Anda di halaman 1dari 3

MEMILIH DIKSI YANG TEPAT

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam menulis adalah diksi. Jika diksi yang dipilih terlihat kurang
tepat atau terkesan aneh saat dibaca, maka otomatis pembaca akan langsung meninggalkan tulisan
tersebut. Seorang penulis, baik pemula maupun sudah lama, pasti selalu memikirkan masalah diksi.
Tulisan yang dibiarkan dengan diksi aneh sejak awal menulis akan menjadi sulit untuk di-edit nantinya.

Diksi adalah pemilihan kata. Ungkapan kata yang ditulis haruslah dipahami oleh pembaca dengan tepat.
Untuk itulah, seorang penulis harus bisa memilih diksi yang tepat untuk tulisannya. Pemilihan kata di sini
harus memperhatikan kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial dan kaidah karang-mengarang.

Lalu bagaimana, sih, cara memilih diksi yang tepat dalam menulis?

Aku punya beberapa tips untuk memilih diksi yang tepat dalam menulis. Hal yang kupaparkan di bawah
ini adalah pengalamanku selama menulis dan beberapa ilmu pada perkuliahan.

1. Memilih Kata Baku

Nah, ada yang bilang kalau menggunakan kata baku di dalam tulisan akan membuat pembaca cepat
bosan. Jawabannya: ya, dan tidak.

Penggunakan kata baku dalam karangan sangat perlu. Terlebih jika kita menulis dengan latar cerita
bukan di Indonesia. Atau, sebutlah kita menulis cerita yang berlatar di Amerika, tokoh adalah orang
Amerika asli, segala sesuatunya diucapkan dengan bahasa Inggris (yang kita tulis dalam bahasa
Indonesia). Otomatis kita akan menulis dengan kata baku setiap patah kata yang menjadi narasi maupun
dialog cerita tersebut. Akan terdengar aneh jika orang Amerika asli yang tidak pernah mengenal bahasa
nonbaku Indonesia malah berbicara dengan sebutan “LO-GUE”. (Please, deh.. 😀)

Selain itu, menulis cerita dengan latar Indonesia asli juga perlu memperhatikan kebakuan kata. Akan
sangat menyulitkan bagi pembaca yang tidak mengenal bahasa nonbaku (misalnya bahasa yang terlalu
digaya-gayakan) untuk mengerti tulisan kita. Otomatis mereka akan melewatkan begitu saja beberapa
bagian kata tersebut, sehingga nilai dari tulisan kita akan berkurang.

2. Kata yang Lazim

Kata lazim berarti kata yang diketahui oleh orang secara umum. Penjelasan poin ini hampir sama dengan
poin di atas. Pada umumnya, pembaca lebih mengetahui kata baku dalam tulisan, dan menurut mereka
itu adalah kata yang lazim dan mudah untuk dipahami. Terang saja, beberapa kata yang sering diubah
dari baku menjadi tidak baku malah membuat pembaca memberikan komentar: “Ini maksudnya apa?”,
“Oh, mungkin maksudnya ini.”, dan lain sebagainya. Kata-kata yang tidak diserap ke dalam bahasa
Indonesia juga tidak akan lazim untuk digunakan. Terlebih jika yang membaca tulisan kita tidak
semuanya memahami bahasa asing. Hal ini akan semakin mengurangi nilai akan tulisan kita.

3. Memilih Kata yang Cermat

Kita pasti pernah mendengar kata ‘nuansa’. Ya, misal pada dialog yang mengatakan: “Ada nuansa
Jawanya”. Namun, tahukah bahwa sebenarnya kata nuansa tidak tepat digunakan dalam kalimat
tersebut?

Nuansa berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus. Misal: kata /seluruh/ dan /semua/ , /cemburu/
dan /iri/ , /hampir/ dan /nyaris/, tiga pasang kata tersebut memiliki makna yang hampir sama namun
akan fatal kesalahannya jika terjadi salah penempatan dalam kalimat.

Seluruh berarti tunggal. Misal: “Persatuan Takraw Seluruh Indonesia”, yang berarti persatuan dari
semua pemain takraw yang berasal dari Indonesia. Sedangkan semua berarti jamak. Misal: “Semua
rumahku”, yang berarti rumahku ada di banyak tempat. Cemburu berarti mempertahankan apa yang
menjadi milik kita. Misal: “Aku cemburu melihat pacarku dekat dengan laki-laki lain.” Sedangkan iri
berarti menginginkan sesuatu yang bukan milik kita. Misal: “Aku iri melihat keharmonisan
pernikahannya.”. Hampir berkenaan dengan segala keadaan. Misal: “Dia hampir lulus dalam tes
kemarin.” Sedangkan nyaris berkenaan dengan segala bahaya. Misal: “Dia nyaris tertabrak oleh kereta
api.”

Salah dalam menggunakan kata dalam kalimat akan sangat mengurangi nilai dari tulisan kita.
Oke, sekian tips memilih diksi yang tepat berdasarkan pengalamanku selama menulis. Jadi, setelah
membaca beberapa poin di atas, adakah yang seharusnya dihindari tapi malah kamu lakukan? Jika ada,
maka sekarang kamu harus menghindarinya karena sudah kuberi tahu. 🙂

Salam, Yu.

Artikel ini ditulis oleh Yu Sandri atau biasa disebut dengan sebutan Yu @IniSandri, penulis aktif yang hobi
menulis berbagai macam genre. Dari romance, teen fiction, hingga young adult. Karya tulisan Yu
terkenal dengan penggunaan diksi yang kuat dan dapat menyentuh hati para pembaca. Baca cerita
karyanya di Sweek!

Anda mungkin juga menyukai