Anda di halaman 1dari 13

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

DOSEN PEMBIMBING :
EVA SULATRI SAGITA, M.PD

DI SUSUN OLEH :

MUHTADIL AKHYAR : 22105111083


MUHAMMAD NAZIR : 22105111115
AYU SAFITRI : 22105111087
NUR ALIAH : 22105111085
M. ZAMHURI AL GHIFARI : 22105111084
NAZILA : 22105111102
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb,

Puji Syukur Tuhan Yang Maha Esa senantiasa selalu memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, baik kesehatan maupun
kesempatan dalam memberikan dorongan dan motivasi sehingga
terselesainya tugas ini.

Selanjutnya kami selaku mahasiswa yang membuat makalah mengenai pola


pengembangan paragraf sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, maka kami menulis sebuah makalah yang
berjudul “Pola Pengembangan Paragraf”.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini kemungkinan
j a u h d a r i kesempurnaan yang diharapkan, oleh karena itu penulis
mengharapkan respon atau saran yang positif agar tulisan makalah kami ini
dapat diterima.

Akhir
kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
penilis dan pembaca.

Sigli, 22 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Paragraf
2. Panjang Paragraf
3. Macam macam Paragraf
4. Syarat Pembentukan Paragraf
5. Struktur Paragraf
6. Fungsi Paragraf
7. Pola Susunan Paragraf
8. Perpautan Dalam Paragraf
9. Teknik Pengembangan Paragraf

BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah
mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering
dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan
tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang
membentuk paragraf, paragraf merupaka sanian kecil sebuah karangan yang
membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis
dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan
kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan
satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya
terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam
pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian
karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi,
alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan
untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi,
pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana
atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu
paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Paragraf
Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti
sebelum’ dan kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau
alinea merupakan  gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan dan
membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan
runtun (sistematis), yang memungkinkan sesuatu gagasan pokok dapat
dikomoniksikan kepada pembaca secara  efektif. Paragraf merupakan satuan
terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari
pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf susunannya
akan menyulitkan membaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun
singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf
membutuhkan organisasi dan susunan yang has. Disamping itu, karena
paragraf merupakan bagian suatu pasal, maka antar paragraf satu dengan yang
harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka
sesuruh karangan . Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika
paragraf ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan paragraf atau alenia yang
hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk seperti itu dianggap sebagai bentuk
paragraf yang kurang ideal dan dianggap sebagai pengecualian. Dalam tulisan
ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada beberapa alasan mengapa
hanya terdapat satu kalimat dalam paragraf,  yaitu (a) paragraf atau alenia
tersebut kurang baik untuk dikembangkan  oleh penulisnya atau penulis
kurang memahami hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat oleh pengarang dengan
maksud hanya mengemukakan gagasannya terdapat pada paragraf berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada satu ide  pokok atau
pikiran utama. Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok
atau pikiran utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan,
yaitu:
1.      Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam
sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema, paragraf itu
harus dipecah menjadi dua paragraf.
2.      Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Dengan demikian, kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama
daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa
berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
2.      Panjang Paragraf
Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok  (klimat topik) diikuti oleh
sejumbalh pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus
cukup rinci  sehingga gagasan utama yang  akan dikomunikasikan menjadi jelas
bagai pembaca. Rincian yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai
pembaca.
Panjang pendeknya paragraf bergantung sepenuhnya  pada kedalaman isi
pikiran atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca”
pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu
menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang
belum dapat menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua,
ketiga dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Paragraf yang terlau pendek
(terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup mampu menjelaskan
gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan
berbelit-belit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya
ditonjolkan.

3.      Macam-macam Paragraf
a.       Pembagian paragraf berdasarkan posisi kalimat topik
Macam-macam paragraf dapat ditinjau berdasarkan hal-hal berikut; (1)
berdasarkan posisin kalimat topiknya; (2) berdasarkan fungsinya dalam
karangan; dan (3) berdasarkan sifat isinya. Paragraf dapat dibedakan atas
empat bagian, yaitu:
1.      Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf
dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau
penjelasan khusus.
2.      Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah kebalikan dari paragraf deduktif. Kalau dalam paragraf
deduktif pikiran utama terdapat pada awal, pada paragraf induktif pikiran
utamanya terletak di akhir paragraf. Paragraf ini dimulai dengan pikiran
penjelas terlebih dahulu, kemudianbaru diakhiri dengan pikiran utamanya.
3.      Paragraf Deduktif-Induktif
Paragrafdeduktif-induktif adalah paragraf yang pikiran utamanya terletak pada
awal dan akhir paragraf. Pikiran utama yang terdapat pada akhir paragraf
sifatnya mengulang kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
4.      Paragraf Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf ini sama pentingnya dan tak ada
kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf seperti ini sering dijumpai
pada karangan yang berbentuk narasi dan deskripsi.
b.      Pembagian paragraf berdasarkan fungsinya dalam karangan.
Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dapat dibedakan atas tiga
bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup.
1.      Paragraf Pembuka
Paragraf ini bertujuan mengantarkan pembaca kepada isi karangan. Sebagai
paragraf pembuka, paragraf ini harus dapat menarik minat dan perhatian para
pembacanya. Selain itu, paragraf ini juga harus mampu menyiapkan pikiran
pembaca untuk mengetahui isi karangan secara keseluruhan.
2.      Paragraf Pengembang
Paragraf ini ada penjabaran dari paragraf pembuka. Paragraf ini berfungsi
untuk mengembangkan inti permasalahan seperti yang telah dikemukakan
dala paragraf pembuka. Paragraf ini juga berisi penjelasan terhadap hal-hal
yang akan diuraikan selanjutnya. Selain itu paragraf  ini juga harus mampu
mempersiapkan landasan untuk sebuah kesimpulan.
3.      Paragraf Penutup
Paragraf ini merupakan simpulan dari seluruh isi karangan. Oleh sebab itu
harus mencerminkan seluruh isi karangan tersebut. Sebagai sebuah simpulan,
paragref ini tidak boleh terlalu panjang.
c.       Pembagian paragraf berdarkan sifat isinya
Berdasarkan isinya, paragraf dapat dibedakan atas lima bagian :
1.      Paragraf persuasi, yaitu paragraf yang bertujuan untuk meyakinkan
seseorang baik pembaca ataupun pendengar agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis dengan memengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap
pembaca, dengan memberikan penekanan pada aspek emosional.
2.      Paragraf argumentasi, yaitu paragraf yang bertujuan membuktikan sesuatu
dengan cara penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan yang
kuat berdasarkan pada fakta-fakta yang kuat dengan maksud agar si pembaca
terpengaruh. 
3.      Paragraf narasi, yaitu paragraf yang berbentuk kisahan suatu kejadian atau
peristiwa, yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu) sehingga
menjadi suatu rangkaian. Dengan demikian, para pembaca akan merasakan
urutan kejadian yang digambarkan dalam tulisan.
4.      Paragraf deskripsi, yaitu paragraf yang menggambarkan atau menerima
suatu objek, gagasan tempat atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya sehingga
pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri hal atau peristiwa yang
digambarkan oleh penulis.
5.      Paragraf eksposisi, yaitu paragraf yang menjelaskan tentang suatu
permasalahan yang dipaparkan secara runtut sehingga masalahnya menjadi
jelas. Tujuan paragraf ini adalah memberikan informasi atau penjelasan kepada
pembaca dengan cara mengembangkan gagasan sehingga bisa memperluas
pengetahuan pembaca.

4.      Syarat-syarat Pembentuk Paragraf   


Sebuah paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu
adanya kesatuan dan kepaduan (koherasi).
1.      kesatuan (kohesi). Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-
kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama menyatakan suatu hal atau
tema tertentu.
2.      kepaduan (koherensi). Paragraf dianggap perlu jika semua kalimat yang
membangun sebuah paragraf saling berhubungan dan kompak antara kalimat
satu dan kalimat yang lainnya yang membentuk paragraf itu. Hubungan
antarkalimat harus saling berkaitan, tidak ada satu kalimat pun yang
hubungannyatidak logis.
Cara mengaitkan hubungan antarkalimat dapat dilakukan dengan melihat
hubungan antarsubjek atau antarpredikat. 
Selain dengan repetisi dan kata ganti, pertalian antarkalimat dapat dijalin
dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung,
ada beberapa macam kata atau frasa yang dapat dipakai untuk maksud yang
berbeda.
Tabel berikut ini memuat contoh kata dan frasa penghubung lengkap
dengan fungsinya masing-masing.
Fungsi Contoh Kata dan Frasa
Menyatakan hubungan: Akibatnya, karena itu, maka, oleh
Akibat/hasil sebab itu, dengan demikian, jadi

Pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian,


selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya,
tambahan lagi
Perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu,
berbeda dengan itu
Pertentangan
Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun
begitu, namun, sebaliknya, walaupun
Tempat demikian

Berdekatan dengan itu, di sini, di


Tujuan seberang sana, tak jauh dari sana, di
bawah,  persis, di depan … di
Waktu sepanjang…
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu

Singkatan Baru-baru ini, beberapa saat kemudian,


mulai sebelum, segera, sesudah, sejak,
ketika

Singkatnya, ringkasnya, akhirnya,


sebagai simpulan, pendek kata

5.      Struktur Paragraf
Sebuahparagraf terdiri atas satu pikiran utama ditambah dengan beberapa
pikiran penjelas atau pikiran pendukung. Pikiran utama adalah apa yang
menjadi pokok persoalan atau gagasan utama paragraf tersebut. Sementara
kalimat penjelas atau pikirian penjelas berfungsi menjelaskan atau mendukung
ide pokok dalam paragraf tersebut. Ada beberapa ciri pikiran utama, yaitu :
1.      permasalahannya berpotesial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut;
2.      berupa kalimat lengkap yang bisa berdiri sendiri;
3.      artinya cukup jelas, tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain;dan
4.      dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung
Sementara pikiran penjelas memiliki ciri-ciri
1.      tidak dapat berdiri sendiri;
2.      arti kalimat itu baru akan jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain
dalam paragraf;
3.      sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa transisi (penghubung);
dan
4.      isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan kata tambahan lain yang
bersifat mendukung kalimat topik (Finoza, 2002:147).
 Kalimat topik dapat kita temui dimana saja dalam paragraf, baik di awal
maupun di akhir paragraf. Bahkan, ada paragraf yang seluruhnya berisi topik.
Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal paragraf disebut paragraf
deduktif, Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal paragraf disebut
paragraf induktif, Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal dan di akhir
disebut paragraf deduktif-induktif. Kalimat topik yang di akhir adalah simpulan
dari kalimat topik sebelumnya. Sementara itu, paragraf yang berisi seluruhnya
kalimat topik disebut paragraf penuh kalimat topik.

6.      Fungsi Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi
pembagian per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut:
1.      Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan
paragraf
2.      Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3.      Penanda bahwa pikiran baru dimulai,
4.      Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5.      Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi
pengantar, transisi, dan penutup.
7.      Pola Susunan Paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dengan pola runtunan
tertentu, antara lain:
1.      Pola runtunan waktu
Pola susunan ini biasanya dipakai untuk memberikan (mendeskripsikan) suatu
peristiwa atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi
selangkah. Misalnya cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah dan
menggunakan suatu alat. Pola susunan ini ditandai dengan “rambu” yang
menyatakan runtutan waktu, lalu, kemudian, setelah itu, sambil, seraya, dsb.
2.      Pola runtutan ruang
Apabila penulis menggunakan pola runtutan ruang secara umum, ia akan
menggunakan kata seperti disebelah kiri, sedikit diatas, agak menjorok
kedalam, dsb. Apabila penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia
dapat menyebutkan ukurannya, misalnya sepuluh sentimeter diatasnya,
menjorok kedalam 1 m, memnentuk sudut 45 derajat, dsb.
3.      Pola susunan sebab-akibat
Pola susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) menemukan alas an
saecara logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi
suatu peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan
terjadi. Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, akhibatnya,
menghasilkan, sehingga, dll.
4.      Pola susunan perbandingan
Pola ini digunakan untuk membandingkan suatu perkara atau lebih, yang
disatu pihak mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain mempunyai
perbedaan. Perbandingan ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi,
berbeda dengan, demikian pula, sedangkan,sementara itu.
5.      Pola susunan daftar
Suatu paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk
daftar. Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak
(mebaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar.
Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan
berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya.
6.      Pola susunan contoh
Banyak gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya
mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya
atau contohnya, tetapi adakalanya tidak.
7.      Pola susunan bergambar
Terdapat pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik,
diagram. dsb.) untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisanya. Dalam
kaitan itu perlu dicantumkan petunjuk kepada gambar bersangkutan supaya
pembaca mengetahui gambar yang harus dilihatnya, misalnya “lihat gambar
2”, atau “(gambar 2)”.

8.      Perpautan dalam Paragraf


a.         Perpautan antar kalimat
Paragraf yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat
pernyataan di dalamnya yang menurut tuntutan yang logis. Ada beberapa cara
yang dapat dipakai untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf
yang setali, antara lain sebagai berikut :
1.      mengulang kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya
obyek pada kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
2.      menggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
3.      menggunakan pernagkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain
itu, kedua, lagi pula, selanjutnya, sekalipun begitu, juga akhirnya, di satu pihak,
dipihak lain, sebaliknya, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan
demikian, dengan kata lain, dsb.;
4.      menggunakan pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata
yang sama, dengan sinonim, atau dengan kata ganti;
5.       menggunkan bangunan perklaimatan yang seiring.
b.         Perpautan antarparagraf
Paragraf mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai
penggalan pikiran paragraf yang satu terpisah dari paragraf yang lain.
Sementara itu, sebagai pengagalan pikiran pula paragraf merupakan mata
rantai dari dari rangkaian paragraf yang menyajikan gagasan-gagasan
pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis.
Dalam pada itu pengarang menggunakan unsure perangkai yang
memperpautkan paragraf yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai
tersebut dapat berupa kata yang diulang, kata rangkai sebuah kalimat, atau
bahkan sebuah paragraf.
1.      Pengulangann kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau pokok karangan dari pargraf yang satu pada paragraf
berikutnya merupakan cara yang baik untuk memperpautkan bebagai paragraf
dalam sebuah karangan. Ketika pembaca beralih membaca dari paragraf yang
satu kepada paragraf berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang diulang itu
kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu. Dengan demikian
gagasan pada paragraf yang sendang dibacanya tidak terlepas dari gagasan
yang mendahuluinya.
2.      Kata rangkai
Cara lain untuk memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang
mendahulinya adalah dengan menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada
awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus kata rangkai yang sering dipakai
untuk memperpautkan paragraf, misalnya aneh, sementara itu, sebaliknya,
namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu.
3.      Kalimat sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf.
Isinya dapat merupakan kesimpulan uraian sebelumya.
4.      Paragraf sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah paragraf utuh atau pendek. paragraf
seperti itu biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari
bahasanya, dan hendak berpindah pada bahasan yang lain. Cara
mengguanakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan
perkara yang dibahas sebelelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai
masalah yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan bahasan
selanjutnya.

9.      Teknik Pengembangan Paragraf


Paragraf sesuai metode-metode pengembangan dengan dasar
pembentukkan paragraf :
1.      Klimaks dan anti klimaks
2.      Sudut pandang → menurutku, menurut saya
3.      Perbandingan dan pertentangan → batuk, pilek
4.      Analogi → perbedaan, ibarat, bagai (metafora) mungkin majas dan
peribahasa bisa sebagai fiksi
5.      Proses → menjelaskan dari A- Z
6.      Sebab-akibat → mengapa ?
7.      Umum-khusus → seperti piramida terbalik (penjelasan kemudian inti)
8.      Klasifikasi → pengelompokkan beberapa pokok kalimat 
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu Bahasa Indonesia
dapat member kita ilmu pengetahuan yang mendalam dan Bahasa Indonesia
adalah Bahasa Resmi kebangsaan dengan Berbahasa Indonesia kita bias
menambah Cakrawa dan pemikiran dan berbahasa yang lusa.
Paragraf adalah rangkaian kalimat yang diikat oleh satu kesatuan gagasan.
Namun dari pembahasan yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa
paragraf tidak hanya diikat oleh satu kesatuan gagasan, tetapi dapat berupa
dua gagasan atau lebih dengan memenuhi syarat yaitu kesatuan dan kepaduan
paragraf.

DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : PT Erlangga

Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma

Firdaus,Winci dan Syahminan .2008.Bahasa Indonesia ke Arah Memahami


Kaedah dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung : P&G Kilat Jaya.

Alwi, Hasan,dkk.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai


Pustaka

Anda mungkin juga menyukai