PENDAHULUAN
PARAGRAF,WACANA,DAN MAKNA KATA,SASTRA (LAMA DAN
BARU),BENTUK KARYA SASTRA,SASTRAWAN ANGKATAN
PERTEMUAN KE 3
Dosen/Team Teaching : Tri Gayuh Waluyati.S.Pd., M.Pd.
A. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami paragraf dengan baik dan benar.
2. Mengetahui dan memahami wacana
3. Mengetahui dan memahami makna kata
B. Petunjuk Pembelajaran
Dalam memmpelajari materi ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1. Pahamilah uraian materi yang disampaikan dosen pada saat perkuliahan,
2. Kerjakan soal-soal latihan yang telah diberikan. Apabila dalam mengerjakan soal
mengalami kesulitan, buka catatan atau pelajari kembali materi yang telah
disampaikan dosen pada saat perkuliahan. Bacalah referensi lain yang mengandung
materi terkait sebagai pengetahuan tambahan. Dan apabila mahasiswa masih
mengalami kesulitan, catat dan tanyakan kepada dosen pada saat kegiatan perkuliahan
berlangsung.
C. Uraian Materi
Berikut merupakan uraian materi yang akan digunakan pada saat perkuliahan.
PARAGRAF DENGAN BAIK
Terus terang kalau boleh dikatakan gagal hampir kebanyakan dari kita gagal memiliki skill menulis yang
baik. Padahal kita sudah belajar Pelajaran Bahasa Indonesia sejak kelas 1 SD hingga perguruan tinggi.
Kegagalan ini makin saya rasakan ketika saya mulai menjadi pembimbing kuliah kerja lapang (KKL)
dimana sering kali saya temui proposal mahasiswa “isi”nya kacau. Bukan dikarenakan salah berpikir atau
idenya kurang menarik tapi karena susunan kalimat per-paragrafnya yang belum tepat.
Bila mengingat kembali bagaimana metode pembelajaran menulis kita dulu, saya jadi malu sendiri. Murid-
murid biasanya diberi tugas mengarang, lalu dikumpulkan dan diberi nilai. Tanpa diberi kesempatan atau
diajak diskusi bersama apakah karangan kita itu sudah benar baik dari segi isi cerita maupun tulisannya.
Sehingga menurut saya wajar saja kalau kualitas tulisan kita semua saat ini seperti ini.
Tapi, baiknya jangan dulu simpulkan GAGAL, mari kita sama-sama belajar kembali. ini ada tulisan
menarik yang WAJIB dibaca oleh semua orang yang merasa SKILL menulisnya kurang atau pas-pasan.
Menurut penulis artikel ini, bakat haya 10% saja, sisanya kemauan.
istilah wacana tentunya sudah tidak asing lagi di telingamu. Kata ini sebenarnya cukup
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari entah itu dengan sahabat, keluarga, dan lain-
lain. Namun, apa kamu tahu arti dari wacana yang sebenarnya?Wacana adalah satuan bahasa
yang lengkap dan terletak dalam satuan gramatikal tertinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut
penjelasan mengenai wacana, mulai dari pengertian, ciri, fungsi, hingga macamnya.
Wacana AdalahDilansir dari skripsi karya Fitri Mulyani yang dikutip dari repository
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, wacana adalah satuan bahasa lengkap yang di
dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, dan ide yang utuh. Wacana harus dapat
dipahami oleh pembaca (apabila berbentuk wacana tulis) dan pendengar (apabila berbentuk
wacana lisan). Wacana dibentuk dari satu kalimat atau lebih yang telah memenuhi syarat
gramatikal.Wacana umumnya berbentuk tulisan, namun tidak semua wacana demikian.
Pidato dan sandiwara juga termasuk wacana, lho. Untuk lebih jelasnya, beberapa contoh
wacana adalah sebagai berikut.Obrolan atau percakapanSandiwaraPidatoKarya tulis
ilmiahNovelEnsiklopediaParagraf atau penggalan kalimat dengan makna yang lengkap.
Menurut skripsi karya Rusdiyana Ulfa yang dikutip dari repository Universitas
Muhammadiyah Malang, wacana adalah unit kebahasaan yang lebih besar dibandingkan
kalimat atau klausa. Wacana terdiri atas rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proporsi yang satu dengan lainnya. Dalam bahasa Inggris, wacana disebut
sebagai discourse, yang berarti rekaman peristiwa yang utuh mengenai komunikasi.
Ciri wacana Dilansir dari skripsi karya Ratna Kusnadi repository Universitas Negeri
Yogyakarta, beberapa ciri wacana adalah sebagai berikut.Berbentuk satuan gramatikal
Merupakan satuan terbesar, tertinggi, dan terlengkapBerbentuk untaian kalimat-kalimat
Menggantung hubungan proposisiMemiliki hubungan yang kontinu dan berkesinambungan
Memiliki hubungan koherensiMemiliki hubungan kohesiMerupakan rekaman bahasa yang
utuh yang lahir dari peristiwa komunikasiBerbentuk transaksional maupun interaksional
Sarananya bisa lisan dan tulisanSesuai dengan konteks.Fungsi WacanaMenurut e-paper
berjudul Hakikat Wacana Bahasa Indonesia karya Drs. Teguh Setiawan, M.Hum, fungsi
wacana sejatinya berkaitan dengan fungsi bahasa. Dari segi bahasa, wacana adalah studi
mengenai semua aspek bahasa. Fungsi wacana adalah sebagai cara bicara dan bentuk
linguistik komunikasi antar manusia.Sederhananya, fungsi wacana itu sama saja dengan
fungsi bahasa yang biasa kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni sebagai
sarana komunikasi dan media untuk menyampaikan informasi.
Macam-macam Wacana
Macam-macam wacana dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor. Berikut merupakan
beberapa jenis wacana.
1. Wacana Lisan
Wacana lisan (spoken discourse) merupakan wacana yang disampaikan secara lisan atau
dalam bahasa verbal. BIasanya wacana ini disebut sebagai tuturan (speech).
2. Wacana Tulis
Wacana tulis (written discourse) merupakan wacana yang disampaikan melalui tulisan.
Wacana tulis dianggap lebih efisien dan efektif dalam menyampaikan ide, wawasan, serta
ilmu pengetahuan.
Berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya, terdapat 2 jenis wacana, yakni sebagai berikut.
1. Wacana Fiksi
Wacana fiksi merupakan wacana yang isi dan bentuknya didasarkan pada imajinasi.
Wacana ini biasanya menggunakan bahasa konotatif, analogis, dan memiliki makna ganda.
Isinya juga dikemas secara estetis.
Wacana fiksi dapat dibagi ke dalam 3 bagian, yakni wacana drama, prosa, dan puisi.
-Wacana Drama
Wacana drama adalah wacana yang dituturkan dalam bentuk drama. Wacana ini berbentuk
dialog atau percakapan, sehingga harus dilakukan oleh lebih dari 1 orang dan biasanya
berbentuk lisan.
-Wacana Prosa
Wacaa prosa adalah wacana yang dituturkan dalam bentuk prosa, baik lisan maupun
tulisan. Beberapa contoh wacana prosa adalah artikel, cerpen, makalah, novel, laporan,
skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
-Wacana Puisi
Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik lisan maupun
tulisan. Contoh wacana puisi adalah syair dan puisi, entah tertulis maupun yang dinyanyikan
atau dideklamasikan.
2. Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah wacana yang berisi fakta-fakta ilmiah. Isi dari wacana ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya melalui fakta-fakta yang jelas. Wacana ini tidak lagi
memperhatikan aspek estetika di dalamnya. Contoh wacana nonfiksi adalah laporan
penelitian, skripsi, tetis, disertasi, dan lain-lain.
1. Wacana Dialog
Wacana dialog adalah wacana yang dituturkan oleh 2 orang atau lebih, baik dalam bentuk
lisan maupun tertulis. Beberapa contoh wacana dialog antara lain sandiwara, lawakan, dan
lain-lain.
2. Wacana Monolog
Wacana monolog adalah wacana yang hanya dituturkan oleh 1 orang saja dan lebih banyak
berbentuk lisan. Contoh wacana monolog adalah pidato, pembacaan berita, dan lain-lain.
Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, terdapat 5 jenis wacana, yakni sebagai berikut.
1. Wacana Narasi
Wacana narasi adalah wacana yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa
sehingga pembaca seolah mengalami sendiri peristiwa tersebut. Wacana ini menyajikan
rangkaian kejadian yang saling berhubungan satu sama lain.
2. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah wacana yang bertujuan untuk menggambarkan suatu objek
sehingga pembaca seolah melihat sendiri objek tersebut. Wacana ini biasa digunakan untuk
menggambarkan suatu pemandangan, objek, orang, dan lain-lain.
3. Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi adalah wacana yang bertujuan untuk menyampaikan pandangan atau
pengetahuan mengenai suatu objek. Biasnya wacana ini digunakan untuk menjelaskan
wujud suatu objek.
4. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Pada akhirnya, wacana ini bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah sikap dan
pandangan orang lain melalui argumen yang diajukan.
5. Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang berkebalikan dengan wacana argumentasi. Wacana
ini bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu untuk penutur.
Wacana persuasi banyak menggunakan aspek-aspek psikologis untuk menghasut orang
lain.
Makna
Pengertian makna kata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata dapat berupa
elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata adalah satu unit
bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem atau beberapa morfem
gabungan. Baca juga: Kata Serapan: Pengertian, Unsur, dan Sumbernya Sementara, makna
adalah pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna kata dalam bahasa
Indonesia merupakan hubungan antara ujaran dengan arti dari sebuah kata. Makna kata juga
dapat diartikan sebagai maksud yang terkandung dari sebuah kata baik itu dalam bentuk
kalimat maupun paragraf. Pengertian makna kalimat Kalimat merupakan satu satuan bahasa
dalam runtunan satuan bahasa, bermula dari fonem, morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
Jadi, kalimat merupakan satuan bahasa yang tertinggi. Kalimat didefinisikan sebagai runtutan
kata yang gramatikal dan memuat makna yang lengkap. Definisi ini tentu saja berlatar
belakang semantik atau sudut pandang makna. Baca juga: Jenis Dan Ciri Kalimat
Berdasarkan Isinya Makna sebuah kalimat ditentukan oleh makna kata-kata pembentuknya
dan makna runtunan kata-kata yang membentuk kalimat tersebut. Dari sisi semantis, kalimat
biasanya berisi pernyataan, pikiran, perasaan, atau pengalaman yang lengkap dan masuk akal.
Kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan bebas yang seluruhnya
ditentukan oleh intonasi (kalimat lisan). Sedangkan makna sebuah kalimat di dalam suatu
tuturan panjang (paragraf) sangat bergantung pada makna kalimat lainnya yang menjadi
rangkaiannya. Jenis-jenis makna Terdapat enam jenis makna dalam semantik, yaitu: Makna
emotif Makna konotatif Makna kognitif Makna referensial Makna piktorial Berikut
penjelasannya: Makna emotif Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi
pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan. Makna emotif merupakan makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat
menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna
emotif dalam bahasa Indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif
dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu
perubahan nilai. Makna konotatif Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena
makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang
bersifat positif Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa
yang diucapkan atau didengar. Makna kognitif Makna kognitif adalah makna yang
ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan
dunia luar bahasa, obyek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis
komponennya. Makna referensial Makna referensial merupakan makna yang langsung
berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa
makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia
luar bahasa, baik berupa obyek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis
komponen. Makna piktorial Makna piktorikal adalah makna yamg muncul akibat bayangan
pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal
menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman
tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan yang
diharapkan oleh penulis atau pembicara. Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika si
penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan, pesan, perasaan, ataupun
pemberitahuan sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi pesan.
Di dalam kamus, kalimat efektif juga memiliki beberapa makna, salah satu di antaranya
bermakna ‘membawa pengaruh’. Artinya, kalimat efektif juga dapat dimaknai
sebagai kalimat yang membawa pengaruh–terutama berupa kemudahan–bagi pembaca
atau pendengar untuk memahami informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan.
Jenis kalimat ini terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan (SPOK). Biasanya,
kalimat efektif digunakan dalam sebuah teks ilmiah seperti makalah, laporan penelitian,
skripsi, tesis, disertasi, dan sejenisnya.
Ciri dan Syarat Kalimat Efektif
Meskipun kalimat efektif terdiri dari SPOK, tidak berarti bahwa wujud kalimatnya harus
pendek-pendek. Bisa jadi kalimatnya singkat, tetapi membingungkan dan bisa jadi
kalimatnya panjang, tetapi informasinya mudah dipahami. Untuk itulah, supaya bisa
menggunakan kalimat efektif dengan baik, ayo pelajari ciri-ciri serta syarat kalimat efektif.
Ada beberapa syarat atau prinsip agar suatu kalimat dapat disebut sebagai kalimat efektif.
Apa saja? Berikut ini 8 (delapan) syarat-syarat kalimat efektif beserta contoh dan
perbaikannya.
1. Kelogisan
Suatu kalimat dapat dipahami apabila penulisan yang digunakan sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Selain itu, unsur-unsur dalam kalimat juga harus memiliki hubungan yang logis dan
masuk akal.
Berikut contoh kalimatnya:
Kalimat tidak efektif: “Untuk mempersingkat waktu, saya akan mengambil rute tercepat.”
Kalimat efektif: “Untuk menghemat waktu, saya akan mengambil rute tercepat.”
2. Ketegasan
Melakukan penonjolan terhadap ide pokok dari suatu kalimat. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, yaitu:
Gunakan kata-kata secara hemat, namun tidak mengurangi makna atau mengubah
informasi yang ingin disampaikan. Dalam menyusun kalimat efektif, penggunaan
kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak dibutuhkan harus dihindari. Seperti:
o Hindari pengulangan subjek
Jika subjek dalam sebuah kalimat hanya satu, penyebutannya tidak perlu diulang. Sebagai
contoh:
Kalimat tidak efektif: “Karena dia rajin, dia menjadi juara satu.”
Kalimat efektif: “Karena rajin, dia menjadi juara satu.”
o Hindari sinonim kata
Jika dalam sebuah kalimat terdapat dua kata yang memiliki makna serupa, cukup gunakan
salah satu saja. Sebagai contoh:
JIka sebuah kata telah memiliki makna jamak, maka tidak perlu ditambahkan kata yang
bermakna jamak lagi. Sebagai contoh:
Meskipun belum ada kesepakatan resmi, namun para ahli berpendapat jika periodisasi sastra di
Indonesia dimulai dari masa pujangga lama. Periode ini dilakukan untuk menyebut karya-karya
sastra yang lahir sebelum abad ke-20.
Setelah periode Pujangga Lama, bergulir beragam periode sastra baru dengan karya dan nama-
nama sastrawan yang karyanya masih tetap diingat hingga di era modern sekarang ini.
Pasca periode pujangga lama, dunia sastra tanah air memasuki era Balai Pustaka. Angkatan ini
lebih banyak menghasilkan karya-karya sastra dengan genre roman. Periode Balai Pustaka ini
dimulai dari 1920 sampai 1930.
Adanya pembatasan karya oleh Pemerintah Belanda kala itu, membuat mayoritas sastrawan
periode ini didominasi oleh orang Sumatera. Hal ini membuat ciri khas dari karya sastra Balai
Pustaka kental dengan bahasa Melayu Tinggi.
Nama sastrawan kesohor pada periode ini adalah Armijn Pane, M. Kasim, Nur Sutan Iskandar,
Marah Rusli, Asrul Sani, Hans Bague Jassin, dan Amir Hamzah. Salah satu karya paling fenomenal
dari periode Balai Pustaka adalah novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli.
Pujangga baru.
Angkatan Pujangga Baru muncul pada 1930-an, tepatnya setelah periode Balai Pustaka.
Sebutan Pujangga Baru berawal dari majalah sastra dan budaya "Poedjangga Baroe", yang
terbit 29 Juli 1933. Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan pada masa itu, terutama karya sastra
yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
Banyak sastrawan Angkatan Pujangga Baru yang piawai dan membuat berbagai gebrakan
terhadap sastra Indonesia. Nama dan karya para sastrawan Angkatan Pujangga Baru pun terus
dikenang hingga sekarang.
Munculnya Angkatan Pujangga Baru Berkat ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, lahir
berbagai semangat baru yang dikobarkan oleh kaum muda. Salah satunya adalah semangat
dalam menggerakkan bidang budaya, termasuk sastra. Angkatan Pujangga Baru merupakan
salah satu bentuk perwujudan dari semangat dalam menggerakkan bidang budaya. Pemberian
nama Pujangga Baru berdasarkan penerbitan majalah Poedjangga Baroe pada 1933. Pelopor
penerbitan majalah Poedjangga Baroe untuk pertama kalinya adalah Sutan Takdir Alisjahbana,
Sebagian besar yang disensor adalah karya tulis yang memiliki tema nasionalisme dan
kesadaran bangsa. Oleh karena itu, majalah Poedjangga Baroe hadir untuk dijadikan wadah
para penulis untuk menyumbangkan karya sastra dan kebudayaan. lsi majalah tersebut di
antaranya adalah puisi, cerita pendek, roman, drama, esai, kritik sastra, dan telaah kebudayaan.
Adapun beberapa sastrawan yang termasuk dalam Angkatan Pujangga Baru di antaranya: Ali
Hasymi J.E Tatengkeng Selasih Mozasa Sutan Takdir Alisyahbana.
Angkatan 45
Jenis karya sastra pada periode ini bercorak realistis, di mana konteks tulisan lebih dipentingkan
dibandingkan kaidah kebahasaan. Periode ini melahirkan banyak nama sastrawan besar
Indonesia yang masih terkenal hingga hari ini.
Adapun nama tokoh yang menandai periode sastra Angkatan 45 adalah Chairil Anwar,
Pramoedya Ananta Toer, Usmar Ismail, Ida Nasution, Utuy Tatang Sontani, Balfas, J.E. Tatengkeng,
dan Asrul Sani. Salah satu karya sastra paling fenomenal yang lahir pada periode ini adalah
kumpulan puisi berjudul Aku, karya Chairil Anwar.
Angkatan 50-an
Angkatan 50 merupakan periode sastra peralihan dari situasi perang ke perdamaian. Hal tersebut
juga disebutkan oleh Andri Wicaksono dalam bukunya: Pengkajian Prosa Fiksi. Umumnya karya
sastra Angkatan 50 didominasi cerita pendek dan kumpulan puisi.
Sastrawan Indonesia yang berhasil menorehkan karya terbaiknya pada era 50-an merupakan
sastrawan-sastrawan muda, antara lain Taufik Ismail, Umar Kayam, Goenawan Mohamad, WS
Rendra, NH Dini, Sapardi Djoko Damono, dan masih banyak lagi.
Angkatan 70-an
Sastrawan pada periode sastra 70-an umumnya lebih berani melakukan eksperimen. Angkatan
70-an lahir karena titik tolak dari sesuatu yang bersifat tradisional. Pada periode ini penerbitan
perlahan bangkit dan mencetak karya para sastrawan. Beberapa sastrawan Indonesia pada era
70-an masih didominasi oleh sastrawan dari generasi 50-an yang di tahun 70-an sudah lebih
dewasa, seperti Putu Wijaya, Arifin C. Noer, Sutardji Calzoum Bachri, Iwan Simatupang, Danarto,
dan Rendra.
Era Reformasi
Munculnya angkatan reformasi ditandai maraknya karya sastra bertema sosial politik dan seputar
reformasi. Sastrawan era Reformasi merefleksikan keadilan sosial dan politik yang terjadi pada
akhir 1990-an. Nama-nama sastrawan yang menorehkan karya monumental pada periode ini,
antara lain Rendra, Taufik Ismail, Seno Gumira Ajidarma, Joko Pinurbo, Widji Thukul, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan masih banyak lagi.
Angkatan 2000
Memasuki angkatan 2000 gaya bersastra semakin mengandalkan kekuatan literasi dan
mengungkapkan cerita secara estetik. Banyak nama sastrawan Indonesia yang lahir dan besar
pada periode sastra 2000-an. Tokoh-tokoh tersebut adalah Ayu Utami, Afrizal Malna, Andrea
Hirata, Habiburrahman El Shirazy, dan masih banyak lagi.
Selain dipengaruhi oleh zaman, karya sastra juga dapat terpengaruh perkembangan teknologi
agar tak ditinggalkan. Berkat kemajuan teknologi pula muncul istilah sastra cyber.
Secara definisi, sastra cyber merupakan karya sastra dalam berbagai genre yang disebarluaskan
melalui media elektronik, seperti Wattpad, PlukMe, Cabaca, hingga Webtoon. Meski tidak jarang
menimbulkan polemik, namun kehadiran sastra cyber memiliki penggemar tersendiri, khususnya
di kalangan milenial.
Terlepas dari polemik mengenai sastra cyber, perlu diakui bahwa hadirnya jenis sastra ini ikut
mendobrak sekat-sekat yang selama ini hadir. Sekarang untuk menikmati sebuah karya sastra
bisa langsung melalui gawai, terasa lebih mudah dan simpel mengikuti perkembangan zaman.
Satu fakta menarik, telah banyak diterbitkan novel yang justru ceritanya telah eksis terlebih
dahulu di Wattpad maupun Webtoon. Seperti Mariposa karya dari Luluk HF, Claries milik Valerie
Patkar, hingga Assalamualaikum Calon Imam karya Nafisya Kaila Akbar.
Dengan adanya sastra cyber ini diharapkan semakin banyak sastrawan baru di era digital yang
percaya diri mengeluarkan karyanya. Kehadiran sastrawan-sastrawan digital ini juga menjadi
harapan baru bagi ekonomi kreatif Indonesia, khususnya subsektor penerbitan.
Ajip Rosidi membagi periode sastra Indonesia ke dalam dua kelompok yaitu:
Menurut Jassin, terdapat dua kelompok dalam periode sastra Indonesia, yaitu:
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut (sesuaikan dengan jumlah latihan soal/tugas)
Jawablah semua soal tugas yang diberikan pada pertemuan 1 ini. Kemudian lihat
hasilnya di aplikasi yang telah disediakan (edulearning). Apabila benar semua, maka
pemahaman saudara 100%. Apabila salah satu, maka pemahaman anda 75%. Apabila
salah dua, maka pemahaman anda 50%. Apabila salah tiga, maka pemahaman anda 25%,
dan apabila salah semua maka pemahaman anda 0%. Mahasiswa dinyatakan lulus jika
mendapatkan hasil minimal 75%. Jika mahasiswa mendapat hasil dibawah standar, maka
diminta membaca kembali dan memahami isi modul dengan menjawab latihan-latihan
soal terkait materi yang belum dikuasai.
F. Daftar Pustaka (referensi terbaru hanya dari buku, diktat atau jurnal)
1. http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id/2013/03/menyusun-paragraf-yang-baik/
#:~:text=Paragraf%20yang%20baik%20hendaklah%20memenuhi,%2Dfakta%20atau
%20contoh%2Dcontoh.
2. https://www.detik.com/bali/berita/d-6451820/wacana-adalah-ciri-fungsi-dan-
macamnya
3. Parera, Jos Daniel. Teori Semantik. 2004. Jakarta:Erlangga.
4. Kurniawan, Andri dan teman-teman. Semantik. 2023. Padang: PT Global Eksekutif
Teknologi.
5. Kompas.com/skola/read/2023/04/19/060000169/pengertian-makna-kata-kalimat-dan-
jenis-jenisnya?page=all
6. Tarigan,henry guntur.2008.Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.Edisi
revisi.Bandung: Angkasa.
7. Soedjarwo.2007.Beginilah Menggunakan Bahasa Indonesia.Cetakan ke-
3.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
8. Suparno, dan Mohamad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Cetakan
kelimabelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
9. https://www.brainacademy.id/blog/cara-memahami-kalimat-efektif