EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya. Atas berkat, rahmat, dan hidayat-Nya serta
berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Bahasa Indonesia yang membahas
tentang “Paragraf” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
materi “Paragraf”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna.
Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk
pembaca.
A. Latar Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah
mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan
perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri
sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraph,
paragraf merupaka sanian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran
sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.
Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu
gagasan(gagasan tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu
kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya
terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam
pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena
disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea
semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan
tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan
sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan
sebuah karangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paragraf
2. Apa kegunaan paragraf
3. Apa saja jenis-jenis paragraf
4. Apa syarat-syarat pembentukan paragraf
5. Dimana letak kalimat utama
6. Mengembangkan paragraf
C. Tujuan
1. Mengerti apa itu paragraf
2. Mengetahui kegunaan paragraf
3. Mengetahui jenis-jenis paragraf
4. Mengetahui syarat-syarat pembentukan paragraf
5. Mengetahui letak kalimat utama
6. Dapat mengembangkan paragraf
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua
kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau
topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat
ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan
(Akhadiah dkk, 1991:144). Keraf (1977:51), menyebut paragraf dengan istilah
alinea. Alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang pendek (singkat). Dengan adanya
paragraf, dapat dibedakan suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kelelahan
membaca sebuah tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena seolah olah
dicambuk untuk membaca terus-menerus sampai selesai. Kita pun susah
mengonsentrasikan pikiran dari gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya Paragraf
dapat berhenti sebentar, sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan
yang terkandung dalam paragraf itu.
B. Kegunaan Paragraf
Kegunaan paragraf yaitu antara lain sebagai berikut.
a. Untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut
topik sebelumnya.
b. untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk memerinci apa yang
sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf yang
terdahulu.
C. Jenis-jenis Paragraf
Jenis-Jenis Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi
paragraph pembuka, penghubung, dan penutup (Akhadiah dkk, 1993: 171).
1. Paragraf Pembuka
Paragraf yang berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada
masalah yang akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat
menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf
pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak membosankan.
Paragraf pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan, yaitu
selain supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi
menjelaskan tentang tujuan dari penulisan itu.
2. Paragraf Penghubung
Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf
penghubung. Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan
dikemukakan. Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang
paling panjang, dan antara paragraf dengan paragraf harus saling
berhubungan secara logis.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya
paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga
paragraf penutup berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang
dianggap penting dalam paragraf penghubung. Paragraf penutup yang
berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang.
Namun, tidak berarti, paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu
saja. Jadi, seorang penulis harus dapat menjaga perbandingan antara
paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
2. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah
koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan
atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas,
tetapi dibangunoleh kalimat-kalimat hubungan timbal balik. yang
mempunyai
Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran
penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang
membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan
adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada
hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:
a) Unsur kebahasaan yang digambarkan dengaN
Repetisi atau pengulangan kata kunci
Contoh pemakaian repetisi:
Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita
lakukan ialah menentukan tujuan. mengajarkan sesuatu itu. Tanpa
adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan,
metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun, tidak akan
banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan
hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan
pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan,
metode yang akan kita gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam paragraf di atas, kepaduan didapat dengan mengulang kata
kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata
kunci yang mula-mula timbul pada awal paragraf, kemudian diulang-
ulang dalam kalimat berikutnya. Pengulangan ini berfungsi
memelihara kepaduan semua kalimat.
Kata ganti
Contoh pemakaian kata ganti.
Dengan penuh kepuasan Pak Mijan memandangi hamparan padi
yang tumbuh dengan subur, jerih payahnya tidak sia-sia. Beberapa
bulan lagi ia akan memetik hasilnya. Sudah terbayang di matanya
orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan
menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya dan calon
menantunya Acep akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah
itu tentu dapat mengantarkan mereka ke mahligai perkawinan.
Kepaduan paragraf di atas dibina dengan menggunakan kata ganti.
Kata yang mengacu kepada manusia, benda, biasanya untuk
menghindari kebosanan, diganti dengan kata ganti. Pemakaian kata
ganti dalam paragraf di atas berfungsi menjaga kepaduan antara
kalimat-kalimat yang membina paragraf.
Kata transisi atau ungkapan penghubung.
Untuk menyatakan kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain
yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frase (kelompok
kata) dalam bermacam-macam hubungan.
Contoh pemakaian kata transisi.
Perkuliahan bahasa Indonesia sering kali sangat membosankan,
sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal
ini disebabkan oleh bahan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya
merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa, atau
merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping
itu, mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak
mereka duduk di bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya
sudah mempelajari bahasa Indonesia selama sepuluh tahun, merasa
sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih
atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada
mahasiswa, merupakan kesulit tersendiri bagi para pengajar bahasa
Indonesia.
b) Pemerincian dan urutan isi paragraf
Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi
sebuah paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama
dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari urutan perinciannya.
Perincian ini dapat diurut secara kronologis (menurut urutan waktu),
secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus umum, umum-
khusus), menurut urutan ruang, menurut proses, dan dapat juga dari
sudut pandangan yang satu kesudut pandangan yang lain.
3. Kelengkapan
Suatu paragraph dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat
penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau
kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika
tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-
pengulangan.
Perhatikan contoh berikut
Suku dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka
tidak suka berselisih atau bersengketa.
Paragraf di atas merupakan paragraf merupakan contoh paragraf
yang hanya diperluas dengan pengulangan. Kita lihat ungkapan
bertengkar pada kalimat pertama, hanya diulangi dengan sinonimnya
yaitu kata berselisih dan bersengketa.
E. Letak Kalimat Utama
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling
berhubungan dan hanya mengandung satu pikiran utama dan dijelaskan oleh
beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dituangkan dalam kalimat Utama
dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian dituang kedalam kalimat-kalimat
penjelas.
Penempatan kalimat utama dalam pengembangan sebuah paragraf
bermacam-macam. Ada paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa
atau perincian kemudian ditutup dengan kesimpulan yang kemudian baru
perincian-perincian untuk menjelaskan pikiran utama. Ada empat cara untuk
meletakkan kalimat utama, yaitu:
F. Mengembangkan Paragraf
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci
dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke
dalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua
pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaiknya
sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Dalam
sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
Inilah yang dinamakan kerangka paragraf.
Kerangka paragraf:
Pikiran utama: Keindahan alam yang mengecewakan.
Pikiran penjelas :
1. Manusia telah mengubah segala-galanya;
2. Hutan, sawah, dan ladang tergusur
3. Pohon sudah tidak ada;
4. Pagar bunga telah berganti; dan
5. Pembangunan gedung-gedungmewah.
e) Defini Luas
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang kadang penulis
terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa alinea.
Perhatikan paragraf berikut ini!
Pengajaran mengarang sebagai kegiatan terpadu, biasanya
ditunda sampai siswa agak mampu menggunakan bahasa lisan, seperti
dalam pelajaran membaca. Pada tahap awal, latihan mengarang itu
biasanya digunakan untuk memperkuat kemampuan dasar seperti: ejaan,
pungtuasi, kosakata, kalimat, dan lain-lain. Kemudian kemampuan
mengarang dijadikan pelajaran tersendiri, yakni pengajaran mengarang.
Jadi, mengarang adalah suatu kemampuan yang kompleks yang
menggabungkan sejumlah unsur kemampuan yang berlain-lainan.
f) Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita
mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan
ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil.
Perhatikan paragraf berikut ini!
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis dituntut beberapa
kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan
kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang
termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan
ejaan, pungtuasi, kosakata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang
dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan
menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasa, sub pokok
bahasa, dan kemampuan membagi pokok bahasa dalam urutan yang
sistematik.
Berdasarkan Tujuan dari Sifatnya, paragraf dibedakan menjadi
lima macam, yaitu paragraf deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi,
dan persuasi (Wiyanto, 2006: 64).
1) Deskripsi berasal dari verba to describe, yang artinya
menguraikan, memberikan, atau melukiskan. Paragraf deskripsi
adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan/impresi
kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa,
dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Dengan
deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-olah melihat,
mendengar, merasakan, atau terlihat dalam peristiwa yang
diuraikan penulis
Contoh:
Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun.
Mungkin ia lebih tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya
mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidung bangir dan
matanya berkilauan seperti mata seorang India. Tahi lalat di
atas bibirnya dan rambutnya yang ikal bergelombang-lombang
menyempurnakan kecantikannya itu.
2) Narasi (narration) secara harafiah bermakna kisah atau cerita.
Paragraf narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan.
Paragraf narasi kadang-kadang mirip dengan paragraf deskripsi.
Bedanya, narasi mementingkan urutan dan biasanya ada tokoh
yang diceritakan. Paragraf narasi tidak hanya terdapat dalam
karya fiksi (cerpen dan novel), tetapi sering pula terdapat dalam
tulisan nonfiksi.
Contoh:
Supri menuturkan, siang itu tanggal 6 Mei 2011 ia sedang
bersembahyang di dalam bloknya. Tiba-tiba ia mendengar
suara gaduh, puluhan orang berlamburan keluar lewat pinta
gerbang rutan salemba. Laki-laki yang belum menerima vois
itu langsung ikut kabur.
3) Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan
sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca
menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi biasanya
digunakan untuk menyajikan pengetahuan/ilmu, definisi,
pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan
proses terjadinya sesuatu.
Contoh:
Dalam tubuh manusia terdapat aktivitas seperti pada mesin
mobil. Tubuh manusia dapat mengubah energi kimiawi yang
terkandung dalam bahan-bahan bakarnya yakni makanan yang
ditelan menjadi energi panas dari energi mekanis. Nasi yang
Anda makan pada waktu sarapan akan dibakar dalam tubuh
persis sebagaimana bensin dibakar daam silinder mesin mobil
4) Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) yang
artinya membuktikan atau menyampaikan alasan. Paragraf
argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat,
konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca. Untuk
meyakinkan pembaca bahwa yang disampaikan itu benar,
penulis menyertakan bukti, Contoh, dan berbagai alasan yang
sulit dibantah.
Contoh:
Penebangan hutan harus segera dihentikan. Pohon-pohon
dilutan harus dapat menyerap sisa-sisa pembakaran dari
pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Jika hutan ditebang
habis, maka tidak ada mesin yang bisa menyerap sisa-sisa
pembakaran. Sisa-sisa membakaran itu dapat meningkatkan
pemanasan global. Pemanasan global itu akan melelehkan
gunung es di kutub. akibatnya kota-kota di tepi pantai seperti
Jakarta, Surabaya, Singapura, Bangkok, dan lain-lainnya akan
terendam air laut. Jika hutan kita terus ditebang demi
kepentingan ekonomi, maka akan terjadi bahaya yang luar
biasa hebatnya. Oleh sebab itu, hutan harus kita selamatkan
sekarang juga.
5) Persuasi diturunkan dari verba to persuasi yang artinya
membujuk, atau menyarankan. Paragraf persuasi merupakan
kelanjutan atau pengembangan paragraf argumentasi. Persuasi
mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan, bukti, atau
contoh untuk meyakinkan pembaca. Kemudian diikuti dengan
ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca.
Beda argumentasi dengan persuasi terletak pada sasaran yang
ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi
menitikberatkan sasaran pada logika pembaca, sedangkan
persuasi pada emosi/perasaan pembaca walaupun tidak
melepaskan logika. Dengan kata lain, yang digarap paragraf
argumentasi adalah benar salahnya gagasan/pendapat.
Sementara itu, paragraf persuasi menggarap pembaca agar mau
mengikuti kehendak penulis.
Contoh:
Praktik berpidato memang luar biasa manfaatnya. Pengalaman
setiap kali praktik merupakan pengalaman batin yang sangat
berharga. semakin sering praktik, baik dalam berlatih maupun
berpidato yang sesunggulnya, pengalaman batin itu semakin
banyak. Dari pengalaman itu, pembicara dapat menemukan
cara-cara berpidato yang efektif dan memikat. Semakin banyak
daya pikat ditemukan dan semakin sering diterapkan dalam
praktik, semakin meningkat pula keterampilan pembicara.
Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi
semacam obat kuat untuk membangun rasa percaya diri. Bila
rasa percaya diri itu suduh semakin besar, pembicara dapat
tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi.
Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih
keberhasilan pidato. Oleh Karena itu, untuk memperoleh
keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato, anda harus
melaksanakan praktik berpidato.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paragraf (Alinea) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih
tinggi dan lebih luas dari pada kalimat atau Alinea merupakan kumpulan kalimat
tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul melainkan berhubungan antara yang
satu dengan yang lain dalam ssatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat.