Anda di halaman 1dari 17

BAB 3.

PENDAHULUAN
PARAGRAF,WACANA,DAN MAKNA KATA,SASTRA (LAMA DAN
BARU),BENTUK KARYA SASTRA,SASTRAWAN ANGKATAN
PERTEMUAN KE 3
Dosen/Team Teaching : Tri Gayuh Waluyati.S.Pd., M.Pd.

A. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami paragraf dengan baik dan benar.
2. Mengetahui dan memahami wacana
3. Mengetahui dan memahami makna kata

B. Petunjuk Pembelajaran
Dalam memmpelajari materi ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1. Pahamilah uraian materi yang disampaikan dosen pada saat perkuliahan,
2. Kerjakan soal-soal latihan yang telah diberikan. Apabila dalam mengerjakan soal
mengalami kesulitan, buka catatan atau pelajari kembali materi yang telah
disampaikan dosen pada saat perkuliahan. Bacalah referensi lain yang mengandung
materi terkait sebagai pengetahuan tambahan. Dan apabila mahasiswa masih
mengalami kesulitan, catat dan tanyakan kepada dosen pada saat kegiatan perkuliahan
berlangsung.

C. Uraian Materi
Berikut merupakan uraian materi yang akan digunakan pada saat perkuliahan.
PARAGRAF DENGAN BAIK

Terus terang kalau boleh dikatakan gagal hampir kebanyakan dari kita gagal memiliki skill menulis yang
baik. Padahal kita sudah belajar Pelajaran Bahasa Indonesia sejak kelas 1 SD hingga perguruan tinggi.
Kegagalan ini makin saya rasakan ketika saya mulai menjadi pembimbing kuliah kerja lapang (KKL)
dimana sering kali saya temui proposal mahasiswa “isi”nya kacau. Bukan dikarenakan salah berpikir atau
idenya kurang menarik tapi karena susunan kalimat per-paragrafnya yang belum tepat.

Bila mengingat kembali bagaimana metode pembelajaran menulis kita dulu, saya jadi malu sendiri. Murid-
murid biasanya diberi tugas mengarang, lalu dikumpulkan dan diberi nilai. Tanpa diberi kesempatan atau
diajak diskusi bersama apakah karangan kita itu sudah benar baik dari segi isi cerita maupun tulisannya.
Sehingga menurut saya wajar saja kalau kualitas tulisan kita semua saat ini seperti ini.

Tapi, baiknya jangan dulu simpulkan GAGAL, mari kita sama-sama belajar kembali. ini ada tulisan
menarik yang WAJIB dibaca oleh semua orang yang merasa SKILL menulisnya kurang atau pas-pasan.
Menurut penulis artikel ini, bakat haya 10% saja, sisanya kemauan.

MENYUSUN PARAGRAF YANG BAIK


Kemampuan menulis bukan karena bakat. Bakat hanya 10% dari pendukung kemampuan menulis
seseorang, selebihnya adalah kemauan atau niat, wawasan, daya imajinasi, disiplin, kreativitas, persepsi,
tangguh atau tidak mudah putus asa, penguasaan teknik menulis, dan kemampuan berbahasa.
Selain kesulitan untuk memulai sebuah tulisan, seorang penulis pemula pada umumnya kesulitan untuk
menyusun sebuah paragraf yang koheren. Seorang penulis pemula belum memiliki kemampuan yang
cukup untuk mengakhiri sebuah paragraf dan untuk mengawali sebuah paragraf. Pergantian paragraf hanya
dilakukan apabila ada keinginan untuk berganti atau karena sudah terlalu panjang, bukan karena adanya
pergantian ide.Kesulitan penulis pemula di atas dapat diatasi dengan mempelajari terlebih dahulu syarat-
syarat paragraf yang baik. Tidak cukup sampai di situ saja, seorang penulis perlu terus berlatih menulis
sehingga ada semacam sensor otomatis yang membuat seorang penulis ingin berganti paragraf ketika
menulis. Hal itu bisa terjadi karena penulis sudah terbiasa dengan keadaaan bahwa setiap pergantian ide
akan diikuti dengan pergantian paragraf.Pergantian paragraf perlu dilakukan oleh seorang penulis untuk
memberi kesempatan kepada pembaca berkonsentrasi kepada paragraf selanjutnya. Tulisan yang tanpa
paragraf atau menggunakan paragraf yang kacau akan mempersulit pembaca dalam memahami setiap ide
yang ada. Pembaca akan merasa tersiksa karena harus membaca berulang-ulang apa yang telah dibacanya.
apa itu paragraf ?Sebuah tulisan yang utuh, misalnya artikel, esai, berita, dan resensi pasti disusun atas
beberapa paragraf. Setiap paragraf tersusun atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang menyusun
paragraf tentunya haruslah saling berhubungan satu dengan lainnya. Kalimat kedua tentunya menjelaskan
kalimatsebelumnya, begitu juga kalimat ketiga pasti akan berhubungan dengan kalimat yang keempat.
Kalau itu terjadi, paragraf tersebut dapat dikatakan koheren atau padu.Selanjutnya, apa yang dimaksud
dengan paragraf? Beberapa ahli berpendapat bahwa paragraf adalah kelompok kalimat yang saling
berhubungan untuk membentuk sebuah ide. Paragraf dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan pernyataan
penulis sebagai suatu unit atau kesatuan dalam pengembangan persoalannya. Paragraf dapat pula diartikan
sebagai kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat.Masih banyak lagi tentang
paragraf, tergantung dari sudut pandang pendefinisiannya. Paragraf adalah unit pikiran atau perasaan yang
biasanya tersusun atas beberapa unit (kalimat) dan bertindak sebagai bagian dari unit yang lebih besar,
yaitu wacana. Paragraf dapat dinyatakan sebagai (1) bagian tulisan yang lebih panjang, (2) sekelompok
kalimat yang berhubungan secara logis, disusun dari bagian-bagian yang menyatu dan didasarkan pada
satu topik tunggal, (3) sebentuk kalimat luas, dan (4) sebuah karangan berbentuk mini.Dari berbagai
pendapat tersebut selalu disebutkan bahwa paragraf adalah sebuah kumpulan atau kelompok kalimat.
Dengan demikian, sebuah paragraf selalu dibangun atas beberapa kalimat yang saling berhubungan satu
dengan lainnya. Kalimat yang satu bertindak sebagai kalimat topik, sedangkan yang lain berkedudukan
sebagai kalimat penjelas.
Syarat paragraf yang baik.Tidak semua kumpulan kalimat dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf, dan
tidak semua paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik. Kumpulan kalimat yang saling
berhubungan dan memenuhi persyaratan tertentu sajalah yang dapat dikatakan sebuah paragraf. Paragraf
yang baik hendaklah memenuhi persyaratan: kesatuan, kepaduan, kelengkapan, dan urutan.Paragraf
hendaknya hanya memuat satu kalimat topik dan setiap paragraf hendaknya memiliki unsur kelengkapan,
yaitu memiliki beberapa kalimat penjelas yang bisa berupa fakta-fakta atau contoh-contoh. Selain itu,
kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut hendaknya benar-benar saling berhubungan. Secara
lengkap, syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut.
1)Kesatuan (Unity)
Anda tentunya pernah mengalami kesulitan tentang cara mengakhiri atau berganti paragraf
ketika mendapat tugas mengarang dari guru Anda. Kesulitan itu terjadi karena Anda kurang
memahami bahwa tulisan Anda telah berganti kalimat topik. Perubahan topik itu merupakan
tanda pergantian paragraf.Paragraf yang mengandung banyak kalimat topik dapat
mengaburkan maksud sehingga dapat membingungkan para pembaca. Apabila ada sebuah
paragraf yang memiliki dua kalimat topik, paragraf tersebut dapat dikatakan tidak memiliki
unsur kesatuan. Paragraf harus memperlihatkan suatu maksud dengan jelas, yang biasanya
didukung oleh sebuah kalimat topik atau kalimat utama, seperti tampak pada contoh paragraf
di bawah ini!
Di masa kecil, Bung Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia kurang memiliki
sahabat ber¬main. Hal itu disebabkan tetangga-tetangga Bung Hatta tidak mempunyai anak
seusianya dan di keluarganya sendiri Hatta me¬ru¬pakan satu-satunya anak lelaki. Kadang-
kadang Bung Hatta bermain sendiri dengan cara membuat miniatur lapangan bola, sedangkan
pemain-pemainnya dibuat dari gabus yang dibebani dengan timah. Bola dibuatnya dari manik
bundar. Hatta mema¬in¬kan sendiri permainan sepak bola itu dengan asyiknya.Bung Hatta
termasuk orang hemat. Setiap kali diberi uang belanja orang tuanya, yang pada waktu itu
sebenggol, ia selalu menabungnya. Caranya, uang logam itu disusunnya sepuluh-sepuluh dan
disimpan di atas mejanya. Jadi, setiap orang yang mengambil atau mengusiknya, Hatta selalu
tahu. Namun, kalau orang me¬min¬ta dengan baik dan Hatta menganggap perlu diberi, tak
segan-segan ia akan memberikan apa yang dimilikinya.(cetak miring: kalimat topik)
2)Kepaduan (coherence)
Paragraf yang baik harus memperlihatkan hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang
dibangun dari kalimat-kalimat yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau
tidak padu. Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu
dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat
topik.Selanjutnya, bagaimana cara menciptakan kepaduan antarkalimat dalam sebuah
paragraf? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, masih ingatkan Anda ketika Anda masih
kecil menyanyikan lagu Bangun Tidur? Secara lengkap, apabila ditulis dalam sebuah paragraf
akan berbunyi sebagai berikut.Bangun tidur kuterus mandi (1). Tidak lupa menggosok gigi
(2). Habis mandi kutolong ibu (3). Membersihkan tempat tidurku (4).Paragraf di atas
dibangun atas empat kalimat. Kalimat pertama sampai keempat saling berhubungan karena
adanya urut-urutan waktu dan tempat. Waktu menggosok gigi dilakukan sebelum mandi, dan
setelah mandi membantu ibu di kamar tidur untuk membersihkan tempat tidur.Uraian di atas
merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam sebuah paragraf padu. Cara yang
dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam paragraf yang Anda susun padu adalah
dengan (1) mengulang kata atau kelompok kata yang sebelumnya sudah disebutkan dengan
kata atau kelompok kata yang sama atau dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata
penunjuk itu, ini, tersebut, atau dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide.
Perhatikan contoh berikut!Saya merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya
bingung untuk memulainya. Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena
kehabisan ide. Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang
cukup tentang apa yang saya tulis.
3)Kelengkapan (completeness)
Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya
dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau kurang memiliki
kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang mengandung unsur
kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf
yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan
memahami makna detil dalam paragraf.
4)Urutan (orderly)
Urutan ini berhubungan dengan kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya
memiliki urut-urutan ide secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk
urutan, kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.
KomponenParagraf
Komponen paragraf adalah unsur-unsur yang membentuk sebuah paragraf. Komponen yang
pertama berupa ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik dan komponen yang kedua
berupa ide penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat topik merupakan
kalimat yang mengungkapkan ide pokok. Semua penjelasan harus mengacu kepada kalimat
topik. Apabila kalimat topik masih bersifat umum perlu dikembangkan dalam pernyataan-
pernyataan yang lebih khusus.Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisi ide penjelas
yang berfungsi untuk menjelaskan kalimat topik sehingga terdapat kesatuan dan kepaduan
paragraf. Kalimat penjelas dapat berupa rangkaian detil, contoh-contoh, atau fakta-fakta yang
dapat digunakan untuk memperjelas kalimat topik. Kalimat-kalimat penjelas tersebut
hendaknya disusun dengan urut-urutan logis.
Letak Kalimat Topik
Ka1imat topik dapat terletak pada awal paragraf, akhir paragraf, awal dan dipertegas di akhir
paragraf, dan menyebar di seluruh paragraf. Perhatikan contoh-contoh berikut!
1.Kalimat topik utama pada awal paragraf atau disebut dengan paragaraf deduktif.
Bagi penulis pemula, penyusunan paragraf yang dimulai dengan kalimat utama merupakan
jenis paragraf yang sering dilakukan. Dengan menuliskan kalimat topik terlebih
dahulu,penulis dapat lebih mudah mengembangkannnya dengan kalimat-kalimat penjelas
yang bisa berupa contoh-contoh, pengembangan dengan sebab-akibat, akibat-sebab, analogi,
ataupun dengan generalisasi. Paragraf yang dimulai dengan kalimat topik disebut
denganparagraf induktif. Perhatikan contoh paragraf di bawah ini yang dimulai dengan
kalimat topik dan dikembangkan dengan akibat-sebab-akibat.Perangai Ani sekarang sudah
berubah. Pada awalnya Ani memaksakan diri kontrak bersama anak-anak yang kaya. Lalu, ia
terbiasa meminta makan makanan anak-anak orang kaya. Ia meminta dibelikan baju seperti
milik anak-anak orang kaya. Ia meminta dikirimi uang sebesar kiriman anak-anak orangkaya.
Sekarang ia telah bergaya hidup seperti anak orang kaya sehingga orang tuanya tak mampu
lagi membiayai sekolahnya.
Paragraf di atas dimulai dengan kalimat topik Perangai Ani sekarang sudah berubah.
Perubahan perangai Ani selanjutnya dijelaskan dengan empat kalimat penjelas. Kalimat topik
berupa akibat dari kalimat penjelas pertama, sedangkan kalimat penjelas kedua, ketiga, dan
keempat merupakan akibat dari kalimat penjelas pertama.

2)Kalimat topik di akhir paragraf atau disebut dengan paragraf induktif.


Adakalanya seorang penulis memulai paragrafnya dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-
kalimat penjelas tersebut bisa berupa fakta-fakta yang akan diakhiri dengan kalimat topik
yang berupa kesimpulan. Paragraf seperti ini disebut dengan paragraf deduktif, seperti yang
tampak pada contoh berikut.Pihak yang berkepentingan dan paling utama dalam mengatasi
masalah itu adalah orang tua. Selain itu, sekolah juga ikut berperan dalam mengurangi
kenakalan remaja, khususnya melalui program BP. Begitu juga masyarakat di lingkungan
remaja itu tinggal. Lingkungan yang kurang baik dapat menyeret remaja ke dalam perbuatan
yang kurang baik pula, misalnya penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan minum-minuman
keras. Untuk itu, kenakalan remaja merupakan masalah yang harus menjadi tangung jawab
semua pihak.
kalimat topik
3) Kalimat topik di awal dan akhir paragraf atau disebut dengan paragaraf campuran.
Bukanlah paragraf yang baik apabila di dalamnya terdapat dua kalimat topik. Akan tetapi,
tentunya Anda pernah membaca sebuah paragraf yang diawali dengan kalimat topik dan
diakhiri dengan kalimat topik pula. Paragraf seperti itu dapat dikatakan baik apabila kalimat
topik di akhir paragraf tersebut bukanlah kalimat topik baru, tetapi hanya mengulang atau
menegaskan kembali kalimat topik yang ada di awal paragraf. Contoh paragraf seperti itu
tampak di bawah ini.Jakarta sebagai ibukota RI tidak aman karena diduduki tentara Inggris
dan tentara NICA yang memancing insiden. Insiden tersebut mengakibatkan ribuan orang
menjadi korban. Bahkan, presiden dan wakil presiden beserta keluarganya pindah ke
Yogyakarta yang untuk sementara waktu dijadikan ibukota RI. Sultan Hamengku Buwono IX
mendukung sepenuhnya pemindahan itu, baik dengan dukungan politik maupun dukungan
materi yang tidak terhitung jumlahnya. Memang, tentara Inggris dan NICA-lah yang
membuat ibukota RI tidak aman.
4) Kalimat topik menyebar di seluruh paragraf
Ketika Anda membaca sebuah karangan deskripsi (lukisan), Anda tentunya sering merasa
kesulitan untuk menemukan kalimat topiknya. Paragraf tersebut bukan berarti tidak memiliki
kalimat topik. Paragraf tersebut memang hanya mengandung kalimat-kalimat penjelas. Untuk
menemukan kalimat topik pada paragraf tersebut, Anda perlu menyimpulkan isi keseluruhan
paragraf tersebut. Dengan demikian, kalimat topik pada paragraf tersebut tersembunyi di
antara kalimat-kalimat penjelas yang ada.Pulau itu memiliki danau yang airnya begitu jernih.
Berbagai jenis ikan hidup di dalamnya. Selain itu, di pulau tersebut juga terbentang hamparan
sawah yang begitu subur dan hijau. Laut yang jernih dengan gelombang kecil menambah
keanggunan pulau tersebut. Belum lagi, air terjun dengan hawa sejuk dapat ditemui di pulau
tersebut.Paragraf di atas merupakan paragraf yang melukiskan keindahan sebuah pulau yang
memiliki danau, sawah, laut, dan air terjun yang begitu indah. Paragraf tersebut
dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Dengan demikian, apabila Anda mencari
kalimat topiknya, Anda dapat menyimpulkan kalimat-kalimat penjelas tersebut, yaitu
Keindahah sebuah pulau.
Wacana

istilah wacana tentunya sudah tidak asing lagi di telingamu. Kata ini sebenarnya cukup
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari entah itu dengan sahabat, keluarga, dan lain-
lain. Namun, apa kamu tahu arti dari wacana yang sebenarnya?Wacana adalah satuan bahasa
yang lengkap dan terletak dalam satuan gramatikal tertinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut
penjelasan mengenai wacana, mulai dari pengertian, ciri, fungsi, hingga macamnya.
Wacana AdalahDilansir dari skripsi karya Fitri Mulyani yang dikutip dari repository
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, wacana adalah satuan bahasa lengkap yang di
dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, dan ide yang utuh. Wacana harus dapat
dipahami oleh pembaca (apabila berbentuk wacana tulis) dan pendengar (apabila berbentuk
wacana lisan). Wacana dibentuk dari satu kalimat atau lebih yang telah memenuhi syarat
gramatikal.Wacana umumnya berbentuk tulisan, namun tidak semua wacana demikian.
Pidato dan sandiwara juga termasuk wacana, lho. Untuk lebih jelasnya, beberapa contoh
wacana adalah sebagai berikut.Obrolan atau percakapanSandiwaraPidatoKarya tulis
ilmiahNovelEnsiklopediaParagraf atau penggalan kalimat dengan makna yang lengkap.
Menurut skripsi karya Rusdiyana Ulfa yang dikutip dari repository Universitas
Muhammadiyah Malang, wacana adalah unit kebahasaan yang lebih besar dibandingkan
kalimat atau klausa. Wacana terdiri atas rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proporsi yang satu dengan lainnya. Dalam bahasa Inggris, wacana disebut
sebagai discourse, yang berarti rekaman peristiwa yang utuh mengenai komunikasi.

Ciri wacana Dilansir dari skripsi karya Ratna Kusnadi repository Universitas Negeri
Yogyakarta, beberapa ciri wacana adalah sebagai berikut.Berbentuk satuan gramatikal
Merupakan satuan terbesar, tertinggi, dan terlengkapBerbentuk untaian kalimat-kalimat
Menggantung hubungan proposisiMemiliki hubungan yang kontinu dan berkesinambungan
Memiliki hubungan koherensiMemiliki hubungan kohesiMerupakan rekaman bahasa yang
utuh yang lahir dari peristiwa komunikasiBerbentuk transaksional maupun interaksional
Sarananya bisa lisan dan tulisanSesuai dengan konteks.Fungsi WacanaMenurut e-paper
berjudul Hakikat Wacana Bahasa Indonesia karya Drs. Teguh Setiawan, M.Hum, fungsi
wacana sejatinya berkaitan dengan fungsi bahasa. Dari segi bahasa, wacana adalah studi
mengenai semua aspek bahasa. Fungsi wacana adalah sebagai cara bicara dan bentuk
linguistik komunikasi antar manusia.Sederhananya, fungsi wacana itu sama saja dengan
fungsi bahasa yang biasa kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni sebagai
sarana komunikasi dan media untuk menyampaikan informasi.

Macam-macam Wacana
Macam-macam wacana dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor. Berikut merupakan
beberapa jenis wacana.

Berdasarkan Sarana Penyampaian


Berdasarkan sarana penyampaiannya, terdapat 2 jenis wacana, yakni sebagai berikut.

1. Wacana Lisan
Wacana lisan (spoken discourse) merupakan wacana yang disampaikan secara lisan atau
dalam bahasa verbal. BIasanya wacana ini disebut sebagai tuturan (speech).

2. Wacana Tulis
Wacana tulis (written discourse) merupakan wacana yang disampaikan melalui tulisan.
Wacana tulis dianggap lebih efisien dan efektif dalam menyampaikan ide, wawasan, serta
ilmu pengetahuan.

Berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya, terdapat 2 jenis wacana, yakni sebagai berikut.

1. Wacana Fiksi
Wacana fiksi merupakan wacana yang isi dan bentuknya didasarkan pada imajinasi.
Wacana ini biasanya menggunakan bahasa konotatif, analogis, dan memiliki makna ganda.
Isinya juga dikemas secara estetis.

Wacana fiksi dapat dibagi ke dalam 3 bagian, yakni wacana drama, prosa, dan puisi.

-Wacana Drama
Wacana drama adalah wacana yang dituturkan dalam bentuk drama. Wacana ini berbentuk
dialog atau percakapan, sehingga harus dilakukan oleh lebih dari 1 orang dan biasanya
berbentuk lisan.

-Wacana Prosa
Wacaa prosa adalah wacana yang dituturkan dalam bentuk prosa, baik lisan maupun
tulisan. Beberapa contoh wacana prosa adalah artikel, cerpen, makalah, novel, laporan,
skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.

-Wacana Puisi
Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik lisan maupun
tulisan. Contoh wacana puisi adalah syair dan puisi, entah tertulis maupun yang dinyanyikan
atau dideklamasikan.

2. Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah wacana yang berisi fakta-fakta ilmiah. Isi dari wacana ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya melalui fakta-fakta yang jelas. Wacana ini tidak lagi
memperhatikan aspek estetika di dalamnya. Contoh wacana nonfiksi adalah laporan
penelitian, skripsi, tetis, disertasi, dan lain-lain.

Berdasarkan Jumlah Penutur


Berdasarkan jumlah penuturnya, terdapat 2 jenis wacana, yakni sebagai berikut.

1. Wacana Dialog
Wacana dialog adalah wacana yang dituturkan oleh 2 orang atau lebih, baik dalam bentuk
lisan maupun tertulis. Beberapa contoh wacana dialog antara lain sandiwara, lawakan, dan
lain-lain.

2. Wacana Monolog
Wacana monolog adalah wacana yang hanya dituturkan oleh 1 orang saja dan lebih banyak
berbentuk lisan. Contoh wacana monolog adalah pidato, pembacaan berita, dan lain-lain.

Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, terdapat 5 jenis wacana, yakni sebagai berikut.

1. Wacana Narasi
Wacana narasi adalah wacana yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa
sehingga pembaca seolah mengalami sendiri peristiwa tersebut. Wacana ini menyajikan
rangkaian kejadian yang saling berhubungan satu sama lain.

2. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah wacana yang bertujuan untuk menggambarkan suatu objek
sehingga pembaca seolah melihat sendiri objek tersebut. Wacana ini biasa digunakan untuk
menggambarkan suatu pemandangan, objek, orang, dan lain-lain.

3. Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi adalah wacana yang bertujuan untuk menyampaikan pandangan atau
pengetahuan mengenai suatu objek. Biasnya wacana ini digunakan untuk menjelaskan
wujud suatu objek.

4. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Pada akhirnya, wacana ini bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah sikap dan
pandangan orang lain melalui argumen yang diajukan.

5. Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang berkebalikan dengan wacana argumentasi. Wacana
ini bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu untuk penutur.
Wacana persuasi banyak menggunakan aspek-aspek psikologis untuk menghasut orang
lain.

Makna

Pengertian makna kata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata dapat berupa
elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata adalah satu unit
bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem atau beberapa morfem
gabungan. Baca juga: Kata Serapan: Pengertian, Unsur, dan Sumbernya Sementara, makna
adalah pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna kata dalam bahasa
Indonesia merupakan hubungan antara ujaran dengan arti dari sebuah kata. Makna kata juga
dapat diartikan sebagai maksud yang terkandung dari sebuah kata baik itu dalam bentuk
kalimat maupun paragraf. Pengertian makna kalimat Kalimat merupakan satu satuan bahasa
dalam runtunan satuan bahasa, bermula dari fonem, morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
Jadi, kalimat merupakan satuan bahasa yang tertinggi. Kalimat didefinisikan sebagai runtutan
kata yang gramatikal dan memuat makna yang lengkap. Definisi ini tentu saja berlatar
belakang semantik atau sudut pandang makna. Baca juga: Jenis Dan Ciri Kalimat
Berdasarkan Isinya Makna sebuah kalimat ditentukan oleh makna kata-kata pembentuknya
dan makna runtunan kata-kata yang membentuk kalimat tersebut. Dari sisi semantis, kalimat
biasanya berisi pernyataan, pikiran, perasaan, atau pengalaman yang lengkap dan masuk akal.
Kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan bebas yang seluruhnya
ditentukan oleh intonasi (kalimat lisan). Sedangkan makna sebuah kalimat di dalam suatu
tuturan panjang (paragraf) sangat bergantung pada makna kalimat lainnya yang menjadi
rangkaiannya. Jenis-jenis makna Terdapat enam jenis makna dalam semantik, yaitu: Makna
emotif Makna konotatif Makna kognitif Makna referensial Makna piktorial Berikut
penjelasannya: Makna emotif Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi
pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan. Makna emotif merupakan makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat
menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna
emotif dalam bahasa Indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif
dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu
perubahan nilai. Makna konotatif Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena
makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang
bersifat positif Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa
yang diucapkan atau didengar. Makna kognitif Makna kognitif adalah makna yang
ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan
dunia luar bahasa, obyek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis
komponennya. Makna referensial Makna referensial merupakan makna yang langsung
berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa
makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia
luar bahasa, baik berupa obyek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis
komponen. Makna piktorial Makna piktorikal adalah makna yamg muncul akibat bayangan
pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal
menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman
tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis.

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan yang
diharapkan oleh penulis atau pembicara. Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika si
penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan, pesan, perasaan, ataupun
pemberitahuan sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi pesan.
Di dalam kamus, kalimat efektif juga memiliki beberapa makna, salah satu di antaranya
bermakna ‘membawa pengaruh’. Artinya, kalimat efektif juga dapat dimaknai
sebagai kalimat yang membawa pengaruh–terutama berupa kemudahan–bagi pembaca
atau pendengar untuk memahami informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan.
Jenis kalimat ini terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan (SPOK). Biasanya,
kalimat efektif digunakan dalam sebuah teks ilmiah seperti makalah, laporan penelitian,
skripsi, tesis, disertasi, dan sejenisnya.
Ciri dan Syarat Kalimat Efektif

Meskipun kalimat efektif terdiri dari SPOK, tidak berarti bahwa wujud kalimatnya harus
pendek-pendek. Bisa jadi kalimatnya singkat, tetapi membingungkan dan bisa jadi
kalimatnya panjang, tetapi informasinya mudah dipahami. Untuk itulah, supaya bisa
menggunakan kalimat efektif dengan baik, ayo pelajari ciri-ciri serta syarat kalimat efektif.

Ciri-ciri Kalimat Efektif


1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur Subjek (S) dan Predikat (P).
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan diksi yang tepat.
4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis.
5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
6. Melakukan penekanan ide pokok.
7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan variasi struktur kalimat.
Syarat-syarat Kalimat Efektif

Ada beberapa syarat atau prinsip agar suatu kalimat dapat disebut sebagai kalimat efektif.
Apa saja? Berikut ini 8 (delapan) syarat-syarat kalimat efektif beserta contoh dan
perbaikannya.

1. Kelogisan

Suatu kalimat dapat dipahami apabila penulisan yang digunakan sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Selain itu, unsur-unsur dalam kalimat juga harus memiliki hubungan yang logis dan
masuk akal.
Berikut contoh kalimatnya:
Kalimat tidak efektif: “Untuk mempersingkat waktu, saya akan mengambil rute tercepat.”
Kalimat efektif: “Untuk menghemat waktu, saya akan mengambil rute tercepat.”
2. Ketegasan

Melakukan penonjolan terhadap ide pokok dari suatu kalimat. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, yaitu:

 Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat, contohnya:


“Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa & negara dengan kemampuan
yang ada pada masing-masing individu.”
Penekanan: Presiden mengharapkan
 Membuat urutan kata yang logis, contohnya:
Kalimat tidak efektif: “Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah”
Kalimat efektif: “Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah.”
 Melakukan repetisi (pengulangan kata), seperti:
“Saya suka akan wanginya, saya suka akan keindahannya.”
 Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan, contohnya:
“Bruno bukan anak yang nakal dan pemarah, tetapi baik dan penyabar.”
 Menggunakan partikel penekan/penegas, seperti:
“Jihanlah yang bertanggung jawab atas kejadian ini.”
3. Kehematan

Gunakan kata-kata secara hemat, namun tidak mengurangi makna atau mengubah
informasi yang ingin disampaikan. Dalam menyusun kalimat efektif, penggunaan
kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak dibutuhkan harus dihindari. Seperti:


o Hindari pengulangan subjek

Jika subjek dalam sebuah kalimat hanya satu, penyebutannya tidak perlu diulang. Sebagai
contoh:

Kalimat tidak efektif: “Karena dia rajin, dia menjadi juara satu.”
Kalimat efektif: “Karena rajin, dia menjadi juara satu.”
o Hindari sinonim kata

Jika dalam sebuah kalimat terdapat dua kata yang memiliki makna serupa, cukup gunakan
salah satu saja. Sebagai contoh:

Kalimat tidak efektif: “Yarsa rajin olahraga agar supaya sehat.”


Kalimat efektif: “Yarsa rajin olahraga agar sehat.”
o Perhatikan bentuk kata jamak

JIka sebuah kata telah memiliki makna jamak, maka tidak perlu ditambahkan kata yang
bermakna jamak lagi. Sebagai contoh:

Kalimat tidak efektif: “Para hadirin dimohon berdiri.”


Kalimat efektif: “Hadirin dimohon berdiri.”
Bentuk-bentuk karya sastra
Karya sastra adalah ciptaan yang dikomunikasikan kepada komunikator dengan maksud penulis
untuk alasan estetika. Bentuk-bentuk sastra yang ada sangat beragam.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata 'sastra' adalah karya tulis yang jika
dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian,
keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.
Sastra berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya tulisan atau karangan. Jadi, karya sastra dapat
dikatakan sebagai segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan
keindahan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Ada beberapa fungsi sastra, satu di antaranya ialah untuk mengomunikasikan ide-ide dan
menyalurkan pikiran dan perasaan dari pembuat estetika manusia.
Sastra tidak hanya sebagai seni bahasa saja, akan tetapi suatu kecakapan dalam menggunakan
bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra.
Di sisi lain, ada beberapa bentuk karya sastra yang populer, terutama di Indonesia. Apa saja
bentuk-bentuk karya sastra?
Berikut ini rangkuman tentang bentuk-bentuk karya sastra dan penjelasannya yang perlu
diketahui, seperti dilansir dari laman Ilmuseni, Rabu (2/6/2021).
1.Puisi adalah satu di antara bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam
bahasa yang indah dan sifatnya imajinatif.
Puisi dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulisnya. Pesan
yang ingin disampaikan penyair dirangkai dengan kata-kata yang indah, yang berbeda dengan
bahasa sehari-hari.
Bahkan, bisa dikatakan bahasa dalam puisi berbeda dengan bahasa karya sastra lainnya, seperti
drama atau prosa. Dalam pembuatannya, puisi biasanya dibuat berdasarkan pengalaman hidup
atau ide-ide kreatif yang bermakna.
Bentuk dalam karya sastra yang satu ini juga dipengaruhi oleh zaman. Terdapat empat jenis puisi,
yaitu puisi lama, baru, bebas, dan puisi kontemporer.
2. Prosa Seperti jenis karya sastra lainnya, prosa merupakan sebuah tulisan. Lebih tepatnya
tulisan bebas. Bebas di sini maksudnya adalah bahwa prosa tidak terikat dengan aturan-aturan
layaknya puisi.
Namun, prosa tetap memiliki unsur-unsur sastra layaknya karya sastra dalam bentuk lain. Kata-
kata yang terdapat di dalam prosa memiliki makna yang sebenarnya.
Sementara, jika terdapat kata kiasan dalam sebuah prosa, dapat dikatakan bahwa hal tersebut
berfungsi untuk memperindah tulisan. Prosa juga dipengaruhi oleh waktu atau zaman layaknya
puisi.
Adapun prosa yang ada terbagi menjadi dua jenis, yaitu prosa lama dan prosa baru.
3. Drama merupakan satu di antara dari cabang-cabang seni dalam seni pertunjukan dan
merupakan satu di antara bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang
panjang dan bebas.
Drama dibuat dengan tujuan untuk menceritakan kembali suatu kisah kepada penontonnya
melalui sebauh lakuan dialog atau percakapan para pemerannya.
Kata drama berasal dari bahasa Yunani 'draomai' yang berarti beraksi, bertindak, berbuat, dan
berlaku. Pada hakikatnya, drama menggunakan beberapa tokoh untuk mengungkapkan dialog
disertai gerak-gerik dan unsur artistik pertunjukan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama merupakan komposisi syair atau prosa
yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan atau watak melalui tingkah laku atau dialog
yang dipentaskan.
Secara umum, drama merupakan satu di antara aliran dalam sastra yang berisi komposisi syair
atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan perilaku kehidupan manusia di atas panggung.
Lantaran menggambarkan perilaku manusia yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, drama akan
diwarnai dengan konflik masalah untuk menghibur para penonton.
Sastrawan angkatan balai pustaka ,pujangga baru,pujangga peralihan.
Sastrawan angkatan balai pustaka

Mengenal Sastrawan Indonesia dari Generasi ke Generasi


Salah satu warisan intelektual Indonesia yang begitu membanggakan adalah karya sastra. Hingga
saat ini jutaan karya sastra yang telah diterbitkan dan dibagi dalam beberapa periodisasi waktu.
Dalam setiap periodisasi, terdapat tokoh-tokoh fenomenal yang namanya masih terus harum
hingga saat ini.

Meskipun belum ada kesepakatan resmi, namun para ahli berpendapat jika periodisasi sastra di
Indonesia dimulai dari masa pujangga lama. Periode ini dilakukan untuk menyebut karya-karya
sastra yang lahir sebelum abad ke-20.

Setelah periode Pujangga Lama, bergulir beragam periode sastra baru dengan karya dan nama-
nama sastrawan yang karyanya masih tetap diingat hingga di era modern sekarang ini.

Era Balai Pustaka

Pasca periode pujangga lama, dunia sastra tanah air memasuki era Balai Pustaka. Angkatan ini
lebih banyak menghasilkan karya-karya sastra dengan genre roman. Periode Balai Pustaka ini
dimulai dari 1920 sampai 1930.

Adanya pembatasan karya oleh Pemerintah Belanda kala itu, membuat mayoritas sastrawan
periode ini didominasi oleh orang Sumatera. Hal ini membuat ciri khas dari karya sastra Balai
Pustaka kental dengan bahasa Melayu Tinggi.

Nama sastrawan kesohor pada periode ini adalah Armijn Pane, M. Kasim, Nur Sutan Iskandar,
Marah Rusli, Asrul Sani, Hans Bague Jassin, dan Amir Hamzah. Salah satu karya paling fenomenal
dari periode Balai Pustaka adalah novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli.

Pujangga baru.
Angkatan Pujangga Baru muncul pada 1930-an, tepatnya setelah periode Balai Pustaka.
Sebutan Pujangga Baru berawal dari majalah sastra dan budaya "Poedjangga Baroe", yang
terbit 29 Juli 1933. Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan pada masa itu, terutama karya sastra
yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
Banyak sastrawan Angkatan Pujangga Baru yang piawai dan membuat berbagai gebrakan
terhadap sastra Indonesia. Nama dan karya para sastrawan Angkatan Pujangga Baru pun terus
dikenang hingga sekarang.
Munculnya Angkatan Pujangga Baru Berkat ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, lahir
berbagai semangat baru yang dikobarkan oleh kaum muda. Salah satunya adalah semangat
dalam menggerakkan bidang budaya, termasuk sastra. Angkatan Pujangga Baru merupakan
salah satu bentuk perwujudan dari semangat dalam menggerakkan bidang budaya. Pemberian
nama Pujangga Baru berdasarkan penerbitan majalah Poedjangga Baroe pada 1933. Pelopor
penerbitan majalah Poedjangga Baroe untuk pertama kalinya adalah Sutan Takdir Alisjahbana,
Sebagian besar yang disensor adalah karya tulis yang memiliki tema nasionalisme dan
kesadaran bangsa. Oleh karena itu, majalah Poedjangga Baroe hadir untuk dijadikan wadah
para penulis untuk menyumbangkan karya sastra dan kebudayaan. lsi majalah tersebut di
antaranya adalah puisi, cerita pendek, roman, drama, esai, kritik sastra, dan telaah kebudayaan.
Adapun beberapa sastrawan yang termasuk dalam Angkatan Pujangga Baru di antaranya: Ali
Hasymi J.E Tatengkeng Selasih Mozasa Sutan Takdir Alisyahbana.

Angkatan 45

Jenis karya sastra pada periode ini bercorak realistis, di mana konteks tulisan lebih dipentingkan
dibandingkan kaidah kebahasaan. Periode ini melahirkan banyak nama sastrawan besar
Indonesia yang masih terkenal hingga hari ini.

Adapun nama tokoh yang menandai periode sastra Angkatan 45 adalah Chairil Anwar,
Pramoedya Ananta Toer, Usmar Ismail, Ida Nasution, Utuy Tatang Sontani, Balfas, J.E. Tatengkeng,
dan Asrul Sani. Salah satu karya sastra paling fenomenal yang lahir pada periode ini adalah
kumpulan puisi berjudul Aku, karya Chairil Anwar.

Angkatan 50-an

Angkatan 50 merupakan periode sastra peralihan dari situasi perang ke perdamaian. Hal tersebut
juga disebutkan oleh Andri Wicaksono dalam bukunya: Pengkajian Prosa Fiksi. Umumnya karya
sastra Angkatan 50 didominasi cerita pendek dan kumpulan puisi.

Sastrawan Indonesia yang berhasil menorehkan karya terbaiknya pada era 50-an merupakan
sastrawan-sastrawan muda, antara lain Taufik Ismail, Umar Kayam, Goenawan Mohamad, WS
Rendra, NH Dini, Sapardi Djoko Damono, dan masih banyak lagi.

Angkatan 70-an

Sastrawan pada periode sastra 70-an umumnya lebih berani melakukan eksperimen. Angkatan
70-an lahir karena titik tolak dari sesuatu yang bersifat tradisional. Pada periode ini penerbitan
perlahan bangkit dan mencetak karya para sastrawan. Beberapa sastrawan Indonesia pada era
70-an masih didominasi oleh sastrawan dari generasi 50-an yang di tahun 70-an sudah lebih
dewasa, seperti Putu Wijaya, Arifin C. Noer, Sutardji Calzoum Bachri, Iwan Simatupang, Danarto,
dan Rendra.

Era Reformasi

Munculnya angkatan reformasi ditandai maraknya karya sastra bertema sosial politik dan seputar
reformasi. Sastrawan era Reformasi merefleksikan keadilan sosial dan politik yang terjadi pada
akhir 1990-an. Nama-nama sastrawan yang menorehkan karya monumental pada periode ini,
antara lain Rendra, Taufik Ismail, Seno Gumira Ajidarma, Joko Pinurbo, Widji Thukul, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan masih banyak lagi.

Angkatan 2000

Memasuki angkatan 2000 gaya bersastra semakin mengandalkan kekuatan literasi dan
mengungkapkan cerita secara estetik. Banyak nama sastrawan Indonesia yang lahir dan besar
pada periode sastra 2000-an. Tokoh-tokoh tersebut adalah Ayu Utami, Afrizal Malna, Andrea
Hirata, Habiburrahman El Shirazy, dan masih banyak lagi.

Karya Sastra di Era Digital

Selain dipengaruhi oleh zaman, karya sastra juga dapat terpengaruh perkembangan teknologi
agar tak ditinggalkan. Berkat kemajuan teknologi pula muncul istilah sastra cyber.

Secara definisi, sastra cyber merupakan karya sastra dalam berbagai genre yang disebarluaskan
melalui media elektronik, seperti Wattpad, PlukMe, Cabaca, hingga Webtoon. Meski tidak jarang
menimbulkan polemik, namun kehadiran sastra cyber memiliki penggemar tersendiri, khususnya
di kalangan milenial.

Terlepas dari polemik mengenai sastra cyber, perlu diakui bahwa hadirnya jenis sastra ini ikut
mendobrak sekat-sekat yang selama ini hadir. Sekarang untuk menikmati sebuah karya sastra
bisa langsung melalui gawai, terasa lebih mudah dan simpel mengikuti perkembangan zaman.

Satu fakta menarik, telah banyak diterbitkan novel yang justru ceritanya telah eksis terlebih
dahulu di Wattpad maupun Webtoon. Seperti Mariposa karya dari Luluk HF, Claries milik Valerie
Patkar, hingga Assalamualaikum Calon Imam karya Nafisya Kaila Akbar.

Dengan adanya sastra cyber ini diharapkan semakin banyak sastrawan baru di era digital yang
percaya diri mengeluarkan karyanya. Kehadiran sastrawan-sastrawan digital ini juga menjadi
harapan baru bagi ekonomi kreatif Indonesia, khususnya subsektor penerbitan.

Perlu diperhatikan bahwa periode dalam kesusastraan merupakan bagian dari


perkembangan kesusastraan itu sendiri dengan beberapa cirinya.

Periodisasi sastra Indonesia menurut Ajip Rosidi

Ajip Rosidi membagi periode sastra Indonesia ke dalam dua kelompok yaitu:

1. Masa kelahiran atau masa kejadian (awal abad XX-1945)


a. periode awal abad XX-1933
b. periode 1933-1942
c. periode 1942-1945
2. Masa perkembangan (1945-sekarang)
a. periode 1945-1953
b. periode 1953-1960
c. periode 1961-sekarang

Periodisasi sastra Indonesia menurut H. B. Jassin

Menurut Jassin, terdapat dua kelompok dalam periode sastra Indonesia, yaitu:

1. Sastra melayu lama


2. Sastra Indonesia modern
a. Angkatan 20
b. Angkatan 33 (Pujangga baru)
c. Angkatan 45
d. Angkatan 66

Periodisasi sastra Indonesia menurut J. S. Badudu

Badudu membagi periode sastra Indonesia sebagai berikut:

1. Kesusastraan lama dengan angkatan lama


a. kesusastraan masa purba
b. kesusastraan masa Hindu-Arab
2. Kesusastraan peralihan dengan angkatan peralihan
a. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
b. Angkatan Balai Pustaka
3. Kesusastraan baru dengan angkatan baru
a. Angkatan Pujangga Baru
b. Angkatan Modern atau Angkatan 45
c. Angkatan Muda

D. Latihan Soal / Tugas


Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat !
1. Buatlah sebuah wacana dalam bentuk editorial berkaitan dengan manajemen!

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut (sesuaikan dengan jumlah latihan soal/tugas)
Jawablah semua soal tugas yang diberikan pada pertemuan 1 ini. Kemudian lihat
hasilnya di aplikasi yang telah disediakan (edulearning). Apabila benar semua, maka
pemahaman saudara 100%. Apabila salah satu, maka pemahaman anda 75%. Apabila
salah dua, maka pemahaman anda 50%. Apabila salah tiga, maka pemahaman anda 25%,
dan apabila salah semua maka pemahaman anda 0%. Mahasiswa dinyatakan lulus jika
mendapatkan hasil minimal 75%. Jika mahasiswa mendapat hasil dibawah standar, maka
diminta membaca kembali dan memahami isi modul dengan menjawab latihan-latihan
soal terkait materi yang belum dikuasai.

F. Daftar Pustaka (referensi terbaru hanya dari buku, diktat atau jurnal)
1. http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id/2013/03/menyusun-paragraf-yang-baik/
#:~:text=Paragraf%20yang%20baik%20hendaklah%20memenuhi,%2Dfakta%20atau
%20contoh%2Dcontoh.
2. https://www.detik.com/bali/berita/d-6451820/wacana-adalah-ciri-fungsi-dan-
macamnya
3. Parera, Jos Daniel. Teori Semantik. 2004. Jakarta:Erlangga.
4. Kurniawan, Andri dan teman-teman. Semantik. 2023. Padang: PT Global Eksekutif
Teknologi.
5. Kompas.com/skola/read/2023/04/19/060000169/pengertian-makna-kata-kalimat-dan-
jenis-jenisnya?page=all
6. Tarigan,henry guntur.2008.Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.Edisi
revisi.Bandung: Angkasa.
7. Soedjarwo.2007.Beginilah Menggunakan Bahasa Indonesia.Cetakan ke-
3.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
8. Suparno, dan Mohamad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Cetakan
kelimabelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
9. https://www.brainacademy.id/blog/cara-memahami-kalimat-efektif

Anda mungkin juga menyukai