Jadi, dalam bahasa Indonesia ada satu jenis kata yang pada dasarnya
tidak bisa atau tidak boleh diletakkan di awal kalimat. Yakni kata
hubung atau konjungsi, yang sesuai dengan fungsinya adalah
menghubungkan antara dua klausa, dua kalimat, maupun dua
paragraf. Sebagai penghubung, maka kata hubung kemudian tidak
bisa dijadikan kata pembuka.
1. dan.
2. atau.
3. tetapi.
4. sehingga.
5. melainkan, dan juga kata
6. sedangkan.
Enam kata hubung tersebut sudah tentu tidak bisa dijadikan kata
pembuka dalam suatu kalimat pertama. Artinya, semua kata tersebut
tidak boleh diletakkan di awal kalimat kecuali jika di depannya sudah
ada kalimat lain. Sehingga penambahannya berfungsi
menghubungkan paragraf satu dengan paragraf lain atau kalimat satu
dengan kalimat lain.
Jenis tanda baca sendiri sangat beragam dimulai dari tanda titik (.),
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kutip (“), tanda koma (,), dan lain
sebagainya. Jenis tanda baca ini bisa ditemukan dalam satu paragraf,
dan ada pula yang hanya menggunakan satu jenis tanda baca.
Tergantung pada konteks yang disampaikan dalam tulisan.
Tanda petik ini mudah dijumpai pada karya ilmiah pada saat penulis
melakukan kutipan langsung, dan paling sering ditemukan pada teks
berita. Di mana tanda petik menyampaikan kutipan langsung dari
narasumber.
Selain itu, sering juga dijumpai pada cerita pendek atau cerpen dan
novel. Di mana dua jenis karya tulis ini menambahkan dialog antar
tokoh di dalamnya. Pada penulisan dialog pun biasanya akan
bersinggungan dengan tanda baca lain, misalnya tanda tanya
maupun tanda koma. Contohnya adalah sebagai berikut:
Pada contoh di atas bisa dilihat, bahwa dalam satu kalimat yang diapit
tanda petik diikuti oleh tanda tanya, koma, dan bisa juga tanda titik.
Sehingga pembaca kemudian bisa tahu intonasi dari ucapan karakter
atau narasumber berita tersebut.
Jadi, dalam menulis tak hanya perlu paham daftar kata yang tidak
boleh di awal kalimat namun juga paham bagaimana memilih dan
menggunakan tanda baca yang tepat. Hal ini akan membantu
menjadikan kalimat lebih efektif, sehingga mudah dipahami dan enak
untuk dibaca.
Seringnya, dalam satu kalimat hanya ada satu huruf kapital. Yakni
huruf pertama pada kata pertama dari kalimat tersebut. Huruf kapital
wajib digunakan untuk menuliskan huruf pertama pada kata pertama
setelah kalimat dan paragraf di depannya sudah diakhiri dengan
tanda baca.
Selain dari itu, sesuai dengan pedoman di dalam EYD ada beberapa
ketentuan lagi dalam penulisan huruf kapital. Sesuai dengan EYD
pada beberapa kondisi berikut penulisan huruf wajib memakai huruf
kapital:
Selain itu juga wajib digunakan untuk huruf pertama setiap kata pada
judul, kecuali pada kata hubung di dalam judul. Jika masih bingung,
maka bisa mencari referensi tambahan untuk bisa lebih memahami
aturan mengenai penggunaan huruf kapital tersebut.