Anda di halaman 1dari 34

MODUL PERTEMUAN LINGKUNGAN

Stasi Corpus Christi Sumber Bendo

Tim:
Fr.Efrem Dwi Valencio L., CM
Fr. Andreas Christo Paulus Daniel, CM
Sr. Constantina, PK

MISI UMAT VINSENSIAN


Paroki St Fransiskus Asisi - Resapombo
2022
Pertemuan I
Stasi Corpus Christi: Anggota Tubuh Mistik Kristus
Doa Pembuka
Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur atas
kesempatan yang boleh kami terima ini. Kami percaya bahwa
engkau selalu menyertai langkah hidup kami. Kami mohon ya
Tuhan, semoga Roh pengertian turun atas kami, agar kami
mampu mengerti bahwa kami ini adalah anggota tubuh mistik
Kristus. Semua doa dan permohonan ini kami haturkan
kepadamu sebab Engkaulah Tuhan kami yang hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Lagu Pembuka
5 6 5 1 1..3 2 1 2.. 4 4
1. Kita berjalan pakai apa? Kaki
2. Kita melihat pakai apa?Mata
3. Kita mencium pakai apa?
5 6 5 2 2.. 3 2 1 2. 4 4
1. Kita memegang pakai apa? Tangan
2. Kita mendengar pakai apa? Telinga
3. Kita berbicara pakai apa? Mulut
5 6 5 2 2. 3 2 1 2 5..
1. Kaki dan tangan ada dimana?
2. Mata dan telinga ada dimana?
3. Hidung dan mulut ada dimana?
5 4 5 6 6 33 4 5 6
1. Kaki dan tangan ada di badan
2. Mata dan telinga ada di kepala
3. Hidung dan mulut ada di muka
https://www.youtube.com/watch?v=VzyKBTdTsj8
Gagasan Pokok
1. Umat yang berkumpul dalam nama Yesus bersatu
dengan Yesus dan menjadi Tubuh (Rohani) Yesus serta
hidup dalam persekutuan.
2. Tubuh yang memiliki peran dan fungsi masing-masing
untuk saling melengkapi.
3. Persekutuan terwujud dalam hidup di keluarga,
lingkungan, kelompok kategorial, dan paroki.

Pendalaman Tema
1. Siapakah Gereja itu?
a. Kata Yunani untuk Gereja adalah ekklesia yang berarti
mereka yang dipanggil. Kita semua yang dibaptis dan
percaya dipanggil. Bersama-sama, kita adalah Gereja.
Kata Paulus, Kristus adalah Kepala Gereja. Kita adalah
Tubuh-Nya. Saat kita menerima sakramen-sakramen
dan mendengarkan Sabda Allah, Kristus ada di dalam
kita dan kita di dalam Dia - Sehingga disebut Gereja.
Persekutuan intim dengan hidup Yesus yang dialami
secara pribadi oleh semua yang dibaptis dijelaskan
dalam Kitab Suci. Siapa pun yang diatukan alam Yesus
Kristus melalui pengakuan iman Katolik dan
menerima sakramen-sakramen, yang bersatu dengan
Paus serta para uskup, berada dalam persekutuan
yang penuh dalam Gereja Katolik. Di satu bagian,
Kitab Suci berbicara tentang Umat Allah dan di bagian
lainnya tentang Mempelai Kristus: Gereja disebut
Bunda, keluarga Allah, atau diumpamakan sebagai
perjamuan kawin. Gereja bukanlah sekedar lembaga.
Kita akan kecewa oleh aneka kesalahan dalam Gereja
jika melihat Gereja secara dangkal yaitu Gereja
sebatas tempat pertemuan dan bangunan. Gereja
adalah kumpulan orang-orang yang sudah
diselamatkan, sekaligus orang berdosa untuk
menantikan penyucian. Gereja adalah kehadiran Allah
di antara kita manusia.
b. Allah menghendaki Gereja karena Ia ingin
menyelamatkan kita bukan sebagai orang per orang
melainkan bersama-sama. Allah ingin menjadikan
semua orang umat-Nya. Seorang individualis yang
hanya memikirkan diri sendiri tidak dapat menikmati
surga. Hidup sendirian itu mustahil, baik di bumi
maupun di surga. Allah tidak bersifat asosial; Ia bukan
Allah yang sendirian, yang puas dengan mencukupi
Diri-Nya sendiri. Allah Tritunggal dalam Diri-Nya
adalah “sosial”, persekutuan, pertukaran kasih yang
kekal. Dibentuk menyerupai Allah, manusia juga
dirancang untuk saling berhubungan, bertukaran,
berbagi, dan mengasihi. Kita bertanggung jawab satu
sama lain.
c. Gereja itu Kudus bukan karena seluruh anggotanya
kudus, namun lebih-lebih karena Allah itu kudus dan
berkarya di dalamnya. Anggota Gereja dikuduskan
melalui pembaptisan. Kapan pun kita membiarkan
diri disentuh oleh Allah Tritunggal Mahakudus, maka
saat itu kita bertumbuh dalam cinta kasih dan
semakin kudus dan utuh. Orang-orang kudus adalah
para pecinta bukan karena mereka mampu mencinta
secara sangat baik, melainkan karena Allah telah
menjamah mereka. Dengan cara mereka sendiri
orang-orang kudus itu meneruskan cinta kasih yang
mereka terima dari Allah kepada orang-orang di
sekitar mereka. Setelah Allah memanggil mereka
kembali ke surga, mereka juga menguduskan Gereja,
karena mereka “membagikan surga mereka” untuk
mendukung kita dalam perjalanan menuju
Kekudusan.
2. Stasi sebagai Tubuh Mistik Kristus
a. Setiap kali kita merayakan Ekaristi, Gereja berdiri di
hadapan sumber yang mengalir membaharuinya.
Dengan “menyantap” Tubuh Kristus, Gereja menjadi
Tubuh Mistik Kristus. Dalam pengorbanan Kristus
yang memberikan Diri, Tubuh, dan Jiwa-Nya, tersedia
ruang untuk seluruh hidup kita. Kita dapat
menyatukan segala hal - pekerjaan, penderitaan, dan
kegembiraan kita - dalam penyerahan diri Kristus. Jika
kita mempersembahkan diri dengan cara ini, kita
diubah: kita menjadi kegembiraan Tuhan dan berkat
bagi sesama
3. Peranan anggota tubuh yang berbeda-beda untuk saling
melengkapi
a. Roma 12:1-1812:1 Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati. 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang
sempurna. 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang
dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap
orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan
hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu
pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa,
sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman,
yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-
masing. 12:4 Sebab sama seperti pada satu tubuh kita
mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua
anggota itu mempunyai tugas yang
sama, 12:5 demikian juga kita, walaupun banyak,
adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita
masing-masing adalah anggota yang seorang
terhadap yang lain. 12:6 Demikianlah kita mempunyai
karunia yang berlain-lainan menurut kasih
karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia
itu adalah untuk bernubuat baiklah kita
melakukannya sesuai dengan iman kita. 12:7 Jika
karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika
karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita
menasihati. t  Siapa yang membagi-bagikan sesuatu,
hendaklah ia melakukannya dengan hati yang
ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia
melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan
kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan
sukacita.
b. Tentu saja karunia tidak pernah dimaksudkan untuk
kepentingan pribadi dan keuntungan individual. Yesus
adalah norma atau kriteria mengenai bagaimana
mempergunakan karunia-karunia itu, karena kita
semua adalah satu tubuh bersama Kristus (ay. 4-5).
Maka masing-masing anggota tidak hanya
dipersatukan ke dalam, tetapi juga membentuk
tubuh. Karena itu, perlu bagi sesama anggota jemaat
untuk bekerja sama bagi kebaikan bersama. Paulus
menyebut tujuh karunia dan menasihatkan
bagaimana masing-masing karunia itu hendaknya
dipergunakan bagi kebaikan (atau kehormatan)
jemaat. Perhatikan bagaimana daftar ini
mencerminkan pandangan “tiga pasangan” dari
masing-masing orang: mulut-telinga, tangan-kaki, dan
hati-mata. Seseorang yang berkhotbah hendaknya
setia pada tradisi ini. Orang yang melayani hendaknya
melayani dengan kasih dan membagikan derma
dengan setia. Orang yang mengajar hendaknya
berpedomankan pada ajaran pokok. Orang yang
memberi nasihat hendaknya mencakup semua orang
yang membutuhkan. Mereka yang membagikan harta
pribadi kepada orang yang memerlukan atau
membagi dana jemaat hendaknya melaksanakan
dengan murah hati. Para pemimpin hendaknya
melakukan tugasnya dengan penuh perhatian. Dan,
mereka yang membantu orang sakit dan tersisih
hendaknya melakukannya dengan gembira.
4. Persekutuan dengan seluruh umat beriman dan Allah
Tritunggal melalui kegiatan di keluarga, Stasi,
Lingkungan, Kategorial, dan Paroki.
a. Matius 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka." Persekutuan awali yang kita
alami dalam kehidupan di dunia ini adalah di dalam
keluarga. Ayah, ibu, dan anak-anak bersama-sama
hidup dalam persekutuan. Bentuk persekutuan yaitu
bisa saja dengan doa bersama, entah itu doa makan,
doa sebelum tidur bersama, ataupun doa-doa lainnya
yang dilakukan bersama-sama dalam keluarga.
Memang terkadang dalam diri masing-masing kepala
keluarga ataupun anak-anak yang tidak pernah
melakukan ini merasa aneh dan mungkin saja bisa
canggung. Namun apakah salah bila mencoba hal ini,
walaupun diawali dengan rasa canggung ataupun
malu-malu. Memang, pertama-tama kepala keluarga
yang memiliki tanggung jawab untuk membimbing
istri dan anak dalam jalan imam, tetapi ibu dan anak-
anak pun juga bertanggung jawab untuk
mengingatkan kepala keluarga akan tugasnya dalam
membimbing ke jalan iman. Doa bersama tidak perlu
lama-lama, satu menit saja cukup. Tuhan sendiri
mengatakan kalau berdoa jangan bertele-tele
bukan?! Doa selama satu menit bila dihayati dengan
sungguh-sungguh akan berdampak bertahun-tahun
bahkan bisa sampai akhir hayat bila dilakukan setiap
hari. Bila pun terjadi kesusahan karena terkadang
susah untuk berkumpul, setidaknya bisa doa bersama
lewat video call. Selain doa, ayah, ibu, anak-anak juga
perlu mengingatkan untuk ikut kegiatan iman dalam
lingkungan atau stasi. Hidup menggereja dalam Stasi
Corpus Christi, artinya setiap anggota stasi ini perlu
mencontoh cara hidup jemaat perdana.
b. (Kisah Para Rasul 2:41-47) 2:41 Orang-orang yang
menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis
dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira
tiga ribu jiwa. 2:42 Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan
mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti
dan berdoa. 2:43 Maka ketakutanlah mereka semua,
sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat
dan tanda. 2:44 Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan
mereka adalah kepunyaan bersama, 2:45 dan selalu
ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu
membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai
dengan keperluan masing-masing. 2:46 Dengan
bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-
tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti
di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus
hati, 2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai
semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
c. Bila didaftar berikut yang dilakukan jemaat perdana
i. Bertekun dalam pengajaran para rasul-rasul dan
dalam persekutuan
ii. berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
iii. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama
iv. Menjual harta miliki lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing
v. berkumpul tiap-tiap hari di bait Allah
vi. Makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati sambil memuji Allah
d. Akibat dari kegiatan jemaat perdana adalah mereka
disukai semua orang.
e. Sangat jelas bukan apa yang harus kita contoh. Apa
yang mereka lakukan adalah dasar dari kegiatan yang
kita lakukan saat ini. Bertekun dalam pengajaran para
rasul-rasul dan dalam persekutuan di zaman ini kita
sebut sebagai doa lingkungan atau doa stasi. Stasi ini
juga memiliki kegiatan doa bersama secara rutin
bukan?! Berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa di zaman ini kita sebut sebagai perayaan
ekaristi yang kita lakukan setiap minggu bukan?!
Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama dan menjual harta miliki lalu membagi-
bagikannya kepada semua orang sesuai dengan
keperluan masing-masing. Mungkin cara hidup yang
demikian susah untuk dicontoh, dan barangkali kita
akan mengatakan, “kehidupan saya atau keluarga
saja sudah susah dan kekurangan, gimana mau
membagi-bagikan harta yang saya miliki frater?”
Memang kita tidak bisa menutup mata atas
keterbatasan dan kekurangan kita, tetapi pertama-
tama cara hidup yang demikian bertujuan agar semua
anggota di dalam stasi ini jangan sampai ada yang
kekurangan, walaupun sedikit bantuan bagi mereka
yang kekurangan, tetaplah kita telah mencontoh cara
hidup jemaat perdana, cara hidup itu tidak semata-
mata berbicara tentang materi saja, tetapi juga
pemberian diri dengan segala talenta yang kita miliki
untuk dibagi-bagikan dengan cara kita masing-masing
demi stasi ini dan demi masyarakat luas. Berkumpul
tiap-tiap hari di dalam bait Allah dan makan bersama
dengan gembira dan tulus hati sambil memuji Allah.
Perlu kita ketahui bahwa di kita adalah bait Allah yang
hidup. Ketika kita berdoa, kita telah berkumpul di
dalam bait Allah Rohani, dan ketika makan bersama
dengan semua keluarga kita juga dapat memuji Allah
melalui rasa syukur atas makanan yang masih bisa
kita terima dan menyadari bahwa Allah sendiri yang
memberi makanan atau rezeki itu melalui orang-
orang di sekitar kita. Kegiatan iman dalam keluarga
dan stasi yang telah dan akan kita lakukan akan
berdampak pada pendewasaan paroki. Sebab tidak
lagi ada yang egois dan mau menang sendiri di antara
umat sehingga pendewasaan paroki bukanlah yang
tidak mungkin sebab dalam keluarga dan stasi sendiri
sudah memiliki persekutuan iman yang bersandar
pada persekutuan Allah Tritunggal. Sehingga kita
menjadi anggota Tubuh Mistik Kristus dengan segala
keunikan kita masing-masing.
Pengendapan
1. Apakah selama ini saya menyadari bahwa saya adalah
bagian dari anggota tubuh Mistik Kristus?
2. Apakah tindakan saya selama ini sudah mencerminkan
identitas saya sebagai anggota tubuh mistik Kristus?
Komitmen
1. Tindakan apa yang seharusnya saya lakukan untuk
mencerminkan identitas sebagai anggota dari tubuh
mistik Kristus?
2. Usulan dari Misionaris: Mulai malam ini sebelum tidur,
umat diminta untuk doa bersama dalam keluarga selama
para misionaris di sini, syukur apabila kegiatan doa
bersama itu bisa berlanjut.

Doa Penutup (Umat berdoa satu persatu)


Tuhan kami haturkan segala permohonan dan segala niat baik
kami dengan perantaraan Yesus Kristus Tuhan Kami. Amin.
Bapa Kami.
Lagu Penutup
Utuslah Roh-Mu ya Tuhan
Reff: Utuslah Roh-Mu ya Tuhan Dan jadi baru seluruh muka
bumi
Allahku nama-Mu hendak kupuji Engkau amat agung
Berdandan sinar kebesaran
Ya Tuhan berselubungkan cahaya Bagai jubah raja Langit
Kau pasang bagai kemah
Firman-Mu disampaikan oleh angin Api yang berkobar
tunduk kepada-Mu Bagai hamba
Pertemuan II
Persekutuan Iman Yang Dewasa: Tubuh Mistik Kristus
yang Nyata dalam Dunia
Gagasan Pokok
1. Iman dapat berkembang mencapai kedewasaan
2. Kedewasaan Iman terwujud dalam hidup menggereja
khususnya di lingkungan atau stasi
3. Lingkungan (Stasi) sebagai akar pendewasaan Paroki
Lagu Pembuka
DATANGLAH YA ROH PENCIPTA
( Puji Syukur 565)
Datanglah ya Roh pencipta Hati kami kunjungilah Penuhilah
dengan rahmat-Mu jiwa kami ciptaan-Mu
Kau digelari Penghibur, karunia Allah yang luhur Kau hidup,
Api dan Kasih dan pengurapan Ilahi
Dikau Sapta Karunia dan tangan kanan Ilahi Engkau yang Bapa
janjikan Kau pergandakan bahasa
Sinari hati umat-Mu dan curahkanlah cinta-Mu Semoga Dikau
kuatkan yang rapuh dalam tubuhnya
Halaulah musuh umat-Mu Berilah kami damai-Mu Agar
dengan tuntunan-Mu Kami hindarkan yang jahat
Buatlah kami mengenal serta mengimani terus Bapa dan
Putra yang Tunggal dan Engkau Roh keduanya
Dipujilah Allah Bapa dan Putra yang sudah bangkit
serta Roh Kudus Penghibur kini dan sepanjang masa
Amin.
P. Utuslah Roh-Mu, maka semuanya akan dijadikan lagi.
U. Dan Engkau akan memperbarui muka bumi.
Marilah berdoa :
Ya Allah, Engkau yang mengajar hati umat-Mu dengan
penerangan Roh Kudus: berilah kami dengan perantaraan
Roh Kudus kebijaksanaan yang sejati serta karunia selalu
merasa gembira atas penghiburan-Nya. Dengan
pengantaraan Tuhan kami Yesus Kristus Putra-Mu, yang
bersama Dikau hidup dan berkuasa dalam persatuan dengan
Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Pendalaman Tema
1. Iman tanpa perbuatan sama dengan mati
a. Yakobus 2:14-26. 2:14 Apakah gunanya, saudara-
saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia
mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai
perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
2:15 Jika seorang saudara atau saudari tidak
mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-
hari, 2:16 dan seorang dari antara kamu berkata:
"Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah
sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu? 2:17 Demikian juga halnya dengan iman:
Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati. 2:18 Tetapi mungkin
ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku
ada perbuatan", aku akan menjawab dia:
"Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa
perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu
imanku dari perbuatan-perbuatanku." 2:19 Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik!
Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan
mereka gemetar. 2:20 Hai manusia yang bebal,
maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman
tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? 2:21
Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan
perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan
itu iman menjadi sempurna. 2:23 Dengan jalan
demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu
percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat
Allah." 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan
bukan hanya karena iman. 2:25 Dan bukankah
demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan
orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu
menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? 2:26
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian
jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah
mati.
b. Santo Yakobus mendampingkan iman yang aktif
dengan iman kata-kata, iman yang hidup dengan
iman yang mati. Iman yang tanpa perbuatan itu jelas
diperlihatkan Santo Yakobus pada ayat 15-17. Anggap
saja di malam hari yang dingin ini Roni yang hanya
mengenakan pakaian tipis dengan perut yang
kelaparan, lalu Rina mengatakan selamat jalan
kepada Roni dan memintanya untuk mengenakan
jaket atau pakaian yang tebal untuk menghangatkan
tubuhnya dan makan sampai kenyang, tetapi Rina
hanya sekadar berpesan tanpa memberikan jaket
atau pakaian yang menghangatkan dan makanan. Apa
yang dilakukan Rina itu sama seperti iman yang tidak
disertai perbuatan. Sebab iman tanpa perbuatan
pada hakekatnya mati. Kita bisa mengatakan bahwa
orang Katolik itu penuh kasih, sabar, ramah, dan lain
sebagainya tetapi apa yang kita lakukan tidak
mencerminkan apa yang kita imani. Mungkin kita
mengatakan bahwa saya hidup tidak mengusik orang
kok? Saya juga tidak pernah membuat orang lain
jengkel atau pun sakit hati, tetapi apakah itu cukup?
Apakah cukup hanya dengan berlaku seperti itu?
Tentu saja tidak, kasih itu tidak sebatas bahwa saya
tidak melukai hati orang lain, tetapi kasih itu memberi
bantuan kepada orang lain. Bantuan yang diberikan
tidak harus selalu materi atau barang-barang,
bantuan yang diberikan bisa keahlian kita, kemauan
kita untuk hadir dalam kegiatan iman di lingkungan,
kemauan kita untuk hadir dan mendengarkan keluh
kesah saudara-saudari kita yang seiman. Tentu
terkadang kecenderungan manusiawi kita bisa lebih
tinggi daripada iman yang kita miliki, seperti misalnya,
kita telah memberi entah itu bantuan secara materi,
kehadiran, keahlian, dan lain-lain, namun ternyata
yang dibantu ini tidak punya rasa terima kasih atau
bahkan bisa saja melukai hati kita yang membantu.
Namun apa yang Santo Paulus katakan untuk
menguatkan kita dalam mengasihi?! Apapun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia (Kolose 3:23).
2. Tua itu pasti tetapi dewasa itu pilihan
a. Dari tahun ke tahun kita masing-masing merayakan
ulang tahun bukan?! Ada keluarga yang
merayakannya secara meriah, ada keluarga yang
merayakannya dengan sederhana, ada yang
merayakannya sendirian, dan ada pula yang tidak
merayakannya. Namun, entah kita sadar atau tidak,
usia kita bertambah dari tahun ke tahun.
Penambahan usia itu sudah pasti dari tahun ke tahun,
mungkin juga tubuh kita tidak bisa menipu dengan
pertumbuhannya yang sudah tidak sama seperti
tahun-tahun sebelumnya. Namun ada satu hal yang
belum pasti bertumbuh yaitu kedewasaan. Sebab
seperti adagium yang menyatakan bahwa tua itu
pasti tetapi dewasa itu pilihan. Bertambahnya usia
tidak menjamin kedewasaan seseorang. Sebab
walaupun seseorang sudah suntuk umur namun ia
masih ingin menjadi seperti anak-anak yang masih
harus dikasih tahu satu persatu dalam melakukan
sesuatu. Berbeda dengan orang yang sudah dewasa,
ia tahu apa yang harus ia lakukan dan bagaimana
supaya kehadiranku berguna bagi orang-orang
disekitarku. Namun kembali lagi apa aku mau memilih
untuk menjadi dewasa? Demikian juga dengan iman,
iman yang dewasa adalah iman yang aktif bukan iman
yang mati. Santo Yakobus mencoba memperlihatkan
bahwa agama yang benar bukanlah hanya pengakuan
dengan kata-kata, yang dilakukan orang yang
bertobat dan kemudian ia memilih untuk melupakan
pertobatan itu. Tetapi, agama yang sejati adalah iman
perjanjian kepada Allah dan perjanjian kasih kepada
sesama, yang menyatakan diri dalam tindakan kasih,
yang aktif dalam hidup. Contoh mengenai Rahab
menunjuk pada pokok lain, yaitu bahwa iman
perjanjian, jika nyata, harus mengantar pada kasih
perjanjian. Rahab menunjukkan diri sebagai
seseorang ramah kepada orang asing, memberinya
makan dan tempat berteduh (ay. 25). Ia merupakan
contoh orang yang bertindak kasih terhadap para
janda dan yatim piatu (1:27-28), yang memberi
makan, kehangatan, dan pakaian kepada orang yang
membutuhkan (2:16). Rahab menunjukkan iman yang
sejati, iman yang memiliki sejarah yang bertahan dan
aktif, iman yang setia bila dicobai, iman yang tidak
hanya kata-kata melainkan juga aktif, iman yang taat
dan mengasihi. Bila kita memilih untuk dewasa dalam
iman, kita perlu memilih untuk memiliki iman yang
sejati, aktif, setia bila dicobai, taat, dan mengasihi.
Memang menjadi dewasa dalam iman bukanlah hal
yang mudah, tetapi setiap usaha kita untuk menuju
kedewasaan iman akan membuat kita menjadi tekun,
dan ketekunan itu akan menjadi suatu kebiasaan,
kebiasaan baik yang kita lakukan akan menjadi
keutamaan dan keutamaan yang kita miliki akan
menunjukkan bahwa iman yang kita miliki telah
dewasa. menjalankan keutamaan-keutamaan dalam
hidup sehari-hari dapat membuat kita dewasa dalam
iman. Santo Vinsensius mengajarkan lima keutamaan
yang dapat menjadi sikap dan keutamaan yang kita
miliki. Lima keutamaan itu disebut juga sebagai lima
keutamaan vinsensian. Lima keutamaan vinsensian
yaitu, kesederhanaan, kerendahan hati, kelembutan
hati, mati raga, dan yang terakhir adalah
penyelamatan jiwa-jiwa (Semangat merasul).
i. Kesederhanaan
Mengenai keutamaan kesederhanaan, St.
Vinsensius mengatakan ada kecenderungan dalam
diri manusia untuk mengikuti apa yang ia
kehendaki, mengikuti kecenderungan untuk dipuji
dan dihormati. Kita hanya disibukkan dengan
penilaian-penilain manusiawi belaka. Berkaitan
dengan hal itu, St. Vinsensius mengutip Mat 5:3,
“berbahagialah orang yang miskin di hadapan
Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan
Surga” Ayat ini mengajak kita untuk tidak melihat
segala sesuatu dari kacamata dunia tetapi melalui
cara pandang Allah. Kita hendaknya berbicara dan
bertindak dengan jujur tanpa kepalsuan, hanya
mencari kemuliaan Allah, khususnya dalam
melakukan praktek keagamaan dan tindakan kasih
(SV XII, 314).
Dalam keseharian kita diundang untuk
menggunakan pertimbangan-pertimbangan Allah,
bukan hanya menggunakan pertimbangan-
pertimbangan manusiawi dan duniawi. Orang yang
menghayati keutamaan kesederhanaan senantiasa
bijaksana sebelum memutuskan segala sesuatu.
Artinya melihat segala sesuatu dari sudut pandang
Allah sendiri. Bukan seperti reaksi para murid
ketika seorang wanita meminyaki kaki Yesus
dengan minyak wangi. Para murid mengatakan,
“untuk apa pemborosan ini” (Mat 26:8). Melalui
keutamaan kesederhanaan, kita diundang untuk
belajar melihat segala sesuatu dari kacamata
Allah.
ii. Kerendahan hati
Dalam diri manusia ada kecenderungan atau
keinginan untuk diberi kesan baik dan terpuji di
hadapan orang lain. Kecenderungan manusiawi ini
bertentangan dengan keutamaan kerendahan
hati. Bagaimana mempraktikkan keutamaan ini?
Sudah sepantasnya kita menyadari
ketidakpantasan diri kita, mengijinkan orang lain
mengetahui kekurangan kita. Kita bukanlah orang
kudus tetapi adalah pendosa yang mau bertobat.
Oleh karena itu penting bersikap rendah hati dan
melihat karya Allah dalam hidup kita, seperti
dikatakan dalam Luk 10:20, “Namun demikian
janganlah bersukacita karena roh-roh takluk
kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu
ada terdaftar di surga.” (SV XII, 317). Untuk itulah
kita perlu meminta rahmat Allah agar mampu
menyatukan diri dengan Yesus Kristus, Putra Allah
dan agar mampu mengatasi keangkuhan dan
kesombongan kita.
iii. Kelemahlembutan
Kecenderungan yang seringkali menghalangi kita
adalah memaksakan kehendak kepada orang lain.
Tak jarang kita menginginkan dan menghendaki
agar apa yang kita kehendaki dapat terwujud. Hal
tersebut bertentangan dengan keutamaan
Kelembutan hati. Keutamaan kelembutan hati
ditunjukkan dengan sikap tidak mudah
memberikan penghakiman terhadap orang lain.
Dalam sikap menghakimi, tak jarang kita mudah
jatuh dalam kemarahan, kekecewaan, sakit hati,
kekerasan dan sikap arogan yang cenderung
memaksakan kehendak kepada orang lain.
Kekerasan dan tirani ketidakadilan juga berawal
dari tidak adanya keutamaan kelembutan hati.
Kebenaran bukan berasal dari diri kita semata,
tetapi juga berasal dari orang lain. Untuk itu
diperlukan sikap lembut hati dengan cara
mendengarkan dan memahami orang lain. St.
Vinsensius meminta kita untuk mendengarkan
bahwa apa yang kita kehendaki bukanlah selalu
apa yang dikehendaki Allah. Kita perlu pertama-
tama taat kepada kehendak Allah dalam segala
situasi dan kondisi (SV XII, 319). Maka dari itu
sebelum membuat keputusan ataupun melakukan
sesuatu, kita perlu bertanya, “Bila saat ini Yesus
ada di sini, apa yang akan Dia lakukan?”
iv. Mati raga
Kecenderungan manusiawi yang seringkali
menghalangi diri kita untuk lepas bebas adalah
keinginan untuk memuaskan kenikmatan dan rasa
nyaman dan aman. Kecenderungan ini berlawanan
dengan keutamaan Mati raga. Dalam
Konferensinya, St. Vinsensius mengatakan
pentingnya untuk bermatiraga terhadap apa yang
kita lihat, kita dengar, dan apa yang ingin kita
ketahui (SV XII, 320). St. Vinsensius melihat
keterkaitan antara keutamaan mati raga dan karya
keselamatan. Ia mengatakan. “Peganglah dengan
erat untuk melawan kecenderungan manusiawi
yang sangat natural. Janganlah memberikan
kesempatan kepada kecenderungan manusiawi itu
bercokol di hati kita. Tetaplah yakin bahwa
keutamaan mati raga menjamin kemajuan hidup
rohani kita dan hal itu sangat penting dalam karya
penyelamatan jiwa-jiwa.” (SV XI, 70).
v. Penyelamatan Jiwa-jiwa (Semangat merasul)
Kecenderungan manusiawi yang terakhir adalah
ketidakpekaan akan kehadiran Allah dan sesama
terutama yang miskin papa. Kecenderungan ini
membuat seseorang menjadi tidak peka akan
kebutuhan Allah, kehadiran-Nya yang misteri dan
keselamatan yang ditrawarkan-Nya. Mereka
menjadikan keinginan, kehendak, dan
kebutuhannya menjadi pusat perhatian hidup.
Demikian juga bisa terjadi seseorang menjadi
tawar hati dan tidak ada rasa sembah sujud dan
hormat dalam doa, pelayanan sakramen-sakramen
dan praktik devosi (SV XII, 320).
Untuk itu kiranya penting membangun sikap cinta
dan hormat akan kehadiran Allah yang
tersembunyi dengan Semangat Menyelamatkan
Jiwa-jiwa. Semangat yang dimaksud adalah rasa
cinta dan hormat kepada Allah serta cinta penuh
kasih kepada sesama. Berbicara mengenai
keutamaan ini, pertama-tama penting
menumbuhkan semangat cinta kepada Allah yang
dibangun dalam keintiman hidup doa. Mustahil
mempunyai semangat menyelamatkan jiwa-jiwa
tanpa mempunyai semangat cinta kepada Allah
terlebih dahulu. Semangat cinta yang berkobar
itulah yang menghidupkan panggilan kita dan
memelihara hidup rohani kita agar tetap peka
terhadap situasi sekitar kita.
Selanjutnya, semangat menyelamatkan jiwa-jiwa
juga dipupuk agar kita mempunyai kepekaan
terhadap kebutuhan rohani dan jasmani sesama
kita. Karya-karya kerasulan yang kita lakukan
menjadi hidup dan dinamis karena kita
mempunyai semangat yang tanpa menyerah,
berpengharapan, dan setia dalam tugas yang
diberikan kepada kita. Kemalasan dan
ketidakpekaan menjadi penghambat dalam
menggapai keutamaan semangat menyelamatkan
Jiwa-jiwa.
3. Akar yang kuat sama dengan orang yang membangun
rumah di atas batu
a. Matius 7:24-27
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, i ia sama dengan orang yang bijaksana,
yang mendirikan rumahnya di atas batu. 7:25 Kemudian
turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda
rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di
atas batu. 7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama
dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di
atas pasir. 7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah
rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
b. Jelas sekali bukan tentang apa yang dikatakan oleh Yesus
dalam Injil Matius. Barangsiapa yang mendengar
perkataan-Nya dan melakukannya, ia sama dengan
orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas
batu. Rumah itu akan kokoh kuat walaupun diterpa
hujan, banjir, angin topan.

Pengendapan
1. Apakah selama ini saya sudah dewasa dalam iman?
2. Apakah ada tanda-tanda kedewasaan dalam iman dalam
diri saya?
3. Apa saja yang menjadi kelemahan, kekurangan, dan hal
yang membuat saya jengkel sehingga tidak mau hidup
dalam persekutuan umat beriman dan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada?

Komitmen
1. Apakah aku mau menjadi dewasa dalam iman agar dapat
mencerminkan identitasku sebagai tubuh mistik Kristus
yang nyata di dalam dunia?
2. Apakah aku berani dan sudi untuk menyembuhkan luka
yang membuat saya belum memberikan diri seutuhnya
untuk hidup dalam persekutuan iman?
Doa Penutup (Umat berdoa satu persatu)
Tuhan kami haturkan segala permohonan dan segala niat baik
kami dengan perantaraan Yesus Kristus Tuhan Kami. Amin.
Bapa Kami.
Lagu Penutup
Tingkatkan Karya serta Karsa (MB 533)
Reff: Tingkatkan karya serta karsa, membangun dunia,
walaupun rintangan menghadang di jalan, majulah terus kita
kan menang, jangan bimbang.
1. Laksanakan karya nyata, jangan hanya berbicara jangan
pula pura-pura
2. Walau penuh pengurbanan Namun penuh pengharapan
jangan kita putus asa
Tema Pertemuan III
Anggota Tubuh Mistik Kristus yang merasul
Gagasan Pokok
1. Setelah mendapat keselamatan hendaklah
menyelamatkan mereka yang tersesat
2. Kedewasaan dalam iman mudah dibentuk untuk menjadi
akar yang kuat demi pendewasaan paroki
Dinamika
Game: Kepala Berkata! (setelah itu diberi penjelasan sedikit)
Pendalaman Tema
1. Anggota tubuh mistik yang digerakkan oleh kepala
a. Manusia dapat merasakan lima indera. Indera yang
dapat dilakukan manusia pada umumnya adalah
peraba, penciuman, perasa atau pengecap,
pendengaran, dan penglihatan. Kita dapat meraba
dengan kulit, biasanya sebelum kita mengetahui
sesuatu tangan kita akan meraba-raba barang itu,
misalnya dalam kehidupan sehari-hari ibu-ibu atau
mungkin juga bapak-bapak, memeriksa apakah
minyak di wajan sudah panas atau belum dengan
mendekatkan telapak tangan di atas penggorengan,
bila dirasa sudah panas, barulah kita menggoreng.
Indera penciuman yaitu hidung, dengan hidung kita
tahu kalau ada bau gosong atau busuk, terkadang ada
orang-orang yang mencium makanan yang hendak
disantap terlebih dahulu sebelum memakannya.
Hidung juga membuat kita mampu untuk
menghindari bahaya, contohnya bila sedang ada bau
sesuatu yang terbakar, kita bisa tahu dan cepat-cepat
memadamkannya, bila penciuman kita hilang,
kebakaran rumah bisa saja terjadi. Indera penglihatan
yaitu mata. Mata dapat membuat kita mampu untuk
melihat sesuatu dengan jelas. Misalnya, mata dapat
membuat kita bisa menghindari lubang yang ada di
depan kita, sehingga kita tidak terpelosok (Jawa:
Keblowok). Saat berkendara, mata memiliki fungsi
yang sangat penting agar pengendara dan orang-
orang yang dilaluinya bisa selamat. Kalau berkendara
di tempat sepi, kemungkinan hanya pengendara itu
yang rugi, tetapi bila berkendara di tempat ramai
orang lain juga bisa celaka bila kita tidak
menggunakan mata dengan baik. Indera pengecap
atau perasa yaitu lidah. Dengan lidah, kita dapat
merasakan apakah makanan itu pahit atau manis,
asam atau tawar, dan rasa nano-nano. Bagi para ibu
yang memasak, lidah menjadi perlu untuk merasakan
masakan sebelum dihidangkan bagi keluarga. Tentu
ibu-ibu akan memberikan sajian terbaik untuk
keluarga bukan. Makanya sebelum dihidangkan,
terkadang kita merasakannya dulu dengan lidah.
Indera yang terakhir adalah indera pendengaran.
Indera pendengaran yaitu telinga. Fungsi telinga
untuk mendengar bukan?! Kita diberi dua telinga dan
satu mulut bertujuan agar kita lebih banyak
mendengar daripada berbicara.
Setelah kita menyimak beberapa indera serta
fungsinya dalam kehidupan, kita bersyukur memiliki
itu semua. Mata memiliki tugasnya sendiri, telinga
memiliki tugasnya sendiri, hidung memiliki tugasnya
sendiri, kulit memiliki tugasnya sendiri, dan lidah
memiliki tugasnya sendiri. Perbedaan fungsi yang
mereka miliki bertujuan untuk memudahkan kita
bukan. Bayangkan saja bila semuanya mata, lalu
bagaimana kita makan, atau bila semuanya tangan,
bagaimana kita dapat melihat. Bentuk dan fungsi
yang berbeda-beda itu bertujuan agar saling
melengkapi satu sama lain, sehingga kita dapat
menggunakannya sesuai dengan apa yang menjadi
keinginan kita. Namun ada satu hal yang lebih tinggi
dari kelima indera itu. Hal itu bukanlah indera
keenam, namun otak. Otak letaknya di kepala, maka
dari itu kepada itu menjadi penting. Orang Jawa
menyebutnya Mustaka. Kita dapat mengecap sesuatu
karena adanya otak, kita dapat berjalan dan meraba
sesuatu karena digerakkan otak, kita dapat mencium,
melihat, dan mendengar sesuatu karena otak. Dalam
dunia kedokteran, otak adalah bagian vital dari tubuh
manusia, sebab otaklah yang menjadi penggerak
segala indera manusia. Bila otak bermasalah, indera
manusia juga bisa bermasalah. Otak manusia itu
terdiri dari otak besar dan otak kecil. Di dalam otak
besar masih terdiri menjadi empat bagian. keempat
bagian itu memiliki fungsi masing-masing. Contoh,
Lobus oksipital (otak besar bagian belakang), bagian
ini mengendalikan fungsi penglihatan, bila bagian ini
rusak, maka penglihatan kita bisa terganggu dan bisa
dibilang bahwa mata kita rusak. Jadi otak yang
dilindungi oleh tengkorak kepala itu sangat penting.
Dan anggota tubuh kita bergerak dan melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang otak kita kehendaki.
b. Demikian juga dengan kita yang adalah anggota
tubuh mistik Kristus. Kita memiliki peran dan fungsi
yang berbeda-beda. Mungkin ada yang menjadi
tangan, kaki, hidung, dan lain-lain. Yang hendak saya
katakan adalah kita memiliki kelebihan masing-
masing, kelebihan itu tentu saja berbeda-beda.
Perbedaan itu ada untuk semakin memperkaya satu
sama lain, sehingga tidak ada yang kekurangan.
Kesadaran bahwa kita adalah anggota tubuh mistik
Kristus menunjukkan bahwa kita mau untuk
digerakkan sesuai dengan apa yang dikehendaki
kepada yaitu Yesus Kristus sendiri. Bila Yesus di sini,
apa yang Yesus kehendaki tentang kelebihanku?
Pertanyaan yang demikian akan membantu kita
semua untuk mengetahui tindakan apa yang harus
saya lakukan dengan kelebihan yang kita miliki.
Sebagai anggota tubuh Yesus, kita diminta untuk
melakukan apa yang dikehendaki kepala yaitu
mengasihi satu sama lain. Bila salah satu anggota
tubuh merasa sakit, sakit itu akan menyebar ke
anggota tubuh yang lain. Contohnya bila saya terluka,
seluruh anggota tubuh bisa merasakan demam dan
lemas. Kita sebagai anggota tubuh yang unik perlu
untuk menjaga sungguh-sungguh anggota tubuh kita
dengan cara mengasihi anggota tubuh kita, dalam arti
mengasihi sesama umat. Cinta kasih ini yang
membuat orang tertarik untuk mengikuti Yesus,
persaudaraan yang didasarkan kasih membuat semua
orang bahagia. Bila ada salah satu umat yang merasa
terluka, sehingga mengakibatkan kegiatan hidup
menggereja tidak jalan atau terasa kurang lengkap.
Kita tidak bisa memandang hal itu sebagai hal yang
biasa saja. Keadaan yang demikian tidak baik-baik
saja. Sebagai anggota tubuh mistik Kristus yang sama,
kita perlu ikut menyembuhkan dan mengasihi luka
yang diderita umat itu. Bukankah Tuhan
menghendaki kasih dan bukan konflik? Bila ada
anggota tubuh yang melenceng, kita perlu
mengasihinya dengan tetap menyapa, lalu
mengajaknya untuk ikut kebaktian atau kegiatan stasi
lainnya. Kekeluargaan di stasi ini tidak harus terus-
menerus dilakukan dalam rangka doa, tetapi juga
sekadar untuk bermain-main atau bergembira dalam
bermain game atau nonton film bersama barangkali
yang diawali dan ditutup dengan doa dapat
mengeratkan suasana kekeluargaan yang gembira.
2. Kedewasaan iman setiap anggota tubuh mistik Kristus
dapat mengukuhkan persekutuan iman
a. Kedewasaan iman yang dimiliki oleh anggota stasi ini
dengan melakukan lima keutamaan yang telah kita
bahas dalam pertemuan sebelumnya serta
keberanian untuk memilih menjadi pribadi yang
dewasa dalam iman, akan memampukan kita, umat
stasi Corpus Christi Sumberbendo untuk
mendewasakan paroki. Pendewasaan paroki itu dapat
dilihat dari keaktifan dan kemandirian umatnya
dalam mengembangkan iman. Jadi tidak menunggu
romo memberi program atau perintah supaya
melakukan kegiatan pembinaan iman, umat dapat
mandiri mengatur untuk melakukan kegiatan
beriman. Dari akar yang kuat itu, dapat dilihat bahwa
umat stasi ini adalah orang-orang yang bijaksana
seperti orang-orang yang dikisahkan dalam injil
Matius yang membangun rumah di atas batu, yang
bila diterjang badai angin, dan banjir masih tetap
kokoh. Kedewasaan itu tercermin dari kasih kita
kepada sesama. Sehingga kita digerakkan oleh Yesus
Kristus sendiri.
Pengendapan
1. Apakah selama ini saya sadar bahwa tugas saya hanya
perlu untuk mengikuti Sang Kepala Tubuh Mistik itu yaitu
Kristus sendiri?
2. Apakah tindakan saya selama ini sudah sesuai dengan
apa yang diinginkan Yesus sebagai Kepala Gereja?
Komitmen
1. Apakah saya mau mengunjungi saudara seiman yang
saat ini sedang tersesat?
3. Apakah saya mau mengajak saudara seiman untuk pergi
mengikuti kegiatan iman dalam stasi, keluarga,
kategorial, dan paroki?
4. Apakah saya mau memberikan diri saya untuk saling
menguatkan iman saudara seiman walau di tengah
kesibukanku?
Doa Penutup (Umat berdoa satu persatu)
Tuhan kami haturkan segala permohonan dan segala niat baik
kami dengan perantaraan Yesus Kristus Tuhan Kami. Amin.
Bapa Kami.
Lagu Penutup
Tanganku Kerja Buat Tuhan
Karen Lontoh
Tanganku kerja buat Tuhan
Mulutku puji nama-Nya
Kakiku berjalan cari jiwa
Upahku besar di surga

Anda mungkin juga menyukai