Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TATA PARAGRAF

Disusun oleh :

1. Aila Chairini (1815401106)


2. Nur Putri Fitriyana (1815401107)
3. Farah Hanifah (1815401108)
4. Ajeng Ayu Ivankalova (1815401109)
5. Martin Perihantini (1815401110)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG


TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “Tata Paragraf”. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat untuk

Bandarlampung, 27 januari2021

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Paragraf..................................................................................6
B. Jenis-jenis Paragraf dan Contoh.....................................................................7
C. Syarat-syarat Paragraf....................................................................................15
D. Pola Perkembangan Paragraf.........................................................................17
E. Contoh Pola Perkembangan Paragraf............................................................18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah
mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan
perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri
sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf,
paragraf merupakan sanian kecil sebuah karangan yang membangun satuan
pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.
Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu
gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu
kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya
terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam
pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena
disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea
semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan
tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan
sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan
sebuah karangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar paragraf?
2. Apa saja jenis-jenis paragraf dan bagaimana contoh dari setiap jenis
tersebut?
3. Apa saja syarat-syarat paragraf?

5
4. Bagaimana pola perkembangan paragraf?
5. Bagaimana contoh paragraf berdasarkan pola pengembangannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar paragraf
2. Mengetahui jenis-jenis paragraf dan contohnya
3. Mengetahui syarat-syarat paragraf
4. Mengetahui pola perkembangan paragraf
5. Mengetahui pola perkembangan paragraf

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Paragraf


Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti
sebelum’ dan kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau
alinea merupakan  gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan dan
membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan
runtun (sistematis), yang memungkinkan sesuatu gagasan pokok dapat
dikomoniksikan kepada pembaca secara  efektif. Paragraf merupakan satuan
terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari
pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf susunannya akan
menyulitkan membaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh
karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan
organisasi dan susunan yang has. Disamping itu, karena paragraf merupakan
bagian suatu pasal, maka antar paragraf satu dengan yang harus saling
berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka sesuruh karangan .
Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragraf ditulis dengan
baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan paragraf atau alenia yang
hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk seperti itu dianggap sebagai bentuk
paragraf yang kurang ideal dan dianggap sebagai pengecualian. Dalam tulisan
ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada beberapa alasan mengapa hanya
terdapat satu kalimat dalam paragraf,  yaitu (a) paragraf atau alenia tersebut
kurang baik untuk dikembangkan  oleh penulisnya atau penulis kurang memahami
hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat oleh pengarang dengan maksud hanya
mengemukakan gagasannya terdapat pada paragraf berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada satu ide pokok atau pikiran
utama. Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok atau pikiran
utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.

7
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan,
yaitu:
1. Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam
sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema, paragraf itu
harus dipecah menjadi dua paragraf.
2. Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Dengan demikian, kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama
daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa
berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
Paragraf disebut juga alinea. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
tersusun secara logis dan sistematis  yang mengandung satu kesatuan ide pokok.
Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan satuan terkecil dari sebuah
kalangan. Bisaanya paragraf itu terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan baik
isi maupun bentuknya. Isi kalimat-kalimat pembangun paragraf itu membentuk
satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam
karangannya. Jadi, dengan kata lain bahwa paragraf  adalah satuan terkecil dari
karangan yang bisaanya terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan dan
merupakan uraian tentang sebuah ide pokok.

B. Jenis – Jenis Paragaraf dan Contoh


1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
a. Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau
menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan
itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin
pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang
diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang
panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.

Contoh dari paragraf pembuka adalah tulisan  tentang  cerita dongeng


“Cinderella” selalu  ditulis, Pada zaman  dahulu kala  hiduplah….  Cobalah

8
dengan  gaya berbeda.  Misalnya  pembuka  pada  cerita “Cinderella”,  Ini  adalah
Kisah  tentang sepasang sepatu  yang  mengubah  nasib seorang  gadis.

Contoh  lain  kita  bisa  memulai paragraf pembuka  dengan  kalimat  tanya.

Misalnya,

Kesulitan apa ya  yang saya  alami  dalam menulis? Hmm, topik yang menarik di
awal pertemuan pertama yang ditugaskan Omjay dalam pelatihan menulis online
ini. Menarik karena saya  punya kesulitan, yakni tidak pernah menyelesaikan
tulisan saya.

b.  Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.

Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf


ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan
agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan
disusun secara logis.

Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.


Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-
paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian
itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai
dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang
menekankan pendapat pengarang.

Contoh dari paragraph penghubung atau isi :

Mengapa  tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya
mencoba menganalisis diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias tidak
percaya diri kalau mengungkapkan pikiran.

Terkadang saya menghindari tulisan yang dapat menimbulkan perbedaan cara


pandang terhadap sesuatu hal atau  yang bisa menimbulkan polemik. Saya

9
khawatir mereka tidak dapat menangkap apa yang saya maksud. Dalam tulisan
kita dibantu tanda baca untuk berekspresi. Berbeda dengan berbicara kita dibantu
dengan ekspresi wajah dan gestur.

c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung
kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf
penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap
diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti
terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus
merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu
serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.

Contoh paragraph penutup :


Ternyata  menyelesaikan tulisan  sebanyak 700  kata  itu  cukup  menantang  buat
saya. Tetapi  ini  tantangan  yang  menarik.  Semoga  saya  bisa mengikuti
pelatihan  ini  sampai  selesai  dengan  mengerjakan  tugas-tugas  tepat  waktu
dan  dapat melanjutkan  Kebiasaan  menulis  setiap  harinya. Terima  kasih
Omjay  dengan  kesempatan  belajar  ini.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


1) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di awal sebuah paragraf dan bersifat deduksi. Kata deduksi asalnya dari
bahasa latin : deducere, dedectum deduxi, yang artinya “menuntun ke bawah”;
ataupun ‘menurunkan’; deductio artinya ‘penuntun atau pengantaran’.

Paragraf ini paragraf yang diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum, lalu
dijabarkan dan dikembangkan menjadi pernyataan yang sifatnya khusus.
Pernyataan yang sifatnya khusus tersebut dapat berupa rincian, penjelasan, bukti-
bukti maupun contoh-contoh. Karena paragraf tersebut dikembangkan dari

10
pernyataan yang umum kemudian mengemukakan pernyataan – pernyataan yang
sifatnya khusus, dapat kita dikatakan bahwa penaralan paragraf deduktif
tersebut dari umum ke khusus.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif:


Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur punah. Anak-
anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri. Anak-anak sangat gemar
dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear,
Frozen dan kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai kartu
remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game
online ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.

2) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di akhir sebuah paragraf dan bersifat induksi. Kata induksi asalnya dari
bahasa latin : duxi, ducere, ductum yang artinya membawa ke; atau memasukan
kedalam. selanjutnya istilah induksi dapat dijelaskan dengan metode pemikiran
yang berasal dari hal yang khusus untuk menentukan simpulan atau hukum di
akhir paragraf. Karena kalimat-kalimat atau pernyataan khusus dapat berupa
penjabaran dan contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau
simpulan, sehingga paragraf induktif berkembang dari contoh dan rincian menjadi
simpulan.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf induktif :


Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena yang sekarang sedang berkembang
adalah cerita – cerita dari luar negeri lebih familiar bagi anak-anak diantaranya
cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen  dan
kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja
yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film seperti Spiderman,

11
Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah seperti Malin Kundang. Timun
Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain sebagainya. Selain itu dalam
hal permainan mereka lebih menyukai kartu remi,  puzzle UNO,  dan permainan
lainnya dari PS atau komputer hingga game online ketimbang permainan asli
daerah kita seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain
sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan bahwa sekarang ini kebudayaan luar
lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak maupun para remaja
Indonesia.

3) Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf deduktif
dengan paragraf induktif.  Paragraf deduktif-induktif ini, posisi gagasan pokok
atau kalimat utamanya di awal dan akhir sebuah paragraf. Sebuah wacana yang
menggunakan jenis paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat
umum di awal paragraf dan akhir paragraf sedangkan kalimat-kalimat yang berada
di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir) sifatnya khusus
berupa rincian atau contoh-contoh.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif-induktif:


Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur punah. Anak-
anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri. Anak-anak sangat gemar
dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear,
Frozen dan kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai kartu
remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game
online ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan
bahwa kebudayaan luar lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak
maupun para remaja Indonesia.

12
4) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis
paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat khusus di awal paragraf
dan akhir paragraf isinya berupa rincian atau contoh-contoh sedangkan kalimat-
kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir)
sifatnya umum.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf ineratif:


Anak-anak zaman sekarang lebih gemar dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob,
Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen dan kartun-kartun lainnya yang
ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja yang lebih menggandrungi
drama korea maupun  film- film seperti Spiderman, Harry Potter,
Batman. Budaya asli indonesia sudah berangsur-angsur punah. Cerita asli daerah
seperti Malin Kundang Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya secara senggaja ditinggalkan. Selain itu dalam hal permainan mereka
lebih menyukai kartu remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau
komputer hingga game online ketimbang permainan asli daerah kita
seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.

3. Jenis Paragraf Berdasarkan Kontennya

Jenis jenis paragraf berdasarkan kontennya sangat banyak digunakan, terutama


bagi anda yang ingin menjadi jurnalis.

1) Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis
wacana narasi. Narasi adalah tipe wacana yang berisi kejadian atau kisah. Secara
etimologis, naratif berasal dari bahasa latin yaitu narrare berarti menceritakan atau
bercerita, narratio berarti penceritaan serta narrativus berarti bersifat penceritaan.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf naratif :


Pak Rudi adalah salah satu guru honorer di Kabupaten Grobogan yang setiap hari
mengajar di SD N 1 Karangrejo. Pekerjaan tersebut tetap ia lakukan hingga siang
hari. Dari pekerjaannya sebagai guru honor tersebut ia hanya mendapatkan balas

13
jasa sebesar Rp500.000,00, sesuai UMP guru di Kabupaten Grobogan. Meskipun
begitu, Pak Rudi menjalaninya dengan penuh keikhlasan demi mengamalkan
ilmu-ilmunya.

2) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana yang berisi
penggambaran atau pemaparan dengan jelas, rinci dan lengkap mengenai suatu
hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat, sifat, hewan maupun tumbuhan
tertentu. Secara etimologis deskriptif berasal dari bahsa latin yaitu describere
berarti membuat gambaran dan descriptio artinya pembeberan atau
penggambaran.

Dalam mengembangkan paragraf ini penulis menjabarkan sesuatu secara lengkap,


cermat dan terperinci. Sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang hal
yang diceritakan.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deskriptif :


Langit Grobogan mulai terang. Walau jalan raya sempit, tidak sedikit kendaraan
yang memadatinya dan terdengar menderu. Anak sekolah memdominasi jalanan
tersebut. Pekerja pun turut meramaikan jalanan dengan terburu-buru. Perlahan
keramaian kendaraan di jalan berkurang hingga siang hari. Meskipun jalanan
sempit namun pepohonan di sekitar jalanan meneduhi para pengguna jalan.

3) Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe wacana yang berisi
penjelasan, membentangkan dan pemaparan akan sesuatu, sehingga pembaca
memdapatkan pengetahuan dan wawasan yang telah disampaikan penulis.

Ekspositori berasal dari bahasa latin yaitu exponere yang berarti membentangkan
atau memaparkan. Dalam memaparkannya, penulis menyebutkan contoh, proses
atau bukti-bukti konkret terhadap sesuatu.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf ekspositori :

14
Kabupaten Grobogan menjadi kabupaten terluas urutan kedua di Provinsi Jawa
Tengah setelah Cilacap. Awalnya kabupaten Grobogan beribukota di Kecamatan
Grobogan namun kemudian berpindah ke Kecamatan Purwodadi. Makanan khas
daerah ini ialah becek. Beberapa tempat wisata yang bisa kita kunjungi di
Kabupaten Grobogan diantaranya Kedung Ombo, Pemandangan
Jatipohon, api abadi mrapen dan Bledug Kuwu.

4) Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe wacana yang
berisi pendapat, pembuktian, pendirian, gagasan, dalih, dasar atau hujah  terhadap
sesuatu.

Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu rguere berarti membuktikan atau
meyakinkan seseorang dan argumentatio berarti pembuktian. Dalam
mengembangkan paragraf ini, penulis menjadikan pembaca yakin dengan
menyertakan bukti konkret sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Sehingga pembaca
dapat menyakini argumen penulis.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf argumentatif :


Polusi udara terjadi di seluruh negara, bahkan di daerah Grobogan utamanya
terjadi di kota purwodadi. Kendaraan bermotor menjadi sumber utama polusi di
daerah ini. Hal ini mengakibatkan udara menjadi tercemar. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Grobogan mencatat bahwa Tahun 2016 terjadi kenaikan tingkat
kendaraan dari tahun sebelumnya, berakibat naiknya polutan udara sebanyak
125%.

5) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana yang berisi ajakan,
bujukan atau himbauan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek
bagus bagi yang meyakini, melaksanakan sesuatu, atau membeli benda tertentu.

15
Contoh wacana yang menggunakan paragraf persuatif:
Slogan Grobogan Bersemi sudah sepatutnya tidak sekedar klaim belaka.
Kendaraan bermotor yang bejubel telah merampas udara bersih yang menjadi hak
kita sebagai warga Grobogan. Bukan lagi zamannya kita mengkambing hitamkan
orang lain. Langkah solutifnya, mari semi kan tumbuhan-tumbuhan hijau di
sekitar kita.

Uraian penggunaan paragraf beserta contohnya dalam kalimat di atas diharapkan


dapat menjadi acuan bagi anda yang sedang mempelajari penggunaan paragraf
yang baik dan benar. Jenis jenis paragraf di atas sangat penting digunakan sesuai
dengan fungsi dan maksud yang ingin anda sampaikan melalui tulisan / paragraf
yang anda buat.

C. Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat
dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu
masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari
masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari
satu ide atau masalah.
2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan
mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi,
penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung
antarkalimat.

3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama


Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan
pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf
tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya
satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran penjelas.

16
Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat
penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.
Selain dengan repetisi dan kata ganti, pertalian antarkalimat dapat dijalin
dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada
beberapa macam kata atau frasa yang dapat dipakai untuk maksud yang berbeda.
Tabel berikut ini memuat contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan
fungsinya masing-masing.

Fungsi Contoh Kata dan Frasa


Menyatakan hubungan: Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab
Akibat/hasil itu, dengan demikian, jadi

Pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian,


selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya,
tambahan lagi
Perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu,
berbeda dengan itu
Pertentangan
Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun
begitu, namun, sebaliknya, walaupun
Tempat demikian

Berdekatan dengan itu, di sini, di


Tujuan seberang sana, tak jauh dari sana, di
bawah,  persis, di depan … di
Waktu sepanjang…
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu

Singkatan Baru-baru ini, beberapa saat kemudian,


mulai sebelum, segera, sesudah, sejak,

17
ketika

Singkatnya, ringkasnya, akhirnya,


sebagai simpulan, pendek kata

D. Pola-Pola Pengembangan Paragraf

1. Pola Klimaks-Antikklimaks, merupakan pola yang berisi rincian gagasan


paragraf mulai yang dari yang terbawah hingga yang teratas. Atau, bisa juga
berisi rincian gagasan yang dimulai dari puncak menuju ke gagasan yang
terendah.
2. Pola Kausalitas, merupakan pola paragraf yang berisi sebab akibat suatu hal,
di mana sebab menjadi gagasan utama, dan akibat  menjadi penjelasnya.
3. Pola Sudut Pandang, merupakan pola yang berisi sudut pandang penulis
terhadap suatu hal.
4. Pola Definisi Luas, merupakan pola yang berisi definisi suatu hal atau gagasan
abstrak yang luas.
5. Pola Pertentangan, berisi beberapa gagasan paragraf yang saling bertentangan
satu sama lain.
6. Pola Perbandingan,  berisi beberapa gagasan yang diperbandingan satu sama
lain.
7. Pola Generalisasi,  merupakan pola yang berisi simpulan umum dari beberapa
gagasan khusus. Atau, bisa juga berisi pengembangan dari gagasan yang
bersifat umum.
8. Pola Klasifikasi, merupakan pola yang pengelompokkan suatu topik tertentu
ke dalam kelompok tertentu, Pola ini biasanya mengandung kata antara lain,
dibagi, dan sejenisnya.
9. Pola Analogi, merupakan pola yang berisi perumpamaan suatu hal dengan hal
lainnya.
10. Pola Contoh, merupakan pola paragraf yang berisi contoh dari topik atau
gagasan yang bertujuan untuk menguatkan gagasan tersebut.

E. Contoh Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangannya

18
1. Pola Klimaks-Antiklimaks

Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di
sekitarnya panik dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat. Selama di
klinik, Fahmi belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, keluarga Fahmi
pun datang ke klinik untuk melihat kondisinya. Sontak, keluarga Fahmi pun
menjadi cemas hatinya tatkala melihat Fahmi yang terkulai lemas di pembaringan
klinik.

2. Pola Kausalitas
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan proses
belajar dewasa ini. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah semakin jauh dari
nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya kenakalan remaja dan pergaulan
bebas yang mereka lakukan. Untuk itu, pendidikan moral harus kembali
diterapkan di dalam proses belajar mengajar anak agar mereka menjadi anak yang
bermoral baik.

3. Pola Sudut Pandang


Ini adalah tahun keduaku sekolah di SMAN 7. Aku mengambil jurusan IPS
dan kini aku berada di kelas X1 IPS 6. Di sini, aku berkenalan dengan sejumlah
teman baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. Salah satu diantara teman
baru tersebut adalah Anwar. Dia adalah satu murid kelas kami yang
menyenangkan, karena dia murid yang ramah serta sering membantu teman-teman
lainnya.

4. Pola Definisi Luas


Navigasi merupakan fitur pencarian yang terletak di bagian blog. Fitur ini
mempunyai fungsi yang dapat membuat pembaca bisa menemukan tema atau
judul tulisan yang hendak dibaca oleh pembaca di dalam blog tersebut.

5. Pola Pertentangan
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini bisa
dilihat dari seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam mengumpulkan
tugas. Selain itu, Alina sering sekali terlihat tidak fokus saat belajar di dalam

19
kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut berbeda  dengan apa yang dialami
Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru semakin tinggi, dan dia pun semakin
rajin dan fokus dalam belajar.

6. Pola Perbandingan
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal itu
disebabkan proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan proses
pembuatan tahu. Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah sebear 15,4 gram,
5,4 gram lebih besar dibanding protein pada tahu.

7. Pola Generalisasi

Pendidikan moral harus diajarkan sejak kecil di lingkungan keluarga. Adapun


cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral ke anak
adalah dengan memberikan kisah-kisah tentang orang yang mempunyai moral
yang baik. Selain itu, orang tua juga mesti bisa mencontohkan nilai-nilai moral
dalam kehidupan sehari-hari.

8. Pola Klasifikasi
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band) dibagi
atas beberapa macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord. Sementara itu,
orang-orang yang memainkan alat-alat tersebut dikelompokkan menjadi gitaris,
bassis, drumer, dan kibordis.

9. Pola Analogi
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu pula
manusia. Saat manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia pun akan
mengalami keletihan yang teramat sangat. Untuk itu, istirahatkanlah tubuh sejenak
di sela-sela waktu kerja agar tidak keletihan.

10. Pola Contoh


Selain digoreng, tempe ternyata bisa diolah menjadi varian olahan lain yang
tidak kalah enak. Misalnya saja tempe bacem. Olahan dari tempe ini dibuat
dengan cara merebus tempe bersamaan dengan berbagai macam bumbu yang
membuat tempe menjadi berwarna kecoklatan.

20
BAB III

PENUTUP

21
A. Kesimpulan

Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan


sehingga membentuk suatu gagasan tertentu. Paragraph dibedakan menjadi tiga
yaitu paragraph yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak
kalimat utama, dan berdasarkan isinya. Sebuah paragraph yang baik harus
memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang
mudahdimengerti oleh para pembaca. Paragraf adalah rangkaian kalimat yang
diikat oleh satu kesatuan gagasan. Namun dari pembahasan yang telah kami buat
dapat disimpulkan bahwa paragraf tidak hanya diikat oleh satu kesatuan gagasan,
tetapi dapat berupa dua gagasan atau lebih dengan memenuhi syarat yaitu
kesatuan dan kepaduan paragraf.

B. Saran

Agar sebuah paragraph dapat tersusun dengan baik dan sesuai EYD
diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat. Menyusun sebuah
paragraph harus seefekif mungkin dan dapat menyampaikan ide pokok secara
jelas hingga mudah dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

22
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma

Firdaus,Winci dan Syahminan .2008.Bahasa Indonesia ke Arah Memahami Kaedah dan


Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung : P&G Kilat Jaya.

Alwi, Hasan,dkk.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma

Firdaus,Winci dan Syahminan .2008.Bahasa Indonesia ke Arah Memahami Kaedah dan


Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung : P&G Kilat Jaya.

Alwi, Hasan,dkk.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Redaksi Titian Ilmu.2004. Ensikopedi Sastra Indonesia. Bandung:Titian Ilmu.

23

Anda mungkin juga menyukai