Anda di halaman 1dari 59

Ringakasan Materi:

1. Negara Hukum dan Konstitusi


2. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
3. Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban, dan Bela
Negara
4. Pendidikan Anti Korupsi

Dosen Pembimbing:
BAMBANG SUCONDRO, SH. MH

Oleh :
Christy Nanlohy (073001500028)

Jurusan Teknik Pertambangan


Fakultas Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti
2016

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB V : NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI ....................................... 1
A. HAKIKAT NEGARA ..................................................................... 1
B. NEGARA INDONESIA .................................................................. 2
C. NEGARA HUKUM ........................................................................ 3
D. ARTI DAN MAKNA KONSTITUSI …………………………..11
E. PERUBAHAN KONSTITUSI………………………………….11
F. KONSTITUSI INDONESIA (UUD 1945)
BAB VI : WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN NASIONAL 19
A. MEMAHAMI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI ................. 19
B. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA .............................. 20
C. LATAR BELAKANG KONSEP WAWASAN NUSANTARA ..26
D. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
E. PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA…………………28
F. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
G. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL DI
INDONESIA
H. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL
BAB VII : KEWARGANEGARAAN, HAK DAN KEWAJIBAN, DAN BELA
NEGARA ......................................................................................................... 27
A. WACANA KEWARGANEGARAAN ........................................ 27
B. PENGERTIAN WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
30
C. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA ........... 30
D. KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT
UNDAANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 ………………………………...34
E. HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA …………………35
F. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM BELA
NEGARA………………………35
BAB VIII : PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ............................................... 40

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan makalah
yang berjudul “Ringkasan Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi
Manusia” ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar
Mata Kuliah Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia.

Selain itu juga makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan


mahasiswa melalui usaha membuat rangkuman Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi,
dan Hak Asasi Manusia. Makalah ini disusun atas bantuan Dosen Pengajar Mata
Kuliah Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia, serta teman-
teman dan pada akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi
terselesaikannya makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak


kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 2 Juni 2016


Hormat kami,

Penyusun

ii
BAB V
NEGARA HUKUM DAN KSOTITUSI

A. HAKIKAT NEGARA
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya
diatur oleh pemerintah yang berada di wilayah terseut. Untuk dpaat menjadi
suatu Negara maka harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima
keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan Negara adalah adanya sutau
wilayah tempat Negara itu berada dan Negara tersebut harus diakui oleh
warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, bertujuan untuk
memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.
Tujuan suatu Negara yaitu menyelenggarakn pemerintah secara transparan,
bersih, dan berwibawa.
Dalam suatu konferensi international yang diselenggarakan di kota
Montevideo (Urugay) pada tahun 1933, ditetapkan tentang usnur-unsur atau
syarat berdirinya sebuah Negara. Secara substansial, Konvensi Montevideo
(1933) menetapkan ketentuan, bahwa : the state as a person of international
law should posses the following qualification (Negara sebagai subyek hukum
international harus memiliki kualifikasi, sebagai berikut:
1. a permanent population (penduduk yang tetap)
2. a defined territory (batas wilayah yang tetap)
3. a government (memiliki pemerintahan)
4. a capacity to enter into relations with other states (mampu
menjalin kerjasam dengan Negara-negara lainnya)
wadah untuk suatu bangsa untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
nasional disebut Negara bangsa atau nation state. Suatu bangsa terbentuk
umumnya sama dengan terbentuknya bangsa dan nasionalisme pada bangsa
itu. Karena itu, terben tuknya atau terjadinya suatu Negara dapat
dikategorikan pada dua cara, yaitu:
a. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer ialah pertumbuhan Negara secara evolusi
dari suatu kerajaan besar kemudian menjadi Negara berdaulat
yang disebut Negara bangsa.
b. Pertumbuhan sekunder

ii
Pertumbuhan seunder ialah pertumbuhan atau munculnya
negera bangsa yang baru untuk menggantikan Negara yang ada
sebelumnya melalui revolusi, kudeta (coup d’etat), penaklukan
atau aneksasi, pemisahan, atau juga Negara bangsa itu
terbentuk dari wilayah jajahan yang memperoleh
kemerdekaannya, karena menyatakan sendiri kemerdekaannya
dan berhasil melalui perang kemerdekaan, dan Karena
dimerdekakan oleh penjajahnya secara abaik-baik atau secara
damai.
Banyak defines Negara yang diberika oleh para ilmuwan. Salah satunya
pengertian umum dari Negara yang dikemukakan oleh Robert Mac Iver, yang
mengatakan “ Negara adalah organisasi yang menyelenggarakan penertiban di
dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem
hukum yang diselenggarakan oleh suatu peerintahan yang untuk maksud
tersebut diberi kekuasaan”.
Dari definisi Mac Iver diatas, dibedakan rgansasi Negara dengan
organisasi lainya dalam masyarakat Negara yang bersangkutan yang disebut
sebgagai “sifat hakikat Negara”, yaitu mempunyai sifat:
1) Memaksa,
2) Monopoli
3) Mencakup semua peraturan perundangan yang dibuat oleh Negara
berlaku unuk semua warga negaranya tanpa terkecuali.
Dari teori terbentuknya bangsa da nasionalisme, maka dapat dikatakan bahwa
Unsur-unsur Negara terdiri atas:
1. Rakyat yang disebut juga bangsa.
2. Wilayah tertentu, yaitu wilayah batas-batas yag diakui secara
international.
3. Pemerintahan yang sah atau diakui.

B. NEGARA IDNONESIA
Wilayah negaraIndonesia merupakan Negara bekas jajahan Hindia
Belanda yang merdeka setelah mengalami serangkaian revolusi berdarah
menjelang dan seudah kemerdekaannya.. nama Indonesia sendiri dapat
ditelusuri dari berbagai tulisan yang terbit sekitar abad ke-18. Salah satunya,
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel
“On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-

ii
Polynesian Nations.” Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah
tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu
untuk memiliki nama khas. Earl mengajukan dua pilihan nama, Indunesia
atau Malayunesia, nesos, dalam bahasa Yunani berarti Pulau.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James
Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago,
Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi
kepulauan ini, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan
membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan
huruf “u” digantinya dengan huruf “o” agar ucapannya lebih baik. Maka
lahirlah istilah Indonesia.
Putra pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah
Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ketika di buang ke negeri
Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama
Indonesische Pers-bureau.

C. NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
Negara Hukum, yang asal katanya adalah "rechtsstaat", yang di
dalam
pencatumannya yaitu dalam Penjelasan UUD1945 sampai sekarang pun
masih
menggunakan kata dari bahasa Belanda tersebut, termaktub dalam
konstitusi
Republik Indonesia sebagai ide dasar sistem pemerintahan republik ini.
Menilik asal muasal katanya, yaitu "rechtsstaat" itu sendiri, dalam
kamus
besar bahasa Belanda (Van Dale) secara umum adalah "staatsvorm die
het recht
als hoogste gezag handhaaft". Artinya, bahwa negara hukum seperti
yang
dimaksudkan oleh founding fathers negeri ini adalah sebuah bentuk
negara
(pemerintahan) yang menggunakan hukum sebagai kekuasaan pengatur
yang
tertinggi. Hal ini juga yang membuat republik ini berdiri atas dasar
hukum. Yang mendukung bukti materiil dari ide "rechtsstaat" ini adalah

ii
berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 sehari setelah Proklamasi.
Artinya begitu negara ini lahir, dalam waktu segera. hanya selisih satu
hari lahir pula konstitusi Negara.
Pengertian Negara hukum atau Negara berdasarkan hukum ialah
Negara yang pemerintahan, masyarakat, dan rakyatnya dalam bertindak
selalu mengedepankan dan menegakkan hukum dengan legaltias dalam
arti hukum dalam segala bentuknya. Negara hukum yang dimaksud
mengandung arti, sebagai berikut:
1) Ketetntuan ini diangakt dari penjelasan UUD1945
2) Negara Hukum yang dimaksud Negara yang mengakkan
supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan ekadilan
3) Hal itu untuk memperteguh paham Indonesia adalah Negara
Negara Hukum
4) Ciri Negara Hukum yang dimaksud selanjya ialah adanya
supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan dihadapan
hukum (equality before the law), penegakan hukum dengan cara
yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
5) Paham Negara Hukum ini (Pasal 1 ayat 3) terkatit dengan
paham Negara kesejahteraan pasal 34 UUD1945.

2. Sejarah Negara Hukum


Dalam hubungan dengan tipe-tipe Negara modern, di Eropa
Kontinental tumbuh tipe “Negara polisi” dalam artian Rechtsstaat ynag
merupakan kelanjutan dari tipe “Negara polisi” (Polizei Staat). Maksud
dari Negara polisi adalah Negara yang mempunyai dua sifat, yaitu salus
publica suprema lex dan prince legibus solutes. Salus publica
suprema lex, artinya adalah kepentingan umum (algeme belangen)
mengatasi segala undang-undang. Principe legibus solutes, artinya
adalah ialah hanya raja yang dapat membuat undang-ndang untuk
negaranya. Artinya kalau diperluas, hanya raja yang dapat mengurus
kepentingan Negara daan rakyat.
Istilah “Polizei” kalau kita ambil dengan istilah Belanda sama
dengan istilah “Policie” (bukan “Politie”) dan dalam bahasa Indonesia
“polisi”.
Dimaksud dengan istilah “Polizei Staat” ialah menjalankan tugas
kemakmuran dan tata tertib dalam suatu Negara oleh penguasanya.
Masa itu negara sama dengan penguasa (L’Etat alest mei), artinya

ii
Negara adalah raja. Pada waktu itu diusahakan kekayaan yang banyak
mungkin, tetapi biasanya digabungkan dengan bentuk pemerintahan
yang absolut. Dalam negara absolut kita kenal tipe Polizei Staat,
dimana Negara itu untuk kemakmuran rakyat, tetapi tidak dijalankan
oleh rakyat. Tipe Polizei Staat ini dipengaruhi oleh aliran
merkantilisme (Mercantilisme). Aliran ini terdapat dalam bidang
ekonomi yang mementingkan neraca perdagangan yang aktif dimana
jaminan uang atau emas harus terlihat. Aliran merkantilisme yang
diikuti dan diperkuat oleh aliran liberalism mempengaruhi cara berpikir
penguasa-penguasa, sehingga kemakmuran perlu dimasukkan dalam
tujuan Negara.
Di Negara-negara eropa Kontinental timbul konsep Rechtsstaat
yang berasal dari sistem hukum Eropa Kontinental dengan civil law
sistem-nya. Konsep Rechtsstaat dimulai dengan Liberale Rechtsstaat
disusul dengan Formaele Rechtsstaat yang selanjutnya berkembang
menjadi Materiele Rechtsstaat.
Di Negara-negara Anglo-Sakson/Anglo-Saksismuncul konsep
Rule of law yang bersal dari sistem hukum Anglo-Sakson dengan
common law sistem-nya. Istilah Rechtsstaat maupun Rule of law di
Indonesia lazim digunakan istilah ”Negrara Hukum”.

3. Tipe Negara Hukum


Menurut George Jellinek terdapat empat status, yaitu: (1)
statusaktif, yakni rakyat ikut dalam pemerintahan; (2) status pasif, yakni
rakyat unduk pada pada perintah-perintah Negara; (3) status negatif,
yakni Negara tidak ikut campur tangan dalam urusan rakyat; dan (4)
status posisitf, yakni Negara menyelnggarakan kebuthan-kebutuhan
rakyat. Berikut ada 4 macam –macam Negara Hukum:
a. Negara Hukum Liberal
Tipe negara hukum liberal ini menghendaki supaya Negara
berstatus pasif, artinya bahwa warga negara harus tunduk pada peraturan-
peraturan negara. Penguasa dalam bertindak sesuai dengan hukum. Di
sini kaum Liberal menghendaki agar penguasa dan yang dikuasai ada
suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta persetujuan yang menjadi
penguasa.

ii
b. Negara Hukum Formal
Negara hukum formil, yaitu negara hukum yang mendapatkan pengesahan
dari rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus
berdasarkan undang-undang.Negara hukum formil ini disebut juga dengan
negara demokratis yang berlandaskan negara hukum.
c. Negara Hukum Material
Negara hukum materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut
dari negara hukum formil, di mana tindakan penguasa harus berdasarkan
undang-undang atau berlaku asas legalitas maka dalam negara hukum materiil
tindakan dari penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga negara
dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang atau berlaku asas
opportunitas. Pada Negara Hukum Material yang dipentingkan yaitu
Kemakmuran rakyat.
d. Negara Hukum yang Demokratis
Suatu Negara yang memenuhi keempat unsur Negara hukum
formal, yaitu pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, pemisahan
kekuasaan, pemerintah beradsarkan undang-undang, dan pengadilan
administrasi; maka Negara hukum demikian adalah Negara yang
menjamin hak-hak asasi manuisa. Jika sutau Negara hukum menjamin
hak-hak asasi mansuia atau hak-hak rakyat/warga Negara terdapat dalam
Negara demokrasi, maka Negara hukum seperti itu disebut “Negara
hukum yang demokratis” (Democratische Rechtsstaat).

D. ARTI DAN MAKNA KONSTITUSI


Secara umum, seperangkat norma baru dapat dikatatkan kosntitusi,
hukum dasar, atau UUD jika memenuhi dua syarat. Syarat pertama adalah
syarat maetriiil. Syarat kedua adalah syarta formal. Istilah konstiitusi berasal
dari bahasa Perancis (constitue) yang berarti membentuk. Pemakaina istilah
konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu Negara dan
menyatakan suatu Negara. Demikian pula dalam bahasa Inggris kata

ii
constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau menyusun. Dalam
bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang
berarti undang-undang dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak
tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan
demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada
peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Tujuan konstitusi adalah untuk memebatasi kesewenangan tindakan
pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Konstitusi diklasifikasikan menjadi:
1. Konstitusi tertulis dan kosntitusi tidak tertulis
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid
3. Konstitusi derajat-tinggi dan tidak derajat-tinggi
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
5. Konstitusi sistem pemerintahan Presidensial dan kosntitusi
sistem pemrintahan parlementer
Berdasarkan klasifikasi kosntitusi diats, maka UUD1945 termasuk dalam
klasifikasi kosntitusi yang rigid karea cara dan prosedur perubahannya yang
sulit, konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen, konstitusi
berderajat tinggi, konstitusi kesatuan dan konstitusi sistem pemerintahan
campuran. Konstitusi dalam arti sempit sama denga UUDyaitu dokumen
hukum dan politik resmi suatu Negara, yang terdiri atas kesepakatan-
kesepakatan pokok, tentang berdirinya suatu Negara, organisasi kekuasaan
Negara, dan hubugnan antar lembaga sesamanya.

E. PERUBAHAN KONSTITUSI
Oleh karena hakikat konstitusi adalah sebagai hukum dasar tertingi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan Negara, sering dikehendaki agar
konstitusi memiliki karalter yang lebih stabil daripada produk hukum
lainnya.
Perubahan konstituis terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan yang
diatur dalam kosntitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya mengandung
ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian
prosedurnya dibuat sedemikia rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah

ii
benar-benar as[irasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena
dan bersifat smentara ataupun keinginan dari sekelompok orang belaka,
Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur perubahan kosntitusi:
1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan
legislatif, akan tetap yang dilaksanakan menurut pembatasan-
pembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi melalui tiga macam
kemungkinan.
 Pertama, untuk mengubah konstitusi, egara pemegang kekuasaan
egara ve e harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya sejumlah
anggota tertentu (kuorum) yang ditentukan secara pasti.
 Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga perwakilan
rakyat harus dibubarkan terlebih dahulu dan kemudian
diselenggarakan pemilihan umum. Lembaga perwakilan rakyat
harus diperbaharui inilah yang kemudian melaksanakan
wewenangnya untuk mengubah konstitusi.
 Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis
dua kamar. Untuk mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga
perwakilan rakyat harus mengadakan sidang gabungan. Sidang
gabungan inilah, dengan syarat-syarat seperti dalam cara pertama,
yang berwenang mengubah kosntitusi.
2. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum.
Apabila ada kehendak untuk mengubah kosntitusi maka lembaga
negara yang diberi wewenang untuk itu mengajukan usul perubahan
kepada rakyat melalui suatu referendum atau plebisit. Usul perubahan
konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan yang diberi
wewenang untuk itu. Dalam referendum atau plebisit ini rakyat
menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima atau menolak
usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan
diterima atau ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi.

3. Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang dilakukan


oleh sejumlah negara bagian. Perubahan konstitusi pada negara serikat
harus dilakukan dengan persetujuan sebagian terbesar negara-negara
tersebut. Hal ini dilakukan karena konstitusi dalam negara serikat
dianggap sebagai perjanjian antara negara-negara bagian. Usul
perubahan konstitusi mungkin diajukan oleh negara serikat, dalam hal
ini adalah lembaga perwakilannya, akan tetapi kata akhir berada pada
negara-negara bagian. Disamping itu, usul perubahan dapat pula
berasal dari negara-negara bagian.

ii
4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau
dilakukan oleh suatu lemabag negara khusus yang dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat dijalankan baik pada
Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak untuk
mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
dibentuklah suatu lembaga negara khusus yang tugas serta
wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat
berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula
berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula
berasal dari lembaga negara khusus tersebut. Apabila lembaga negara
khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang sampai
selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar.

Miriam Budiarjo mengemukakan adanya empat macam prosedur


perubahan konstitusi, yaitu :

1. Sidang badan legislatif ditambah beberapa syarat


misalnya ketentuan kuorum dan jumlah minimum
anggota badan legislatif untuk menerima perubahan.
2. Referendum atau plebisit, contoh : Swiss dan Australia
3. Negara-negara bagian dalam suatu negara federal harus
menyetujui, Contoh : Amerika Serikat
4. Musyawarah khusus (special convention), contoh :
beberapa negara Amerika Latin

Hans Kelsen mengatakan bahwa kosntitusi asli dari suatu negara


adalah karya pendiri negara tersebut. Dan ada beberapa cara
perubahan konstitusi menurut Kelsen yaitu :

1. Perubahan yang dilakukan diluar kompetensi organ


legislatif biasa yang dilembagakan oleh konstitusi
tersebut, dan dilimpahkan kepada sebuah konstituante,
yaitu suatu organ khusus yang hanya kompeten untuk
mengadakan perubahan-perubahan konstitusi
2. Dalam sebuah negara federal, suatu perubahan
konstitusi bisa jadi harus disetujui oleh dewan
perwakilan rakyat dari sejumlah negara anggota
tertentu.

ii
F. KONSTITUSI INDONESIA (UUD1945)
1. Latar Belakang Perubahan UUD1945
Terdapat lima alasan yang melatarbelakangi pemikiranmnegapa
MPR melakukan perubahan terhadap undang-undang dasar 1945,
adapun lima alas an tersebut:
a. Bahwa praktek ketatanegaraan selama ini penuh dengan
rekayasa dan usaha-usaha lain serta belum mampu
menciptakan pemerintahan yang stabil dan demokratis.
b. Bahwa sesuai UUD1945, MPR merupakan pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat dengan kekuasaan tidak
terbatas. Akibatnya, rakyat sendiri kehilangan kedaulatannya.
c. Bahawa pancasila merupakan norma dasar (fundamental
norm) yang tidak langsung bersifat operasioanl
d. Bahwa UUD1945 masih bersifat sementara. Hal ini
didasarkan pada Pidato Presiden Soekarno pada Rapat
Penutupan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
e. Bahwa UUD1945 dipandang terlalu sumir, ringkas serta
bersifat executive heavy. Selain itu, masih belum lengkapnya
pengaturan tentang HAM, lemahnya pembatasan kekuasaan
dan tidak memadainya sistem checks and balances.

Sejarah ketatanegaraan telah membuktikan bahwa setiap


penyimpanga/penyelewengan terhadap kemurnian Pancasila dan
UUD1945 senantiasa membuahkan kekacauan Negara dan
kesengsaraan rakyat. Hal ini disebabkan adanya penafsiran secara
sepihak dan rekayasa politik dalam pelaksanaannya oleh
penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan yang semangatnya
bukan untuk kepentingan bangsa dan Negara, melainkan kepentingan
kekuasaan, pribadi maupun kelompok.
Apabila kita cermati Penjelasan Umum UUD1945 tentang sistem
pemerintahan Negara dan penjelasan tentang kekuasaan kehakiman,
yang telah lebih dielaborasi melalui TAP MPRS No. XX/MPRS/1960,
Nampak bahwa telah ada “checks and balances” anatar lembaga
eksekutif, lembaga legislative dan lembaga yudikatif. Sistem checks
and balances tersebut tidak berjalan dengan baik, yang antara lain
disebabkan oleh:

ii
a. Adanya rekayasa politik yang menyebabkan kekusasaan
tersentralisasi pada lembaga eksekutif.
b. Masih melekatnya sifat primordialise, feodalisme dan
prinsip yang lebih mengedepankan hubungan kekeluargaan
dan bukan berdasarkan ketentuan hukum
c. Belum adanya undang-undang tentang kePresidenan,
sehingga mengaburkan ketajaman control social lembaga-
lembaga lainnya.
Dari uraian diatas meyakinkan kita bhawa UUD1945 sebagai hukum
dasar memang harus diadakan perubahan agar mampu
mewujudkan suau kehidupan bangsa dan Negara sesuai
amanah pembukaan UUD1945 yang merupakan jiwa dan
cita-cita Proklamasi 1945

2. Kesepakatan Sebelum Melakukan Perubahan UUD1945


Dalam proses amandemen UUD1945 sejak tahun 1999 hingga tahun
2002 lalu komitmen MPR RI untuk tidak mengubah bagian Pembukaan
UUD1945 tertuang dalam lima kesepakatan dasar MPR tentang
pengubahan UUD1945. Kelima kesepakatan dasar itu adalah:
a) Tetap memeprtahankan Pembukaan UUD1945
b) Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
c) Tetap memeprtahnkan Sistem Presidensial
d) Menegakkan prinsip “checks and balances”
e) Memindahkan ketentuan-ketentuan normaitf dalam
penjelasan ke dalam Batang Tubuh UUD1945
f) Melaksanakn perubahan secara addendum.

3. Hasil Perubahan UUD1945


a. Pembukaan UUD1945
Pada tanggal 15 juli 1945,Ir. Soekarno sebagai
“Penggali” Pancasila dalam pidatonya di depan
BPUPKI menyatakan : “keberanian menunjukkan
bhawa kita tidak hanya membebek kepada contoh-

ii
contoh UUDNegara lain, tetapi membuat sendiri
UUDyang baru, yang berisi kefaahaman keadilan yang
menentang individualise dan liberlaisme, yang berjiwa
kekeluargaan dan gotog royong”.
Selesai Ir. Soekarno , Mr. soepomo menyampaikan
penegasan bahwa pembukaan mengandung cita-cita
luhur dan pokok-pokok pikiran tentang dasar dan
tentang sifat-sifat-sifat Negara Indonesia yang hendak
dibentuk.
Paham kekeluargaan dimiliki oleh pergaulan hidup
manusia yang anggota-anggotanya bertindak sebagi
suatu keluarga. Setiap anggota sebagai suatu kesatuan
karena itu mereka tidak hidup dalam kebebasan mutlak.
Mereka terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku
dalam pergaulan dimana mereka hidup. Sebaliknya,
oleh karena tidak ada individu yang sama, maka
perbedaannya harus diakui dan dihormati bahkan
dilindungi. Karena itu, kesepakatan MPR untuk
mempertahakan Pembukaan bukan sekedar didukung
oleh sekedar kesepakatan nasional. Namun mendaptkan
pembenaran dari landasan hukum, filsafat dan juga cita
hukum.

b. Paham Kedaulatan Rakyat dalam Perubahan


UUD1945
Hasil perubahan UUD1945 merubah dari sistem
perwakilan ke sistem langsung dengan memisahkan
secara tegas antara lebaga Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif, melalui pemilihan umum anggota DPR dan
DPD, dan pemilihan langsung Presiden/Wakil Presiden.
Pengurangan peran politik MPR juga terlihat dalam
pasal 3 ayat (2) mengenai tata cara pemberhentian

ii
Presiden dan Wakil Presdien yang harus melalui
beberapa tahapan, yaitu tahapan di Dewan Perwakilan
Rakyat dan di Mahkamah Konstitusi. Ketentuan ini lahir
sebagai akibat adanya pemilihan langsung terhadap
Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A, ayat (1)).
Kemudian sebagai konsekuensi dari disahkannya pasal 3
ayat (3) “MPR hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabtannya
menurut Undang-Undang Dasar 1945”. Di masa depan
tidak terlalu mudah bagi MPR untuk merekayasa untuk
menjatuhkan Kepala Negara. Dari segi kelembagaannya
MPR mengalami perubahan.

c. Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Checks and


balances
Adanya perubahan UUD1945 menjanjikan lebih di
tingkatannya mekanisme checks and balances anatar
lembaga legislative dan eksekutif. Setelah UUD1945
mengalami perubahan, persetujuan DPR tidak hanya
iberikan dalam kaitannya dengan pernyataan perang dan
membuat perdamaian, melainkan juga dalam membuat
perjanjian international (Pasal 11). Perubahan UUD1945
pun mnegharuskan Presiden untuk memintakan
persetujuan DPR manakala mengangkat duta dan bahkan
menerima duta Negara lain (Pasal 12 ayat 2 dan ayat 3).
Akibat perubahan UUD1945, Presiden tidak
dimungkinkan memonopoli pembentukan atau
pembubaran cabinet, perubahan UUD1945 pun
memberikan posisi yang kian kuat terhadap lembaga
Yudikatif. Dalam kaitannya dengan kekuasaan
kehakiman, Pasal 24 ayat (1) juga dinyatakan bahwa
“Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang

ii
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hokum dan keadilan”. Mahkamah Agung,
memperoleh posisinya sebagai lembaga yudikatif yang
bebas dari engaruh baik lembaga lesilatif maupun
eksekutif.
Dengan adana sistem checks and balances ini, maka
kekuasaan Negara dapat diatur, dibatasi dan bahkan
dikontrol dengan sebaik-baiknya sehingga
penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penyelenggara
Negara ataupun pribadi-pribadi yang kebetulan sedang
menduduki jabatan dalam lembaga-lembaga Negara yang
bersangkutan dapat dicegah dan ditanggulangi dengan
sebaik-baiknya.

d. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Bentuk tersebut tetap harus
dipertahankan (Pasal 37 ayat (5)). Kendati demikian,
dalam Pasal 18 ayat (2) bahkan ditegaskan bahwa
“pemerintah daerah provinsi, daerh kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Kemudian dalam penyelenggara pemerintahannya,
prinsip demokrasi pun ditegaskan secara eksplisit, lewat
keberadaan DPRD serta perannya dalam memilih
Kepala Daerah masing-masing (Pasal 18 ayat (3) dan
(4)).
Perubahan UUD1945 inilebih mencegah adanya
dominasi pemerintah pusat terhadap daerah sebagaimana
yang terjadi pada masa lalu.

ii
e. Sistem Pemerintahan Presidensial
Negara Indonesia merupakan Negara yang
berpenduduk terbesar keempat di dunia. Komposisi
penduduknya sangat beragam, baik dari suku bangsa,
etnisitas, anutan agama, maupun segi-segi lainnya.
Realitas kompleksitas keragaman kehidupan bangsa
Indonesia seprti diatas, justru membutuhkan sistem
pemerintahan yag kuat dan stabil. Keuntungan sistem
presidensial dapat dipertajam dengan menjelaskan bahwa
sistem ini di suatu pihak menjamin adanya stabilitas
pemerintahan karena adanya masa jabatan yang pasti
(fixed term), sehingga pemerintahan tidak terlalu mudah
digoyang dan diganti.
Jika kelemhan sistem presidensial yang diterapkan
di bawah Undang-Undang Dasar 1945 yang cenderung
executive heavy sudah dapat diatasi melalui
pembaharuan mekanisme ketatanegaraan yang
diwujudkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut, maka
ekses-ekses dalam praktek penyelenggaraan sistem
pemerintahan presidensial tidak perlu dikhawatirkan lagi.
Dengan dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden oleh
rakyat secara langsung, maka kedudukannya di mata
MPR semakin kuat. Amandemen mengenai tata cara
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden disepakati,
bahwa MPR tidak mungkin lagi melakukan
persekongkohan politik.
Kemudian sesuai dengan Pasal 7 menegaskan bahwa
seorang Presiden dan Wakil Presiden tidak mungkin
berkuasa lebih dari dua periode jabatan. Kendati
anggapan umum mengenai keberhasilannya di dalam
mempin republik, atas nama UUD 1945, mereka harus
ikhlas untuk memberikan kesempatan kepada calon

ii
pemimpin lainnya. Ini akan mencegah adanya
kecenderungan munculnya penguasa depotic dan absolut
sebagaimana terjadi di masa lalu.
Para menteri adalah pemimpin pemerintahan dalam
bidang masing-masing. Merekalah yang sesungguhnya
merupakan pemimpin atau pemerintahan sehari-hari.
Untuk itu, dalam mengangkat menteri, meskipun tidak
mengikat. Presiden harus sungguh-sungguh
memperhatikan pendapat DPR. Demikian pula untuk
membentuk departemen baru atau membubaarkan
departemen yang ada diperlukan persetujuan DPR karena
sangat berkaitan dengan APBN dan pengelolaan pegawai
negeri sipil.
Disamping itu, beberapa lembaga dalam lingkungan
cabang kekuasaan eksekutif ditentukan pula
independensinya dalam menjalankan tugas utamanya.
Lembaga-lembaga eksekutif yang dimaksud adalah Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral Kepolisian Negara dan
Kejaksaan Agung sebagai aparatur pertahanan Negara.

ii
BAB VI
WAWASAN NUSANTARA DAN
KETAHANAN NASIONAL

A. MEMAHAMI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI


Berbicara tentang Wawasan Nusantara ditinjau dari sudut pandang
kewilayahan, ada dua hal yang perlu diwaspadai untuk menjaga keutuhan
Negara Kesatua Republik Indonesia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
artinya bahwa faktor internal dapat saja terjadi (disintegrasi bangsa)
mengingat letak geografi Indonesia berbnetuk kepulauan. Contohnya banyak
daerah-daerah yang menginginkan merdeka (Papua, Aceh, Riau, Batam dan
lain sebagainya). Sedangkan pada faktor eksternal, ini akibat adanya faktor
kepentingan luar (International) baik dari segi politik maupun ekonomi.
Yang dimaksud dengan pengaruh lingkungan strategis adalah suatu situasi
dan kondisi baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi penerapan Wawasan Nusantara. Situasi dan kondisi
lingkungan strategis yang berpengaruh tersebut dapat berasal dari lingkungan
global, regional dan nasional dimana didalamnya terdapat peluang yang harus
dimanfaatkan dan kendala-kendala yang harus dihadapi untuk dipecahkan,
sehingga pada upaya penerapan Wawasan Nusantara tersebut dapat digunakan
untuk menanggulangi terjadinya disintergrasi nasional.
Secara konsepsional Wawasan Nusantara (Wasantara) adalah wawasan
nasional bangsa Indonesia. Formulasi Wawasan Nusantara merupakan salah
satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Wawasan
Nusantara sebagai wawasan nasioanlnya bangsa indoonesia dibangun atas
pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada
konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi
Wawasan Nusantara.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mewujudkan
cita-citanya perlu memiliki pemahaman mengenai geopolitik dan geostrategic.
Geopolitik bangsa Indonesia diterjemahkan dalam kosnep Wawasan
Nusantara, sedangkan geostrategic bangsa Indonesia dirumsukan dalam
konsepsi Ketahanan Nasioanl.

ii
Sesuai dengan bagan paradigm ketatanegaraan Negara Republik
Indonesia, maka Ketahanan NAsioanl (Tannas) merupakan salah satu
konsepsi politik dari Negara Republik Indonesia.
Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan
kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dalam tujuan
nasional. Ketahanan Nasioanl sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki
pengertian bahwa konsep Ketahanan Nasional merupakan pendekatan yang
digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka
mencapai cita-cita dan tujuan Nasionalnya.

B. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA


Pengertian Wawasan Nusantara dapat diartikan secara etimologis dan
terminologi
1) Secara Etimologis
Wawasan Nusantara berasal dari kata wawasan dan nusantara. Wawasan
berasal dari kata ‘wawas’ (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan
atau penglihatan indrawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang
berarti memandang, meninjau atau melihat. Wawasan berarti cara
pandang, cara meninjau atau cara melihat. Sedangkan Nusantara berasal
dari kata ‘nusa’ yang berarti pulau – pulau, dan ‘antara’ yang berarti diapit
di antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta
dua samudra yakni samudera Pasifik dan samudera Hindia).
2) Secara Terminologis.
Wawasan Nusantara menurut beberapa pendapat sebagai berikut :
a. Menurut Prof. Wan Usman
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai
diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek
kehidupan yang beragam.
b. Menurut GBHN yang ditetapkan MPR pada tahun 1993 dan 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.
c. Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara yang dibuat di
LEMHANAS 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia

ii
mengenai diri dan lingkungannya yang sebaberagam dan bernilai
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Secara umum, Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia


tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang
berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945)
yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan
nasional.

C. LATAR BELAKANG KOSNEPSI WAWASAN NUSANTARA


1. Aspek Historis

Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi


bangsa yang bersatu dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal
yaitu :

1. Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah


dan terpecah, kehidupan sebagai bangsa yang terjajah adalah
penederitaaan, kesengsaraan, kemiskinan dan kebodohan. Penjajah
juga menciptakan perpecahan dalam diri bangsa Indonesia. Politik
Devide et impera (adu domba). Dengan adanya politik ini orang-
orang Indonesia justru melawan bangsanya sendiri. Dalam setiap
perjuangan melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi juga ada
pengkhianat bangsa.
2. Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis
wilayah Indonesia adalah wilayah bekas jajahan Belanda . Wilayah
Hindia Belanda ini masih terpisah-pisah berdasarkan ketentuan
Ordonansi 1939 dimana laut teritorial Hindia Belanda adalah
sejauh 3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi tersebut , laut atau

ii
perairan yang ada diluar 3 mil tersebut merupakan lautan bebas
dan berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa yang
terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar
bagi bangsa Indonesia. Keadaan tersebut tidak mendukung kita
dalam mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
Untuk bisa keluar dari keadaan tersebut kita membutuhkan
semangat kebangsaan yang melahirkan visi bangsa yang bersatu.
Upaya untuk mewujudkan wilayah Indonesia sebagai wilayah
yang utuh tidak lagi terpisah baru terjadi 12 tahun kemudian
setelah Indonesia merdeka yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda
mengeluarkan pernyataan yang selanjutnya disebut sebagai
Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Isi pokok dari
deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut teritorial Indonesia tidak
lagi sejauh 3 mil melainkan selebar 12 mil dan secara resmi
menggantikam Ordonansi 1939. Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan
dalam UU No.4/Prp Tahun 1960 tentang perairan Indonesia yang
berisi :
1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta
perairan pedalaman Indonesia
2. Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut
3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang
terletak pada sisi dalam dari garis dasar.

Keluarnya Deklarasi Djuanda melahirkan konsepsi wawasan


Nusantara dimana laut tidak lagi sebagai pemisah, tetapi sebagai
penghubung. UU mengenai perairan Indonesia diperbaharui dengan UU
No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia

Deklarasi Djuanda juga diperjuangkan dalam forum internasional.


Melalui perjuangan panjanag akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April

ii
menerima “ The United Nation Convention On The Law Of the
Sea”(UNCLOS) . Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut
Indonesia diakui sebagai negara dengan asas Negara Kepulauan
(Archipelago State).

2. Aspek Geografis dan Sosial Budaya

Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia merupakan


negara bangsa dengan wialayah dan posisi yang unik serta bangsa yang
heterogen. Keunikan wilayah dan dan heterogenitas menjadikan bangsa
Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa yang satu dan utuh .

Keunikan wilayah dan heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :

1. Indonesia negara kepulauan atau maritim


2. Indonesia terletak antara dua benua dan dua samudera (posisi
silang)
3. Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
4. Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
5. Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkum
pasifik dan Mediterania
6. Wilayah subur dan dapat dihuni
7. Kaya akan flora dan fauna dan sumber daya alam
8. Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang
beragam
9. Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak
218.868 juta jiwa (tahun 2005

3. Aspek Geopolitis dan Kepentingan Nasional

Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memandang


wilayahnya sebagai ruang hidupnya namun bangsa Indonesia tidak ada

ii
semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup (lebensraum).
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan
menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan
utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita
nasional, tujuan nasional maupun visi nasional.

D. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA


1. Geopolitik sebagai Ilmu Politik
Geopolitik secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu Geo
yang berarti bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi
geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai
sebagai penyelenggaraan Negara yang setiap kebijakannya dikaitkan
dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu
bangsa.
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai
ilmu bumi politik (political geography) yang kemudian diperluas oleh
Rudolf Kjellen menjadi geographical politic, disingkat geopolitik.

Teori-Teori Geopolitik :
1) Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904), berpendapat bahwa
negara itu seperti organisme yang hidup. Pertumbuhan Negara mirip
dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup
(lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Makin luas
ruang hiduo maka Negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju.
Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori biologis.
2) Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922), Negara adalah satuan dan
sistem politik yang menyeluruh yang meliputi bidang geopolitik,
ekonomi politik , demo politik social politik, dan krato politik. Negara
sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus mampu

ii
mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan
ekspansi.
3) Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946), melanjutkan pandangan
Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum dan paham
ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu wilayah Negara semakin
banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka
Negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang
hidup bagi warga Negara. Untuk mencapai maksud tersebut, Negara
harus mengusahakan :
 Autarki, yaitu cita-cita untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
bergantung pada Negara lain.
 Wilayah-wilayah yang dikuasai (pan-regional), yaitu:
a. Pan Amerika sebagai “perserikatan wilayah” dengan Amerika
Serikat sebagai pemimpinnya.
b. Pan Asia Timur, mencakup bagian timur Benua Asia,
Australia dan wilayah kepulauan dimana Jepang sebagai
penguasa.
c. Pan Rusia India yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa
Timur, dan rusia yang dikuasai Rusia.
d. Pan Eropa Afrika mencakup Eropa Barat , tidak termasuk
Inggris dan Rusia dikuasai oleh jerman.
Teori geopolitik Karl Haushofer ini dipraktikkan oleh Nazi Jerman
dibawah pimpinan Hittler sehingga menimbulkan perang dunia dua.

4) Teori Geopolitik Halford Mackinder (1861-1947), mempunyai


konsepsi geopolitik yang lebih strategik, yaitu dengan penguasaan
daerah-daerah ‘jantung’ dunia, sehingga pendapatnya dikenal dengan
teori daerah Jantung. Barang siapa menguasai “daerah jantung” (Eropa

ii
Timur dan Rusia) maka ia akan menguasai pulau dunia (Eropa, Asia,
dan Afrika)yang pada akhirnya akan menguasai dunia. Berdasarkan
hal ini muncullah konsep Wawasan Benua atau konsep kekuatan di
darat.

5) Teori Geopolitik Alfred Tayer Mahan (1840-1914),mengembangkan


lebih lanjut konsepsi geopolitik dengan memperhatikan perlunya
memamfaatkan serta mempertahankan sumber daya laut termasuk
akses ke laut. Sehingga, tidak hanya pembangunan armada laut saja
yang diperlukan, namun lebih luas juga membangun kekuatan
maritim. Berdasarkan hal tersebut, muncul konsep Wawasa Bahari
atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan akan
menguasai kekayaan dunia.
6) Teori Geopolitik Guilio Douhet(1869-1930), William Mitche(1878-
1939), Saversky dan JFC Fuller, mempunyai pendapat lain
dibandingkan dengan para pendahulunya. Keduanya melihat kekuatan
dirgantara lebih berperan dalam memenangkan peperangan melawan
musuh. Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa membangun armada
atau angkatan udara lebih menguntungkan sebab angkatan udara
memungkinkan beroperasi sendiri tanpa di Bantu oleh angkatan
lainnya. Disamping itu, angkatan udara dapat menghancurkan musuh
di kandang itu sendiri. Berdasarkan hal ini maka muncullah konsep
Wawasan Dirgantara (konsep kekuatan di udara).
7) Teori Geopolitik Nicholas J.Spijkman (1879-1936), terkenal dengan
teori Daerah Batas. Dalam teorinya, ia membagi dunia dalam empat
wilayah :
a. Pivot area, mencakup wilayah daerah jantung.
b. Offshore continent land, mencakup wilayah pantai benua Eropa-
Asia.

ii
c. Oceanic Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa-Asia, Afrika
selatan
d. New World, mencakup wilayah Amerika.
Atas pembagian dunia menladi empat wilayah ini, Spijkman
memandang diperlunya kekuatan kombinasi dari Angkatan-angkatan
Perang untuk dapat menguasai wilayah-wilayah yang dimaksud.
Pandangannya ini menghasilkan teori Garis Batas (Rimland) yang
dinamakan Wawasan Kombinasi.

2. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia


Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi
Wawasan Nusantara. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan
pandangan baru dalam mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah
Negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Untuk Indonesia, geopolitik
adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan
memamfaatkan keuntungan letak geografis Negara berdasarkan pengetahuan
ilmiah tentang kondisi geografis tersebut.
Secara geografis, Indonesia memiliki ciri khas, yakni diapit dua
samudra dan dua benua serta terletak dibawah orbit Geostationary Satellite
Orbit (GSO). Dan Indonesia bisa bisa disebut sebagai Benua Maritim
Indonesia. Wilayah Negara Indonesia tersebut dituangkan secara yuridis
formal dalam Pasal 25A UUD 1945 Amandemen IV. Atas dasar itulah
Indonesia mengembangkan paham geopolitik nasionalnya, yaitu Wawasan
Nusantara. Dan secara historis, wilayah Indonesia sebelumnya adalah wilayah
bekas jajahan Belanda yang dulunya disebut Hindia Belanda.
Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah Indonesia
beserta apa yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan.
Pandangan atau Wawasan nasional Indonesia ini dinamakan Wawasan
Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi geopolitik bangsa Indonesia.

ii
E. PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA
1. Perumusan Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara berturut-
turut ketentuan tersebut adalah :

1. Tap MPR No. IV \ MPR \ 1973


2. Tap MPR No. IV \ MPR \ 1978
3. Tap MPR No. II \ MPR \ 1983
4. Tap MPR No. II \ MPR \ 1988
5. Tap MPR No. II \ MPR \ 1993
6. Tap MPR No. II \ MPR \ 1998

Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Wawasan dalam


penyelenggaraan pembangunan nasional dalam mencapai Tujuan
Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara
adalah wawasan nasional yang bersumber dari pancasila dan UUD 1945.
Hakikat dari wawasan nusantara adalah kesatuan bangsa dan
keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut
mencakup :

1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik


2. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial
Budaya
4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan
Pertahanan Keamanan

ii
Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara
sebagai Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan
Keamanan (POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam
GBHN.
GBHN terakhir yang memuat rumusan mengenai Wawasan Nusantara
adalah GBHN 1998 yaitu dalam Ketetapan MPR No. II \ MPR \ 1998.
Pada GBHN 1999 sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No. IV \
MPR \ 1999 tidak lagi ditemukan rumusan mengenai Wawasan Nusantara.
Pada masa sekarang ini, dengan tidak adanya lagi GBHN, rumusan
Wawasan Nusantara menjadi tidak ada. Meski demikian sebagai konsepsi
politik ketatanegaraan Republik Indonesia, wilayah Indonesia yang berciri
nusantara kiranya tetap dipertahankan. Hal ini tertuang dalam Pasal 25A
UUD 1945 Amandemen IV yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dangan Undang-
Undang”. Undang-Undang yang mengatur hal ini adalah Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

2. Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


a. Wilayah Daratan
Wilayah daratan adalah daerah dipermukaan bumi dalam batas-batas
tertentu dan di dalam tanah di permukaan bumi.
b. Wilayah Perairan
Wilayah perairan Indonesia meliputi laut territorial, perairan
kepulauan, dan peraran pendalaman.
c. Wilayah Udara
Wilayah udara adalah wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan
lautan (perairan) negara itu. Seberapa jauh kedaulatan negara terhadap
wilayah udara di atasnya, terdapat beberapa aliran, yaitu :

ii
1) Teori Udara Bebas
2) Teori Negara Berdaulat di Udara

3. Unsur Dasar Wawasan Nusantara


Konsepsi Wawasan Nusantara mengandung tiga unsur dasar, yaitu :
a. Wadah (Contour
b.Isi (Content)
c. Tata Laku (Conduct)

4. Tujuan dan Manfatt Wawasan Nusantara


a. Tujuan Wawasan Nusantara
Tujuan Wawasan Nusantara terdiri atas dua :
1. Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, yaitu politik,
ekonomi, social budaya, pertahanan keamanan.
2.Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam
dunia yang serba berubah, dan ikut serta dalam melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social serta mengembangkan suatu kerja sama dan
saling menghormati.

b. Mamfaat Wawasan Nusantara


Mamfaat Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut :
1. Diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum
internasional.
2. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.
3. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan
potensi sumber daya yang besar bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat.

ii
4. penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang
tentang keutuhan wilayah nusantara yang perlu
dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
5. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi
nasional.

F. PENGERTIAN KETAHANAN NASIOANAL


Terdapat tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan
nasional. Ketiga perspektif tersebut sebagai berikut :
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi.
Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran
atas keadaan yang seharusnya dipenuhi. Keadaan atau kondisi ideal
demikian memungkinkan suatu negara memiliki kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu menghadapi
segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan hidup bangsa
yang bersangkutan.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam
menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara.
Sebagai suatu pendekatan, ketahanan nasional menggambarkan
pendekatan yang integral. Integral dalam arti pendekatan yang
mencerminkan antara segala aspek / isi, baik pada saat membangun
maupun memecahkan masalah kehidupan. Dalam hal pemikiran,
pendekatan ini menggunakan pemikiran kesisteman (system thinking).
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin.
Ketahanan nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang
berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep ketahanan nasional

ii
dimasukkan dalam GBHN agar setiap orang, masyarakat, dan
penyelenggara negara menerima dan menjalankannya.

Berdasarkan ketiga pengertian ini, kita mengenal tiga wujud atau wajah
dari ketahanan nasional (Chaidir Basrie,2002), yaitu :
1) Ketahanan Nasional sebagai kondisi
2) Ketahanan Nasional sebagai metode
3) Ketahanan Nasional sebagai doktrin

G. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL DI


INDONESIA

1. Sejarah Lahirnya Ketahanan nasional


Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an
pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama
SESKOAD (sunardi, 1997). Masa itu adalah sedang meluasnya pengaruh
komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Concern atas
fenomena tersebut memengaruhi para pemikir militer di SSKAD. Mereka
mengadakan pengamatan atas kejadian tersebut, yaitu tidak adanya
perlawanan yang gigih dan ulet di indo Cina dalam menghadapi ekspansi
komunis.
Pengembangan atas pemikiran awal diatas semakin kuat setelah
berakhirnya gerakan G 30 S PKI. Pada tahun 1968, pemikiran
dilingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga
Pertahanan Nasional). Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 tersebut
telah ada kemajuan konseptual berupa ditemukanya unsure-unsur dari tata
kehidupan nasional tang berupa ideology, politik, ekonomi, social, dan
militer.

Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang menjadi


pertanda dari ditinggalkanya konsep kekuatan, meskipun dalam ketahanan
nasionalsendiri terdapat konsep kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional
tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan
mengatasisegala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang

ii
dating dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak yang
membahayakan identitas.

2. Ketahanan Nasional dalam GBHN


Konsepsi Ketahanan Nasional untuk pertaman kali dimasukan dalam
GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan
ketahanan nasional dalam GBHN 1973 adalah sama dengan rumusan
ketahanan nasional tahun 1972 dari lemhanas.

Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN adalah sebagai


berikut:

1) Untuk tetap memungkinkan berjalanya pembangunan nasional


yang selalu harus menuju ketujuan yang ingin dicapai dan agar
dapat secara efektif dielakan dari hambatan, tantangan, ancaman,
dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam
negeri.
2) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan
integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara.
3) Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideology, ketahanan
politik, ketahanan ekonomi, ketahanan social budaya, dan
ketahanan pertahanan keamanan.

a. Ketahanan ideology adalah kondisi mental bangsa


Indonesia yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran
ideology pancasila yang mengandung kemampuan untuk
menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan
nasional.
b. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa
Indonesia yang berlandaskan demokrasi politik
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan
perekonomian bangsa yang berlandaskan demokrasi
ekonomi yang berdasarkan pancasila yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat.
d. Ketahanan social budaya adalah kondisi kehidupan social
budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional
berdasarkan pancasila yang mengandung kemampuan
membentuk dan mengembangkan kehidupan social budaya.
e. Ketahanan Pertahanan adalah kondisi daya tangkal bangsa
yang dilandasi kesadaran bela Negara seluruh rakyat yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan

ii
keamanan Negara.
Menyimak rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional
dalam GBHN tersebut, kita kembali mengetahui akan
adanya tiga wujud atau wajah konsep ketahanan nasional,
yaitu:

 Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan


sebagaimana tercermin dari rumusan pertama.
 Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana
tercermin dari rumusan kedua
 Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional
sebagaimana tercermin dari rumusan ketiga.

H. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL


1. Gatra dalam Ketahanan nasional
Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi ketahanan nasional suatu
Negara terdiri atas beberapa aspek, diantaranya:
a. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou
 factor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber
alam.
 Factor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri,
militer, demografi, karakter nasional, moral nasional, dan kualitas
diplomasi.
b. Unsur kekuatan nasu\ional menurut James Lee Ray
 tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industri,
dan militer
 intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral
nasional, dan kualitas kepemimpinan.
c. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins
Terdiri atas tanah, sumber daya, penduduk, teknologi, ideology,
moral, dan kepemimpinan.
d. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra
 alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk
 social terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik,
budaya dan moral lainya.
 Lain-lain: ide, inteligensi dan diplomasi.

ii
e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan
f. Unsur kekuatan nasional menurut Cline
Unsur-unsur kekuatan terdiri atas sinergi antara potensi temografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, starategi nasional.
g. Unsur kekuatan nasional model Indonesia
Pemikiran tentang Gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan
dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional
Indonesia dikenal dengan nama Astagrata yang terdiri atas Trigatra
dan Pancagatra.
 Trigatra adalah aspek alamiah (tangiable) yang terdiri atas
penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
 Pancagatra adalah aspek social (intangiable) yang terdiri atas
ideology, politik, ekonomi, social budaya dab pertahanan
keamanan

2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional


a. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu Negara menetukan kekuatan atau ketahanan nasional
Negara yang bersangkutan. Faktor yang berkaitan dengn penduduk
Negara meliputi duh al:
 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan,
etos kerja, dan kepribadian.
 Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk,
pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan
penduduk ditiap wilayah Negara.
b. Unsur atau Gatra wilayah
Wilayah turut menentukan kekuatan nasional Negara. Meliputi:
 Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara
kepulauan atau Negara continental
 Luas wilayah Negara
 Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.
 Daya dukung wilayah Negara, ada wilayah yang habitable, dan
ada yang unhabitable.
c. Unsur atau Gatra sumber daya alam
Meliputi:
 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan
mencakup sumber daya alam hewani, nabati, dan tambang.
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam
 Pemanfaatan sumber daya dengan memperhitungkan masa
depan dan lingkungan hidup.

ii
 Kontrol atas sumber daya alam
d. Unsur atau Gatra dibidang Ideologi
Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat
tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang
harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.
Fungi pokok Ideologi dalam mendukung ketahanan nasional:
 Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang
bersangkutan.
 Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan.
e. Unsur atau Gatra di bidang Politik
Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah system demokrasi
atau non demokrasi.
 Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah system
presidensil atau parlementer.
 Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republic atau
kerajaan.
 Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara
kesatuan atau Negara serikat.
f. Unsur atau Gatra dibidang Ekonomi
Suatu Negara dapat pula mengembangkan sisitem ekonomi yang
dianggap sebagai cerminan dari nilai dan ideology bangsa yang
bersangkutan.
g. Unsur atau Gatra dibidang social budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu
Negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa homogen tentu saja akan
berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen dari segi social
budaya masyarakatnya.
h. Unsur atau Gatra dibidang Pertahanan Keamanan
Ketahanan nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsure Astagrata
yang meliputi unsure-unsur :
1. Geografi
2. Kekayaan alam
3. Kependudukan
4. Ideologi
5. Politik
6. Ekonomi
7. Sosial Budaya
8. Pertahanan Keamanan

ii
BAB VII
KEWARGANEGARAAN , HAK DAN KEWAJIBAN , DAN BELA
NEGARA

A. WACANA KEWARGANEGARAAN
Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak . Yang tampak adalah
unsur-unsur negara yang berupa rakyat,wilayah , dan pemerintah. Salah satu
unsure Negara adalah rakyat . Rakyat yang tinggal di wilayah negara
menjadi penduduk Negara yang bersangkutan . Warga Negara adalah
bagian dari penduduk suatu Negara . Warga Negara menciptakan hubungan
berupa peranan , hak , dan kewajiban yang bersifat timbal balik
Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah Negara adalah
adanya unsure warganegara yang diatur menurut ketentuan hokum tertentu ,
sehingga warga Negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga
Negara yang lain . Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya
ditentukan berdasarkan salah satu dari dua prinsip , yaitu prinsip ‘ius soli’
atau prinsip ‘ius sanguinis’ . Yang dimaksud dengan ‘ius soli’ adalah
prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hokum mengenai tanah
kelahiran , sedangkan ‘ius sanguinis’ mendasarkan diri pada prinsip
hubungan darah
Proses kewarganegaraan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu : (i)
kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth , (ii)
kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by
naturalization , dan (iii) kewarganegaraan melalui registrasi . Ketiga cara ini
seyogyanya dapat dipertimbangkan dalam rangka pengaturan mengenai
kewarganegaraan dalam system hokum Indonesia , sehingga kita tidak
membatasi pengertian mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan
hanya dengan cara pertama dan kedua sebagaimana lazim dipahami selama
ini

ii
B. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
1. WARGA NEGARA
Warga mengandung arti peserta , anggota atau warga dari suatu
organisasi perkumpulan . Warganegara artinya warga atau anggota dari
suatu negara . Kita juga sering mendengar kata kata seperti warga desa ,
warga kota , warga masyarakat , warga bangsa , dan warga dunia .
Warga diartikan sebagai anggota atau peserta . Dengan demikian
warganegara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu
Negara
Dengan memiliki status sebaga warganegara , orang memiliki
hubungan dengan Negara . Hubungan itu nantinya tercemin dalam hak
dan kewajiban . Sama halnya kita sebagai anggota sebuah organisasi ,
maka hubungan itu berwujud peranan , hak dan kewajiban secara
timbale balik . Anggota memiliki hak dan kewajiban kepada organisasi ,
demikian pula organisasi memiliki hak dan kewajiban kepada
anggotanya
2. KEWARGANEGARAAN
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara Negara dengan warganegara .
Adapun menurut undang undang kewarganegaraan republic Indonesia ,
kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
Negara . Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya
ikatan hukum antara orang orang dengan Negara . Adanya
ikatan hukum itu menimbulkan akibat akibat hukum tertentu ,
yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan Negara yang
bersangkutan . Tanda dari adanya ikatan hukum , misalnya
akta kelahiran , surat pertanyataan , bukti kewarganaegaraan ,
dan lain lain

ii
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis , tidak ditandai dengan
ikatan hukum , tetapi ikatan emosional , seperti ikatan perasaan
, ikatan keturunan , ikatan nasib , ikatan sejarah , dan ikatan
tanah air . Dengan kata lain , ikatan ini lahir dari penghayatan
warga negara yang bersangkutan
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat
kewarganaegaraan . Dalam sistematika hukum , masalah
kewarganaegaraan berada pada hukum public
2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjuk pada akibat
hukum dari status kewarganegaraan , yaitu adanya hak dan
kewajiban warga Negara

Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut


memiliki pertalian hukum serta tunduk pada hukum Negara yang
bersangkutan . Orang yang memiliki kewarganegaraan tidak jatuh
pada kekuasaan atau kewaenangan Negara lain . Negara lain tidak
berhak melakukan kaidah hukum pada orang yang bukan warga
negaranya

C. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA


Hubungan dan kedudukan warganegara bersifat khusus , sebab hanya
individu individu yang menjadi warganegaralah yang memiliki hubungan
timbale balik dengan negaranya . Orang orang yang tinggal di wilayah
negara , tetapi bukan dari warganegara dari Negara yang bersangkutan
maka tidak memiliki hubungan timbal balik dengan negara tersebut
1. Penentuan warganegara
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran
dikenal dengan 2 asas yaitu asas ius soli dan ius sanguinis. Ius artinya
hukum atau dalil . Soli berasal dari kata solum artinya negeri atau tanah
. Sanguinis berasal dari kata sanginus yang artinya darah

ii
a. Asas ius soli . Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan
b. Asas ius sanguinis . Asas yang menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari
orang tersebut

Selain dari sisi kelahiran , penentuan kewargannegaraan dapat ditentukan


pada aspek perkawinan yang mencakum asas kesatuan hukum dan asas
persamaan derajat
a. Asas persamaan hukum didasarkan pada pandangan bahwa suami istri
adalah suatu ikatan tidak pecah sebagai inti dari masyarakat . Dalam
menyelenggarakan kehidupan bersama , suami istri perlu
mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk masalah
kewarganegaraan . Berdasarkan asas ini diusahakan status
kewarganegaraan suami istri adalah sama dan satu
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan suatu status kewarganegaraan suami atau
istri . Keduanya memiliki hak yang sama untuk menentukan
kewarganegaraannya . Dengan demikian mereka dapat berbeda
kewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga

Penentuan kewarganegaraan yang berbeda beda oleh setiap negara dapat


menciptakan
problem kewarganegaraan bagi seorang warga . Secara ringkas problem
kewarganegaraan
adalah munculnya apartide dan biparde . Apatride adalah istilah untuk orang
yang tidak memiliki kewarganegaraan . Bipartride artinyaistiah untuk orang
yang memilki kewarganegaraan rangkap . Bahkan dapat muncul
multipatride yaitu istilah untuk orang orang yang memilki kewarganegaraan
banyak ( lebih dari dua )
Warganegara Indonesia

ii
Ketentuan pasal 26 UUD 1945 , sebagai berikut :
(1) Yang menjadi warganegara ialah orang orang bangsa Indonesia
asli dan orang orang bangsa lain yang disahkan undang undang
sebagai warga negaranya
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia
(3) hal hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang

Berdasarkan pasal 26 ayat (2) UUD 1945 , penduduk negara Indonesia


terdiri atas 2 yaitu warga negara dan warga asing . Ketentuan ini
merupakan hal baru dan sebagai hasil amandemen atas UUD 1945 .
Sebelumnya , penduduk Indonesia berdasarkan indischestraatrengeling
pasal 163 , dibagi tiga , yaitu :

a. Golongan Eropa , terdiri atas : (1) Bangsa Belanda , (2) bukan


bangsa belanda tetapi dari eropa , (3) orang eropa lain yang
hukum keluarganya sama dengan golongan eropa
b. Golongan Timur Asing , terdiri atas : (1) golongan tionghoa ,
(2) Golongan Timur Asing Bukan China
c. Golongan Bumiputra atau pribumi , terbagi atas : (1) orang
Indonesia asli dan keturunannya , (2) orang lain yang
menyesuaikan diri dengan pertama

Dengan adanya ketentuan baru mengenai penduduk Indonesia ,


diharapkan tidak lagi pembedaan dan penamaan penduduk Indonesia
atas golongan pribumi dan keturunan yang dapat memicu konflik
antarpenduduk Indonesia

2. Ketentuan Undang undang mengenai warga negara Indonesia


Perihal warganegara Indonesia diatur dengan Undang undang . Sejak
proklamasi Kewmerdekaan Indonesia sampai saat ini , undang undang
yang mengatur perihal warga negaraan adalah sebagai berikut

ii
a. Undang undang no 3 tahun 1946 tentang warganegara dan
penduduk Indonesia
b. Undang undang no 6 tahun 1947 tentang perubahan atas undang
undang no 3 tahun 1946 tentang warganegara dan penduduk negara
c. undang undang no 8 tahun 1947 tentang memperjuangkan waktu
untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewarganegaraan
Indonesia
d. undang undang no 11 tahun 1948 tentang memperpanjang waktu
lagi untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan
kewarganegaraan Indonesia
e. Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
republic Indonesia
f. Undang undang nomer 3 tahun 1976 tentang perubahan atas pasal
18 undang undang no 62 tahun 1958 tantang kewarganegaraan
republic Indonesia
g. undang undang no 1 tahun 2006 tentang kewarganegaraan republic
Indonesia

Undang undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia atau


undang undang sebagai pelaksanaan dari pasal 26 UUD 1945 yang berlaku
sekarang ini adalah undang undang no 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan republic Indonesia yang diundangkan pada 1 agustus 2006
. Undang undang ini menggantikan undang undang kewarganegaraan lama ,
yaitu undang undang no 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan republic
Indonesia

Pokok materi yang diatur dalam undang undang ini adalah :


(1) Siapa yang menjadi warga negara Indonesia
(2) Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan republic Indonesia
(3) Kehilangan kewarganaegraan republik Indonesia
(4) Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewargangaraan Republik Indonesia

ii
(5) Ketentuan pidana

Beberapa ketentuan diatur dalam Undang Undang no 12 tahun 2006 antara


lain sebagai berikut :
a) Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia , dinyatakan
bahwa warganegara Indonesia adalah :
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia
dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah
menjadi Warga Negara Indonesia;
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia;
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
5. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
6. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari
setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan
ayahnya Warga Negara Indonesia;
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indonesia;
8. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu
warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara
Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
9. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada
waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila
ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak
diketahui keberadaannya;
12. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia
dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena

ii
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya
meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.
14. Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang
sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
15. Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun
diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing
berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga
Negara Indonesia.

b) Tentang pewarganegaraan
Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
permohonan . Dalam Undang undang dinyatakan bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon
jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
2) pada waktu mengajukan permohonan sudah
bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia
paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut
3) Sehat jasmani dan rohani
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui Dasar Negara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun
atau lebih
6) jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan
ganda;
7) mempunyai pekerjaan tetap; dan
8) membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

ii
Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara
Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia.

c) Tentang Kehilangan Kewarganegaraan


Dinyatakan bahwa kewarganegaraan republik Indonesia hilang karena :
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan
orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal di luarnegeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
4. Masuk kedalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari
Presiden;(tidak berlaku bagi mereka yang mengikuti program pendidikan
dinegara lain yang mengharuskan wajib militer);
5. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan hanya
dapat dijabat oleh WNI;
6. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;
7. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang besifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
8. Mempunyai paspor atau surat bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku
dari negaralain atas namanya; atau
9. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5
(lima) tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan
yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap
menjadi WNI sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5
tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi WNI kepada Perwakilan RI yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan RI tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
10. Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga
negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika
menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti
kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.
11. Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga
negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika

ii
menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti
kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.
12. Setiap orang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau
dipalsukan , tidak benar , atau terjadi kekliruan mengenai orangnya oleh
instansi berwenang , dinyatakan batal kewarganegaraannya . Mentri
mengumumkan nama orang yang kehilangan kewarganegaraan republik
Indonesia dalam berita negara republik Indonesia.

D. Kewarganegaraan republik Indonesia menurut UU nomor 12 tahun 2006


1. Lahirnya UU nomor 12 tahun 2006
Pemerintah dan DPR telah menyetujui rancangan undang
undang tentang kewarganegaraan republik Indonesia menjadi undang
undang dengan undang undang nomor 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan republik Indonesia pada tanggal 1 agustus 2006 .
Dengan berlakunya Undang Undang nomor 12 tahun 2006 , maka
Undang undang nomor 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI
sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang nomor 3 tahun
1976 tentang perubahan pasal 18 Undang Undang nomor62 tahun
1958 tentang kewarganegaraan RI dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku . Selain itu , semua peraturan perundang undangan
sebelumnya yang mengaturmengenai kewarganegaraan , denyatakan
tidak berlaku karena tidak sesuai dengan prinsip yang diamanatkan
dalam UUD negara RI tahun 1945.
2. Beberapa solusi Permasalahan dalam UU nomor 12 tahun 2006
UU no 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan adalah undang
undang yang melahirkan suatu kehidupan masyarakat Indonesia
dimana problem problem itu diselesaikan , jadi problem bukan
dibiarkan jadi problem . Sebagaimana diketahui selama ini di dalam
masyarakat kita ada berbagai problem yang terkait dengan
kewarganegaraan antara lain :
 Pertama terkait dengan problem etnisitas sebagaimana
terkandung dalam UUD negara RI tahun 1945 yang
menyatakan “Bahwa yang menjadi warga negara Indonesia
adalah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang orang
bangsa lain yang diakui kewarganegaraannya karena undang
undang” Solusinya adalah yang dimaksud undang undang
“orang orang Indonesia asli “ adalah mereka yang sejak
kelahirannya sudah menjadi warga negara Indonesia dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain karena kemauannya
sendiri

ii
 Kedua adanya transcouple di bali ( pasangan yang melintasi
negara dan melintasi kebangsaan atau melintasi
kewarganegaraan ) maka solusinya adalah setiap orang yang
lahir dari ibu Indonesia , adalah asli warganegara Indonesia
dan sekaligus member status kepada anak tersebut karena
undang undang negara bapaknya mengakui dia sebagai warga
negara , maka anak tersebut memiliki kewarganegaraan ganda
terbatas
 Ketiga problem yang berkaitan dengan masalah factual kita
dapati dalam masyarakat yaitu adanya sekelompok komunitas
yang hidup dan lahir di Indonesia . Solusinya mereka yang
lahir di Indonesia dan tidak jelas kewarganegaraan kedua orang
tuanya itu diakui sebagai warga negara Indonesia
 Keempat problem yang dialami warganegara kita yang ada di
luar negeri karena masalah politik , misalnya pada tahun 60 an
banyak warga negara kita yang bersekolah di luar negeri tetapi
karena situasi dan kasus politik sebagian darinya sulit pulang ,
solusinya member kemudahan jika mereka ingin kembali
menjadi warga negara Indonesia.

E. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA


1. Wujud hubungan warganegara dengan negara
Wujud hubungan antara warganegara dengan negara pada umumnya
berupa peranan (role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang
dilakukan sesuai dengan status yang dimiliki , dalam hal ini sebagai
warga negara . Secara teori , status warganegara meliputi status pasif ,
aktif , negative , dan positif
2. Hak dan kewajiban warganegara Indonesia
Hak dan kewajiban warganegara tercantum dalam pasal 27 sampai
dengan pasal 33 UUD 1945 . Beberapa hak dan kewajiban tersebut
antara lain sebagai berikut :
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak . Pasal 27 ayat 2
UUD 1945 berbunyi “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
2) Hak membela negara . pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.

ii
3) Hak berpendapat
4) Hak kemerdekaan memeluk agama
5) Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 , Hak dan kewajiban untuk membela
Negara.
6) Pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945 , Hak untuk mendapat
pengajaran.
7) Pasal 32 ayat 1 UUD 1945 , Hak untuk mengembangkan dan
memajukan kebudayaan nasional Indonesia .
8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan social .
Pasal 33 ayat 1,2,3,4, dan 5 UUD 1945

Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia


a) Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan , pasal 27 ayat 1
UUD 1945 berbunyi
b) Kewajiban membela negara , pasal 27 ayat 3 UUD 1945
c) Kewajiban dalam upaya pertahanan negara . Pasal 30 ayat 1 UUD
1945

Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara
terhadap warganegara . Hak dan kewajiban negara terhadap
warganegara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban
warganegara terhadap negara . Beberapa ketentuan tersebut antara lain
sebagai berikut :
1) hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan,
2) hak negara untuk dibela,
3) hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan untuk
kepentingan rakyat.
4) kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil,
5) kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara,

ii
6) kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan
nasional untuk rakyat,
7) kewajiban negara memberi jaminan sosial,
8) kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.
Pasal 5 dan 6 UU nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional menyebutkan bahwa hak dan kewajiban warganegara
adalah :
1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus.
4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
6) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
7) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.

F. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Bela Negara


1. Pengertian konseptual
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad , sikap , dan tindakan
warganegara yang teratur , menyeluruh , terpadu , dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan
bernegara . Bagi warga negara Indonesia , usaha pembelaan negara
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air ( wilayah nusantara ) dan
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia dengan keyakinan pada

ii
pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 sebagai
konstitusi negara
Oleh karena itu upaya membangun kesadaran warganegara dalam
ikut serta bela negara adalah melalui :
a) Pendidikan kewarganegaraan
b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela dan wajib
d) Pengabdian sesuai dengan profesi
2. Asas demokrasi dalam pembelaan negara
Berdasarkan pasal 27 ayat 3 dalam perubahan kedua UUD 1945 ,
bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warganegaranya . Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam
pembelaan negara yang mencakup 2 arti . Pertama , bahwa setiap
warganegara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan
negara melalui lembaga lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945
dean perundang undangan yang berlaku . Kedua , pembelaan negara ,
sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing masing.

3. Motivasi Dalam Pembelaan Negara


Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan
sebagai bahan motivasi setiap negara untuk ikut serta membela negara
Indonesia , sebagai berikut :
1) Pengalaman sejarah perjuangan RI
2) Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis
3) keadaan penduduk (demografis) yang besar
4) kekayaan sumber daya alam
5) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang persenjataan
6) kemungkinan timbulnya bencana perang

ii
4. Prinsip Prinsip dalam pembelaan negara
Dari pandangan hidup , bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
pertahanan negara menganut prinsip :
 Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.
 Pembelaan negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan
kehormatan setiap warga negara. Oleh karena itu, tidak seorang
pun warga negara boleh dihindarkan dari kewajiban ikut serta
dalam pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-
undang. Dalam prinsip ini, terkandung pengertian bahwa upaya
pertahanan negara harus didasarkan pada kesadaran akan hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
 Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta pada
kemerdekaan dan kedaulatannya. Penyelesaian pertikaian atau
pertentangan yang timbul antara bangsa Indonesia dan bangsa lain
akan selalu diusahakan melalui cara-cara damai. Bagi bangsa
Indonesia, perang adalah jalan terakhir dan hanya dilakukan jika
semua usaha dan penyelesaian secara damai tidak berhasil. Prinsip
ini menunjukkan pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan
damai.
 Bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan
menganut politik bebas aktif. Untuk itu, pertahanan negara ke luar
bersifat defensif aktif yang berarti tidak agresif dan tidak ekspansif
sejauh kepentingan nasional tidak terancam. Atas dasar sikap dan
pandangan tersebut, bangsa Indonesia tidak terikat atau ikut serta
dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain.
 Bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti melibatkan
seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana nasional, dan seluruh wilayah negara sebagai satu
kesatuan pertahanan.
 Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak
asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan
hukum nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional,
serta prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai dengan
memerhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan. Di samping prinsip tersebut, pertahanan negara juga
memerhatikan prinsip kemerdekaan, kedaulatan, dan keadilan
sosial.

ii
BAB VIII
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

A. ARTI PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan kegiatan asasi dan esensial yang dimiliki


manusia.Dengan pendidikan,manusia dapat dibedakan dari makhluk lain yang
ada di jagad raya ini.Pendidikan di mulai dengan adanya pemikiran perlunya
peningkatan harkat,martabat dan derajat manusia. Hal ini dapat di lakukan
dengan adanya upaya pendidikan. Upaya pendidikan adalah memberdayakan
manusia untuk membangun kecerdasan, kreativitas dan mampu berpikir
analitis, menguasai ilmu pengetahauan dan teknologi, memecahkan masalah
dan membangun berbagai keterampilan.

Gardner merumuskan kecerdasan sebagai kemampuan menyelesaikan


masalah,atau menciptakan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam
suasana budaya atau masyarakat tertentu. Gardner tidak memandang
"kecerdasan" manusia berdasarkan skor test standar semata, namun Gardner
menjelaskan kecerdasan sebagai: (1) kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia; (2) kemampuan untuk
menghasilkan persoalan-persoalan beru untuk diselesaikan; dan (3)
kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan
menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Karenanya,Gardner mengemukakan tujuh kecerdasan berdasarkan yang


dimiliki manusia, yaitu: (1) kecerdasan Musik (Musik Intelligence); (2)
Kecerdasaan Gerakan-Badan ( Bodily-Kinesthetic Intelligence); (3)
Kecerdasan Logika-Matematika(Logical-Mathematical Intelligence); (4)
Kecerdasan Linguitik (Linguistic Intelligence); (5) Kecerdasan Ruang (Spatial
Intelligence); (6) Kecerdasaan Antar Pribadi (Interpersonal Intelligence); dan
(7) Kecerdasaan Intra Pribadi (Intrapersonal Intelligence)

Semakin maju kebudayaan dan peradaban manusia,maka persoalan


pendidikan akan semakin mendapat tempat yang sangat penting dalam
kehidupan . Bangsa Indonesia telah menyadari akan hal itu maka,pokok utama
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dipusatkan pada pendidikan,hal ini

ii
tercantum ddalam pembukaan UUD 1945 pada Aline keempat,yang
menegaskan:" Pemerintah melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdskan
kehidupan bangsa."

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas mutu pendidikan .


Faktor-faktor tersebut terdiri atas kepala sekolah,guru,sarana dan
prasarana,kurikulum dan proses belajar mengajar serta sistem penilaian.
Maka, dilihat dari segi prosesnya,pendidikan dapat dikatakan berkualitas,
apabila kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kepala sekolah berlansung
secara efektif dan peserta didik memperoleh pengalaman yang bermakna dan
diarahkan pada pengembangan pribadi unggul, sehingga menjadi sumber daya
manusia yang kompetitif dan mandiri.

Pendidikan dapat dinilai berhasil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa


dan memajukan kebudayaan nasional, ketika ia berhasil membentuk anak
bansa yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian, Atau dalam
istilah UNESCO (1996) mampu moulding the character an mind of young
generation. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa tujuan
pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman da bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

B. PEMBERANTASAN KORUPSI DAN PERAN PENDIDIKAN

Upaya pemberantasan korupsi sebetulnya perlu dilihat dalam konteks


"reformasi birokrasi", bahkan dalam rangka "reformasi sistem administrasi
negara" secara keselurahan. Korupsi sebenarnya terjadi di berbagai negara di
seluruh dunia. Kondisi ini mendorong masyarakat internasional untuk
bekerjasama dalam pemberantasan korupsi. Pada PBB dalam sidang Umum
tanggal 16 Desember 1996 menyatakan deklarasi untuk pemberantasan
korupsi dalam dokumen United Nation Declaration Against Corruption And
Bribery in Internasional commercial Transaction yang dipublikasikan sebagai
Resolusi PBB No.A/RES/51/59, tanggal 28 januari 1997.

Dalam kasus indonesia, banyak pakar menyatakan bahwa dibanding


korupsi yang terjadi di berbagai negara lain, maka fenomena korupsi yang

ii
terjadi di indonesia telah menjadi penyakit kronis dan sulit disembuhkan.
Dari prespektif yang berbeda, korupsi merupakan bentuk delinquency
(kenakalan) yang mengandung unsur kekerasan terselubung terhadap
kemanusiaan. Korupsi telah menjadi sesuatu yang sistematik: sudah menjadi
suatu sistem yang menyatu dengan penyelenggaraan pemerintah negara dan
bahkan dikatakan bahwa pemerintah justru akan hancur apabila korupsi
diberantas.

Sebenarnya, pemberantasan KKN telah menjadi agenda utama gerakan


reformasi yang bergulir sejak tahun 1998. Dibuktikan dengan adanya
peraturan yang di tetapkan antara lain adalah Tap MPR No. XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaran Negara yang bersih dan bebas KKN; Undang-
undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan
Bebas KKN; dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaran Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang disahkan tanggal 18 Mei 1999.

Dalam ketentuan dijelaskan,bahwa maksud dari penyelanggaran negara


yang bersih adalah penyelenggara negara yang menaati asas-asas umum
penylenggaraan negara dan bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya. Pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 secara tegas menuangkan keinginan untuk memberantas praktik
korupsi; secara lebih tegas tentang unsur suap yang disebut sebagai
gratifikasi yang berkaitan dengan jabatan, kewajiban dan tugas.

Gratifikasi adalah pemberian dalam artian yang luas yakni meliputi


pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan dan fasilitas lainya. Oleh karena itu ,dunia pendidikan perlu untuk
mendorong pemberantasan korupsi secara optimal. Institusi pendidikan
diyakini sebagai tempat terbaik untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-
nilai antikorupsi. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya sadar dan
terencana untuk mengwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sisdiknas ditegaskan bahwa, Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk wakta serta peradaban bangsa

ii
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didk agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam praktiknya, ada prinsip-prinsip yang diterapkan dalam


penyelenggaraan pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan,
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Pasal 4, yaitu:

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan


serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultur dan kemajemukkan bangsa
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayakaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu layanan pendidikan

C. RELEVANSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


Salah satu alternatif yang dapat dijadiakan terapi/metode dalam
penyelesaian korupsi di Indonesia adalah mengajarkan Pendidikan Anti
Korupsi kepada peserta didik (siswa) dalam bentuk Mata Pelajaran Wajib di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diambil dari metode ini dalam
memberantas korups di Indonesia. Pertama, peserta didik dari semenjak usia
dini sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktik korupsi sekaligus
konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku. Kedua, memberi proses
pembelaajaran tentang kepekaan terhadap praktik-praktik korupsi yang ada di
sekitarnya. Ketiga, mendidik para dari usia dini tentang akhlak atau moral

ii
yang sesuai dengan ajaran sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi
penerus yang bersih dari pelaku penyimpangan kemanusiaan (dehumanisasi)
dan Kelima, membantu seluruh cita-cita warga bangsa dalam menciptakan
good-governance demi masa depan yang lebih santun dan beradab.
Terminalogi korupsi berasal dari kata latin rumpere, berarti melanggar,
khusus melanggar, khusunya melanggar tata cara berprilaku terpuji daan
aturan birokrasi, Seseorang dikatan melakukan tindakan korupsi ketika, dalam
melanggar aturan, ia sendiri, keluarga, kerabat, suku dan kelompok sosial
pilihan memperoleh imbaan meteriil maupun fasilitas.
Relevansi pendidikan antikorupsi didasarkan keyakian,bahwa
pemberantasan korupsi harus dilakukan simultan.Tindakan kuratif berupa
penegakkan hukum, preventif dan preservatif. Upaya preventif dimaksud
guna mencegah internalisasi sikap permisif atas tindakan koruptif, sementara
upaya preservatif guna memberi perlindungan dan kemampuan resistensi bagi
individu atau elemen sosial yang sudah menyerap nilai-nilai antikorupsi.
Perjuangan pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus
dilakukan karena memiliki tingkat keefektifan yang tinggi dalam membentuk
suatu pemahaman yng menyeluruh pada masyarakat tentang bahaya korupsi.
Walau pada akhirnya, hanya niat baik dan usaha keras yang merupakan
manifestasi dari "insan kamil" atau manusia yang sempurna sesuai dengan
fitrahnya, untuk dapat memberantas perilaku korupsi.

D. PENDIDKAN ANTI-KORUPSI BERBASIS MASYARAKAT


Upaya mendidik, memberdayakan dan membangkitkan kesadaran
mengenai betapa krusialnya persoalan korupsi jelas merupakan sesuatu yang
mendesak untuk dilakukan. Hal ini karena masyarakat yang sadar dan
memiliki pemahaman yang cukup tentang korupsi adalah landasan yang
sangat penting bagi upaya menekan tingginya angka korupsi. Dengan
demikian kuncinya adalah perlunya pendidikan anti-korupsi bagi masyarakat.
a. Kampanye Publik
Salah satu cara untuk melakukan pendidikan anti-korupsi kepada
masyarakat adalah kampanye publik secara terencana dan sistematik.
Defenisi kampanye terdiri bermacam-macam,tergantung pada tujuan
umum atau spesifik yang diharapkan,durasi yang dibutuhkan, efek
yang diharapkan, unit analisis dan lokus manfaat dari suatu kampanye,
serta media komunikasi yang digunakan. Kampanye informatif

ii
biasanya melibatkan seperangkat pesan bersifat promosi yang menarik
minat publik dan disebarkan melalui media massa.
Manfaat yang akan diperoleh dari kampanye publik anti-
korupsi,antara lain:
1. Tergalangnya opini publik mengenai perlunya pemberantasan
korupsi secara sistematik dan integratif.
2. Tergalang pula tuntutan dan tekanan dari masyarakat mengenai
perlunya upaya pemberantasan korupsi dalam birokrasi.
3. Menguatnya partisipasi masyarakat pengguna layanan publik
dalam memberantas korupsi.

Kegiatan kampanye publik anti-korupsi bersifat informatif, persuatif


dan edukatif, sehingga pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan
media kampanye dan khalayak sasaran yang dituju merupakan sesuatu
yang penting.

b. Survei Opini Publik


Untuk mendukung kampanye publik dalam rangka pendidikan
publik anti-korupsi juga sebaiknya dilakukan survei opini publik.
Survei dilakukan dengan tujuan mengetahui opini warga masyarakat
tentang sikap, pandangan atau pemahaman mereka terkait isu-isu yang
sedang berkembang.
Polling atau jajak pendapat adalah salah satu metode untuk
mengetahui pendapat umum. Polling sering didefenisikan sebagai
suatu penelitian atau survei dengan cara menanyakan lanagsung
(wawancara), atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan tidak langsung
(melaui angket) kepada warga masyarakat mengenai pendapat mereka
tentang suatu masalah atau isu yang sedang berkembang.

c. Pengorganisasian Massa
Masyarakat sebagai sasaran kebijakan publik harus mempunyai
kesempatan untuk berpatisipasi, sehingga langkah berikutnya dalam
upaya pendidikan anti-korupsi bagi masyarakat, adalah melakukan
pengorganisasian massa. Ini bertujuan untu menciptakan tekanan
publik terhadap tindakan korupsi dengan kekuatan yang ada pada
publik itu sendiri.

ii
Langkah awal dalam pengorganisasian massa adalah dengan
melakukan studi kebutuhan pengorganisasian massa (publik). Adapun
langkah-langkah studi tersebut, sebagai berikut:
1.Mengidentifikasi metode (strategi) pengorganisasian layanan
publik berbasis komunitas.
2.Merumuskan desain dan model pengorganisasian pelanggan
layanan publik berbasis komunitas .
3.Merumuskan kerangka kerja pengorganisasian, pelanggan layanan
publik berbasis komunitas.

Adapun langkah-langkah teknis untuk melakukan pengorganisasian


pelanggan layanan publik adalah sebagai berikut:
1.Membentuk dan menciptakan kontak dengan dan antara pelanggan
layanan publik.
2.Membentuk jaringan kerjasaman antara pelanggan layanan publik
dengan masyarakat secara lebih luas .
3.Mengembangkan kepemimpinan masyarakat .
4.Bekerja dengan organisasia masyarakat yang ada .

Strategi di atas adalah langkah-langkah yang dapat menjadi bagian


dari progam anti korupsi.
Apabila pendidikan anti korupsi melalui jalan formal dan non
formanal telah berhasil dilaksanakan, ibarat pemberian imunisasi atau
vaksin anti korupsi, sehingga walau pun di lingkungan atau sistem
yang koruptif kita akan mempunyai kekebalan yang memadai.

ii

Anda mungkin juga menyukai