KATA PENGANTAR
AD. I
Pada bagian pertama yaitu teknik membacakan bacaan,
penulis menambahkan ide-ide baru dari yang telah ada yakni
dari beberapa buku pegangan tentang lektor. Dengan harapan,
seorang lector dapat menambah wawasan lebih luas tentang
lector.
Pada bagian kedua yakni teknik gerak dalam Perayaan
Ekaristi. Bagian kedua ini dapat dipaparkan sesuai hasil
pengamatan penulis dalam tata gerak Perayaan Ekaristi di
kampus. Dengan membaca buku panduan ini, lektor dapat
memahami tata gerak dalm Perayaan Ekaristi tanpa harus
melalui pelatih, pembimbing lektor.
Penulis menyusun buku ini tidak hanya terbatas pada
warga umat Kampus Sanata Dharma, tetapi juga bagi seluruh
umat katolik yang ingin mendalami tentang lector. Maksud
penulis, di mana pada bagian pertama yakni teknik membacakan
Kitab Suci. Memang, pada bagian kedua yakni tata gerak dalam
Perayaan Ekaristi tersebut agak beda dengan setiap paroki atau
tempat Ibadah Ekaristi.
Semoga buku ini dapat berguna bagi setiap orang yang
ingin mendalami tentang lector!
BAB I
TEKNIK MEMBACA BACAAN
A. MEMBACA DENGAN BAIK.
1. Pengertian Lektor
Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma menjadi titik tolak
bagi semua umat beriman kristiani untuk dipanggil dan diutus
untuk ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus
mewartakan Kerajaan Allah. Perutusan itu tergantung pada
kedudukan dan kemampuan masing-masing umat. Menjadi
lektor adalah salah satu tugas perutusan itu.
Kata “lektor” berasal dari bahasa Latin lector-oris (kata
benda) dan berkaitan dengan kata kerja lectere, lectitere yang
merupakan bentukan dari kata kerja legere artinya membaca,
membacakan. Dalam Ensiklopedia Gereja Katolik III, 1973, kata
lektor berisi dua makna:
§ Petugas pria awam yang dilantik secara tetap oleh uskup atau
superior untuk memabacakan Kitab Suci (kecuali Injil) dan
Mazmur kepada seluruh umat.
§ Warga umat, baik laki-laki maupun perempuan yang ditugasi
membacakan Kitab Suci dalam perayaan liturgy (KHK kan.
230, 2).2
3. Pemakaian Suara
Kalau kita membaca, kita tentu ingin supaya suara kita dapat
mencapai orang yang hadir, juga mereka yang duduk di pojok
paling jauh. Untuk itu kita dapat meninggikan suara, sebab suara
yang yang tinggi dapat juga lebih keras. Tetapi cara itu kurang
baik. Kalau kita terus berbicara dengan suara tinggi, selaput
suara diforsir. Apalagi suara kita menjadi dapat dibuat-buat
dan kurang enak untuk didengar.
Maka perhatikan supaya mulai membaca dengan suara yang
cukup rendah. Ketinggian suara yang baik ialah ketinggian yang
kita pakai untuk berbicara biasa.
MELAYANI
1. Tahap Membaca
Lektor bertugas untuk membacakan orang lain. Dalam
kategori teknis termasuk kegiatan membaca nyaring.
Kenyaringan dimaksudkan agar umat dapat mendengar dengan
jelas, mengikuti dengan nyaman, dan menangkap isinya dengan
tepat. Untuk mewujudkan semuanya itu, seorang lektor perlu
melaksanakan beberapa tahap, yang akan dijelaskan di nomor 2.
2. Persiapan
Tahap persiapan meliputi persiapan lahir, teknis, dan batin.
Secara umum, persiapan diarahkan agar ketika membacakan
Sabda Tuhan, pendengar terbantu memusatkan perhataian pada
isi bacaan.
a. Persiapan lahiriah
Persiapan lahiriah berkaitan dengan penampilan lahiriah
seorang lektor. Persiapan lahiriah mulai dari pakaian, make up,
tata rambut, sepatu, dan sebagainya diupayakan membantu
lektor untuk membacakan Sabda Tuhan. Lektor di kampus dan
juga dalam Pedoman Umum Missale Romawi menyebut bahwa
akolit, lektor dan pelayan awam lain boleh mengenakan alba
atau busana lain yang disahkan oleh Konferensi Uskup untuk
wilayah gereja yang bersangkutan (PUMR 339).
Penampilan yang wajar lebih membantu dibandingkan
yang mencolok. Demikian juga make up, tata rmbut, sepatu, dan
aneka aksesori yang lain (lektor di kampus, seorang lektor tidak
memakai sepatu atau sandal saat bertugas). Hak sepatu yang
bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan mengganggu
perhatian pada isi bacaan. Yakinan kondisi fisikdalam kedaan
sehat dan berfungsi normal (tidak sedang flu, batuk, pilek,
sariawan, sakit gigi, tenggorokan kering, dan sebagainya).
b. Persiapan teknis
1) Mengenali konvensi penulisan dan pembacaan kutipan bacaan
Perjanjian lama senantiasa menempatkan nama kitab (Kejadian,
Keluaran, Amsal), penulis kitab (Yesaya, Yeremia, Yoel, Amos,
dan sebagainya, atau tokoh kitab (Raja-raja, Hakim-hakim).
Konvensi penulisannya nama kitab/ penulis/ tokoh diikuti bab:
ayat seperti pada contoh berikut:
(a) Perjanjian lama
Tabel:Konvensi penulisan dan pembacaan Perjajian Lama
Konvensi Penulisan
Konvensi Pembacaan
Kejadian 1:1-31 Kitab kejadian, bab satu, ayat satu
sampai tiga puluh satu
Yeremia 3:6-13 Kitab Nabi Yeremia, bab tiga, ayat
enam sampai tiga belas.
I Tawarikh 9:35-44 Kitab pertama Tawarikh, bab sembilan,
ayat tiga puluh lima sampai empat
puluh empat.
Daniel 12:1-13 Kitab Daniel, bab 12, ayat satu sampai
tiga belas.
3) Praktik membacakan
Cara persiapan yang lain adalah pratik membacakan Sabda
Tuhan sebalum melaksanakan pembacaan di Mimbar Sabda atau
tempat pembacaan yang khusus. Mimbar Sabda ini dibedakan
dari mimbar pengumuman (di kampus, mimbar Sabda dengan
mimbar pengumuman dijadikan satu). Praktik membacakan
menurt persipan teks yang akan dibaca dan menetapkan
pendengar. Di kampus, teks Perayaan Ekaristi sudah dicetak. Hal
tersebut mengasumsi bahwa naskah sudah dapat diperoleh
sebelumnya. Cara tersebut sekaligus untuk mengoreksi
kemungkinan ada salah tulis atau salah kutip agar dapat
diupayakan mencari rumusan yang sebenarnya.
Praktik membacakan Sabda Tuhan dapat dilakukan di rumah
dengan memanfaatkan anggota keluarga sebagai umat (jika ada
anggota keluarga) atau teman di sekitarnya. Setelah praktik
membacakan Sabda Tuhan, anggota keluarga atau teman yang
berlaku sebagai umat, diminta mengomentari dan member saran
yang perluh dibenahi. Akan tetapi, sering terjadi tugas lektor
ditunjuk secara serta merta. Dalam kondisi darurat sperti itu,
persiapan maksimal yang dapat dilakukan adalah membaca
naskahnyaterlebih dahulu. Membaca kalimat-kalimat yang
pernah dibaca sebelumnya akan lebih lancar dibanding yang
belum pernah dibaca.
c. Persiapan Batiniah
Tugas lektor adalah membacakan Sabda Tuhan. Oleh karena
itu, suasana religius perlu diciptakan sejak awal. Di beberapa
paroki juga temasuk gereja kampus, ada kebiasaan prodiakon,
lektor, dan putra altar sebelum bertugas melakukan ritual doa
bersama. Hal tersebut sebagai salah satu cara menyiapkan diri
memasuki suasana religius. Doa tersebut umumnya dirumuskan
secara spontan, yang isinya memohon karunia Roh Kudus agar
berkenan memberkati dan menyertai dalam tugas pelayanan agar
pelayanan tersebut semakin mendewasakan (yang dilayani dan
yang melayani).
3. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, seorang lektor tentu sudah mengenali
tempat dan posisi tubuh (berdiri, berlutut, duduk) ketika
membaca. Hal tersebut disesuaikan dengan ruang, jumlah umat,
dan fasilitas yang tersedia. Oleh karena itu, seorang lector harus
menargetkan bahwa ia akan membacakan dengan baik, bacaan
yang akan ia bacakan itu dapat diteima dan dipahami oleh
seluruh umat yang hadir saat Perayaan Ekaristi.
PIGURA
Pigura (bentuk ujaran perikop) yang harus dipelajari,
dicermati, dan dipahami seorang lector adalah sebagai berikut:
NO. PIGURA CONTOH
(BENTUK UJARAN)
1. a. Kepada umat Kolose 3:1-11
(Arahkan pikiran pada hal-hal
NASEHAT
surgawi)
b. 1 Timotius 6:11-16 (Engau
milik Allah, hidup;ah sebagai
orang Kristus)
2. MENYADARKAN Kebijaksanaan 2:21-23 (orang
jahat tidak mengenal Allah, dan
dibutakan oleh kejahatannya
sendiri)
3. a. II Korintus 6:11-18. 7:1
(Jangan ada lagi noda
PERINGATAN
kekafiran)
(Mengingatkan)
b. Yeremia 42:1-22 (Yeremia
memperingati supaya jangan
mengungsi ke Mesir)
4. a. Kejadian 3:1-24 (Manusia
jatuh ke dalam dosa)
KISAH
(Cari di mana klimaks- b. Makabe 7:1-14 (7 bersaudara
nya) dibunuh karena iman)
c. Markus 8:1-10 (Yesus
member makan lima ribu
orang)
5. SARAN Yakobus 1:17-27 (Seharusnya
(Beri tekanan kalimat menjadi pelaku firman)
yang penting!)
6. MENGHIBUR a. Roma 3:1-8 (Kelebihan orang
Yahudi dan kesetiaan Allah)
b. I Korintus 16:25-27 (Segala
kemuliaan bagi Allah)
7. a. Matius 11:25-30 (Ajakan
juruselamat)
AJAKAN
b. Ibrani 2:1-5 (Keselamatan
yang besar)
8. PERINTAH I Yohanes 2:7-17 (Perintah yang
baru)
9. PETUNJUK Galatia 4:12-20 (Ingatlah akan
(Saran, Ajakan) hubuingan kita yang semula)
BAB II
TEKNIK GERAK
A. Pendahuluan
Untuk menciptakan liturgi yang indah dan anggun, tetntunya
dituntut tata gerak yang baik dan teratur. Istilah tata gerak
mencakup juga:
1. Tindakan dan perarakan iman bersama diakon, lektor, dan
para pelayan lain dalam menuju altar;
2. Perarakan diakon yang membawa kitab Injil menuju mimbar
sebelum pemakluman Injil;
3. Perarakan umat beriman yang menghantar bahan
persembahan dan maju untuk menyambut komuni.
Hendaknya tata gerak ini dilaksanakan dengan anggun, sesuai
dengan kaidah masing-masing gereja atau tempat merayakan
liturgi, dan diiringi dengan nyanyian yang serasi. Dalam
perarakan masuk, semua petugas liturgi harus memperhatikan
tata gerak supaya semua yang hadir dalam perayaan ekaristi
sungguh terbantu dan merasakan kehadiran Allah.
B. Tata Gerak
1. RITUS PEMBUKA
a. Setelah jemaat berkumpul, imam dan para pelayan liturgi,
dengan mengenakan busana liturgis masing-masing, berarak
menuju altar. Urutan yang berlaku di gereja kampus adalah
sebagai berikut:
1) Pelayan yang membawa pedupaan berasap, jika dipakai dupa.
2) Pelayan-pelayan lain yang membawa lilin bernyala, mengapit
akolit atau pelayan lain yang membawa salib.
3) Para akolit dan pelayan-pelayan yang lain.
4) Lektor; dapat membawa Buku Bacaan Ekaristi (Lectionarium)
yang sedikit diangkat.
5) Imam yang memimpin Perayaan Ekaristi kalau dipakai dupa,
sebelum perarakan dimulai, imam membubuhkan dupa kedalam
pedupaan dan memberkatinya dengan tanda salib tanpa
mengatakan apa-apa.
b. Pada waktu menuju altar, umat menyanyikan nyanyian
pembuka.
c. Setibanya didepan altar, imam dan para pelayan
membungkuk khidmat.
Kalau dalam perarakan ini dibawa salib, maka salib itu dipajang
di dekat altar sehingga berfungsi sebagai salib altar, dan hanya
salib itulah yang harus digunakan; kalau ada salib lain di altar,
lebih baik salib perarakan ini dipajang di di tempat lain (di luar
panti iman). Lilin-lilin yang dibawa oleh para pelayan,
ditempatkan di dekat altar.
d. Imam menuju altar dan menciumnya sebagai tanda
penghormatan. Iman mendupai altar kalau ada dupa.
e. Imam pergi ke tampat duduk, juga lektor, akolit dan para
pelayan lain pergi ke temnpat duduk.
f. Semua tetap berdiri dan jika nyanyian pembuka selesai, imam
bersama dengan seluruh umat membuat tanda salib sementara
imam berkata: “Dalam (Demi) nama Bapa, dan Putra, dan Roh
kudus”, dan umat menjawab: “Amin”.
Kemudian imam member salam kerpada umat. Ia mengadap ke
umat, membuka tangan dan mengucapkan salah satu rumus
salam yang tersedia. Kemudian imam atau seorang pelayan lain
menyampaikan kata pengantar amat singkat tentang Ekaristi
yang dirayakannya..
g. Kemudian menyusul pernyataan tobat. Sesudah itu, dilagukan
atau diucapkan Tuhan Kasihanilah Kami sesuai dengan petunjuk
rubrik.
h. Seturut ketentuan, kemudian dilagukan atau diucapkan
Kemuliaan.
i. Lalu, sambil membukan tangan, imam mengajak umat:
“Marilah kita berdoa”, lalu lansung mengatupkan tangan. Semua
hadirin bersama imam berdoa sejenak dalam hati. Setelah itu
imam merentangkan tangan dan membawakan doa pembuka
(kolekta), yang ditutup oleh umat dengan seruan: “Amin”.
2. LITURGI SABDA
a. Beberapa kata sebelum imam mengakhiri doa pembukaan,
lector yang bertugas membacakan Bacaan I sudah maju ke depan
altar dan berlutut, kemudian menuju ke mimbar. Setibanya di
depan mimbar lektor tidak perluh lagi hormat kepada imam atau
altar. Kalau ada tabernakel, lektor atau pelayan lain
membungkuk khidmat untuk menghormati Sakramen Maha
Kudus yang bertahta di dalam Tabernakel.
b. Sebelum membacakan Kitab suci, lektor perluh mengatur nafas
dan mengatur suara sambil memandang sekeliling umat yang
hadir dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Setelah doa pembukaan
dan umat sudah siap untuk mendengarkan Sabda Tuhan, lektor
membacakan Sabda Tuhan dengan suara lantang. Sesudah
bacaan, lektor berseru: “Demikianlah Sabda Tuhan, dan umat
menjawab: Syukur kepada Allah”. Tepat sekali jika sesudah
bacaan diadakan saat hening sejenak, supaya umat dapat
merenungkan sebentar apa yang telah mereka dengar.
c. Sesudah membacakan bacaan I, lektor kembali duduk ke
tempatnya tadi. Di depan mimbar tidak perluh membungkuk
lagi, kalau sudah sampai di depan altar baru lektor berlutut
seraya hormat kepada imam dan altar. Lalu kembali duduk di
tempat duduk.
d. Sesudah bacaan I, pemazmur atau lektor sendiri membawakan
ayat-ayat Mazmur Tanggapan. Umat menanggapi dengan
menyerukan/ melagukan ulangan.
e. Pada saat pemazmur menyanyikan ayat terakhir, lektor yang
bertugas membacakan bacaan II mulai maju ke mimbar untuk
bersiap-siap membacakan Sabda Tuhan. Lngakah-langkahnya
dilihat pada point sebelumnya di atas (point a, b dan c).
f. Kemudian, semua berdiri untuk melagukan Bait Pengantar
Injil dengan atau tanta Allelua sesuai dengan masa liturgy (bdk.
no. 62-64).
g. Setelah melagukan Bait Pengantar Injil, jika dipakai dupa,
imam mengisi pedupaan dan memberkatinya. Kemudian, imam
mengatupkan tangan, membungkuk khidmat menghadap altar
sambil berdoa dalam hati: “Sucikanlah hati dan budiku….”
h. Di mimbar imam membuka Kitab Suci dan sambil membuka
tangan berkata: “Tuhan sertamu”, lalu mengtupkan tangan. Umat
menjawab: “Dan sertamu juga”. Kemudian imam berkata: “Inilah
Injil Yesus Kristus menurut … dengan ibu jari imam membuat
tanda salib pada Injil yang akan diwartakan, lalu pada dahi,
mulut, dan dadanya. Hal yang sama dilakukan oleh umat. Umat
menyerukan aklamasi: “Dimuliakanlah Tuhan”. Jika dipakai
dupa, imam memdupai kitab suci. Sesudah itu imam
mewartakan Injil, dan sesudah pewartaan, ia melagukan atau
menyanyikan aklamasi: “Demikianlah Sabda Tuhan”, yang
dijawab umat dengan seruan: “Terpujilah Kristus”. Sesudah itu
imam menciumKitab Injil sambil berdoa dalam hati: “Ya Tuhan,
karena pewartaan Injil ini, hapuskanlah dosa kami”.
i. Setelah mewartakan Injil, imam sambil berdiri di dekat
mimbar atau di tempat lain yang dianggap nyaman, di tempat
yang serasi, imam menyampaikan homili.
j. Setelah selesai homili, imam mengajak umat memanjatkan
bersama-sama doa Syadat Para Rasul (Aku Percaya).
k. Beberapa kata sebelum Doa Aku Percaya selesai diucapkan
atau di nyanyikan, lektor yang bertugas membacakan doa umat
menuju mimbar. (ikuti petunjuk pada point a, b, dan c di atas).
Lektor membacakan doa umat sesuai kode yang ditentukan di
teks bacaan doa umat. Dalam teks doa umat, sebelum imam
menutup doa umat, ada saat dimana imam, pelayan liturgy lain
serta seluruh umat menghening sejenak untuk menyampaikan
permohonan masing-masing kepada Tuhan. Lektor
menyampaikan kata-kata saat hening kalau imam tidak
menyampaikan kata-kata hening sejenak tersebut.
3. LITURGI EKARISTI
a. Pemimpin ibadah/Perayaan Ekaristi mempersiapkan
persembahan yang akan dikonsekrasikan di atas meja altar. Imam
memberkati persembahan umat dari umat. Imam melanjutkan
dengan doa persembahan.
b. Sampailah kepada puncak Perayaan Ekaristi yakni imam
mengubah roti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah
Kristus (Doa Syukur Agung).
c. Setelah Doa Syukur Agung, dilanjutkan dengan
menyanyikan/ mendaraskan Doa Bapa Kami, di susul dengan
Doa Damai beserta Salam Damai.
d. Imam beserta para umat menyanyikan/ mendaraskan Doa
Anak Domba Allah. Setelah itu, imam dan para prodiakon
membagikan membagikan komuni sementara umat menyanyikan
lagu Komuni.
4. RITUS PENUTUP
a. Setelah merayakan perjamuan kudus yaitu menyambut
Komuni Suci, imam merentangkan tangan untuk berdoa
penutup. Imam berkata: “Marilah kita berdoa”. Kemudian imam
menyampaikan doa penutup.
b. Beberapa kata sebelum imam selesai doa penutup, lektor yang
bertugas membacakan doa umat maju ke mimbar umtuk
menyampaikan pengumuman kepada umat yang hadir dalam
Perayaan Ekaristi itu. Langkah-langkahnya ikuti pada petunjuk
2a, 2b, dan 2c.
c. Setelah lektor menyampaikan pengumuman, imam
memberikan berkat penutup dan pengutusan kepada umat.
Imam berkata: “Dengan demikian Perayaa Ekaristi pada …hari
ini telah selesai”, umat menjawab: “Syukur kepada Allah”. Lanjut
imam berkata: “Marilah kita pulang …”, dan umat menjawab:
“Amin”.
d. Saat imam serta pelayan lain turun ke depan altar, lektor juga
maju ke depan altar, berlutut bersama menghadap altar.
Uruntanya: lektor berdiri di belakang rombongan putra/i altar,
sedangkan imam berdiri di tengah-tengan putra/i altar.
e. Selesai berlutut menghormat altar, imam serta para pelayan
liturgi lainnya pulang menuju ke sakristi yang letaknya di
belakang umat. Urutannya ikuti petunjuk atas no.1a.
RINGKASAN
TATA GERAK LEKTOR DI GEREJA KAMPUS:
Dalam Perayaan Ekaristi, umumnya dibagi memjadi empat
kelompok, yakni: Pembukaan, Ibadat Sabda, Ibadat Ekaristi, dan
Penutup:
A. PEMBUKAAN
1. Lektor yang bertugas menuju mimbar dan membacakan
Kata Pengantar.
2. Perarakan masuk rombongan Imam serta seluruh pelayan
liturgi diiringi lagu pembukaan.
3. Imam menuju altar, pelayan liturgi lainnya berdiri di tempat
yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Imam memimpin Perayaan Ekaristi di awali dengan tanda
salib (+) kemudian disusul dengan pengantar, Tobat, Tuhan
Kasihanilah Kami, Kemulian, serta Doa Pembukaan sebagai doa
membuka Ibadah Sabda.
B. IBADAT SABDA
1. Lektor yang bertugas menuju mimbar dan membacakan
Bacaan I dan Bacaan II
2. Seorang yang menyanyikan mazmur mengiringi /
memdaraskan ayat-ayat mazmur di setiap bacaan.
3. Bacaan Injil dibacakan oleh Imam sendiri. Setelah itu, Imam
sendiri yang membawakan Homili / Khotba.
4. Imam dan seluruh umat mengucapkan / menyanyikan Doa
Syadat Para Rasul (Aku Percaya).
5. Lektor yang bertugas membacakan Doa Umat
C. IBADAT EKARISTI
1. Persembahan, Kudus disusul Doa Syukur Agung
(pengubahan Roti dan Anggur menjadi Tubuh dan Darah
Kristus).
2. Bapa Kami, Salam Damai, Anak Domba Allah, Komuni
(seluruh umat yang hadir menyambut Tubuh dan Darah Kristus).
Ibadat Ekaristi ini ditutup dengan Doa Penutup yang dipimpin
oleh Imam.
D. PENUTUP
1. Lektor yang bertugas menuju mimbar dan membacakan
pengumuman untuk umat.
2. Imam memberikan Berkat dan Pengutusan kepada seluruh
umat yang hadir.
3. Imam serta Pelayan Liturgi lainnya meninggalkan altar dan
menuju Sakristi diiringi lagu penutup.
https://www.keuskupansurabaya.org/media/document/
SERI_PEDOMAN_PELAYAN_LITURGI_-
_PEWARTA_SABDA_ALLAH_-
_Penyesuaian_dengan_TPE_2020.pdf
https://www.slideshare.net/albertuspurnomo/presentasi-
untuk-para-lektor
https://123dok.com/article/hal-hal-yang-perlu-diperhatikan-
oleh-seorang-lektor.zk8096mz
PERANAN LEKTOR SEBAGAI
1) Pembinaan Biblis
Pembinaan Biblis sangat membantu seorang lektor agar dapat
mengerti bacaan menurut konteksnya dan menangkap inti berita
wahyu dalam terang iman. Hendaknya pembinaan dilakukan
secara terus-menerus, namun yang dibutuhkan lebih dari
pembinaan agar lektor mampu mengerti isi bacaan yang
disampaikan. Dalam pembinaan, ada banyak hal mendasar yang
perlu disampaikan dan diketahui oleh seorang lektor yaitu:
a) Pemahaman dasar mengenai Kitab Suci yang meliputi:
¾ Arti, maksud dan peranan Kitab Suci dalam kehidupan Gereja.
¾ Konsep tentang wahyu dan iman.
c) Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
(terutama Kisah Para Rasul, Surat-surat dan Kitab Wahyu) selain
Injil supaya disampaikan secara lebih mendalam.
d) Pedoman membaca Kitab Suci.
Dari beberapa hal pokok di atas sangatlah perlu disampaikan
kepada lektor sebagai modal awal untuk menjadi penyampai
Sabda. Dari proses pembinaan tersebut ada hal yang mau dicapai
antara lain: lektor dapat membedakan bab dan ayat,
menyebutkan nama dan jenis buku dengan tepat. Tetapi yang
lebih terpenting adalah bahwa lektor mengerti isi bacaan dan
mengimani apa yang dibaca. Untuk bisa mengimani dan
mengerti apa yang dibaca maka lektor perlu membuka diri dan
hati terhadap Sabda dalam Kitab Suci. (Pareira, 1991:55-56.)
Seorang lektor bukanlah seseorang yang dituntut untuk menjadi
alhi Kitab Suci. Tetapi perlu disadari bahwa tugas lektor adalah
tugas yang mulia, artinya lektor dalam menjalankan tugasnya
tidak bisa dianggap remeh dan ringan. Perlu ada pembinaan
cukup dan terus-menerus agar Sabda yang disampaikan menjadi
Sabda yang berdaya guna; didengar melalui telinga, direnungkan
di dalam hati dan dihayati dalam kehidupan. Sabda yang
disampaikan dapat membantu umat untuk bertemu dengan
Tuhan yang menyelamatkan sehingga tujuan dari perayaan
liturgi dapat tercapai.
2) Pembinaan Liturgis
Pembinaan liturgis ini dimaksudkan agar memberikan sekedar
kemampuan kepada pada lektor untuk memahami makna dan
tata susunan liturgi Sabda serta dasar-dasar hubungan liturgi
Sabda dengan liturgi Ekaristi. Maka ada beberapa hal pokok yang
perlu disampaikan dan diketahui oleh lektor yaitu:
a) Pengertian liturgi Sabda. b) Peranan Sabda dalam liturgi.
c) Hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. d) Peranan
lektor dalam liturgi.
e) Susunan tata cara liturgi
f) Penanggalan Liturgi,Warna Liturgi, dan Tahun Liturgi g)
Sikap-sikap Liturgi.
Beberapa materi pokok pembinaan di atas sangat membantu
seorang lektor untuk mengerti dan memahami liturgi, sehingga
mampu menempatkan diri sebagai lektor yang merupakan
petugas integral yang membantu kelancaran dan tujuan perayaan
liturgi.
3) Pembinaan Teknis.
Pembinaan teknis bertujuan meningkatkan seni membaca para
lektor di hadapan umat, baik tanpa maupun dengan bantuan
pengeras suara (Bdk. Pareira, 1991:55-60). Ada banyak macam
pembinaan teknis antara lain:
b) Latihan kecepatan (intonasi). c) Latihan pernafasan.
d) Latihan pemakaian suara e) Penampilan.
f) Latihan penggunaan mike.
Ketiga jenis pembinaan di atas merupakan hal yang sangat
mendasar, yang harus diberikan kepada lektor untuk
meningkatkan kualitas lektor sebagai yang diutus Allah untuk
menyampaikan kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan agar
umat beriman mendengarkan, percaya dan melaksanakannya.