suka menyelidiki Firman dan mengajukan pertanyaan
yang mendalam. Kim mengaku kepada Carol bahwa ia merasa terpanggil untuk mengajar, tapi ia
merasa bahwa dirinya tidak memiliki karunia atau tidak layak. Carol mulai mengatur pertemuan
khusus dengan Kim untuk membagikannya cara-cara mengajar. Mereka biasanya bertemu
sewaktu makan siang atau sambil membuat kue bersama untuk acara sel. Dengan segera Kim
menerima keberanian yang ia perlukan untuk mengajar. Carol belajar untuk memultiplikasikan
talentanya dengan memproduksinya di dalam pribadi Kim. Jenis perhatian hubungan pemuridan
ini memiliki buah yang berkelanjutan. Tuhan sedang memulihkan kebenaran tentang hubungan
tabur-tuai di gereja saat-saat ini.
Menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang juga memberikan ikatan dan membangun kekokohan
hubungan daripada acara lainnya. Kelompok sel yang bekerja sama dalam pelayanan seperti
menyediakan sembako bagi yang membutuhkan, sukarelawan pada sebuah yayasan,
mengunjungi panti jompo, mengadopsi keluarga yang pecah, dan gotong royong membersihkan
lingkungan, adalah kelompok sel yang memiliki potensi yang lebih besar untuk mengembangkan
hubungan yang berdasarkan komitmen kepada orang lain.
Sebagai orang percaya, kita memiliki kehidupan dengan orang lain dan dengan Kristus. “Apa
yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya
kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan
Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus (I Yoh. 1:3). Kehidupan yang dibagikan ini berfungsi
di dalam kehidupan sel. Bukan sekedar aktifitas! Menghadiri sel setiap minggu, seberapapun
pentingnya, tidak menjami adanya hubungan yang intim. Setelah dua puluh tahun dalam
pelayanan sel, saya telah sampai pada kesimpulan ini: Jika Anda mengembangkan hubungan
dengan orang-orang di selmu dan menghabiskan waktu dengan mereka di luar pertemuan sel,
maka pertemuan sel mu akan menjadi atraksi yang menggemparkan. Setiap anggota akan
menggedor-gedor pintu-pintu neraka!
Kitab Kisah Para Rasul dimulai dan ditutup dalam sebuah rumah. Tuhan telah berjanji untuk
mencurahkan Roh-Nya pada hari-hari terakhir ini sewaktu ia memulihkan gereja-Nya. Tuaian
ada di depan kita. Mari kita menyiapkan kantung yang baru untuk menerima anggur baru dari
Tuhan. Dan mari kita mengalami kejadian Kisah Para Rasul kembali!
Larry Kreider, setelah melayani sebagai gembala senior sebuah gereja sel di Pennsylvania
selama 15 tahun, sekarang ia melayani sebagai International Director dari DOVE Christian
Fellowship International, sebuah gereja sel berbasis network yang tersebar di seluruh dunia. Dia
telah menghabiskan dua dekade terakhir untuk melatih orang percaya secara nasional maupun
internasional untuk melakukan pemuridan dengan konsep kelompok sel. Ia telah menulis
beberapa buku, termasuk House to House, sebuah buku manual praktis bagi pemimpin kelompok
sel dengan sudut pandang gereja abad 21.
Kelompok Sel
June 9, 2013 by GPdI Bethlehem
Melalui kelompok sel banyak orang bisa terlayani dengan lebih baik,
karena setiap orang saling melayani. Kelompok sel di rumah-rumah
memberikan satu atmosfir yang intim, saling mengenal dengan lebih
baik setiap anggotanya, sehingga tahu potensi masing-masing.
Banyak hal-hal kompleks bisa terselesaikan, tanpa kelompok sel
gereja tidak akan bisa maksimal melayani jemaat & kegiatan gereja
yang semakin bertambah.