Dosen Pembimbing:
BAMBANG SUCONDRO, SH. MH
Oleh :
Christy Nanlohy (073001500028)
i
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan makalah
yang berjudul “Ringkasan Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi
Manusia” ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar
Mata Kuliah Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia.
Penyusun
ii
BAB V
NEGARA HUKUM DAN KSOTITUSI
A. HAKIKAT NEGARA
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya
diatur oleh pemerintah yang berada di wilayah terseut. Untuk dpaat menjadi
suatu Negara maka harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima
keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan Negara adalah adanya sutau
wilayah tempat Negara itu berada dan Negara tersebut harus diakui oleh
warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, bertujuan untuk
memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.
Tujuan suatu Negara yaitu menyelenggarakn pemerintah secara transparan,
bersih, dan berwibawa.
Dalam suatu konferensi international yang diselenggarakan di kota
Montevideo (Urugay) pada tahun 1933, ditetapkan tentang usnur-unsur atau
syarat berdirinya sebuah Negara. Secara substansial, Konvensi Montevideo
(1933) menetapkan ketentuan, bahwa : the state as a person of international
law should posses the following qualification (Negara sebagai subyek hukum
international harus memiliki kualifikasi, sebagai berikut:
1. a permanent population (penduduk yang tetap)
2. a defined territory (batas wilayah yang tetap)
3. a government (memiliki pemerintahan)
4. a capacity to enter into relations with other states (mampu
menjalin kerjasam dengan Negara-negara lainnya)
wadah untuk suatu bangsa untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
nasional disebut Negara bangsa atau nation state. Suatu bangsa terbentuk
umumnya sama dengan terbentuknya bangsa dan nasionalisme pada bangsa
itu. Karena itu, terben tuknya atau terjadinya suatu Negara dapat
dikategorikan pada dua cara, yaitu:
a. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer ialah pertumbuhan Negara secara evolusi
dari suatu kerajaan besar kemudian menjadi Negara berdaulat
yang disebut Negara bangsa.
b. Pertumbuhan sekunder
ii
Pertumbuhan seunder ialah pertumbuhan atau munculnya
negera bangsa yang baru untuk menggantikan Negara yang ada
sebelumnya melalui revolusi, kudeta (coup d’etat), penaklukan
atau aneksasi, pemisahan, atau juga Negara bangsa itu
terbentuk dari wilayah jajahan yang memperoleh
kemerdekaannya, karena menyatakan sendiri kemerdekaannya
dan berhasil melalui perang kemerdekaan, dan Karena
dimerdekakan oleh penjajahnya secara abaik-baik atau secara
damai.
Banyak defines Negara yang diberika oleh para ilmuwan. Salah satunya
pengertian umum dari Negara yang dikemukakan oleh Robert Mac Iver, yang
mengatakan “ Negara adalah organisasi yang menyelenggarakan penertiban di
dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem
hukum yang diselenggarakan oleh suatu peerintahan yang untuk maksud
tersebut diberi kekuasaan”.
Dari definisi Mac Iver diatas, dibedakan rgansasi Negara dengan
organisasi lainya dalam masyarakat Negara yang bersangkutan yang disebut
sebgagai “sifat hakikat Negara”, yaitu mempunyai sifat:
1) Memaksa,
2) Monopoli
3) Mencakup semua peraturan perundangan yang dibuat oleh Negara
berlaku unuk semua warga negaranya tanpa terkecuali.
Dari teori terbentuknya bangsa da nasionalisme, maka dapat dikatakan bahwa
Unsur-unsur Negara terdiri atas:
1. Rakyat yang disebut juga bangsa.
2. Wilayah tertentu, yaitu wilayah batas-batas yag diakui secara
international.
3. Pemerintahan yang sah atau diakui.
B. NEGARA IDNONESIA
Wilayah negaraIndonesia merupakan Negara bekas jajahan Hindia
Belanda yang merdeka setelah mengalami serangkaian revolusi berdarah
menjelang dan seudah kemerdekaannya.. nama Indonesia sendiri dapat
ditelusuri dari berbagai tulisan yang terbit sekitar abad ke-18. Salah satunya,
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel
“On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-
ii
Polynesian Nations.” Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah
tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu
untuk memiliki nama khas. Earl mengajukan dua pilihan nama, Indunesia
atau Malayunesia, nesos, dalam bahasa Yunani berarti Pulau.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James
Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago,
Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi
kepulauan ini, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan
membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan
huruf “u” digantinya dengan huruf “o” agar ucapannya lebih baik. Maka
lahirlah istilah Indonesia.
Putra pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah
Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ketika di buang ke negeri
Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama
Indonesische Pers-bureau.
C. NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
Negara Hukum, yang asal katanya adalah "rechtsstaat", yang di
dalam
pencatumannya yaitu dalam Penjelasan UUD1945 sampai sekarang pun
masih
menggunakan kata dari bahasa Belanda tersebut, termaktub dalam
konstitusi
Republik Indonesia sebagai ide dasar sistem pemerintahan republik ini.
Menilik asal muasal katanya, yaitu "rechtsstaat" itu sendiri, dalam
kamus
besar bahasa Belanda (Van Dale) secara umum adalah "staatsvorm die
het recht
als hoogste gezag handhaaft". Artinya, bahwa negara hukum seperti
yang
dimaksudkan oleh founding fathers negeri ini adalah sebuah bentuk
negara
(pemerintahan) yang menggunakan hukum sebagai kekuasaan pengatur
yang
tertinggi. Hal ini juga yang membuat republik ini berdiri atas dasar
hukum. Yang mendukung bukti materiil dari ide "rechtsstaat" ini adalah
ii
berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 sehari setelah Proklamasi.
Artinya begitu negara ini lahir, dalam waktu segera. hanya selisih satu
hari lahir pula konstitusi Negara.
Pengertian Negara hukum atau Negara berdasarkan hukum ialah
Negara yang pemerintahan, masyarakat, dan rakyatnya dalam bertindak
selalu mengedepankan dan menegakkan hukum dengan legaltias dalam
arti hukum dalam segala bentuknya. Negara hukum yang dimaksud
mengandung arti, sebagai berikut:
1) Ketetntuan ini diangakt dari penjelasan UUD1945
2) Negara Hukum yang dimaksud Negara yang mengakkan
supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan ekadilan
3) Hal itu untuk memperteguh paham Indonesia adalah Negara
Negara Hukum
4) Ciri Negara Hukum yang dimaksud selanjya ialah adanya
supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan dihadapan
hukum (equality before the law), penegakan hukum dengan cara
yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
5) Paham Negara Hukum ini (Pasal 1 ayat 3) terkatit dengan
paham Negara kesejahteraan pasal 34 UUD1945.
ii
Negara adalah raja. Pada waktu itu diusahakan kekayaan yang banyak
mungkin, tetapi biasanya digabungkan dengan bentuk pemerintahan
yang absolut. Dalam negara absolut kita kenal tipe Polizei Staat,
dimana Negara itu untuk kemakmuran rakyat, tetapi tidak dijalankan
oleh rakyat. Tipe Polizei Staat ini dipengaruhi oleh aliran
merkantilisme (Mercantilisme). Aliran ini terdapat dalam bidang
ekonomi yang mementingkan neraca perdagangan yang aktif dimana
jaminan uang atau emas harus terlihat. Aliran merkantilisme yang
diikuti dan diperkuat oleh aliran liberalism mempengaruhi cara berpikir
penguasa-penguasa, sehingga kemakmuran perlu dimasukkan dalam
tujuan Negara.
Di Negara-negara eropa Kontinental timbul konsep Rechtsstaat
yang berasal dari sistem hukum Eropa Kontinental dengan civil law
sistem-nya. Konsep Rechtsstaat dimulai dengan Liberale Rechtsstaat
disusul dengan Formaele Rechtsstaat yang selanjutnya berkembang
menjadi Materiele Rechtsstaat.
Di Negara-negara Anglo-Sakson/Anglo-Saksismuncul konsep
Rule of law yang bersal dari sistem hukum Anglo-Sakson dengan
common law sistem-nya. Istilah Rechtsstaat maupun Rule of law di
Indonesia lazim digunakan istilah ”Negrara Hukum”.
ii
b. Negara Hukum Formal
Negara hukum formil, yaitu negara hukum yang mendapatkan pengesahan
dari rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus
berdasarkan undang-undang.Negara hukum formil ini disebut juga dengan
negara demokratis yang berlandaskan negara hukum.
c. Negara Hukum Material
Negara hukum materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut
dari negara hukum formil, di mana tindakan penguasa harus berdasarkan
undang-undang atau berlaku asas legalitas maka dalam negara hukum materiil
tindakan dari penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga negara
dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang atau berlaku asas
opportunitas. Pada Negara Hukum Material yang dipentingkan yaitu
Kemakmuran rakyat.
d. Negara Hukum yang Demokratis
Suatu Negara yang memenuhi keempat unsur Negara hukum
formal, yaitu pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, pemisahan
kekuasaan, pemerintah beradsarkan undang-undang, dan pengadilan
administrasi; maka Negara hukum demikian adalah Negara yang
menjamin hak-hak asasi manuisa. Jika sutau Negara hukum menjamin
hak-hak asasi mansuia atau hak-hak rakyat/warga Negara terdapat dalam
Negara demokrasi, maka Negara hukum seperti itu disebut “Negara
hukum yang demokratis” (Democratische Rechtsstaat).
ii
constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau menyusun. Dalam
bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang
berarti undang-undang dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak
tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan
demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada
peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Tujuan konstitusi adalah untuk memebatasi kesewenangan tindakan
pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Konstitusi diklasifikasikan menjadi:
1. Konstitusi tertulis dan kosntitusi tidak tertulis
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid
3. Konstitusi derajat-tinggi dan tidak derajat-tinggi
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
5. Konstitusi sistem pemerintahan Presidensial dan kosntitusi
sistem pemrintahan parlementer
Berdasarkan klasifikasi kosntitusi diats, maka UUD1945 termasuk dalam
klasifikasi kosntitusi yang rigid karea cara dan prosedur perubahannya yang
sulit, konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen, konstitusi
berderajat tinggi, konstitusi kesatuan dan konstitusi sistem pemerintahan
campuran. Konstitusi dalam arti sempit sama denga UUDyaitu dokumen
hukum dan politik resmi suatu Negara, yang terdiri atas kesepakatan-
kesepakatan pokok, tentang berdirinya suatu Negara, organisasi kekuasaan
Negara, dan hubugnan antar lembaga sesamanya.
E. PERUBAHAN KONSTITUSI
Oleh karena hakikat konstitusi adalah sebagai hukum dasar tertingi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan Negara, sering dikehendaki agar
konstitusi memiliki karalter yang lebih stabil daripada produk hukum
lainnya.
Perubahan konstituis terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan yang
diatur dalam kosntitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya mengandung
ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian
prosedurnya dibuat sedemikia rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah
ii
benar-benar as[irasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena
dan bersifat smentara ataupun keinginan dari sekelompok orang belaka,
Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur perubahan kosntitusi:
1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan
legislatif, akan tetap yang dilaksanakan menurut pembatasan-
pembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi melalui tiga macam
kemungkinan.
Pertama, untuk mengubah konstitusi, egara pemegang kekuasaan
egara ve e harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya sejumlah
anggota tertentu (kuorum) yang ditentukan secara pasti.
Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga perwakilan
rakyat harus dibubarkan terlebih dahulu dan kemudian
diselenggarakan pemilihan umum. Lembaga perwakilan rakyat
harus diperbaharui inilah yang kemudian melaksanakan
wewenangnya untuk mengubah konstitusi.
Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis
dua kamar. Untuk mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga
perwakilan rakyat harus mengadakan sidang gabungan. Sidang
gabungan inilah, dengan syarat-syarat seperti dalam cara pertama,
yang berwenang mengubah kosntitusi.
2. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum.
Apabila ada kehendak untuk mengubah kosntitusi maka lembaga
negara yang diberi wewenang untuk itu mengajukan usul perubahan
kepada rakyat melalui suatu referendum atau plebisit. Usul perubahan
konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan yang diberi
wewenang untuk itu. Dalam referendum atau plebisit ini rakyat
menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima atau menolak
usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan
diterima atau ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi.
ii
4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau
dilakukan oleh suatu lemabag negara khusus yang dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat dijalankan baik pada
Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak untuk
mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
dibentuklah suatu lembaga negara khusus yang tugas serta
wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat
berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula
berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula
berasal dari lembaga negara khusus tersebut. Apabila lembaga negara
khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang sampai
selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar.
ii
F. KONSTITUSI INDONESIA (UUD1945)
1. Latar Belakang Perubahan UUD1945
Terdapat lima alasan yang melatarbelakangi pemikiranmnegapa
MPR melakukan perubahan terhadap undang-undang dasar 1945,
adapun lima alas an tersebut:
a. Bahwa praktek ketatanegaraan selama ini penuh dengan
rekayasa dan usaha-usaha lain serta belum mampu
menciptakan pemerintahan yang stabil dan demokratis.
b. Bahwa sesuai UUD1945, MPR merupakan pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat dengan kekuasaan tidak
terbatas. Akibatnya, rakyat sendiri kehilangan kedaulatannya.
c. Bahawa pancasila merupakan norma dasar (fundamental
norm) yang tidak langsung bersifat operasioanl
d. Bahwa UUD1945 masih bersifat sementara. Hal ini
didasarkan pada Pidato Presiden Soekarno pada Rapat
Penutupan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
e. Bahwa UUD1945 dipandang terlalu sumir, ringkas serta
bersifat executive heavy. Selain itu, masih belum lengkapnya
pengaturan tentang HAM, lemahnya pembatasan kekuasaan
dan tidak memadainya sistem checks and balances.
ii
a. Adanya rekayasa politik yang menyebabkan kekusasaan
tersentralisasi pada lembaga eksekutif.
b. Masih melekatnya sifat primordialise, feodalisme dan
prinsip yang lebih mengedepankan hubungan kekeluargaan
dan bukan berdasarkan ketentuan hukum
c. Belum adanya undang-undang tentang kePresidenan,
sehingga mengaburkan ketajaman control social lembaga-
lembaga lainnya.
Dari uraian diatas meyakinkan kita bhawa UUD1945 sebagai hukum
dasar memang harus diadakan perubahan agar mampu
mewujudkan suau kehidupan bangsa dan Negara sesuai
amanah pembukaan UUD1945 yang merupakan jiwa dan
cita-cita Proklamasi 1945
ii
contoh UUDNegara lain, tetapi membuat sendiri
UUDyang baru, yang berisi kefaahaman keadilan yang
menentang individualise dan liberlaisme, yang berjiwa
kekeluargaan dan gotog royong”.
Selesai Ir. Soekarno , Mr. soepomo menyampaikan
penegasan bahwa pembukaan mengandung cita-cita
luhur dan pokok-pokok pikiran tentang dasar dan
tentang sifat-sifat-sifat Negara Indonesia yang hendak
dibentuk.
Paham kekeluargaan dimiliki oleh pergaulan hidup
manusia yang anggota-anggotanya bertindak sebagi
suatu keluarga. Setiap anggota sebagai suatu kesatuan
karena itu mereka tidak hidup dalam kebebasan mutlak.
Mereka terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku
dalam pergaulan dimana mereka hidup. Sebaliknya,
oleh karena tidak ada individu yang sama, maka
perbedaannya harus diakui dan dihormati bahkan
dilindungi. Karena itu, kesepakatan MPR untuk
mempertahakan Pembukaan bukan sekedar didukung
oleh sekedar kesepakatan nasional. Namun mendaptkan
pembenaran dari landasan hukum, filsafat dan juga cita
hukum.
ii
Presiden dan Wakil Presdien yang harus melalui
beberapa tahapan, yaitu tahapan di Dewan Perwakilan
Rakyat dan di Mahkamah Konstitusi. Ketentuan ini lahir
sebagai akibat adanya pemilihan langsung terhadap
Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A, ayat (1)).
Kemudian sebagai konsekuensi dari disahkannya pasal 3
ayat (3) “MPR hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabtannya
menurut Undang-Undang Dasar 1945”. Di masa depan
tidak terlalu mudah bagi MPR untuk merekayasa untuk
menjatuhkan Kepala Negara. Dari segi kelembagaannya
MPR mengalami perubahan.
ii
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hokum dan keadilan”. Mahkamah Agung,
memperoleh posisinya sebagai lembaga yudikatif yang
bebas dari engaruh baik lembaga lesilatif maupun
eksekutif.
Dengan adana sistem checks and balances ini, maka
kekuasaan Negara dapat diatur, dibatasi dan bahkan
dikontrol dengan sebaik-baiknya sehingga
penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penyelenggara
Negara ataupun pribadi-pribadi yang kebetulan sedang
menduduki jabatan dalam lembaga-lembaga Negara yang
bersangkutan dapat dicegah dan ditanggulangi dengan
sebaik-baiknya.
ii
e. Sistem Pemerintahan Presidensial
Negara Indonesia merupakan Negara yang
berpenduduk terbesar keempat di dunia. Komposisi
penduduknya sangat beragam, baik dari suku bangsa,
etnisitas, anutan agama, maupun segi-segi lainnya.
Realitas kompleksitas keragaman kehidupan bangsa
Indonesia seprti diatas, justru membutuhkan sistem
pemerintahan yag kuat dan stabil. Keuntungan sistem
presidensial dapat dipertajam dengan menjelaskan bahwa
sistem ini di suatu pihak menjamin adanya stabilitas
pemerintahan karena adanya masa jabatan yang pasti
(fixed term), sehingga pemerintahan tidak terlalu mudah
digoyang dan diganti.
Jika kelemhan sistem presidensial yang diterapkan
di bawah Undang-Undang Dasar 1945 yang cenderung
executive heavy sudah dapat diatasi melalui
pembaharuan mekanisme ketatanegaraan yang
diwujudkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut, maka
ekses-ekses dalam praktek penyelenggaraan sistem
pemerintahan presidensial tidak perlu dikhawatirkan lagi.
Dengan dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden oleh
rakyat secara langsung, maka kedudukannya di mata
MPR semakin kuat. Amandemen mengenai tata cara
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden disepakati,
bahwa MPR tidak mungkin lagi melakukan
persekongkohan politik.
Kemudian sesuai dengan Pasal 7 menegaskan bahwa
seorang Presiden dan Wakil Presiden tidak mungkin
berkuasa lebih dari dua periode jabatan. Kendati
anggapan umum mengenai keberhasilannya di dalam
mempin republik, atas nama UUD 1945, mereka harus
ikhlas untuk memberikan kesempatan kepada calon
ii
pemimpin lainnya. Ini akan mencegah adanya
kecenderungan munculnya penguasa depotic dan absolut
sebagaimana terjadi di masa lalu.
Para menteri adalah pemimpin pemerintahan dalam
bidang masing-masing. Merekalah yang sesungguhnya
merupakan pemimpin atau pemerintahan sehari-hari.
Untuk itu, dalam mengangkat menteri, meskipun tidak
mengikat. Presiden harus sungguh-sungguh
memperhatikan pendapat DPR. Demikian pula untuk
membentuk departemen baru atau membubaarkan
departemen yang ada diperlukan persetujuan DPR karena
sangat berkaitan dengan APBN dan pengelolaan pegawai
negeri sipil.
Disamping itu, beberapa lembaga dalam lingkungan
cabang kekuasaan eksekutif ditentukan pula
independensinya dalam menjalankan tugas utamanya.
Lembaga-lembaga eksekutif yang dimaksud adalah Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral Kepolisian Negara dan
Kejaksaan Agung sebagai aparatur pertahanan Negara.
ii
BAB VI
WAWASAN NUSANTARA DAN
KETAHANAN NASIONAL
ii
Sesuai dengan bagan paradigm ketatanegaraan Negara Republik
Indonesia, maka Ketahanan NAsioanl (Tannas) merupakan salah satu
konsepsi politik dari Negara Republik Indonesia.
Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan
kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dalam tujuan
nasional. Ketahanan Nasioanl sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki
pengertian bahwa konsep Ketahanan Nasional merupakan pendekatan yang
digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka
mencapai cita-cita dan tujuan Nasionalnya.
ii
mengenai diri dan lingkungannya yang sebaberagam dan bernilai
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
ii
perairan yang ada diluar 3 mil tersebut merupakan lautan bebas
dan berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa yang
terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar
bagi bangsa Indonesia. Keadaan tersebut tidak mendukung kita
dalam mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
Untuk bisa keluar dari keadaan tersebut kita membutuhkan
semangat kebangsaan yang melahirkan visi bangsa yang bersatu.
Upaya untuk mewujudkan wilayah Indonesia sebagai wilayah
yang utuh tidak lagi terpisah baru terjadi 12 tahun kemudian
setelah Indonesia merdeka yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda
mengeluarkan pernyataan yang selanjutnya disebut sebagai
Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Isi pokok dari
deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut teritorial Indonesia tidak
lagi sejauh 3 mil melainkan selebar 12 mil dan secara resmi
menggantikam Ordonansi 1939. Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan
dalam UU No.4/Prp Tahun 1960 tentang perairan Indonesia yang
berisi :
1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta
perairan pedalaman Indonesia
2. Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut
3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang
terletak pada sisi dalam dari garis dasar.
ii
menerima “ The United Nation Convention On The Law Of the
Sea”(UNCLOS) . Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut
Indonesia diakui sebagai negara dengan asas Negara Kepulauan
(Archipelago State).
ii
semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup (lebensraum).
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan
menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan
utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita
nasional, tujuan nasional maupun visi nasional.
Teori-Teori Geopolitik :
1) Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904), berpendapat bahwa
negara itu seperti organisme yang hidup. Pertumbuhan Negara mirip
dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup
(lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Makin luas
ruang hiduo maka Negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju.
Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori biologis.
2) Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922), Negara adalah satuan dan
sistem politik yang menyeluruh yang meliputi bidang geopolitik,
ekonomi politik , demo politik social politik, dan krato politik. Negara
sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus mampu
ii
mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan
ekspansi.
3) Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946), melanjutkan pandangan
Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum dan paham
ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu wilayah Negara semakin
banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka
Negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang
hidup bagi warga Negara. Untuk mencapai maksud tersebut, Negara
harus mengusahakan :
Autarki, yaitu cita-cita untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
bergantung pada Negara lain.
Wilayah-wilayah yang dikuasai (pan-regional), yaitu:
a. Pan Amerika sebagai “perserikatan wilayah” dengan Amerika
Serikat sebagai pemimpinnya.
b. Pan Asia Timur, mencakup bagian timur Benua Asia,
Australia dan wilayah kepulauan dimana Jepang sebagai
penguasa.
c. Pan Rusia India yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa
Timur, dan rusia yang dikuasai Rusia.
d. Pan Eropa Afrika mencakup Eropa Barat , tidak termasuk
Inggris dan Rusia dikuasai oleh jerman.
Teori geopolitik Karl Haushofer ini dipraktikkan oleh Nazi Jerman
dibawah pimpinan Hittler sehingga menimbulkan perang dunia dua.
ii
Timur dan Rusia) maka ia akan menguasai pulau dunia (Eropa, Asia,
dan Afrika)yang pada akhirnya akan menguasai dunia. Berdasarkan
hal ini muncullah konsep Wawasan Benua atau konsep kekuatan di
darat.
ii
c. Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa-Asia, Afrika
selatan
d. New World, mencakup wilayah Amerika.
Atas pembagian dunia menladi empat wilayah ini, Spijkman
memandang diperlunya kekuatan kombinasi dari Angkatan-angkatan
Perang untuk dapat menguasai wilayah-wilayah yang dimaksud.
Pandangannya ini menghasilkan teori Garis Batas (Rimland) yang
dinamakan Wawasan Kombinasi.
ii
E. PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA
1. Perumusan Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara berturut-
turut ketentuan tersebut adalah :
ii
Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara
sebagai Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan
Keamanan (POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam
GBHN.
GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara
adalah GBHN 1998 yaitu dalam Ketetapan MPR No. II \ MPR \ 1998.
Pada GBHN 1999 sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No. IV \
MPR \ 1999 tidak lagi ditemukan rumusan mengenai Wawasan Nusantara.
Pada masa sekarang ini, dengan tidak adanya lagi GBHN, rumusan
Wawasan Nusantara menjadi tidak ada. Meski demikian sebagai konsepsi
politik ketatanegaraan Republik Indonesia, wilayah Indonesia yang berciri
nusantara kiranya tetap dipertahankan. Hal ini tertuang dalam Pasal 25A
UUD 1945 Amandemen IV yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dangan Undang-
Undang”. Undang-Undang yang mengatur hal ini adalah Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
ii
1) Teori Udara Bebas
2) Teori Negara Berdaulat di Udara
ii
4. penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang
tentang keutuhan wilayah nusantara yang perlu
dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
5. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi
nasional.
ii
dimasukkan dalam GBHN agar setiap orang, masyarakat, dan
penyelenggara negara menerima dan menjalankannya.
Berdasarkan ketiga pengertian ini, kita mengenal tiga wujud atau wajah
dari ketahanan nasional (Chaidir Basrie,2002), yaitu :
1) Ketahanan Nasional sebagai kondisi
2) Ketahanan Nasional sebagai metode
3) Ketahanan Nasional sebagai doktrin
ii
dating dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak yang
membahayakan identitas.
ii
keamanan Negara.
Menyimak rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional
dalam GBHN tersebut, kita kembali mengetahui akan
adanya tiga wujud atau wajah konsep ketahanan nasional,
yaitu:
ii
e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan
f. Unsur kekuatan nasional menurut Cline
Unsur-unsur kekuatan terdiri atas sinergi antara potensi temografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, starategi nasional.
g. Unsur kekuatan nasional model Indonesia
Pemikiran tentang Gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan
dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional
Indonesia dikenal dengan nama Astagrata yang terdiri atas Trigatra
dan Pancagatra.
Trigatra adalah aspek alamiah (tangiable) yang terdiri atas
penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
Pancagatra adalah aspek social (intangiable) yang terdiri atas
ideology, politik, ekonomi, social budaya dab pertahanan
keamanan
ii
Kontrol atas sumber daya alam
d. Unsur atau Gatra dibidang Ideologi
Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat
tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang
harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.
Fungi pokok Ideologi dalam mendukung ketahanan nasional:
Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang
bersangkutan.
Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan.
e. Unsur atau Gatra di bidang Politik
Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
Sistem politik yang dipakai yaitu apakah system demokrasi
atau non demokrasi.
Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah system
presidensil atau parlementer.
Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republic atau
kerajaan.
Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara
kesatuan atau Negara serikat.
f. Unsur atau Gatra dibidang Ekonomi
Suatu Negara dapat pula mengembangkan sisitem ekonomi yang
dianggap sebagai cerminan dari nilai dan ideology bangsa yang
bersangkutan.
g. Unsur atau Gatra dibidang social budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu
Negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa homogen tentu saja akan
berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen dari segi social
budaya masyarakatnya.
h. Unsur atau Gatra dibidang Pertahanan Keamanan
Ketahanan nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsure Astagrata
yang meliputi unsure-unsur :
1. Geografi
2. Kekayaan alam
3. Kependudukan
4. Ideologi
5. Politik
6. Ekonomi
7. Sosial Budaya
8. Pertahanan Keamanan
ii
BAB VII
KEWARGANEGARAAN , HAK DAN KEWAJIBAN , DAN BELA
NEGARA
A. WACANA KEWARGANEGARAAN
Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak . Yang tampak adalah
unsur-unsur negara yang berupa rakyat,wilayah , dan pemerintah. Salah satu
unsure Negara adalah rakyat . Rakyat yang tinggal di wilayah negara
menjadi penduduk Negara yang bersangkutan . Warga Negara adalah
bagian dari penduduk suatu Negara . Warga Negara menciptakan hubungan
berupa peranan , hak , dan kewajiban yang bersifat timbal balik
Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah Negara adalah
adanya unsure warganegara yang diatur menurut ketentuan hokum tertentu ,
sehingga warga Negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga
Negara yang lain . Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya
ditentukan berdasarkan salah satu dari dua prinsip , yaitu prinsip ‘ius soli’
atau prinsip ‘ius sanguinis’ . Yang dimaksud dengan ‘ius soli’ adalah
prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hokum mengenai tanah
kelahiran , sedangkan ‘ius sanguinis’ mendasarkan diri pada prinsip
hubungan darah
Proses kewarganegaraan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu : (i)
kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth , (ii)
kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by
naturalization , dan (iii) kewarganegaraan melalui registrasi . Ketiga cara ini
seyogyanya dapat dipertimbangkan dalam rangka pengaturan mengenai
kewarganegaraan dalam system hokum Indonesia , sehingga kita tidak
membatasi pengertian mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan
hanya dengan cara pertama dan kedua sebagaimana lazim dipahami selama
ini
ii
B. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
1. WARGA NEGARA
Warga mengandung arti peserta , anggota atau warga dari suatu
organisasi perkumpulan . Warganegara artinya warga atau anggota dari
suatu negara . Kita juga sering mendengar kata kata seperti warga desa ,
warga kota , warga masyarakat , warga bangsa , dan warga dunia .
Warga diartikan sebagai anggota atau peserta . Dengan demikian
warganegara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu
Negara
Dengan memiliki status sebaga warganegara , orang memiliki
hubungan dengan Negara . Hubungan itu nantinya tercemin dalam hak
dan kewajiban . Sama halnya kita sebagai anggota sebuah organisasi ,
maka hubungan itu berwujud peranan , hak dan kewajiban secara
timbale balik . Anggota memiliki hak dan kewajiban kepada organisasi ,
demikian pula organisasi memiliki hak dan kewajiban kepada
anggotanya
2. KEWARGANEGARAAN
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara Negara dengan warganegara .
Adapun menurut undang undang kewarganegaraan republic Indonesia ,
kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
Negara . Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya
ikatan hukum antara orang orang dengan Negara . Adanya
ikatan hukum itu menimbulkan akibat akibat hukum tertentu ,
yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan Negara yang
bersangkutan . Tanda dari adanya ikatan hukum , misalnya
akta kelahiran , surat pertanyataan , bukti kewarganaegaraan ,
dan lain lain
ii
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis , tidak ditandai dengan
ikatan hukum , tetapi ikatan emosional , seperti ikatan perasaan
, ikatan keturunan , ikatan nasib , ikatan sejarah , dan ikatan
tanah air . Dengan kata lain , ikatan ini lahir dari penghayatan
warga negara yang bersangkutan
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat
kewarganaegaraan . Dalam sistematika hukum , masalah
kewarganaegaraan berada pada hukum public
2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjuk pada akibat
hukum dari status kewarganegaraan , yaitu adanya hak dan
kewajiban warga Negara
ii
a. Asas ius soli . Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan
b. Asas ius sanguinis . Asas yang menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari
orang tersebut
ii
Ketentuan pasal 26 UUD 1945 , sebagai berikut :
(1) Yang menjadi warganegara ialah orang orang bangsa Indonesia
asli dan orang orang bangsa lain yang disahkan undang undang
sebagai warga negaranya
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia
(3) hal hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang
ii
a. Undang undang no 3 tahun 1946 tentang warganegara dan
penduduk Indonesia
b. Undang undang no 6 tahun 1947 tentang perubahan atas undang
undang no 3 tahun 1946 tentang warganegara dan penduduk negara
c. undang undang no 8 tahun 1947 tentang memperjuangkan waktu
untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewarganegaraan
Indonesia
d. undang undang no 11 tahun 1948 tentang memperpanjang waktu
lagi untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan
kewarganegaraan Indonesia
e. Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
republic Indonesia
f. Undang undang nomer 3 tahun 1976 tentang perubahan atas pasal
18 undang undang no 62 tahun 1958 tantang kewarganegaraan
republic Indonesia
g. undang undang no 1 tahun 2006 tentang kewarganegaraan republic
Indonesia
ii
(5) Ketentuan pidana
ii
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya
meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.
14. Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang
sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
15. Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun
diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing
berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga
Negara Indonesia.
b) Tentang pewarganegaraan
Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
permohonan . Dalam Undang undang dinyatakan bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon
jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
2) pada waktu mengajukan permohonan sudah
bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia
paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut
3) Sehat jasmani dan rohani
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui Dasar Negara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun
atau lebih
6) jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan
ganda;
7) mempunyai pekerjaan tetap; dan
8) membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
ii
Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara
Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia.
ii
menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti
kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.
12. Setiap orang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau
dipalsukan , tidak benar , atau terjadi kekliruan mengenai orangnya oleh
instansi berwenang , dinyatakan batal kewarganegaraannya . Mentri
mengumumkan nama orang yang kehilangan kewarganegaraan republik
Indonesia dalam berita negara republik Indonesia.
ii
Kedua adanya transcouple di bali ( pasangan yang melintasi
negara dan melintasi kebangsaan atau melintasi
kewarganegaraan ) maka solusinya adalah setiap orang yang
lahir dari ibu Indonesia , adalah asli warganegara Indonesia
dan sekaligus member status kepada anak tersebut karena
undang undang negara bapaknya mengakui dia sebagai warga
negara , maka anak tersebut memiliki kewarganegaraan ganda
terbatas
Ketiga problem yang berkaitan dengan masalah factual kita
dapati dalam masyarakat yaitu adanya sekelompok komunitas
yang hidup dan lahir di Indonesia . Solusinya mereka yang
lahir di Indonesia dan tidak jelas kewarganegaraan kedua orang
tuanya itu diakui sebagai warga negara Indonesia
Keempat problem yang dialami warganegara kita yang ada di
luar negeri karena masalah politik , misalnya pada tahun 60 an
banyak warga negara kita yang bersekolah di luar negeri tetapi
karena situasi dan kasus politik sebagian darinya sulit pulang ,
solusinya member kemudahan jika mereka ingin kembali
menjadi warga negara Indonesia.
ii
3) Hak berpendapat
4) Hak kemerdekaan memeluk agama
5) Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 , Hak dan kewajiban untuk membela
Negara.
6) Pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945 , Hak untuk mendapat
pengajaran.
7) Pasal 32 ayat 1 UUD 1945 , Hak untuk mengembangkan dan
memajukan kebudayaan nasional Indonesia .
8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan social .
Pasal 33 ayat 1,2,3,4, dan 5 UUD 1945
Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara
terhadap warganegara . Hak dan kewajiban negara terhadap
warganegara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban
warganegara terhadap negara . Beberapa ketentuan tersebut antara lain
sebagai berikut :
1) hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan,
2) hak negara untuk dibela,
3) hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan untuk
kepentingan rakyat.
4) kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil,
5) kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara,
ii
6) kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan
nasional untuk rakyat,
7) kewajiban negara memberi jaminan sosial,
8) kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.
Pasal 5 dan 6 UU nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional menyebutkan bahwa hak dan kewajiban warganegara
adalah :
1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus.
4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
6) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
7) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
ii
pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 sebagai
konstitusi negara
Oleh karena itu upaya membangun kesadaran warganegara dalam
ikut serta bela negara adalah melalui :
a) Pendidikan kewarganegaraan
b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela dan wajib
d) Pengabdian sesuai dengan profesi
2. Asas demokrasi dalam pembelaan negara
Berdasarkan pasal 27 ayat 3 dalam perubahan kedua UUD 1945 ,
bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warganegaranya . Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam
pembelaan negara yang mencakup 2 arti . Pertama , bahwa setiap
warganegara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan
negara melalui lembaga lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945
dean perundang undangan yang berlaku . Kedua , pembelaan negara ,
sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing masing.
ii
4. Prinsip Prinsip dalam pembelaan negara
Dari pandangan hidup , bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
pertahanan negara menganut prinsip :
Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.
Pembelaan negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan
kehormatan setiap warga negara. Oleh karena itu, tidak seorang
pun warga negara boleh dihindarkan dari kewajiban ikut serta
dalam pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-
undang. Dalam prinsip ini, terkandung pengertian bahwa upaya
pertahanan negara harus didasarkan pada kesadaran akan hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta pada
kemerdekaan dan kedaulatannya. Penyelesaian pertikaian atau
pertentangan yang timbul antara bangsa Indonesia dan bangsa lain
akan selalu diusahakan melalui cara-cara damai. Bagi bangsa
Indonesia, perang adalah jalan terakhir dan hanya dilakukan jika
semua usaha dan penyelesaian secara damai tidak berhasil. Prinsip
ini menunjukkan pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan
damai.
Bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan
menganut politik bebas aktif. Untuk itu, pertahanan negara ke luar
bersifat defensif aktif yang berarti tidak agresif dan tidak ekspansif
sejauh kepentingan nasional tidak terancam. Atas dasar sikap dan
pandangan tersebut, bangsa Indonesia tidak terikat atau ikut serta
dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain.
Bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti melibatkan
seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana nasional, dan seluruh wilayah negara sebagai satu
kesatuan pertahanan.
Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak
asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan
hukum nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional,
serta prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai dengan
memerhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan. Di samping prinsip tersebut, pertahanan negara juga
memerhatikan prinsip kemerdekaan, kedaulatan, dan keadilan
sosial.
ii
BAB VIII
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
A. ARTI PENDIDIKAN
ii
tercantum ddalam pembukaan UUD 1945 pada Aline keempat,yang
menegaskan:" Pemerintah melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdskan
kehidupan bangsa."
ii
terjadi di indonesia telah menjadi penyakit kronis dan sulit disembuhkan.
Dari prespektif yang berbeda, korupsi merupakan bentuk delinquency
(kenakalan) yang mengandung unsur kekerasan terselubung terhadap
kemanusiaan. Korupsi telah menjadi sesuatu yang sistematik: sudah menjadi
suatu sistem yang menyatu dengan penyelenggaraan pemerintah negara dan
bahkan dikatakan bahwa pemerintah justru akan hancur apabila korupsi
diberantas.
ii
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didk agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
ii
yang sesuai dengan ajaran sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi
penerus yang bersih dari pelaku penyimpangan kemanusiaan (dehumanisasi)
dan Kelima, membantu seluruh cita-cita warga bangsa dalam menciptakan
good-governance demi masa depan yang lebih santun dan beradab.
Terminalogi korupsi berasal dari kata latin rumpere, berarti melanggar,
khusus melanggar, khusunya melanggar tata cara berprilaku terpuji daan
aturan birokrasi, Seseorang dikatan melakukan tindakan korupsi ketika, dalam
melanggar aturan, ia sendiri, keluarga, kerabat, suku dan kelompok sosial
pilihan memperoleh imbaan meteriil maupun fasilitas.
Relevansi pendidikan antikorupsi didasarkan keyakian,bahwa
pemberantasan korupsi harus dilakukan simultan.Tindakan kuratif berupa
penegakkan hukum, preventif dan preservatif. Upaya preventif dimaksud
guna mencegah internalisasi sikap permisif atas tindakan koruptif, sementara
upaya preservatif guna memberi perlindungan dan kemampuan resistensi bagi
individu atau elemen sosial yang sudah menyerap nilai-nilai antikorupsi.
Perjuangan pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus
dilakukan karena memiliki tingkat keefektifan yang tinggi dalam membentuk
suatu pemahaman yng menyeluruh pada masyarakat tentang bahaya korupsi.
Walau pada akhirnya, hanya niat baik dan usaha keras yang merupakan
manifestasi dari "insan kamil" atau manusia yang sempurna sesuai dengan
fitrahnya, untuk dapat memberantas perilaku korupsi.
ii
biasanya melibatkan seperangkat pesan bersifat promosi yang menarik
minat publik dan disebarkan melalui media massa.
Manfaat yang akan diperoleh dari kampanye publik anti-
korupsi,antara lain:
1. Tergalangnya opini publik mengenai perlunya pemberantasan
korupsi secara sistematik dan integratif.
2. Tergalang pula tuntutan dan tekanan dari masyarakat mengenai
perlunya upaya pemberantasan korupsi dalam birokrasi.
3. Menguatnya partisipasi masyarakat pengguna layanan publik
dalam memberantas korupsi.
c. Pengorganisasian Massa
Masyarakat sebagai sasaran kebijakan publik harus mempunyai
kesempatan untuk berpatisipasi, sehingga langkah berikutnya dalam
upaya pendidikan anti-korupsi bagi masyarakat, adalah melakukan
pengorganisasian massa. Ini bertujuan untu menciptakan tekanan
publik terhadap tindakan korupsi dengan kekuatan yang ada pada
publik itu sendiri.
ii
Langkah awal dalam pengorganisasian massa adalah dengan
melakukan studi kebutuhan pengorganisasian massa (publik). Adapun
langkah-langkah studi tersebut, sebagai berikut:
1.Mengidentifikasi metode (strategi) pengorganisasian layanan
publik berbasis komunitas.
2.Merumuskan desain dan model pengorganisasian pelanggan
layanan publik berbasis komunitas .
3.Merumuskan kerangka kerja pengorganisasian, pelanggan layanan
publik berbasis komunitas.
ii