Anda di halaman 1dari 28

KEWARGANEGARAAN

STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL DALAM

ARUS GLOBALISASI

OLEH
FIKTER FRILONDANI NORA
MERY MAKI
BYUTY FEMSSY ENOCH
GABRIELA TARUK
MORFA MANGKAPA

DOSEN MATA KULIAH


JORRY F. LALA, S.H.

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2012
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I ...................................................................................................................... ii
1.1 PENDAHULUAN ......................................................................................... ii
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. iii
1.3 MANFAAT PENULISAN ........................................................................... iii
1.4 METODOLOGI ........................................................................................... iv
1.5 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... iv
BAB II ..................................................................................................................... 1
STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL ......................... 1
2.1 Kondisi Identitas Nasional dalam Era Globalisasi ........................................ 1
2.2 Strategi Mempertahankan Identitas Nasional ................................................ 3
2.3 Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional ........................................ 12
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

i
BAB I

1.1 PENDAHULUAN

Identitas suatu bangsa merupakan faktor yang sangat menentukan jati diri

sebuah bangsa ataupun negara yang pada prinsipnya identitas itulah yang

menandakan eksistensi bangsa di lingkungan internasional. Bertolak dari konsep

diatas, adalah sangat penting bagi setiap bangsa untuk mampu mempertahankan

identitas nasionalnya demi eksistensi bangsa tersebut dan harga diri, jati diri, dan

kehormatan bangsa tersebut.

Adapun dalam era globalisasi sekarang ini, menuntut penyesuaian bagi

setiap negara agar dapat mempertahankan eksistensinya sebagai negara berdaulat.

Demikian halnya dengan identitas nasional suatu bangsa yang harus

dipertahankan agar tidak mengalami pergeseran nilai identitas nasional tersebut.

Hal inilah yang akan menjadi bahan kajian dalam makalah yang kami (kelompok

II) sajikan dengan mengungkap cara–cara atau trick suatu bangsa dalam

mempertahankan identitas nasionalnya. Dalam ulasannya, disajikan juga kondisi

globalisasi sekarang ini yang mengalami kemajuan pesat. Disamping kemajuan

yang pesat itu, tidak dipungkiri lagi ada begitu banyak tantangan yang dihadapi

negara, dengan adanya pergeseran nilai–nilai budaya asli bangsa karena arus

globalisasi yang kian deras sehingga kadang tidak terkendali.

Menyikapi hal ini, perlu adanya peran pemerintah dan masyarakat yang

bekerjasama dalam merespon masalah–masalah yang timbul dalam arus

ii
globalisasi sekarang ini, dan demi mempertahankan eksistensi identitas nasional.

Hal ini akan dibahas dalam makalah kami ini, dengan menyertakan berbagai

sumber terkait demi keakuratan materi didalamnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kondisi identitas nasional dalam era globalisasi ?

2. Bagaimanakah strategi yang diterapkan untuk mempertahankan identitas

nasional ?

3. Mengapa identitas nasional penting untuk dipertahankan di Era

Globalisasi?

1.3 MANFAAT PENULISAN

1. Secara teoritis kegunaan makalah ini dapat mengembangkan wawasan dan

pengetahuan tentang strategi mempertahankan identitas nasional dalam

arus globalisasi.

2. Secara praktis bermanfaat bagi pengembangan wawasan ilmu pengetahuan

mengenai strategi mempertahankan nasional dalam arus globalisasi,

mengembangkan konsep tentang strategi mempertahankan nasional dalam

arus globalisasi, memberikan manfaat dalam rangka pengembangan

konsep, proposisi maupun teori baru tentang identitas nasional dan arus

globalisasi, memberikan manfaat kepada masyarakat umum yang ingin

mengetahui cara mempertahankan nasional dalam arus globalisasi.

iii
1.4 METODOLOGI

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode penelitian kepustakaan

(library research). Dalam penyusunannya, makalah ini disajikan dengan

tiga bab, dimana pada Bab I, terdiri dari Pendahuluan, Rumusan Masalah,

Manfaat Penulisan, Metodologi, dan Tinjauan Pustaka. Bab II, merupakan

bagian pembahasan, dan Bab III merupakan bagian penutup yang terdiri atas

kesimpulan dan saran.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai

“the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya

digunakan dalam peperangan1. Karl Von Clausewitz (1780-1831)

berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan

pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu

sendiri merupakan kelanjutan dari politik.

Dalam abad modern sekarang ini penggunaan kata strategi tidak lagi

terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan,

tetapi sudah digunakan secara luas, dalam berbagai bidang termasuk

dalam bidang ekonomi, politik, sosial-budaya maupun bidang olahraga.

1
Tim Penyusun, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 2008,
Hlm. 139

iv
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan

kemenangan atau pencapaian tujuan.

Dengan demikian strategi tidak hanya menjadi monopoli para Jenderal

atau bidang militer tetapi telah meluas kesegala bidang kehidupan.

Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan

mengembangkan kekuatan (politik, ekonomi, sosial-budaya dan

hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Identitas Nasional

Identitas nasional secara terminologi adalah suatu ciri yang

dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa

tersebut dengan bangsa lain2. Berdasarkan pengertian tersebut, identitas

nasional dapat berarti setiap bangsa memiliki ciri khas, keunikan dan

sifat-sifat yang berbeda dengan bangsa lain. Dengan demikian, identitas

nasional merupakan jati diri bangsa atau kepribadian suatu bangsa. Pada

umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas

adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis

dan sosiologis yang mendasaari tingkah laku individu. Tingkahlaku

tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang beda

dengan orang lain. Oleh karena itu, kepribadian tercermin pada

2
Kaelan dan Zubaidi Achmad, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma), 2010,
Hlm. 43.

v
keseluruhan tingkahlaku seseorang dalam hubungan dengan manusia

lain (Ismaun, 1981:6)3

Identitas nasional merupakan kepribadian bangsa. Ketika dapat

memahami kepribadian, yang menjadi pertanyaan apakah pengertian

bangsa . Pada hakikatnya bangsa adalah sekelompok besar manusia

yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga

mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan

hidup bersama serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu kesatuan

nasional. Dari pengertian kepribadian dan bangsa, maka identitas

nasional itu benar-benar melekat pada setiap individu yang mendiami

suatu bangsa.

C. Globalisasi

Pada umumnya, globalisasi di mengerti sebagai sutau proses

mendunia, dimana seluruh masyarakat dunia mengalami kemudahan-

kemudahan di berbagai bidang. Globalisasi berarti proses masuknya ke

ruang lingkup dunia (kamus besar bahasa Indonesia). Globalisasi adalah

suatu kekuatan yang tidak dapat dibendung. Didalam Konferensi Berlin

dari kelompok yang menyebut dirinya sosial demokrat, Shimon Peres

menyatakan kekuatan globalisasi sebagai pengalaman seseorang yang

bangun pagi dan melihat segala sesuatu berubah. Banyak hal yang kita

anggap biasa, banyak paradigma yang kita anggap suatu kebenaran tiba-

3
Ibid, Khaelan dan Zubaidi Ahmad, hlm. 43.

vi
tiba menghilang tanpa bekas.4 Menurut Budi Winarno, globalisasi

menjadi sebuah fenomena multifaset (banyak wajah) yang menimbulkan

beraneka ragam pandangan dan interpretasi, terutama jika dikaitkan

dengan kesejahteraan umat manusia di dunia. Ali alatas5 melihat empat

perubahan mendasar yang dapat terjadi:

1. Adanya suatu gelombang perubahan di dalam konstelasi politik

global. Apabila sebelumnya politik global bersifat bipoler

seperti misalnya berart versus Timur, negara-negara industri

maju versus negara-negara totaliter dan sebagainya. Di dalam

gelombang globalisasi konstelasi politik mengarah kepada

kerangka multipoler. Perdagangan misalnya tidak lagi bersifat

hubungan antara dua negara tetapi dengan berbagai negara.

2. Saling menguatnya hubungan antara negara yang berarti

semakin kuatnya saling ketergantungan. Keterkaitan antara

negara dalam bidang polotik, keamanan, ekonomi, sosial,

lingkungan hidup, dan hak-hak asasi manusia. Keterkaitan

tersebut mempunyai dampak baik positif maupun negatif.

3. Globalisasi menonjolkan pemain-pemain baru di dalam

kehidupan masyarakat, yaitu aktor-aktor nonpemerintah.

Apabila sebelumnya para aktor terutama di dominasi oleh

pemerintah maka dalam era globalisasi muncullah aktor-aktor

seperti ornop-ornop (organisasi nonpemerintah), atau yang di

4
Tilaar. H.A.R, Perubahan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Grasindo), 2002, Hal. 56.
5
Ibid, Tilaar. H.A.R., hal, 57.

vii
sebut juga lembaga swadaya masyarakat (LSM). Munculnya

para aktor baru yang merasa sebagai salah satu stakeholder di

dalam masyarakat, akan mengubah peran pemerintah di dalam

fungsinya yang mengatur masyarakat. Daerah publik (public

sphere) akan semakin meluas. Artinya pemerintah harus

membuka diri dan lebih transparan untuk mendengar suara-

suara dari masyarakat dan bukan hanya mendengar suara

pemerintah sendiri. Masyarakat yang demikian menuju kepada

masyarakat sipil atau masyarakat madani. Pengakuan terhadap

hak-hak asasi manusia merupakan syrat dari suatu masyarakat

sipil (masyarakat madani).

4. Lahirnya berbagai isu baru di dalam agenda hubungan-

hubungan internasional. Isu-isu baru tersebut antara lain Hak

Asasi manusia, intervensi kemanusiaan, perkembangan

demokrasi atau demokratisasi, dan keinginan untuk mengatur

suatu tata cara atau sistem pengelolaan global, misalnya di

dalam lingkungan dunia yang berkenaan dengan paru-paru

dunia. Demikian pula rasa suatu kebutuhan akan adanya global

governance yang mengatur tata cara dan kesepakatan di dalam

hidup yang mengglobal. Termasuk dalam kategori ini masalah

terorisme internasional seperti tragedi Black Tuesday 11

september 2001 yang merontokkan gedung World Trade

Center di New York, dan Pentagon di Washington D.C.

viii
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa globalisasi adalah proses

kemajuan zaman sehingga menyebabkan perubahan yang terjadi pada seluruh

bidang masyarakat. Kemajuan zaman ini ditandai dengan semakin mudahnya

hubungan ataupun proses interaksi antar masyarakat dunia, semakin mudahnya

orang dalam memperoleh informasi dan kemuduhan – kemudahan dibidang

lainnya. Hal ini disebabkan karena kemajuan tekhnologi yang semakin canggih.

ix
BAB II
PEMBAHASAN

STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL

2.1 Kondisi Identitas Nasional dalam Era Globalisasi

Globalisasi saat ini bergerak dengan sangat cepatnya, kemajuan

teknologi informasi serta komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia

menjadi sangat lebih mudah dan tanpa batas. Setiap orang bisa berbicara dan

bertatap muka dengan berbagai masyarakat dari berbagai belahan dunia lainnya.

Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi dan informasi mempengaruhi

keberadaan bidang-bidang lain. Misalnya bisnis, transportasi, pembangunan,

pendidikan dan budaya. Pengaruh dari adanya kemajuan ini memudahkan proses

transaksi bisnis dan transportasi maka secara otomatis akan memudahkan

masuknya budaya-budaya asing yang akan mempengaruhi identitas nasional.

Dalam identitas nasional, budaya adalah salah satu faktor penentu jati diri bangsa.

Pada saat ini budaya lokal (daerah) perlahan-lahan mulai berubah dan bahkan ada

bagian-bagian tertentu yang hilang, ini terlihat secara perlahan-lahan masyarakat

cenderung berpikir dan menerapkan budaya nasional dalam tata kehidupan secara

format bisnis yang dibangunnya. Seperti beberapa menu makanan dan tata budaya

lokal mulai terasa asing diterapkan, seperti model keputusan ke daerah mulai

ditinggal dan dipakai format keputusan budaya nasional, padahal kearifan budaya

daerah juga mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Pergeseran ini

1
dapat kita lihat terutama pada masyarakat perkotaan yang telah mengalami

akulturasi dari berbagai budaya, karena masyarakat kota bersifat heterogen.

Contohnya terlihat pada acara-acara pesta perkawinan tertentu yang diadakan di

perkotaan dimana mempelai laki-laki dan perempuan kadangkala ditemui tidak

lagi memakai pakaian adat mereka, namun telah memakai pakaian yang bergaya

barat seperti jas dan gaun. Contoh yang lainnya dapat dilihat dalam penyelesaian

konflik dan proses pengambilan keputusan di masyarakat, yaitu dalam proses

penyelesaian konflik tidak lagi mengedepankan konsep penyelesaian secara adat,

padahal penyelesaian secara adat mampu memberi pengaruh penguatan rasa

persaudaraan. Di bidang ekonomi industri misalnya, produk yang dihasilkan

dengan cara yang lebih modern dengan menggunakan mesin yang canggih,

industri pakaian yang menghasilkan pakaian yang modern ala barat. Dengan

kemajuan tekhnologi, proses transaksi jual beli barang memudahkan produk-

produk asing yang masuk dan menyaingi produk dalam negeri. Orang akan lebih

cenderung menggunakan produk luar tersebut dan mengabaikan produk dalam

negeri. Dibidang informasi, orang jarang bahkan tidak lagi saling mengirim surat,

berbagai informasi dari belahan dunia lainnya dengan mudah didapatkan melalui

jejaring sosial. Proses interaksi dan transportasi yang serba instan memudahkan

orang untuk berhubungan dengan orang lain di berbagai negara, para pelancong

dengan mudahnya berkunjung dan keluar-masuk negara sehingga dengan adanya

interaksi dengan latar belakang yang berbeda itu, menimbulkan suatu proses

penyerapan nilai-nilai asing yang bercampur baur dengan nilai yang tertanam

dalam diri bangsa. Akibatnya, budaya asli bangsa – yang mencakup pola

2
perilaku, karakter, ciri-ciri – serta implementasi daripada ideologi (pandangan

hidup) bangsa mulai tereduksi dan berpotensi melemahnya sistem pertahanan

sosial suatu bangsa karena telah terpengaruh oleh nilai-nilai asing yang telah

diserap tadi. Globalisasi dengan kekompleksannya, dapat membawa

keberuntungan (akibat positif) sekaligus kerugian (akibat negatif). Dari melihat

hal diatas globalisasi yang masuk ke Indonesia mampu mempengaruhi budaya

yang sudah ada.

Maka perlu adanya suatu tindakan untuk mengatasi hal ini yang

merupakan strategi bangsa demi mempertahankan identitas nasionalnya.

2.2 Strategi Mempertahankan Identitas Nasional

Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh

berbagai negara, maka ada begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri

terhadap kondisi tersebut. Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati

diri bangsa. Untuk menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk

mempertahankan identitas nasional yang merupakan jati diri bangsa, diantaranya

dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan, budaya dan Bela Negara.

a. Mengembangkan Nasionalisme

Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang

telah memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa6.

6
Tilaar. H.A.R., Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 28.

3
Secara umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air,

termasuk segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada

beberapa sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :

1. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah

rasa cinta dan bangga akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif

penduduknya.

2. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini,

bisa dilakukan dengan beberapa perbuatan misalkan membaca, menonton,

mengunjungi hal-hal yang berkaitan tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal

ini bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme yang sudah ada dari

masing-masing individu.

3. Berprestasi dalam semua bidang misalkan dari bidang olah raga,

akademik, teknologi dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan

rasa bangga dan sikap rela berkorban demi bangsa.

Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme

yaitu7 :

1. Politik. Nasionalisme bertujuan menghilangkan dominasi politik bangsa

asing dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang

berkedaulatan rakyat.

7
<ocw.usu.ac.id/.../elo173_slide_identitas_nasional_proses_berbangsa_...>, dikutip pada hari
Senin, 12 November 2012

4
2. Sosial ekonomi. Nasionalisme muncul untuk menghentikan eksploitasi

ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari

kemeralatan dan kesengsaraan.

3. Budaya. Nasionalisme bertujuan menghidupkan kembali kepribadian

bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman.

Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air),

akan dengan sendirinya telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari

bangsanya, termasuk budaya atau kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam

negeri dan adat istiadat masing-masing suku. Dengan demikian, hal ini

merupakan sikap yang menjadi salah satu faktor penentu dalam mempertahankan

identitas nasional.

b. Pendidikan

Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur

formal maupun informal8. Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat

dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan nasional mempunyai peran yang

sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia. Pada kenyataan

sekarang ini, ada begitu benyak kecenderungan – kecenderungan penyimpangan

terhadap identitas atau jati diri bangsa, yang bersumber dari lingkungan

masyarakat dalam proses interaksi sosialnya (pendidikan non-formal). Kita lihat

saja, misalnya dalam tayangan – tayangan di televisi sekarang yang merusak

bahasa Indonesia serta tidak memberikan kontribusi terhadap pengembangan serta

8
Ibid, Tilaar H.A.R., hlm. 33.

5
pertahanan identitas bangsa sendiri. Penggunaan bahasa asing yang terlalu sering

akan merusak dan bahkan berpotensi hilangnya perbendaharaan bahasa dan citra

bahasa itu sendiri, seakan-akan dalam bahasa Indonesia itu sendiri tidak ada kata

yang sepadan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu hal. Di dalam

media massa kita lihat misalnya, berbagai media massa menggunakan bahasa

gado-gado (bahasa yang campur baur) sehingga terkesan bukan lagi media massa

bangsa Indonesia. Semua hal tersebut menunjukan bahwa bangsa Indonesia yang

kehilangan identitasnya. Untuk itu kita perlu memperbaiki antara lain sistem

pendidikan nasional. Kita telah mempunyai UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen yang merupakan salah satu dasar untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional. Pelaksanaan UU guru dan dosen tersebut hanya akan dapat

meningkatkan mutu pendidikan nasional apabila ditinjau oleh unsur-unsur lain

didalam proses pendidikan. Tanpa unsur-unsur pendukung seorang guru atau

dosen profesional tidak dapat dengan sendirinya mengangkat mutu pendidikan

nasional. Sistem pendidikan nasional memerlukan syarat-syarat bagi suksesnya

pendidikan nasional seperti buku-buku ajaran dan belajar yang memadai,

peralatan teknologi pendidikan yang memudahkan proses belajar, gedung-gedung

sekolah yang ramah terhadap perkembangan selurih kepribadian anak termasuk

pengembangan kesenian dan budaya lokal dan nasioanal. Dengan pemenuhan

syarat-syarat tersebut dengan sendirinya akan dapat ditingkatkan utu pendidikan

nasional bukan hanya mutu intelektual tetapi juga mutu waktak yang luhur dan

mulia9.

9
Ibid, Tilaar H.A.R., hlm. 158.

6
Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa, peran

pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan untuk

mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal10. Hal ini

sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan di blog-

nya bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan identitas

nasional adalah melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa

pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom),

pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007). Ada dua fenomena

mengapa pendidikan adalah yang pertama dan utama11. Pertama, ketika Uni

Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama Sputnic pada 4

Oktober 1957, Amerika Serikat “meradang”. Amerika adalah negara besar dengan

kemampuan teknologi yang paling maju merasa didahului oleh Uni Sovyet.

Presiden AS ketika itu memerintahkan untuk membentuk special unit. Tim ini

tidak berkeinginan untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi tugasnya adalah

meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan Dasar

sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang singkat

tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum

pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus

direvisi. Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala

segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar,

sarana pendidikan sampai pada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan

sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 Juli 1969
10
Ibid, Tilaar H.A.R., hlm. 33.
11
Syamhalim, http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/17/agenda-memantapkan-identitas-
nasional-melalui-pendidikan/, diposting pada 17 August 2012 pukul, 05:52.

7
mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam

kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu

yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar

sampai jenjang perguruan tinggi. (C. Winfield dan Scoot dalam Zaim. 2007).

Kedua, kejadian yang hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang

dunia II dengan dijatuhi bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal

6 dan 9 Agustus 1945. Jepang praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan.

Bahkan Kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya

apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Namun sang Kaisar langsung memanggil

pucuk pimpinan dan bertanya: berapa orang guru yang masih hidup?. Sebuah

pertanyaan sederhana tapi mengandung makna bahwa pendidikan adalah awal

segalanya. Dua fenomena diatas merupakan gambaran nyata dari urgensi

pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan

Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa

kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di

dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka akan mengalami kehancuran dari

bangsanya. Di Indonesia, jauh sebelum Bung Karno menggagas konsep

kemerdekaan Indonesia, elemen bangsa yang berbasis pendidikan seperti R.A.

Kartini, HOS Cokroaminoto, Dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar

Dewantara, sudah memikirkan bangsa ini lewat pendidikan. Tidak lama berselang

giliran KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi sosial dan kependidikan dengan

nama Muhammadiyah. Lewat satu Dekade berikutnya KH. Hasyim Asy’ari ikut

mencerdaskan bangsa dengan NUnya. Semua bermuara pada pendidikan.

8
Hasilnya, semua orang terdidik mulai memikirkan bangsa dan berusaha lepas dari

penjajahan12.

Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan

kemajuan suatu bangsa. Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas

nasional yang dikembangkan melalui pendidikan diharapkan akan memberi

harapan positif bagi kemajuan bangsa ini untuk mempertahankan karakteristiknya

sebagai sebuah bangsa yang beradab, bangsa yang santun, bangsa yang toleran,

bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan. Pemantapan identitas nasional melalui dunia pendidikan hendaknya

tidak dilakukan setengah hati dan parsial. Transformasi nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia yang memacu tumbuhnya identitas dan jati diri bangsa perlu sinergi

dari pihak-pihak yang berkompeten di dunia pendidikan terutama guru yang

bersentuhan langsung dengan siswa, dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa

tugas ini tidak hanya menjadi tugas guru mata pelajaran tertentu saja misalnya

Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi juga semua guru mata pelajaran dengan

pendekatan sesuai karakteristik mata pelajaran yang ditempuh. Melalui dunia

pendidikan dapat ditanamkan identitas nasional kepada generasi muda yang

merupakan miniatur masyarakat masa depan.

c. Pelestarian Budaya

Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral

12
Ibid, Syamhalim.

9
yang hidup di dalam kebudayaan tersebut13. Budaya merupakan salah faktor

penentu jati diri bangsa. Pada pengertiannya, budaya adalah hasil karya cipta

manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan

sehari-hari14. Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan dalam

waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat,

seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka panjang,

sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada

kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh

budaya asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan

kembali jati diri dan budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus

dilakukan15 :

1. Merevitalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada

jalur yang benar sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga

bangsa kita mampu mandiri dan bermartabat.

2. Mendorong political will (kemauan politik) penyelenggaraan Negara, baik

eksekutif maupun legislatif untuk membangun dan menjabarkan kembali

nilai-nilai dan semangat kebangsaan di setiap hati nurani rakyat.

Selain faktor diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan budaya

seperti rumah adat, dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk

mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Faktor lain yang

13
Tilaar. H.A.R., Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung, Rosda,
1999, Hal.128
14
Fahmi Irham, Manajemen – teori, kasus, dan solusi, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm. 94.
15
<ocw.usu.ac.id/.../elo173_slide_identitas_nasional_proses_berbangsa_...>, dikutip pada hari
Senin, 12 November 2012, pukul 12:43.

10
mendukung terlestarikannya budaya adalah dengan berupaya belajar tarian budaya

daerahnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa dengan melestarikan budaya bangsa,

dapat memperkokoh identitas nasional itu sendiri karena dalam setiap pelaksanaan

nilai-nilai budaya, masyarakat akan lebih cenderung melekat dan menyatu dengan

budaya yang dianutnya, selain itu juga dengan adanya keeratan dari budaya yang

ada dapat membawa nama bangsa indonesia menjadi harum, dalam arti membawa

budaya indonesia ke mancanegara atau memperkenalkan budaya yang ada ke

negara luar.

d. Bela Negara

Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : setiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dari bunyi pasal tersebut

menunjukkan bahwa bela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban bagi

setiap warga negara, ini membuktikan bahwa bela negara juga menjadi suatu

aturan agar setiap warga negara harus melakukan tindakan bela negara demi

ketahanan dan eksistensi sebuah negara. Pada zaman penjajahan bela negara

diartikan dengan mengikuti wajib milter agar dapat membertahankan negara

Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu ketika bangsa indonesia berhasil

mengalahkan para penjajah dan merdeka, konsep bela negara berubah dalam arti

tidak terpaku lagi harus mengikuti wajib militer. Zaman sekarang ini, setiap orang

dapat melakukan bela negara dengan caranya masing-masing, menurut profesinya

atau pekerjaannya. Dalam konsep bela negara diinterpretasikan secara lebih luas

lagi sehingga meliputi segala bidang dalam kehidupan bernegara. Dalam upaya

11
pembelaan negara ini, dilakukan secara terpadu dan disadasarkan atas kecintaan

terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam bidang kesehatan seorang dokter

menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat ia menjadi

dokter yang handal bukan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Adapun

contoh yang lain dalam dunia pendidikan siswa belajar dengan rajin dan

kemudian mengikuti lomba di tingkat internasional dan dapat meraih juara. Juga

dalam kompetisi lintas internasional misalnya, kita menampilkan salah satu tarian

adat yang ada di Indonesia. Dari berbagai sikap yang dilakukan oleh warga negara

sebagai rasa cinta terhadap negara dan pembelaan negara ini dapat mengharumkan

nama bangsa Indonesia. Dengan sendirinya juga setiap warga negara sudah

memberikan sumbangsi terhadap ketahanan nasional dan eksistensi dari pada

identitas nasional.

2.3 Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional

Identitas Nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia

yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber

kekayaan alam Indonesia, kependudukan Indonesia, ideologi, agama, politik

negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Menghadapi identitas nasional,

bangsa Indonesia sendiri masih kesulitan dalam menghadapi masalah bagaimana

untuk menyatukan negara yang mempunyai banyak sekali kelompok etnis, yang

memiliki pengalaman yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Namun

saat ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Karena

kebiasaan atau pun budaya masyarakat kita telah bercampur dengan kebiasaan

12
dan kebudayaan negara-negara lain. Indikator identitas nasional itu antara lain

pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat seperti adat-istiadat, tata

kelakuan dan kebiasaan. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara

seperti bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.16.

Arus globalisasi yang demikian pesatnya, ternyata telah mampu

mempengaruhi identitas nasional dan berpotensi merosotnya nilai-nilai budaya

bangsa. Masyarakat budaya tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri apalagi

punya keinginan dan dorongan untuk melestarikan. Mereka cenderung

mengadopsi dan menerapkan budaya asing dan mengabaikan budaya sendiri.

Budaya yang asli dianggap kuno dibandingkan dengan budaya asing yang

dianggap lebih modern. Contohnya dalam acara pesta perkawinan kebanyakan

orang tidak lagi menggunakan busana adat daerahnya, melainkan lebih memilih

menggunakan busana, gaun pengantin wanita, dan jas untuk pengantin pria yang

terkesan ala barat. Tarian yang digunakan pun tidak lagi tarian daerah atau tarian

adat.

Pemikiran dan pemahaman seperti inilah yang membuat menurunnya

nilai-nilai kebudayaan asli bangsa dan berpotensi hilangnya identitas bangsa yang

sebenarnya. Menyikapi hal ini maka dianggap penting untuk mempertahankan

identitas nasional demi eksistensi bangsa. Salah satu alasan pentingnya

mepertahankan nilai-nilai budaya sendiri adalah karena nilai-nilai budaya suatu

16
Heru Tri yuza, http://kelompokkwntekdus.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-
in-x-none-x.html, diposting pada Kamis, 10 November 2011, pukul 06.27, di kutip pada
hari rabu, 14 November 2012, Pukul 10.05.

13
negara adalah identitas negara tersebut didepan dunia internasional 17. Jika kita

sebagai masyarakat Indonesia tidak mengahargai, tidak melestarikan, tidak

menyukai, dan tidak mempertahankan budaya kita sendiri, siapa yang akan

mempertahankannya, jika kita tidak mempertahankan budaya kita sendiri sama

saja dengan kita membuang identitas negeri kita didepan dunia internasional yang

akan membuat negara kita tidak terpandang didepan negara-negara lain dan

bahkan ketika kita tidak dapat mempertahankannya maka budaya yang kita miliki

akan hilang sesuai dengan berjalannya waktu. Namun dengan kita lebih

menghargai dan mempertahankan budaya kita, tanpa kita sadari kita telah

memperkenalkan budaya kita ke mancanegara, dengan demikian akan lebih

banyak lagi negara-negara yang akan tahu tentang bangsa kita dan dapat

mendatangkan berbagai keuntungan dalam hal moneter ataupun hal non-moneter

seperti nama Indonesia yang terpandang sebagai negara dengan berbagai keunikan

dan keindahan alamnya.

17
<http://kevinadriel.blogspot.com/2010/05/pentingnya-mempertahankan-nilai-nilai.html>,
diposting pada minggu 9 Mei 2010, pukul 07.51, di kutip pada Rabu 14 November 2012, pukul
10.49.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka kami kelompok 2 menyimpulkan :

1. Identitas nasional dalam era globalisasi sekarang ini sudah

mengalami kemerosotan dari nilai-nilainya yang merupakan akibat

dari lajunya arus globalisasi sehingga proses masuknya budaya

asing kedalam budaya asli bangsa sudah tidak dapat dikendalikan

lagi. Akibatnya budaya asiang dan budaya asli bangsa bercampur

baur.

2. Untuk menyikapi hal diatas perlu adanya strategi untuk

mempertahankan identitas nasional. Strategi untuk

mempertahankan identitas nasional dapat dilakukan dengan

mengembangkan nasionalisme, melestarikan budaya, pendidikan,

dan bela negara.

3. Identitas nasioanal dianggap penting untuk dipertahankan karena

alasan berikut:

a. Identitas nasional merupakan jati diri bangsa.

b. Identitas nasional menjadi faktor yang membedakan suatu

bangsa dengan bangsa lain.

c. Identitas nasional mampuh mempertahankan eksistensi bangsa.

d. Identitas nasional menjadi kebanggaan, kehormatan dan harga

diri bangsa.

15
3.2 Saran

Mempertimbangkan kajian di atas maka kami menyarankan :

1. Sebagai warga negara yang baik sebaiknya kita harus mampu

mempertahankan identitas nasional di era globalisasi. Tidak

terpengaruh dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia.

2. Sebaiknya pula kita mampu mengembangkan pendidikan

nasional sebagai salah cara mempertahankan jati diri bangsa.

3. Seharusnya perlu adanya partisipasi dari semua elemen dalam

masyarakat melalui tindakan belanegara demi

mempertahankan identitas bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

16
Fahmi Irham, 2011. Manajemen – teori, kasus, dan solusi, Bandung : Alfabeta

Kaelan dan Zubaidi Achmad, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta:


Paradigma

Sekretariat Jenderal MPR RI, 2007. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang


Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta.

Tilaar. H.A.R, 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan, Jakarta : Grasindo

Tilaar. H.A.R., 2007. Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta

Tilaar. H.A.R., 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani


Indonesia, Bandung: Rosda

Tim Penyusun, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama

Adriel Kevin download


http://kevinadriel.blogspot.com/2010/05/pentingnyamempertahankan-nilai-
nilai.html, diposting pada minggu 9 Mei 2010, pukul 07.51, di kutip pada Rabu 14
November 2012, pukul 10.49.

Heru Tri yuza, download


http://kelompokkwntekdus.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html, diposting pada Kamis, 10 November 2011, pukul 06.27, di kutip
pada hari rabu, 14 November 2012, Pukul 10.05.

Syamhalim, http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/17/agenda-memantapkan-
identitas-nasional-melalui-pendidikan/, diposting pada 17 August 2012 pukul,
05:52.

17
<ocw.usu.ac.id/.../elo173_slide_identitas_nasional_proses_berbangsa_...>,
dikutip pada hari Senin, 12 November 2012
<ocw.usu.ac.id/.../elo173_slide_identitas_nasional_proses_berbangsa_...>,
dikutip pada hari Senin, 12 November 2012, pukul 12:43.

18

Anda mungkin juga menyukai